Abstrak
Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau kesenangan, juga menjadi sarana
penanaman nilai moral. Keberadaan nilai moral dalam sastra diharapkan mampu memunculkan nilai-
nilai positif bagi pembaca, sehingga mereka peka terhadap masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai-nilai moral
dalam kajian sosial budaya tokoh utama pada novel Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie
Yanti. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan.. Data penelitian ini berupa novel yang
berjudul Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie Yanti. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil data secara keseluruhan, peneliti
menemukan empat macam moral yakni, (1) moral murni dalam nasehat sosial pada tokoh utama; (2)
moral terapan dalam pendidikan padah tokoh utama; (3) moral terapan dalam nasehat pendidikan pada
tokoh utama; dan (4) moral terapan dalam pendidikan pada tokoh utama.
Kata kunci: moral, novel, Satin Merah
PENDAHULUAN
Nilai merupakan realitas abstrak yang buruk. Adapun (Suseno, 1987:120)
dapat dirasakan dalam diri manusia mengemukakan bahwa kata moral selalu
masing-masing sebagai daya pendorong mengacu pada baik buruknya manusia
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan
dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini pendapat Bartens (2003: 74), nilai moral
dapat diketahui dari tiga realitas, yaitu pola menyangkut tindakan manusia sebagai
tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap manusia. Dengan demikian, nilai moral
seorang pribadi atau kelompok (Kaswardi mencakup pengertian tentang baik
dalam Murti dan Maryani, 2014: 120). buruknya perbuatan manusia berdasarkan
Moral menurut Poespoprojo, (1986: norma-norma yang berlaku dalam
102) adalah kualitas dalam perbuatan masyarakat.
manusia yang bersifat normatif, yang dapat Karya sastra diciptakan selain untuk
dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau memberikan hiburan atau kesenangan, juga
195
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
menjadi sarana penanaman nilai moral. Pemilihan novel Satin Merah dalam
Keberadaan nilai moral dalam sastra penelitian ini karena di dalamnya sarat
diharapkan mampu memunculkan nilai- dengan nilai-nilai kehidupan. Selain itu,
nilai positif bagi pembaca, sehingga novel ini menampilkan banyak nilai moral
mereka peka terhadap masalah yang mengenai nilai-nilai keteladanan dalam
berkaitan dengan kehidupan sosial dan berperilaku sehingga dapat dijadikan
mendorong untuk berperilaku baik. panutan atau masukan bagi pembaca.
Nilai moral yang disampaikan dalam Cerita anak sekolah yang menampilkan
karya sastra pada dasarnya adalah nilai kegigihan dalam mencari ilmu sehingga
yang disampaikan pengarang dalam rangka bisa berprestasi. Hal itulah yang mendasari
mendidik manusia dalam seluruh aspek peneliti memilih novel Satin Merah dan
atau persoalan hidup dan kehidupannya memfokuskan kajian tentang nilai moral
agar manusia dapat mengatur tingkah dalam penelitian ini.
lakunya untuk menjadi manusia yang baik. Dengan demikian, tujuan penelitian
Jenis dan wujud nilai moral dalam karya ini adalah menganalisis nilai-nilai moral
sastra sangat beragam. Hal ini tergantung dalam kajian sosial budaya tokoh utama
pada keinginan, keyakinan, dan interes pada novel Satin Merah karya Brahmanto
pengarangnya sehingga jenis dan wujud Anindito dan Rie Yanti.
nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup Unsur Pembangun Novel
seluruh persoalan hidup dan kehidupan; Langkah awal dalam sebuah
baik moral tentang hubungan manusia penelitian karya sastra adalah dengan
dengan Tuhannya, hubungan manusia menggunakan analisis struktural. Abrams
dengan sesama manusia, maupun dalam Nurgiyantoro (2015: 86),
hubungan manusia dengan lingkungan menjelaskan bahwa struktur karya sastra
alamnya (Nurgiyantoro, 1998: 120). dapat diartikan sebagai susunan, penegasan
Adapun penelitian yang relevan dan gambaran semua bahan dan bagian
dengan penelitian ini yakni penelitian Sri yang menjadi komponennya yang secara
Murti dan Siti Maryam, 2014 (“Analisis bersama membentuk kebulatan yang indah.
Nilai moral Novel Bulan Jingga dalam Analisis struktural merupakan salah
Kepala Karya M. Fadjroel Rahman”). satu kajian kesusastraan yang
Dalam penelitian tersebut, banyak menitikberatkan pada hubungan antarunsur
ditemukan nilai moral, tetapi yang paling pembangun karya sastra. Struktur yang
menonjol adalah nilai moral hubungan membentuk karya sastra tersebut yaitu
manusia dan pencipta. penokohan, alur, pusat pengisahan, latar,
Kemudian, penelitian Fajar Briyanta tema, dan sebagainya. Struktur novel yang
Hari Nugraha, 2014 (“Nilai Moral Dalam hadir di hadapan pembaca merupakan
Novel Pulang Karya Leila S Chudori”) sebuah totalitas. Novel yang dibangun dari
yang mengkaji nilai moral murni yang sejumlah unsur akan saling berhubungan
memfokuskan hubungan manusia dengan secara saling menentukan sehingga
sang pencipta. menyebabkan novel tersebut menjadi
Adapun perbedaan dengan kedua sebuah karya yang bermakna hidup.
penelitian di atas yakni sama-sama Adapun struktur pembangun karya sastra
mengkaji tentang nilai moral dengan objek yang dimaksud dan akan diteliti meliputi
novel. Sementara itu, perbedaan dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
penelitian ini yakni kajian pada novel Satin Unsur Intrinsik
Merah membagi dua nilai moral yakni Unsur instrinsik merupakan unsur-
moral murni dan moral terapan sedangkan unsur yang membangun karya sastra itu
kedua penelitian di atas lebih terfokus sendiri. unsur-unsur inilah yang
moral murni yang terdapat dalam karya menyebabkan karya sastra hadir sebagai
sastra. karya sastra, unsur-unsur yang secara
196
Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto
Anindito dan Rie Yanti
faktual akan dijumpai jika orang membaca religius, sosial, budaya juga akan
karya sastra. Unsur instrinsik sebuah novel berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal
adalah unsur-unsur yang secara langsung itu merupakan unsur ekstrinsik pula
turut serta membangun cerita. (Nurgiyantoro, 2015: 87).
Kepaduan antarunsur instrinsik inilah Nilai Moral
yang membuat sebuah novel berwujud. Menurut (Sumantri, 2000: 12), nilai
Hal-hal yang terkandung di dalam unsur merupakan hal yang terkandung dalam hati
inatrinsik sangat berkaitan erat dengan jiwa nurani manusia yang lebih memberi dasar
serta batin para sastrawan. Hal ini dan prinsif akhlak yang merupakan standar
merupakan kungkungan yang akhirnya dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan
akan mengalami peledakan spontan yang kata hati (potensi). Menurut Fraenkel
akan dituangkan dalam karya sastra itu. (dalam Susiati dan Iye, 2018: 17) Nilai
Hal-hal semacam itu memengaruhi adalah idea atau konsep yang bersifat
pengarang atau sastrawan dalam abstrak tentang apa yang dipikirkan
perwujudan imajinasinya. seseorang atau dianggap penting oleh
Jika dilihat dari sudut pembaca, seseorang.
unsur-unsur cerita inilah yang akan Sejalan dengan pendapat tersebut
dijumpai ketika membaca sebuah novel. Ambroise (dalam Mulyana, 2004: 65)
Unsur yang dimaksud untuk menyebut mengungkapkan bahwa nilai sebagai
sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, realitas abstrak, nilai dirasakan dalam diri
plot, penokohan, tema, latar, sudut seseorang sebagai pendorong dan prinsip
pandang penceritaan, bahasa atau gaya hidup. Oleh karena itu, nilai menduduki
bahasa, dan lain-lain. tempat yang penting dalam kehidupan
Unsur Ekstrinsik seseorang, sampai pada suatu tingkat
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur ketika seseorang lebih baik mengorbankan
yang berada di luar karya sastra itu, tetapi hidupnya ketimbang mengorbankan nilai.
secara tidak langsung mempengaruhi Nilai yang menjadi sesuatu yang abstrak
bangunan-bangunan atau sistem dapat dilacak dari tiga realitas, yaitu: pola
organisme karya sastra. Secara lebih tingkah laku, pola berfikir, dan sikap.
khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur- Untuk mengetahui nilai, ketiga realitas
unsur yang memengaruhi bangun cerita tersebut tidak dapat dipisahkan satupun
sebuah karya sastra, tetapi sendiri tidak dari ketiga realitas itu.
ikut menjadi bagian di dalamnnya. Moral menurut Salam (2000: 24)
Walaupun demikian, unsur ekstrinsik adalah ilmu yang mencari keselarasan
cukup barpengaruh terhadap totalitas perbuatan-perbuatan manusia (tindakan
bangun cerita yang dihasilkan. insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-
Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, dalamnya yang diperoleh dengan akal budi
bagaimanapun, akan membantu dalam hal manusia.
pemahaman makna karya itu mengingat Adapun moral secara umum
bahwa karya sastra tak muncul dari situasi mengarah pada pengertian ajaran tentang
kekosongan budaya. baik buruk yang diterima mengenai
Sebagaimana halnya unsur instrinsik, perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti,
unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah dan sebagainya. Remaja dikatakan
unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara bermoral jika mereka memiliki kesadaran
lain adalah keadaan subjektivitas individu moral yaitu dapat menilai hal-hal yang
yang memiliki sikap, keyakinan, baik dan buruk, hal-hal yang boleh
pandangan hidup yang kesemuanya itu dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja
Unsur ekstrinsik berikutnya adalah yang bermoral dengan sendirinya akan
keadaan di lingkungan pengarang seperti tampak dalam penilaian atau penalaran
197
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
198
Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto
Anindito dan Rie Yanti
sosial budaya yaitu pendidikan dan nasihat struktur sosial yang menghasilkannya.
sosial. Mekanisme tersebut seolah-olah bersifat
a. Nilai Pendidikan imperatif, tetapi tidak dalam pengertian
Nilai Pendidikan adalah usaha sadar yang negatif. Artinya, antarhubungan yang
dan terencana untuk mewujudkan terjadi tidak merugikan secara sepihak.
suasana belajar dan proses Sebaliknya, antarhubungan akan
pembelajaran agar peserta didik menghasilkan proses regulasi dalam
secara aktif mengembangkan potensi sistemnya masing-masing (Ratna, 2003:
dirinya untuk memiliki kekuatan 60).
spiritual keagamaan, pengendalian Jadi, karya sastra hampir mencakup
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak seluruh aspek kehidupan manusia
mulia, serta keterampilan yang sehingga karya sastra sangat dekat dengan
diperlukan dirinya dan masyarakat. aspirasi masyarakat. Karya sastra yang
Pendidikan ini merupakan sebuah dihasilkan pengarang di dalamnya memuat
nilai yang memberikan sumbangsih masalah yang terdapat dalam masyarakat.
terhadap semua elemen masyarakat. Dalam hubungan inilah, pengarang
Nilai pendidikan sangat urgen merupakan wakil dari masyarakat. Oleh
dalam segala hal, termasuk juga karena itu, penelitian terhadap karya sastra
dalam karya sastra. Karya sastra yang pada dasarnya identik dengan meneliti
baik adalah karya sastra yang seluruh aspek kehidupan masyarakat.
memiliki nilai, termasuk di dalamnya Sebagaimana pendapat Luxemburg dalam
nilai pendidikan (edukatif). Menurut (Susiati dan Iye, 2018: 6) yang membuat
Uhbiyati (1999: 64) bahwa nilai hubungan antara sastra dan masyarakat
dalam sastra dapat menuntun segala dapat diteliti dengan berbagai cara.
kekuatan kodrat yang ada pada anak- a. Yang diteliti ialah faktor-faktor di
anak, agar mereka sebagai manusia luar teks sendiri, gejala konteks
dan sebagai anggota masyarakat dapat sastra, sedangkan teks sastra itu tidak
mencapai keselamatan dan ditinjau. Misalnya, dengan meneliti
kebahagiaan setinggi-tingginya. kedudukan pengarang di dalam
b. Nasihat Sosial masyarakat, sidang pembaca,
Nasihat sosial merupakan sesuatu penerbitan, dan seterusnya.
yang ingin disampaikan pengarang b. Yang diteliti ialah hubungan antara
kepada pembaca, merupakan makna aspek-aspek teks sastra dan susunan
yang terkandung dalam karya sastra, masyarakat. Penilaian tidak hanya
makna yang disaratkan lewat cerita. berdasarkan norma-norma estetik,
Nasehat dapat dipandang sebagai tetapi juga norma-norma politik dan
tema dalam bentuk yang sederhana. etik.
Menurut Nurgiyantoro (2015: 100) Peneliti tidak menentukan bagaimana
nasihat yang terkandung dalam pengarang menampilkan jaringan sosial
karya sastra bertujuan mendidik budaya dalam karyanya, tetapi juga
manusia, sehingga tercipta suatu menilai pandangan pengarang.
tatanan hubungan manusia dalam Berdasarkan pendapat (Luxemburg,
masyarakat yang dianggap baik, 1992:12) di atas, penelitian ini akan
serasi, dan bermanfaat. digunakan untuk menganalisis konteks
Analisis sosilogi sastra memberikan eksternal yang meliputi: aspek
perhatian yang besar terhadap fungsi- kepengarangan novel Satin Merah (riwayat
fungsi sastra, karya sastra sebagai produk hidup pengarang, pandangan dunia
masyarakat tertentu. Konsekuensinya, pengarang terhadap permasalahan novel
sebagai timbal balik, karya sastra mesti Satin Merah). Nilai-nilai moral dalam
memberikan masukan, manfaat, terhadap kajian sosial budaya dalam proses
199
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
200
Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto
Anindito dan Rie Yanti
Tabel 1.
Data Moral Murni dalam Nasihat Sosial
NO. DATA MORAL MURNI HALAMAN FREKUENSI
DALAM NASIHAT SOSIAL
1 Nandya pun tak memperdulikan tatkala ruangan 56 5
berangsur-angsur menggelap, seolah-olah Tuhan
sedang meredupkan lampu teater kehidupan besutan-
Nya.
2 Nadya menarik napas menatap lubang yang dia gali. 107
Dengan susah payah, dia menarik tubuh Yahya menuju
lubang itu. Mulutnya beromat kamit, seperti orang
berzikir,”Maafin saya, Pak. Maafin saya…”
3 Gadis itu menutup ritualnya dengan menimbun 107
kembali liang lahat Yahya, membuatnya tampak
sealami mungkin. Nadya bersimpuh. Dengan kaki
yang terasa lemas, dia memanjatkan do’a di samping
pusaran Yahya.
4 Membunuh orang adalah dosa besar. Di negeri ini, 111
pidana semacam ini memungkinkan pelakunya diseret
ke depan regu tembak.
5 Nadya mulai tercerahkan. Sesuatu yang selama ini 212
dianggpnya anugrah ajaib dari Tuhan ternyata bisa
diperjelaskan secara logika.
201
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
utama (Nadya) merasa Tuhan seakan- sebab tuturan itu muncul dari dalam diri
seakan melelapkan kehidupan manusia. tokoh utama sebagai pancaran dari Tuhan
Moral murni tersebut muncul sebagai dan nasihat sosial yang terdapat pada
akibat dari tindakan tokoh utama sehingga contoh di atas adalah pengarang
ia berpikir bahwa tuhan telah menghukum mewujudkan tokoh utama sebagai orang
dirinya atas pebuatanya. Kalimat tersebut yang telah melakukan kesalahan dan wajib
menjelaskan moral murni dalam nasehat untuk meminta maaf.
sosial yang merupakan sesuatu Moral Murni dalam Pendidikan
penyampaian pengarang kepada pembaca. pada Tokoh Utama
Hal ini dipertegas pula pada Moral murni dalam pendidikan pada
kutipan no. 2, yaitu Mulutnya berkomat tokoh utama adalah usaha sadar dan
kamit, seperti orang berzikir,”Maafin terencana untuk mewujudkan suasana
saya, Pak. Maafin saya, kalimat tersebut belajar dan proses pembelajaran agar
menjelaskan tokoh utama (Nadya) ingin peserta didik secara aktif mengembangkan
meminta maaf kepada Yahya. Kalimat ini potensi dirinya, serta keterampilan yang
muncul pada diri pengarang atas kesalahan diperlukan dirinya untu masyarakat.
yang ia lakukan yang dianggapnya salah Adapun data moral murni dalam
menurut agama sehingga ia berusaha pendidikan pada tokoh utama
meminta maaf kepada orang lain. Contoh dideskripsikan pada Tabel 2 berikut.
di atas merupakan bentuk moral murni
Tabel 2.
Data Moral Murni dalam Pendidikan
202
Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto
Anindito dan Rie Yanti
Tabel 3
Data Moral Terapan dalam Nasihat Sosial
NO. MORAL TERAPAN DALAM NASEHAT SOSIAL HALAMAN FREKUENSI
1 Membunuh orang adalah dosa besar. Di negeri ini, 111 3
pidana semacam ini memungkinkan pelakunya
diseret ke depan regu tembak.
2 Kalau saat ini dia mengeksekusi dirinya sendiri, 111
mungkin dosa membunuh Yahya Soemantri akan
diampuni Tuhan. Tak perlu sidang. Tak usah
minta maaf pada keluarga Yahya, toh laki-laki itu
hidup sebatang kara. Tak ada rasa bersalah dan
malu. Tak akan ada konsekuensi sosial.
3 Dengan susah payah, dia menarik tubuh Yahya 110
menuju lubang itu. Mulutnya berkomat kamit,
seperti orang berzikir,”Maafin saya, Pak. Maafin
saya…”
Pada contoh No. 1 di atas, ditandai konsekuensi sosial, karena kalimat tersebut
pada kalimat “Di negeri ini, pidana menjelaskan tokoh utama (Nadya)
semacam ini memungkinkan pelakunya berupaya menutupi dirinya dengan
diseret ke depan regu tembak. Contoh di kesalahan yang ia perbuat tanpa adanya
atas merupakan moral terapan sebab penyesalan. Jadi, kalimat tersebut
kalimat itu muncul pada diri tokoh utama menjelaskan moral terapan dalam nasihat
(Nadya) dengan menghubungkan pada sosial dan merupakan sesuatu
realita sosisal, yaitu ketika seseorang penyampaian pengarang kepada pembaca
melakukan kesalahan (membunuh) pasti bahwa ketika melakukan kesalahan,
hukumannya adalah pidana. Jadi, kalimat seseorang harus bertanggung jawab.
tersebut menjelaskan moral terapan dalam
nasehat sosial yang merupakan sesuatu Moral Terapan dalam Pendidikan pada
penyampaian pengarang kepada pembaca. Tokoh Utama
Contoh No. 2 di atas, pula ditandai Moral terapan dalam nilai pendidikan
pada kalimat “Tak perlu sidang. Tak usah pada tokoh utama adalah usaha sadar dan
minta maaf pada keluarga Yahya, toh laki- terencana untuk mewujudkan suasana
laki itu hidup sebatang kara. Tak ada rasa belajar dan proses pembelajaran agar
bersalah dan malu. Tak akan ada peserta didik secara aktif mengembangkan
203
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
Tabel 4.
Data Moral Terapan dalam Pendidikan
NO. DATA MORAL TERAPAN DALAM PENDIDIKAN HALAMAN FREKUENSI
1 Seleksi tahap kedua, Dewan Guru bermusyawarah 5 12
menentukan 25 besar berdasarkan sikap dan
kepribadian sisiwa yang lolos tahap pertama selama
mereka bersekolah di SMA tersebut. Nadya pun akan
lolos pada tahap ini, siapa yang tega mengamputasi
jalannya? Anak ini tidak pernah berbuat neko-neko,
selalu datang tepat waktu, berseragam rapi, sopan
kepada guru, langganan juara kelas, pernah menang
ketika mewakili sekolah dalam lomba melukis di kelas
10.
2 Pada kompetensi ini, Nadya berencana habis-habisan 11
membanting tulang sampai remuk pun dia rela demi
sebuah pengakuan bahwa dirinya signifikan dan lebih
unggul dibandingkan dengan adiknya.
3 Dia merasa ada sesuatu yang bisa dia lakukan dengan 13
tema tersebut, bahasa Sunda ‘Bahasa tuh…budaya …
masyarakat … sosial… ah, abstrak susah diteliti ntar.’
4 Namun, Nadya memiliki keistimewaan unik. Begitu 22
gadis 17 tahun ini bertemu dan mengobrol dengan
pengarang buku yang dia baca, dia bisa segera
mengerti teori-teori di buku itu. Kemudian Nadya
akan bisa mengerjakan soal-soal apa pun berkaitan
dengan buku tersebut dengan sempurna. Jika hal itu
sudah terjadi, kecerdasan Alfi tak ada apa-apanya.
5 Nadya tercenung mencoba memahami penjelasan 41
Yahya, lalu Yahya menambahkan betapa keunggulan
sastra Sunda terletak pada kekayaan bahasanya, juga
juga deskripsi latar cerita. Itulah kenapa dari dulu
Yahya keukeuh dengan tulisan bergaya deskriptif.
6 “Tidak apa-apa. Saya malah senang ada anak yang 43
mau belajar menulis, apalagi bahasa Sunda. Tapi,
masalah bahasa nanti saja. Eneng punya kemauan
menulis itu saja sudah bagus.”
7 Pemikiran inilah yang membuat Nadya sang anggota 68
baru berani membuat topik diskusi baru. Topik itu dia
isi dengan puisinya. Nadya ingin membuat komentar.
Sebenarnya dia bisa meminta saran dan kritikan
berharga dari Yahya Soemantri, tapi sayangnya
Sastrawan itu sudah tak mungkin memberikan
komentar.
204
Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto
Anindito dan Rie Yanti
Kutipan No. 1 di atas ditandai pada rela demi sebuah pengakuan bahwa
kalimat “Nadya pun akan lolos pada tahap dirinya signifikan dan lebih unggul
ini, siapa yang tega mengamputasi dibandingkan dengan adiknya, karena
jalannya? Anak ini tidak pernah berbuat kalimat tersebut menjelaskan tokoh utama
neko-neko, selalu datang tepat waktu, (Nadya) yang memiliki kepribadian
berseragam rapi, sopan kepada guru, berprestasi yang siap bersaing. Jadi kalimat
langganan juara kelas, pernah menang tersebut menjelaskan moral terapan dalam
ketika mewakili sekolah dalam lomba pendidikan yang merupakan sesuatu
melukis di kelas 10, karena kalimat penyampaian pengarang kepada pembaca.
tersebut menjelaskan tokoh utama (Nadya) Kutipan di atas ditandai pada
yang memiliki kepribadian berprestasi dan kalimat “Dia merasa ada sesuatu yang
memiliki sifat sopan kepada guru. Jadi bisa dia lakukan dengan tema tersebut,
kalimat tersebut menjelaskan moral bahasa Sunda ‘Bahasa tuh…budaya
terapan dalam pendidikan dan merupakan …masyarakat …sosial…ah, abstrak susah
suatu penyampaian pengarang kepada diteliti ntar”, karena kalimat tersebut
pembaca. menjelaskan tokoh utama (Nadya) yang
Kutipan di atas ditandai pada memiliki kepribadian konsisten terhadap
kalimat “Nadya berencana habis-habisan sesuatu yang ia telah putuskan. Jadi,
membanting tulang sampai remuk pun dia kalimat tersebut menjelaskan moral
205
Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206
terapan dalam pendidikan yang merupakan nasihat sosial, 2) moral murni tokoh utama
sesuatu penyampaian pengarang kepada dalam pendidikan, 3) moral terapan tokoh
pembaca. utama dalam nasehat sosial, dan 4) moral
terapan dalam pendidikan. Hasil penelitian
PENUTUP ditemukan frekuensi tentang moral murni
Simpulan dalam nasehat sosial pada tokoh utama
Bertolak dari hasil pembahasan terdapat lima kutipan, moral terapan dalam
sebelumnya, adapun simpulan yang pendidikan pada tokoh utama terdapat tiga
didapatkan dalam penelitian ini adalah kutipan, moral terapan dalam nasihat
bahwa nilai-nilai moral dalam kajian sosial pendidikan pada tokoh utama terdapat tiga
budaya tokoh utama pada novel Satin kutipan, dan moral terapan dalam
Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie pendidikan pada tokoh utama terdapat
Yanti terdapat empat pembagian moral, duabelas kutipan.
yaitu 1) moral murni tokoh utama dalam
206