Anda di halaman 1dari 8

NILAI MORAL TERHADAP CERPEN WABAH KARYA A.

MUSTOFA BISRI
(GUS MUS)

Annisa Putri Maharani Lubis, Hadist Syaffiah, Nabila Cikal Arfriska,


Rizka Nafisah Rayendra N, Ruth Pricilia Tamaro
Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
annisamlubis23@gmail.com, hadistsyaffiah@gmail.com, sarinovi3359@gmail.com,
nafisah.rizka23@gmail.com, ruthpriscilatamaro@gmail.com

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terkandung pada
cerpen Wabah karya A. Mustafa Bisri (Gus Mus). Artikel ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan cara menganalisis berdasarkan kenyataan yang terdapat pada
cerpen tersebut. Pengumpulan data menggunakan teknik baca-catat dengan sumber data yang
digunakan adalah cerpen Wabah karya Gus Mus dengan cara membaca, memahami, dan
mencatat kutipan-kutipan yang sesuai dengan rumusan masalah, serta artikel yang berkaitan
dengan nilai-nilai moral. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya fenomena-
fenomena kehidupan yang berkaitan dengan moral yaitu kurangnya kepekaan terhadap
lingkungan sekitar, saling berburuk sangka terhadap orang lain sebelum menilai diri sendiri
dan hal ini sering terjadi saat ini.

Kata Kunci : Nilai Moral, Cerpen, Sosiologi Sastra.

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan suatu hasil dari proses kreatif yang dilakukan oleh pengarang
dalam menuangkan ide-idenya melalui karya sastra sebagai medianya. Karya sastra tersebut
bisa berupa prosa, Drama, maupun Puisi. Cerpen merupakan bentuk prosa yang pendek, namun
arti pendek di sini masih mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan hanya asal sedikit
halaman karena terkesan pendek dan permasalahan yang digarap tidak begitu kompleks. Nilai
dan norma dalam karya sastra berkaitan dengan budaya dan norma yang melatari penuturan
atau penulisan karya sastra tersebut.
Salah satu cerpen dari sastrawan terkenal yaitu A. Mustofa Bisri atau sering dikenal
dengan Gus Mus ini adalah Wabah dalam buku kumpulan cerpen berjudul Konvensi. Penulisan
karya tersebut berdasarkan keadaan nyata yang digunakan sebagai ide dari kumpulan cerpen.
Dalam buku kumpulan cerpen Konvensi terdapat 15 cerpen yang telah di tulis oleh A. Mustofa
Bisri. Penulisan cerpen Konvensi menggambarkan kedalamaan, kepekaan, dan kesederhanaan
Gus Mus dengan menggambarkan realitas yang ada dalam masyarakat dan negeri sebagai ide
dalam menulis.

Cerpen biasanya dibaca untuk hiburan, karena melihat struktur dan isinya relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan Novel, yang akhirnya cocok dijadikan sebagai bacaan harian,
disamping itu, di dalam cerpen juga di sisipkan beberapa nilai-nilai sosial maupun nilai moral
yang nantinya dapat dipetik manfaatnya oleh pembaca.

Nilai-nilai yang ada di dalam sebuah cerpen nantinya akan membentuk pemikiran
masyarakat melalui rangkaian cerita yang ditulis oleh pengarang di dalam cerpen. Nilai
merupakan sesuatu hal yang berguna, yang keberadaanya mampu memberikan hal positif bagi
kehidupan. Kata sosial merupakan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat ataupun
kepentingan umum. Nilai sosial merupakan segala nilai-nilai yang dapat dipetik dengan adanya
perilaku dan kehidupan sosial masyarakat. .

Penelitian ini berlandaskan pada teori sosial sastra yang menyatakan bahwa suatu karya
sastra memiliki hubungan dengan masyarakat, teori ini menampilkan bahwa sastra adalah
cerminan dari masyarakat. hal ini masuk akal karena pengarang karya sastra itu merupakan
anggota atau bagian dari masyarakat itu sendiri. Adanya hubungan karya sastra dengan
masyarakat inilah yang membuat penelitian ini akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra
dalam menganalisis. Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari
perkembangan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan
aspek sosial kemasyarakatan (Wiyatmi, 2005:97). Tujuan sosiologi sastra adalah untuk
meningkatkan suatu pemahaman terhadap sastra dan kaitannya dengan masyarakat,
menjelaskan bahwa rekaan tidak bertolak belakang dengan kenyataan. Namun pengertian sastra
sebagai cermin dalam masyarakat tidaklah selalu tepat maupun akurat karena bisa jadi
masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut tidak spesifik.

Manusia, dalam satu sisi merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan dan saling
membutuhkan, maka dari itu manusia saling berinteraksi, menghargai, dan tolong-menolong
antar sesama. Terjadi dalam sisi yang lain, ada kalanya timbul perselisihan pendapat bahkan
perkelahian sehingga berujung pada timbulnya masalah sosial. Adanya kondisi yang
berlawanan inilah perlunya kritik sosial, sebagaimana yang sering digambarkan dalam karya
sastra.

Sependapat dengan Swingewood (1997) dalam Wiyatmi (2013: 5-6) menyampaikan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu yang ilmiah serta objektif mengenai manusia dalam lingkup,
masyarakat, lembaga-lembaga dan proses sosial. Sosiologi juga membahas suatu hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat diketahi antara sosiologi
dan sastra memiliki suatu objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat

Menurut Nurgiyantoro (2015: 429), nilai moral dalam karya sastra biasanya ditampilkan
secara tersirat sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri baik buruk yang ada dalam cerita
dan akibatnya di kemudian hari. Nilai moral digunakan sebagai cerminan perilaku manusia
dalam berinteraksi dengan orang lain. Nilai moral berfungsi untuk mengendalikan, menuntun,
serta menentukan standar tingkah laku seseorang. Moral menentukan standar tingkah laku
seseorang. Moral menjadi hal mutlak yang berkaitan dengan dengan proses sosialisasi
seseorang dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, tanpa adanya moral seseorang
tidak dapat melakukan proses sosialisasi ataupun interaksi.

Menurut Wellek dan Weren (2016: 23), Karya sastra, senantiasa menawarkan pesan moral
yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat
manusia. Sifat-sifat luhur manusia tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Nilai moral
banyak ditemukan dalam karya sastra, salah satunya karya sastra dalam bentuk cerpen. Cerpen
merupakan cerita pendek yang dijabarkan lewat rentetan kejadian-kejadian itu sendiri satu
persatu, yang di mana cerita pendek ini pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang jelas
pada tokoh cerita. Selain menjadi media dalam membaca, cerpen juga bertujuan
menyampaikan pesan moral kepada si pembaca.

Endraswara (2011:81) menyatakan bahwa, fungsi sosial sastra terdiri dari tiga hal yakni
sastra sebagai pembaharuan, sastra sebagai penghibur, dan sastra harus mengajarkan sesuatu
hal dengan cara mengibur. Dalam cerpen, nilai moral biasanya dicerminkan dari perilaku atau
watak tokoh yang terdapat dalam cerpen baik disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung. Tujuannya yaitu si pembaca dapat mengambil nilai moral dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menemukan nilai moral pada isi dari cerpen Wabah tersebut, perlu adanya metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan cara menganalisis berdasarkan kenyataan yang terdapat
pada cerpen tersebut. Pengumpulan data menggunakan teknik baca-catat dengan sumber data
yang digunakan adalah cerpen “Wabah” karya Gus Mus dengan cara membaca, memahami,
dan mencatat kutipan-kutipan yang sesuai dengan rumusan masalah, serta artikel yang
berkaitan dengan nilai-nilai moral. Diharapkan artikel ini dapat menambah wawasan dan
pelajaran hidup bagi pembacanya.

TINJAUAN PUSTAKA

Artikel ini berdasarkan referensi beberapa artikel yang berkaitan dengan nilai moral ataupun
cerpen. Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil dari penelitian terdahulu terkait
dengan penelitian yang hendak dilakukan kemudian membuat ringkasannya. Berikut artikel
atau penulisan terdahulu yang berkaitan dengan tulisan peneliti.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh INCE NUR QALAM AKBAR (2020) dalam
penelitiannya yang berjudul ANALISIS NILAI-NILAI MORAL DALAM CERPEN
BERTARUNG DALAM SARUNG KARYA ALFIAN DIPPAHATANG. TINJAUAN SOSIOLOGI
SASTRA. Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan adalah deskriptif. Fokus penelitian pada bentuk nilai moral dan penyampaian nilai
moral ditinjau dari sosiologi sastranya. Teknik pengumpulan data ini menggunakan
dokumentasi, berupa kata, kalimat, dan paragraf.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Meyvani Chintyandini, Ekarini Saraswati (2021)
dalam penelitian mereka yang berjudul ANALISIS NILAI SOSIAL DALAM CERPEN
PEREMPUAN YANG BERENANG SAAT BAH KARYA ISBEDY STIAWAN ZS. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji nilai sosial yang terdapat dalam Cerpen Perempuan yang Berenang
Saat BAH Karya Isbedy Stiawan ZS. Teori yang digunakan adalah teori humanisme yang
dilontarkan oleh Abraham Maslow dengan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang
digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif bersifat deskriptif. Jenis
penelitian kualitatif digunakan untuk mengurai secara deskriptif nilai-nilai moral yang terdapat
dalam cerpen “Wabah” karya A. Mustofa Bisri. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jenis
penelitian ini mendeskripsikan dan menginterpretasi data-data yang tertulis maupun tidak
tertulis dalam wujud monolog maupun dialog tokoh, data tersebut terdapat dalam sumber data
cerpen “Wabah” karya A. Mustofa Bisri.
Menurut (Suryabrata, 2009. hlm. 76). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuka pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi kejadian-
kejadian. Dalam arti lain, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara
deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, mentest
hipotesis, membuat ramalan atau, mendapatkan makna dan implikasi walaupun penelitian yang
bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dapat berupa
kata, ungkapan, maupun kalimat yang mengungkapkan bentuk kritik sosial pada cerpen
“Wabah” karya A. Mustofa Bisri. Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan dengan
tujuan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Di dalam pembahasan penelitian yang membahas mengenai nilai moral yang terdapat
dalam cerpen Wabah dengan menerapkan teori humanisme yang dilontarkan oleh Abraham
Maslow. Dengan berpedoman kepada teori yang digunakan, maka penelitian ini ditujukan
membahas mengenai nilai-nilai kemanusiaan.
Menurut Suseno (1987: 19) kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia
sebagai manusia. Pengertian moral tidak hanya mengacu pada baik buruknya saja, misalnya
sebagai dosen, tukang masak, pemain bulu tangkis atau penceramah, melainkan sebagai
manusia yang bertanggung jawab terhadap profesinya. Bidang moral adalah bidang kehidupan
manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur
untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya
sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

Bertens (2007: 4) menjelaskan definisi arti kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:
mores) yang berarti: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Secara etimologi kata “etika” sama
dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama dari bahasa Yunani dan yang kedua berasal dari
bahasa Latin. Tindakan moral yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan dan perasaan
moral ke dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan moral ini perlu difasilitasi melalui
lingkungan sosial yang kondusif dan pembinaan moral, agar tercipta perkembangan moral
dalam pergaulan sehari-hari (Budiningsih, 2008: 7). Oleh karena itu, berdasarkan penelitian
cerpen Wabah dalam buku kumpulan cerpen Konvensi karya A. Mustofa Bisri maka
didapatkan hasil analisis mengenai kritik sosial sebagai berikut.
Wabah bau tak sedap tiba-tiba datang melanda dan banyak sekali orang-orang
membicarainya. Di satu rumah keluarga besar yang ikut dampak dari wabah bau itu mula-mula
mereka memendam pengalaman aneh itu sendiri.
Masing-masing hanya bertanya dalam hati “Bau apa ini?”
Kutipan di atas menunjukkan salah satu anggota keluarga memendam sendiri keanehan
yang terjadi di rumahnya itu.
Lalu keadaan itu meningkat berubah menjadi bisik-bisik kelompok dalam keluarga
besar itu. Kakek berbisik-bisik dengan Nenek, “Kau mencium sesuatu, Nek?”
Mula-mula memendam sendiri berubah menjadi bisik kelompok, dari kutipan di atas bisa
dilihat bahwa hal yang kecil dapat berubah jadi besar.
“Siapa gerangan yang mengeluarkan bau aneh tak sedap ini?”
“Mungkin anakmu”
Kutipan di atas memberi deskripsi bahwa bisikan kelompok itu berisi tuduhan ataupun
dugaan terhadap anggota keluarga yang lain tanpa bukti yang jelas. Tindakan ini sangat tidak
bermoral. Menuduh orang lain berdosa tanpa tahu kebenarannya merupakan sebuah fitnah.
Selain itu, pada kutipan di atas jelas sebelum memberi dugaan terhadap orang lain salah
anggota keluarga tidak terlebih dahulu memeriksa dirinya sendiri melainkan bertanya bau aneh
apa yang menyengat itu dan memberi dugaan terhadap orang lain sebagai sumber dari bau aneh
tersebut.
-.....bau aneh tak sedap yang semakin hari semakin menyengat itu ternyata sudah
mewabah ke negerinya. Wabah bau tak jelas asalnya itu sudah jadi pembicaraan
nasional. Apalagi setelah korban berjatuhan setiap hari dan jumlahnya terus meningkat.

Berdasarkan kutipan tersebut, lingkungan hidup yang diceritakan berupa pencemaran


lingkungan fisik. Pencemaran udara merupakan lingkungan fisik yang tercemar dan diangkat
dalam cerpen tersebut. Yaitu munculnya bau busuk atau tak sedap yang sangat mengganggu
aktivitas masyarakat sehari-harinya. Bahkan pencemaran udara itu bersifat ekstrim atau sangat
berbahaya karena telah memakan korban pada setiap harinya dan terus meningkat. Pencemaran
udara itu disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap lingkungan seperti pada kutipan di
bawah ini: “Alhasil, didapatkan kesimpulan yang disepakati bersama bahwa bau itu timbul
karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan”.

Permasalahan sosial pencemaran udara, yaitu munculnya bau tak sedap tersebut diduga
karena kurangnya perhatian dalam menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan maupun
kebersihan diri sendiri oleh para tokoh yang ada dalam cerita. kemudian karena manusia harus
bisa menyesuaikan dengan keadaan iklim dengan lingkungan, maka hal tersebut cukup
berpengaruh besar terhadap kesehatan. Lalu dalam cerpen tersebut, sempat juga terjadi saling
tuduh dan berburuk sangka kepada sesama anggota keluarga, karena mengira bahwa sumber
penyakit tersebut berasal dari salah satu atau beberapa anggota keluarga yang terkena penyakit,
namun ternyata wabah tersebut berasal dari luar lingkungan keluarga.

Pada akhir penceritaan wabah tersebut tidak diketahui berasal dari mana dan karena mulai
terbiasa hingga masyarakat merasa dirinya telah kebal akan wabah tersebut. Seperti kutipan di
bawah ini:

“....tampaknya sudah tidak merisaukan warga negeri lagi, karena mereka semua sudah
menjadi kebal. Bahkan, masker penutup hidung pun mereka tak memerlukannya lagi.”

Berdasarkan kutipan di atas selain solusi untuk lebih menjaga kebersihan. Upaya untuk
mengatasi pencemaran udara yang terjadi dalam cerita adalah dengan menggunakan masker
penutup hidung. Pada akhir cerita asal usul wabah tersebut masih menjadi misteri yang belum
dipecahkan, oleh karena itu masyarakat merasa bahwa dirinya sudah kebal akan wabah bau tak
sedap itu sehingga masyarakat sudah melepas maskernya dan tidak memerlukannya lagi.
Masalah sosial dalam cerpen Wabah menceritakan tentang pencemaran lingkungan fisik yang
terjadi di dalam lingkungan masyarakat dan masalahnya adalah masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan menjadi lingkungannya serta kebersihan dirinya.

Gus Mus menggambarkan bahwa masyarakat di suatu negara yang memiliki permasalahan
sosial pencemaran lingkungan cenderung tidak intropeksi diri terhadap kebersihan serta
kesehatan lingkungan negaranya sendiri. Apalagi banyaknya aksi saling tuduh dan tidak
berujung pada penyelesian masalahnya, bahkan solusi yang dilakukan pun tidak mendapati
hasil yang begitu signifikan.

SIMPULAN
Kesimpulan dari cerpen wabah ini menceritakan tentang fenomena sosial manusia yang
saling menaruh curiga karena sebuah wabah yang tak diketahui asal muasalnya. Bau aneh tak
sedap yang mula-mula dikira hanya tercium oleh masing-masing itu semakin menjadi masalah,
ketika bisik-bisik berkembang menjadi saling curiga antarmereka. Apalagi setiap hari selalu
bertambah saja anggota keluarga yang terang-terangan menutup hidungnya apabila sedang
berkumpul. Akhirnya setelah semuanya menutup hidung setiap kali berkumpul, mereka pun
sadar bahwa ternyata semuanya mencium bau aneh tak sedap itu. misteri wabah bau aneh tak
sedap itu belum terpecahkan. Tapi tampaknya sudah tidak merisaukan warga negeri termasuk
keluarga besar itu lagi. Karena mereka semua sudah terbiasa dan menjadi kebal. Bahkan
masker penutup hidung pun mereka tak memerlukannya lagi. Kehidupan mereka jalani secara
wajar seperti biasa dengan rasa aman tanpa terganggu. Segala tetek bengek persoalan dalam
sebuah negara bahkan ikut larut di dalamnya menjadi cerminan yang tak terpisahkan dari
realitas yang terjadi sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Budiningsih,, C. A. 2008. Pembelajaran Moral: Berpijak Pada Karakteristik dan Budayanya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Endaswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS.:
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press.
Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Wellek, Rene & Warren. 2016. Teori Kesustraan. Terjemahan Melani Budianta.
Jakarta: PT. Gramedia.
Wiyatmi. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra. Jakarta: Kanwa Publisher.

Anda mungkin juga menyukai