Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 39–47 39

ANALISIS NILAI MORAL PADA BUKU BUYA HAMKA SEBUAH NOVEL


BIOGRAFI KARYA HAIDAR MUSYAFA

Rostiyati1 Emah Khuzaemah2 Indrya Mulyaningsih3


1) 2) 3)
Tadris Bahasa Indonesia
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
1)
viarosie@yahoo.com 2)emahkhuzaemah@syekhnurjati.ac.id 3)indrya.m@gmail.com

Abstrak
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra. Novel ditulis oleh seorang pengarang biasanya bertujuan
untuk memperbaiki perilaku pembacanya. Seiring dengan perkembangan zaman, cerita dalam novel tidak
hanya berisi tentang khayalan melainkan berkembang menjadi novel yang berisi cerita tentang fakta.
Jenis novel yang berisi tentang fakta disebut novel biografi. Tujuan penelitian ini adakah untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai moral yang berhubungan dengan religiusitas, sosialitas,
mandiri dan bekerja keras yang terdapat dalam buku Buya Hamka Sebuah Novel Biografi Karya Haidar
Musyafa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada buku Buya Hamka Sebuah Novel Biografi Karya Haidar Musyafa terdapat nilai-nilai moral
yang berhubungan dengan religiusitas. Nilai moral yang berhubungan dengan religiusitas yaitu berkaitan
dengan kepedulian terhadap ajaran agama yang dianut.. Nilai moral yang berhubungan dengan sosialitas
antara lain kebermanfaatan diri untuk menolong sesama. Nilai moral mandiri berkaitan dengan sikap
tidak mudah bergantung kepada orang lain. Nilai moral bekerja adalah sikap pantang menyerah dalam
menyelesaikan tugas.

Kata kunci: Novel, Nilai moral, Buya Hamka Sebuah Novel Biografi.

Abstract
A novel is a form of literary work. Novels are written by an author usually aim to improve the reader's
behavior. Along with the times, the story in the novel does not only contain fantasy but develops into a
novel that contains stories about facts. Types of novels that contain facts are called biographical novels.
The purpose of this study is to describe and explain moral values related to religiosity, sociality,
independence, and hard work contained in the book Buya Hamka A Biographical Novel by Haidar
Musyafa. This research is descriptive qualitative research. The results showed that in the book Buya
Hamka A Biography Novel by Haidar Musyafa there are moral values related to religiosity. Moral values
related to religiosity, which is related to caring for the teachings of religious beliefs. Moral values related
to sociality include the use of oneself to help others. Independent moral values associated with attitudes
are not natural to depend on others. The moral value of work is the unyielding attitude of completing a
task.

Keywords: Novel, Moral Value, Buya Hamka A Biographical Novel.

©Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UM Palembang

Pendahuluan dapat membuat sebuah novel menjadi lebih


Ketika seorang pengarang menulis sempurna.
sebuah karya sastra khususnya novel, tentu Penelitian ini mengkaji nilai-nilai
tidak dapat mengabaikan unsur yang moral untuk dideskripsikan. Nilai-nilai
membangun karya sastra tersebut. Unsur tersebut diharapkan dapat dijadikan
pembangun karya sastra terbagi menjadi pedoman hidup bagi seseorang khususnya
dua yaitu unsur intrinsik dan unsur remaja. Ramaja adalah masa transisi dari
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur periode anak menuju dewasa. Pada masa ini
yang membangun dari dalam sedangkan biasanya peserta didik mengalami krisis
unsur ekstrinsik adalah unsur yang identitas. Berbagai perilaku negatif seperti
membangun karya sastra dari luar. Kedua tawuran, penyalahgunaan obat-obatan
unsur tersebut saling berkaitan sehingga terlarang dan perilaku menentang guru

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
40 Rostiyati, Analisis Nilai Moral

kerap terjadi. Sejatinya remaja memerlukan menjelaskan bahwa metode analisis isi
pedoman hidup supaya tidak terjerumus ke pertama kali digunakan di Amerika Serikat
dalam hal-hal negatif. Sarwono (2012: 111) tahun 1926. Secara praktis, metode analisis
mengungkapkan bahwa remaja isi telah digunakan jauh sebelumnya.
membutuhkan pedoman berupa nilai moral Analisis isi berhubungan dengan
sebagi petunjuk untuk mencari jati diri. komunikasi, baik secara verbal dalam
Keteladanan seorang tokoh bernama Buya bentuk bahasa maupun nonverbal dalam
Hamka dalam buku Buya Hamka Sebuah bentuk arsitektur, pakaian, alat rumah
Novel Biografi Karya Haidar Musyafa tangga dan media elektronik. Analisis ini
diharapkan dapat menjadi pedoman remaja dalam karya sastra adalah pesan-pesan yang
dalam menjalani kehidupan. dengan sendirinya sesuai dengan hakikat
Nurgiyantoro (2013: 441-442) sastra.
menyatakan bahwa wujud penyampaian Lebih lanjut, Ratna (2006: 48)
moral secara luas ke dalam persoalan menjelaskan bahwa metode analisis ini
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, terdiri atas dua macam yaitu isi laten dan isi
hubungan manusia dengan manusia lain dan komunikasi. Isi laten adalah isi yang
hubungan manusia dengan Tuhan. terkandung dalam dokumen dan naskah,
Penelitian ini mengkhususkan hanya pada edangkan isi komunikasi adalah pesan yang
bagian nilai moral hubungan manusia terkandung dalam dokumen sebagai akibat
dengan dirinya sendiri seperti nilai komunikasi yang terjadi. Isi laten
religiusitas, sosialitas dan mandiri. Hal ini merupakan isi yang dimaksudkan penulis
dilakukan supaya penelitian lebih terfokus deangkan isi komunikasi adalah isi yang
dan terarah. Pengkhususan tersebut bukan terwujud dalam hubungan dalam hubungan
berarti mengesampingkan unsur-unsur naskah dengan konsumen. Isi komunikasi
lainnya. Adapun sub masalah dalam pada dasarya mengimplikasikan isi laten
penelitian ini adalah bagaimanakah nilai- tetapi belum tentu sebaliknya. Analisis
nilai moral yang berhubungan dengan terhadap isi laten akan menghasilkan arti
religiusitas, sosialitas dan kemandirian yang sedangkan analisis terhadap isi komunikasi
terkandung dalam buku Buya Hamka akan menghasilkan makna.
Sebuah Novel Biografi Karya Haidar Dasar pemikiran metode analisis isi
Musyafa. Pengkajian ini dianggap penting adalah penafsiran. Ratna (2006: 49)
karena buku tersebut menceritakan ajaran- menyatakan bahwa sebagaimana metode
ajaran baik yang harus diterapkan dalam kualitatif, dasar pemikiran metode analisi
kehidupan sehari-hari khususnya tentang adalah penafsiran. Penafsiran dalam metode
sikap religius. analisis isi memberikan perhatian pada
pesan. Metode analisis isi dilakukan pada
Metode Penelitian dokumen-dokumen yang padat isi. Analisi
Penelitian ini merupakan jenis isi dalam karya sastra dilakukan untuk
penelitian kualitatif. Moloeng (2013: 6) meneliti gaya tulisan seorang pengarang.
menyatakan bahwa penelitian kualitatif Sumber data dalam penelitian ini
merupakan penelitian yang dimaksudkan adalah buku Buya Hamka Sebuah Novel
untuk memahami fenomena yang dialami Biografi Karya Haidar Musyafa. Teknik
subjek penelitian. Pendapat Moloeng analisis yang digunakan dalam penelitian
diperkuat oleh Endraswara (2013: 176) ini adalah teknik pustaka, baca dan catat.
yang mengungkapkan bahwa penelitian Mahsun menyatakan bahwa (2006: 93)
kualitatif deskriptif mengutamakan teknik pustaka, baca dan catat merupakan
gambaran data melalui kata-kata. Hal ini teknik membaca berulang-ulang pada objek
disebabkan karena kata-kata memuat ribuan penelitian (novel biografi) yang akan diteliti
makna dan setiap kata mendukung jutaan dan dilanjutkan dengan teknik catat yang
makna. digunakan untuk mencatat bentuk-bentuk
Metode yang digunakan dalam yang relevan bagi peneliti dari penggunaan
penelitian ini adalah metode analisis isi. bahasa secara tertulis. Teknik pustaka
Vredenberght (dalam Ratna, 2006: 48) adalah serangkaian pengumpulan data

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 39–47 41
pustaka, membaca dan mencatat serta masyarakatku sendiri, betapa banyak di
mengolah bahan penelitian. (Zed, 2008: 3) anatara umat Islam itu yang
Langkah-langkah yang dilakukan mencampuradukan antara ajaran Islam
peneliti dalam menganalisis data adalah dengan adat istiadat setempat. Tentu saja
sebagai berikut. Pertama, membaca secara hal itu merupakan perbuatan syirik, karena
intensif buku Buya Hamka Sebuah Novel menyekutukan Allah dan tidak mengikuti
Biografi Karya Haidar Musyafa. Kedua, ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan
mengklasifikasikan data berdasarkan oleh Rasulullah Saw, Tuan.” (halaman
permasalahan. Ketiga, mengidentifikasikan 247)
data yang mencerminkan nilai-nilai moral
dalam buku Buya Hamka Sebuah Novel Ketika sedang dalam pencarian jati
Biografi Karya Haidar Musyafa. Keempat, diri menuntut ilmu di Arab Saudi untuk
mendeksripsikan dan menginterpretasikan meingkatkan sikap religiusitasnya, Buya
data yang mencerminkan nilai moral Hamka bertemu dengan tokoh nasionalis
religiusitas dalam buku Buya Hamka yang juga religius bernama Haji Agus
Sebuah Novel Biografi Karya Haidar Salim. Melihat Buya Hamka yang lebih
Musyafa. senang tinggal di Arab Saudi daripada di
negerinya sendiri, Haji Agus Salim pun
Hasil dan Pembahasan menegurnya. Haji Agus Salim menyuruh
Hasil dan pembahasan data dalam Buya Hamka untuk pulang ke negeri
penelitian ini menitiberatkan pada nilai sendiri. Namun demi meningkatkan
moral religiusitas, sosialitas, mandiri dan keilmuwan di bidang agama, Buya Hamka
bekerja keras. pun memberikan pejelasan bahwa dirinya
masih ingin tinggal di Arab Saudi. Hal ini
Nilai Moral Religiusitas tercermin dalam kutipan berikut.
Religiusitas merupakan sikap
keterlibatan dan kepekaan sosial yang dapat “Tentu saja banyak yang bisa aku cari
menjadi sarana mengembangkan perilaku disini, Angku Haji. Dengan tinggal di Kota
peduli terhadap agama yang dianut. Ajaran Mekkah, maka aku bisa memperdalam
agama mengajak penganutnya untuk ajaran Islam dan banyak belajar dari
berperilaku baik sesuai dengan syariat. ulama-ulama Timur Tengah.” (halaman
Buya Hamka merupakan tokoh dalam buku 254)
yang digambarkan sangat peduli dengan
ajaran agama Islam yang dianutnya. Buya Religiusitas seseorang juga dapat
Hamka menginginkan masyarakat di dilihat dari keinginannya untuk selalu
kampung halamannya untuk meninggalkan menjalankan perintah agama. Agama Islam
hal-hal yang dianggap menyekutukan menyeru umatnya agar tepat waktu
Allah. Keinginan tersebut ditunjukkan menjalankan shalat dimanapun dan
dengan pergi merantau ke Arab Saudi untuk kapanpun. Buya Hamka yang sejak kecil
mempelajari Islam dari sumber terpercaya. sudah dididik keluarganya untuk menjadi
Kegiatan belajar di Arab Saudi adalah orang yang taat beribadah selalu mencari
bentuk kepeduliannya kepada sikap surau ketika waktu shalat telah tiba. Hal itu
religiusitas masyarakat. Dengan ilmu yang dilakukan sebagai wujud bahwa Buya
didapatkan dari Arab Saudi, Buya Hamka Hamka merupakan sosok yang religius.
berharap dapat membenahi kemusyrikan Sikap tersebut tercermin dalam kutipan
yang dilakukan orang-orang di Hindia. Hal berikut.
tersebut tercermin dalam kutipan berikut.
Terik mentari mulai berkurang. Langit
“Sebab umat Islam saat ini-khususnya yang tadinya nampak berwarna biru cerah
umat Islam di Hindia-harus diberikan berbalut awan yang menggumpal-gumpal
pemahaman yang benar soal Islam, Tuan di petalanya, kini berangsur-angsur mulai
Hamid, “ kataku dengan hati-hati, agar berubah warna. Warna kuning kemerah-
Hamid bin Majid Kurdi dapat menangkap merahan menghias petala langit, saat aku
apa yang aku sampaikan, “Di lingkungan memasuki sebuah daerah bernama Tebing

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
42 Rostiyati, Analisis Nilai Moral

Tinggi. Aku semakin mempercepat langkah. merupakan tugas mulia untuk kepentingan
Ingin sekali aku menemukan surau sebelum negara dan rakyat Indonesia. (hal 486)
malam menjelang. Aku memuji kebesaran
Allah karena tak lama kemudian, aku Nilai Moral Sosialitas
benar-benar menemukan surau di Tebing Sosialitas merupakan sikap seorang
Tinggi. (hal 259) individu yang menunjukkan perilaku
organisatoris, berfungsi mengajarkan
Kitab suci Al-Quran merupakan seseorang untuk memahami arti
bacaan yang wajib dibaca oleh umat Islam. perencanaan, pelaksanaan dan persiapan.
Buya Hamka merupakan muslim yang Sikap sosialitas direalisasikan dalam bentuk
gemar membaca ayat suci Al-Quran. kebermanfaatan untuk sesama manusia.
Kegiatan tersebut dilakukan seusai shalat Sejak muda Buya Hamka sudah tertarik
untuk menambah ketentraman hati. Al- dengan dunia organisasi. Rasa ingin
Quran mengandung ayat-ayat yang dapat tahunya yang begitu membuncah
memelihara sikap religius dan taat kepada membuatnya ingin segera merantau ke
Allah. Hal tersebut tercermin dalam kutipan Pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal memiliki
berikut. peradaban paling maju dibandingkan
dengan pulau-pulau lain yang ada di
Seperti biasa, selepas shalat subuh Indonesia.
berjamaah pagi itu, aku membaca Keinginannya merantau pun
beberapa lembar kitab suci Al-Quran. terlaksana. Buya Hamka muda tinggal
Seiring dengan matahari yang menyingsing bersama pamannya yang sudah lama
di awal hari, maka aku meneruskannya menetap di Yogyakarta. Bersama pamannya
dengan duduk-duduk di bawah pohon itulah Buya Hamka ikut tergabung dalam
randu yang menjulang gagah di halaman Persyarikatan Muhammadiyah. Di
surau. (hal 266) Persyarikatan Muhammadiyah, Buya
Hamka belajar dari beberapa kyai hebat
Sikap religius Buya Hamka tidak salah satunya bernama Kyai Haji Ibrahim.
hanya tercermin dalam kehidupan sosial Hal ini tercermin dalam kutipan berikut.
tetapi juga teraplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai warga Seminggu kemudian, aku sudah resmi
negara yang baik, Buya Hamka ikut menjadi anggota Muhammadiyah. Dengan
berjuang meraih kemerdekaan Indonesia. ikut berkiprah pada perkumpulan yang
Di tengah medan perang, terkadang rasa didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan
khawatir melemahkan semangat juangnya. sesuai dengan perkembangan Islam modern
Namun Buya Hamka tidak pasrah begitu yang digagas oleh Syaikh Jamaluddin Al-
saja. Buya Hamka mencoba tegar dan Afghani dan Muhammad Abduh itu, maka
menenangkan hati yang gundah dengan pengetahuanku tentang Islam semakin
membaca istighfar. Kalimat istighfar bertambah banyak. Banyak sekali guru-
merupakan salah satu kalimat yang terdapat guru agama yang memberi tambahan
dalam Al-Quran. Kalimat tersebut dapat pelajaran tentang Islam kepadaku,, seperti
mengobati hati yang dilanda rasa khawatir Kyai Haji Mohammad Sudja’, Kyai Haji
karena takut akan suatu hal. Hal ini Abdul Mochtar, Kyai Haji Ibrahim dan
tercermin dalam kutipan berikut. guru-guru lain yang maih sangat banyak
jumlahnya. (hal 202)
Jika rasa takut dan khawatir itu sudah
mulai melemahkan semangatku seperti itu, Setelah banyak belajar mengenai
maka tidak ada yang bisa aku lakukan cara berorganisasi, Buya Hamka pun
kecuali memperbanyak membaca istighfar, memutuskan untuk pulang ke kampung
memohon ampun kepada Allah Ta’ala. halamannya di tanah Sumatra.
Agar Dia menguatkan dan memantapkan Kepulangannya tersebut bertujuan untuk
hatiku untuk berangkat ke medan perang, membangun masyarakat yang
karena apa yang aku lakukan itu berpendidikan. Buya Hamka bersama
dengan teman-teman seperjuangan yang

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 39–47 43
memiliki pemikiran yang sama akhirnya
membangun sekolah bernama Tabliqh Sikap sosialnya yang begitu tinggi
School. Tabliqh School dibangun untuk akhirnya juga membawa Buya Hamka
mengkader generasi penerus Persyarikatan untuk mengangkat Abdur Rahim menjadi
Muhammadiyah agar memahami ajaran anaknya. Abdur Rahim merupakan seorang
Islam secara benar sesuai dengan tujuan pemuda yang cerdas di sekolah. Buya
yang hendak dicapai Persyarikatan Hamka dan istrinya yang bernama Siti
Muhammadiyah. Hal ini tercermin dalam Raham sangat kasihan pada kondisi Abdur
kutipan berikut. Rahim yang biaya pendidikannya
ditanggung oleh bibinya. Padahal bibinya
Sekolah yang kami gagas itu berhasil tidak memiliki penghasilan yang pasti.
diwujudkan. Saat itu, aku dan teman-teman Dengan mengangkat Abdur Rahim sebagai
sepakat untuk memberi nama sekolah yang anaknya, Buya Hamka dan Siti Raham
baru saja didirikan itu Tabliqh School. berharap dapat sedikit mengangkat beban
Tujuan pendirian sekolah itu adalah untuk bibi Abdur Rahim. Hal ini tercermin dalam
mengkader generasi penerus Persyarikatan kutipan berikut.
Muhammadiyah dan sebagai tempat untuk
mendidik pemuda-pemuda Muhammadiyah Seiring dengan perkembangan Abdur-
agar mereka dapat memahami ajaran Islam Rahim yang semakin pesat di sekolah, maka
secara benar dan dapat memahami tujuan- aku dan Siti Raham berinisiatif untuk
tujuan yang hendak dicapai oleh memberi perhatian serius pada anak itu
Persyarikatan Muhammadiyah. (301) dengan cara menjadikannya sebagai anak
angkat. Hal itu aku dan Siti Raham lakukan
Selain mendirikan sekolah, Buya juga bertujuan untuk meringankan beban
Hamka juga berusaha membangun cabang bibinya yang harus menanggung semua
organisasi Persyarikatan Muhammadiyah di biaya sekolah Abdur-Rahim, padahal
seantero tanah Sumatra. Buya Hamka penghasilannya tidak tentu saat itu. dengan
bekerja keras mengibarkan panji menjadikan Abdur-Rahim sebagai anak
Persyarikatan Muhammadiyah dengan angkat kami, aku berharap penghasilan
memilih kader yang memiliki loyalitas bibinya bisa ditabung untuk mencukupi
tinggi. Kader-kader terpilih diajak Buya kebutuhan hidup sehari-harinya saja. (hal
Hamka ke Makassar dan berhasil 373)
mendirikan beberapa cabang
Muhammadiyah. Hal ini tercermin dalam Sikap sosialitas Buya Hamka tidak
kutipan berikut. hanya sampai disitu. Ketika dirinya menjadi
Ketua Majelis Ulama Indonesia, Buya
Lebih dari itu, bersama dengan kader- Hamka sangat bersyukur. Hal ini
kader pilihan aku berjuang dan bekerja dikarenakan dengan tergabung dalam MUI
keras, agar bendera Muhammadiyah dapat Buya Hamka berkeinginan menangkal
berkibar gagah di seantero kota Makassar. bahaya paham komunis. Paham komunis
Sadar jika kader-kader Muhammadiyah di sangat bersebrangan dengan kaum agamis.
kota Makassar belum bekerja secara Kiprahnya di MUI diharapkan dapat
maksimal maka aku berinisiatif memilih menjadi sarana untuk mengajak rakyat
beberapa orang kader yang memiliki Indonesia lebih mengenal ajaran agamanya
loyalitas penuh terhadap perjuangan dan tehindar dari ideologi komunis yang
Muhammadiyah. Kader-kader terpilih menyesatkan. Hal ini tercermin dalam
itulah yang selanjutnya akan aku ajak kutipan berikut.
untuk mewujudkan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah di kota Makassar. Dengan Sadar bahwa pengaruh ideologi komunis,
cara seperti itu, dalam waktu yang tidak meski sudah diharamkan oleh pemerintah,
lebih dari dua bulan, kami berhasil akan bangki kembali, maka aku merasa
mendirikan beberapa cabang bersyukur dengan lahirnya Majelis Ulama
Muhammadiyah di pelosok-pelosok kota Indonesia (MUI). Dengan lahirnya MUI,
Makassar. (hal 357) lebih-lebih aku ditunjuk menjadi ketuanya,

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
44 Rostiyati, Analisis Nilai Moral

maka aku berharap kehadiran MUI dapat Di tempat yang berbeda, Buya
menjadi wadah persatuan umat Islam. Hamka juga selalu mendapatkan nasib yang
Menjadi sarana curah gagasan dan bagus. Melalui perkenalannya dengan ketua
bertukar ide untuk membangun dan pedagang Sumatra, Buya Hamka yang saat
memajukan republik ini. Juga sebagai itu belum memiliki tempat untuk bernaung
sarana untuk mengajak rakyat Indonesia diberikan kesempatan untuk tingga di
untuk lebih mengenal ajaran agamanya. rumah Haji Abu Bakar. Tetapi bertolak dari
(hal 778) prinsip mandiri yang biasa diaplikasikan
dalam hidupnya, tawaran tersebut ditolak
Nilai Moral Mandiri dengan halus. Buya Hamka memilih unttuk
Mandiri merupakan sikap tidak tetap tinggal di surau. Tinggal di surau juga
mudah bergantung kepada orang lain dalam dapat membuatnya lebih bebas dalam
menyelsaikan tugas-tugas. Sejak muda beraktivitas seperti dapat menjaga surau
Buya Hamka selalu ingin menjadikan dan membersihkannya. Hal tersebut
dirinya sebagai manusia yang mandiri. tercermin dalam kutipan berikut.
Buya Hamka tidak mau merepotkan orang
lain walaupun itu saudara sendiri. Baginya, Rasa-rasanya aku sungguh tersanjung
belajar hidup mandiri harus dimulai sejak dengan tawaran Haji Abu Bakar. Tapi saat
dini. Hal ini tercermin dalam kutipan itu aku lebih memilih untuk tetap tinggal di
berikut. surau. Sekalian bertugas sebagai penjaga
dan tukang bersih-bersih di rumah Allah
“Aku sudah besar Kanda. Sudah saatnya itu. sekilas, raut wajah Haji Abu Bakar
Malik belajar hidup mandiri.” (hal 210) terlihat kecewa. Tapi setelah aku
memberikan penjelasan, akhirnya beliau
Prinsip mandiri yang dipegang oleh dapat memahaminya. Selama tinggal di
Buya hamka terus diterapkan dimanapun Tebing Tinggi itu, aku kembali merasakan
dan kapanpun. Buya Hamka yang saat itu hidup mandiri. Tentu saja hal itu tak
pergi merantau ke Arab untuk menuntut menjadi masalah, apalagi beban. Sebab
ilmu mencoba mencari penghasilan agar aku memang sudah terbiasa hidup mandiri
tidak merepotkan orang lain. Melalui sejak usiaku masih sangat kecil. (hal 260)
perkenalannya dengan Hamid bin Majid
Kurdi Buya Hamka mendapatka pekerjaan. Bahkan ketika Buya Hamka sudah
Buya Hamka bekerja di perusahaan menikah dengan Siti Raham dan sama
percetakan milik Hamid. Semua itu sekali belum memiliki rumah, Buya Hamka
dilakukan sambil menunggu musim haji menolak tinggal serumah dengan ayahnya.
tiba. Hal tersebut tercermin dalam kutipan Buya Hamka sadar bahwa laki-laki yang
berikut. sudah menikah sudah lepas dari tanggung
jawab orang tua. Buya Hamka merasa harus
Dengan bekerja pada Hamid bin Majid memanggung kehidupan keluarganya tanpa
Kurdi, maka selain selain bisa menumpang meminta bantuan dari siapa pun. Hal
tinggal di sana, sambil menunggu musim tersebut tercermin dalam kutipan berikut.
haji tiba, aku juga bisa menambah
pemasukan untuk memenuhi berbagai Setelah menikah dengan Siti Raham, aku
macam kebutuhan hidupku secara mandiri. memutuskan untuk hidup mandiri. Meski
Tapi yang lebih menarik dari semua itu berulangkali Ayahanda Haji Rasul meminta
tentu saja adalah karena aku diberi aku dan Siti Raham tetap tinggal serumah,
kesempatan untuk membaca semua buku tapi aku menolaknya. Sebagai laki-laki, aku
semua buku yang aku sukai, yang ada di sadar bahwa setelah menikah aku sudah
penerbitan itu. tentu saja kesempatan itu terlepas dari tanggung jawab orangtua.
aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya Mau tak mau aku aku harus hidup mandiri.
untuk melahap berbagai macam buku. (hal Menanggung kehidupan keluarga sendiri
245) tanpa meminta bantuan dari orangtua. (hal
314)

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 39–47 45
Tawaran-tawaran untuk menulis di majalah Pembela Islam. Pikirku,
mendapattkan fasilitas hidup yang lebih jika tulisan-tulisan yang aku kirimkan ke
baik terus didapatkan Buya Hamka. Bandung itu dimuat, maka honornya dapat
Termasuk tawaran untuk menempati rumah aku gunakan untuk mencukupi keutuhan-
yang sudah disediakan Presiden Soekarno. kebutuhan hidupku di tanah rantau. (hal
Saat itu Presiden Soekarno menyuruh Buya 261)
Hamka untuk datang ke Jakarta.
Berdasarkan alasan tersebut, Presiden Walaupun Buya Hamka sudah
Soekarno memberikan rumah karena Buya banyak menulis untuk media massa ternyata
Hamka telah memenuhi keinginannya. masih belum bisa mencukupi kebutuhan
Namun sekali lagi Buya Hamka tidak hidup. Hal ini menjadikan Buya Hamka
menerima tawaran tersebut dan memilih sempat bingung. Honor yang didapatkan
mencari rumah lain dengan biaya pribadi. dari menulis tidak sebanding dengan
Hal tersebut tercermin dalam kutipan kebutuhan hidupnya. tetapi Buya Hamka
berikut. tidak kehilangan akal. Buya Hamka yang
terampil dalam mengajar akhirnya direkrut
Setelah anak dan istriku bisa beristirahat Haji Abu Bakar untuk menjadi guru mata
dengan tenang aku berkata, “Memang pelajaran agama Islam. Pekerjaan tersebut
tidak ada salahnya jika kita menerima cukup memnuhi kebutuhan sehari-hari
rumah pemberian Presiden Soekarno, Umi. bahkan masih sisa dan dapat ditabung. Hal
Hanya saja, hal itu bertentangan dengan tersebut tercermin dalam kutipan berikut.
prinsip yang dipegang oleh seorang
Hamka.” (Hal 500) Setidak-tidaknya itu yang pernah aku alami
saat itu. meskipun aku sudah menulis di
Nilai Moral Bekerja Keras bayak media, tapi honor yang aku dapatkan
Bekerja keras merupakan perilaku tak pernah cukup untuk memenuhi
yang menunjukkan suatu upaya sungguh- kebutuhan hidupku. Lama-lama hal itu
sungguh dalam mengatasi berbagai masalah membuat aku kebingungan. Syukur
dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya. alhamdulillah, karena dalam keadaan
Di kala bekal makanan Buya Hamka di seperti itu, aku diminta oleh Haji Abu
tanah perantauan mulai habis, Buya Hamka Bakar untuk mengajar agama Islam bagi
memutar otak agar dapat bertahan hidup. anak-anak pedagang Sumaters Barat yang
Buya Hamka menghubungi para sahabatnya bermukim di Tebing Tinggi. Dari pekerjaan
yang bergelut di bidang jurnalistik. itu aku mendapatkan gaji yang cukup untuk
Usahanya itu membuahkan hasil. Salah satu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
sahabat Buya Hamka yang bernama Bahkan aku juga bisa menyisihkan
Mohammad Natsir memberikan beberapa gulden untuk ditabung (hal 263)
kesempatan kepadanya untuk menulis di
Majalah Pembela Islam. Dengan menulis di Semakin hari Buya Hamka makin
majalah, Buya Hamka akan mendapatkan menunjukkan sikap kerja kerasnya dengan
honor. Honor tersebut dapat digunakan banyak menulis karya. Buya Hamka
untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal mendedikasikan hidupnya untuk
tersebut tercermin dalam kutipan berikut. bermanfaat bagi orang lain. Dalam waktu
singkat, Buya Hamka banyak menghasilkan
Semakin lama, bekal makanan yang aku karya. Karya-karya tersebut dipublikasikan
miliki semakin menipis. Hal itu membuat dan dicetak untuk dapat dinikati masyarakat
aku kembali berpikir. Jika aku tidak segera luas. Hal tersebut tercermin dalam kutipan
memiliki penghasilan, dapat dipastikan aku berikut.
tak dapat menyambung hidup. Sebelum
persediaan makananku habis, aku Di bidang agama Islam aku menulis,
berinisiatif untuk mengirimkan surat Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, dan
kepada Mohammad Natsir dan Ahmad Lembaga Budi. Adapun roman-roman yang
Hasan. Dalam surat itu aku katakan, jika aku tulis dan terbitkan sela tinggal di kota
aku ingin agar diberi kesempatan untuk Medan di anaranya adalah Di Bawah

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
46 Rostiyati, Analisis Nilai Moral

Lindungan Kabah, Tenggelamnya Kapal mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


Van Der Wijk, Di lembah Kehidupan, dan Tidak putus-putusnya aku menyeru,
Merantau Ke Deli. Selain itu, aku juga mengajak rakyat Minangkabau untuk
menulis cerita bersambung untuk mengisi berjihad besar-besaran melawan penjajah
salah satu rubrik di majalah Pedoman Belanda. (hal 478).
Masyarakat. (hal 381)
Simpulan
Selain menulis, Buya Hamka juga Berdasarkan hasil analisis dan
bekerja keras menjalankan tugasnya pembahasan penelitian dapat
sebagai kepala sekolah sekaligus pengajar disimpulkan bahwa dalam buku Buya
di Kulliyatul Muballighin. Buya Hamka Hamka Sebuah Novel Biografi Karya
juga semakin giat menjalankan program-
Haidar Musyafa terdapat nilai moral
program Persyarikatan Muhammadiyah.
hubungan manusia dengan dirinya
Berkat upaya dan keseriusannya itu,
akhirnya Buya Hamka diangkat menjadi sendiri berupa nilai moral religiusitas,
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di sosialitas dan nilai kemandirian.
Sumatra Barat. Hal tersebut tercermin Pertama, nilai moral religiusitas
dalam kutipan berikut. ditunjukkan dengan sikap peduli
terhadap ajaran agama, memperdalam
Selain aktif menjalankan tugas-tugas ilmu agama, menjalankan perintah
sebagai Kepala Sekolah dan pengajar di agama (shalat), membaca Al-Quran, dan
Kulliyatul Muballighin, aku juga semakin membaca kalimat istighfar saat dilanda
serius dalam menjalankan program- kegelisahan. Kedua, nilai moral
program yang ingin dicapai oleh sosialitas ditunjukkan dengan
Persyarikatan Muhammadiyah di Pulau
berorganisasi, mendirikan sebuah
Andalas bagian barat itu. seiring dengan
keseriusanku terjun di Persyarikatan sekolah, mendidik kader organisasi,
Muhammadiyah, maka pada Mei 1946 atau mengangkat anak dari keluarga kurang
enam bulan sejak kepulanganku dari Kota mampu, dan peduli terhadap keutuhan
Medan, aku diangkat menjadi Pimpinan negara. Ketiga, nilai moral mandiri
Wilayah Muhammadiyah di Sumatra Barat. ditunjukkan dengan sikap tidak mau
Keputusan itu merupakan hasil dari merepotkan orang lain, mencari
Konferensi Daerah Muhammadiyah penghasilan, dan menjaga wibawa.
Sumatra Utara, yang meminta kesediaanku Keempat, nilai moral bekerja keras
untuk menduduki jabatan tersebut ditunjukkan dengan sikap bekerja untuk
menggantikan kedudukan Haji Sutan
mendapatkan uang, menghasilkan
Mangkuto yang pada saat itu sudah resmi
karya, dan bekerja keras
ditetapkan sebagai Bupati Kota Solok. (hal
469-470) memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Kerja keras yang dianut Buya Saran


Hamka juga diterapkan dalam membela Berdasarkan kesimpulan itu,
tanah air dari penjajah. Sebagai seorang peneliti memberikan saran sebagai
ulama, aktivis sosial dan warga negara yang berikut.
baik, Buya Hamka ikut terjun ke medan 1. Hasil penelitian ini diharapkan
perang. Siang dan malam Buya Hamka dapat menjadi salah satu media
keluar masuk hutan. Buya Hamka tidak atau bahan ajar bagi guru
putus-putusnya mengajak rakyat Bahasa Indonesia dalam
Minangkabau untuk berjihad melawan
pembelajaran sastra Indoensia.
penjajah Belanda.
2. Hasil penelitian ini diharapkan
Siang-malam, aku keluar masuk hutan, dapat menjadi pembelajaran
naik-turun Bukit Sibarosok dengan tujuan sikap dan perilaku peserta didik
menggelorakan semangat perjuangan dalam kehidupan nyata.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 39–47 47

3. Hasil penelitian ini, dapat Nurgiyantoro. (2013). Teori Pengkajian


dijadikan syiar ajaran Islam bagi Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
penikmat karya sastra novel University Press.
biografi dalam menentukan
sikap dan perilaku dalam Ratna, N.K. (2006). Teori, Metode dan
Teknik Penelitian Sastra.
menjalani kehidupan sehari-hari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daftar Pustaka Sarwono, W.S. (2012). Psikologi Remaja.
Endraswara, S. (2013). Metodologi Kritik Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Zed, M. (2008). Metode Penelitian
Mahsun. (2006). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Indonesia.
Persada.

Moloeng, L. J. (2013). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Musyafa, H. (2018). Buya Hamka Sebuah


Novel Biografi. Tangerang Selatan:
Imania.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)

Anda mungkin juga menyukai