1
Anni Rahimah, 2 Mina Syanti Lubis, 3 Rahmat Afandi Dongoran
1-2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Pendidikan
IPS dan Bahasa Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan
3
Rahmat Afandi Dongoran Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Fakultas Pendidikan IPS dan Bahasa, Institut Pendidikan Tapanuli Selatan,
Padangsidimpuan
Abstract
PENDAHULUAN
Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang
sastrawan. Dalam proses penciptaan karya, setiap pengarang tentu memiliki
proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain,
terutama dalam penciptaan cerita fiksi, proses tersebut bersifat individualis.
Perbedaan proses penciptaan karya itu meliputi beberapa hal, di antaranya
metode, munculnya proses kreatif, dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam
diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan. Pengarang karya
sastra Indonesia salah satunya adalah Budi Hatees, dalam menulis karya sastra
beliau selalu menyajikan karya-karya yang menggugah jiwa pembaca dan
memberi begitu banyak pencerahan kepada pembaca untuk berupaya menjadi
insan yang lebih baik, selain itu penulis juga selalu mengajak pembaca untuk
berpikir ketika membaca karya sastra yang ditulisnya.
1. Apresiasi Sastra
Menurut Effendi (Saryono, 2009:33), mengatakan bahwa “Apresiasi sastra
adalah kegiatan menggauli ciptaan sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap ciptaan sastra”. Kegiatan ini pada akhirnya akan meningkatkan
pemahaman seseorang dalam membaca teks sastra, dan bagi pengarang, hal ini
bermanfaat sebagai bahan introspeksi untuk berkarya ke depannya. Sedangkan
Saryono (2009:34) mengatakan bahwa “Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan)
pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara
individual dan momentan, subjektif, dan eksistensial, rohaniah dan budiah,
khusuk dan kafah, dan intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya
sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman,
kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra”. Kegiatan apresiasi sastra selain
bertujuan untuk menghayati suatu karya sastra, juga bertujuan agar pembaca dapat
belajar bersikap objektif dalam memandang sebuah karya sastra, khususnya novel.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa apresiasi sastra
merupakan proses dalam menikmati sebuah karya sastra yang dihasilkan oleh
pengarang. Tujuan dilakukan apresiasi sastra biasanya untuk menghayati isi
sebuah karya tersebut, sebagai tujuan untuk menyampaikan apa yang dibacanya
dari sebuah karya sastra itu. Apresiasi sastra juga tidak bisa dilakukan tanpa
menguasai disiplin ilmu khusus perihal apresiasi, maka seseorang perlu
mempelajari kajian-kajian ilmu tentang sastra sebelum melakukan apresisasi
sebuah karya sastra, khususnya karya sastra berbentuk cerpen.
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdapat tiga jenis nilai moral yang terkandung dalam
cerpen “Bang Oloan” karya Budi Hatees, yaitu: nilai moral agama, nilai moral
adat-istiadat, dan nilai moral ideologi. Nilai moral agama dalam cerpen “Bang
Oloan” Karya Budi Hatees menggambarkan bagaimana Bang Oloan dengan
santun menghormati orang lain, dan tidak merebut hak-hak orang lain dalam
pergaulan sehari-harinya. Orang beragama tidak dapat dikatakan beragama
dengan sungguh-sungguh kalau dia tidak dengan konsekuen menghormati
martabat saban orang sebagai manusia. Tanpa membedakan jenis kelamin, agama,
kepercayaan, pandangan politis, ras, suku, kedudukan sosial dan lain sebagainya.
Nilai moral adat-istiadat menggambarkan bagaimana Bang Oloan
dipercaya oleh orang lain dalam segala hal, termasuk pekerjaan. Hal ini
dibuktikan saat dirinya diberi kepercayaan menjual sepatu dengan jumlah banyak
meski tak memiliki modal, adat-istiadat semacam ini biasa dilakukan oleh orang-
orang zaman dahulu dalam berdagang.
Masyarakat Indonesia dikenal dengan banyak suku, dari banyaknya suku
tersebut tentu masing-masing suku memiliki adat-istiadat yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Meskipun begitu, setiap suku tidak akan pernah menganggap
bahwa adat istiadat adalah sesuatu yang wajar untuk dilupakan. Adat-istiadat tidak
boleh dihilangkan dari kehidupan bermasyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang
keluar jalur moral seorang manusia.
Nilai moral ideologi menggambarkan bagaimana Bang Oloan tanpa ragu
melakukan pekerjaan apa saja, ia tak pernah memilih dalam hal pekerjaan, asal
halal ia akan dengan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan tersebut. Setiap
manusia penting memiliki ideologi dalam dirinya, sebab tanpa ideologi maka
seseorang akan menjadi sekadar manusia yang tak punya pendirian, atau tidak
bisa menentukan suatu sikap baik bagi dirinya ataupun dalam bermasyarakat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis pada cerpen “Bang
Oloan” karya Budi Hatees, dengan dengan fokus masalah nilai moral,
ditemukan: nilai moral agama, nilai moral adat-istiadat, dan nilai moral
ideologi. Hasil temuan khusus dalam penelitian sesuai dengan pendapat yang
diberikan oleh informan utama sekaligus validator penelitian yaitu Budi Hatees,
selaku penulis cerpen tersebut.
a. Saat jadi kuli panggul, ia tidak memasang tarif. Berapapun dikasih, ia terima
dengan senang hati. Orang yang memakai jasanya merasa senang.
b. Laki-laki itu begitu telaten merawat becaknya. Oli mesin tua selalu
diperhatikannya, dan onderdil yang kropos digantinya.
Kutipan ini dapat digolongkan sebagai nilai moral bersumber dari agama,
karena menggambarkan sifat Bang Oloan yang berusaha menyenangkan toke
tempat dirinya bekerja. Dalam agama juga diterangkan bahwa menyenangkan hati
orang lain termasuk anjuran yang harus dilakukan setiap manusia, terlebih kepada
orang yang telah memercayakan sesuatu kepada diri kita, seperti pekerjaan.
c. Ia tidak pernah meminta uang dari Toke Lukman untuk memperbaiki becak
skuter itu. Ia merogoh kantungnya sendiri.
d. Toke Yunus tak pelit. Toke Yunus juga pandai menyenangkan hati orang.
Apapun hasil kerja Bang Oloan, Toke Yunus selalu memujinya.
Kutipan di atas termasuk dalam nilai moral agama. Hal itu digambarkan
dari perilaku toke Yunus, dia selalu berusaha memuji hasil kerja anggotanya,
seperti yang dilakukannya pada Bang Oloan.
f. “Kau pikir lagi Firdaus.” Bang Oloan geleng kepala. “Kau teller, mana bisa
aku meladenimu dalam keadaan teller seperti itu.”
g. Berbeda dengan Bang Oloan, yang justru akan menegur Toke Lukman lebih
dahulu sebelum mendekati becak skuternya.
a. “Aku tak punya modal, Toke.” “Sudahlah! Kau bawa saja. Kalau sudah laku,
kita berhitung.
b. Tapi ia tidak tersinggung apalagi emosi karena ajakan itu. Ia tahu Firdaus
sedang teler, dan ia putuskan untuk menghindar.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang tertulis dalam pembahasan tentang nilai
moral yang terdapat dalam cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees, dapat
ditarik kesimpulan:
1. Dalam cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees, terdapat 7 nilai moral dalam
kategori agama seperti: ketika Bang Oloan dengan santun menghormati orang
lain, dan tidak merebut hak-hak orang lain dalam pergaulan sehari-harinya.
2. Terdapat 2 nilai moral dalam kategori adat-istiadat dalam cerpen “Bang
Oloan” Karya Budi Hatees menggambarkan bagaimana Bang Oloan dipercaya
oleh orang lain dalam segala hal, termasuk pekerjaan. Hal ini dibuktikan saat
dirinya diberi kepercayaan menjual sepatu dengan jumlah banyak meski tak
memiliki modal, adat-istiadat semacam ini biasa dilakukan oleh orang-orang
zaman dahulu dalam berdagang.
3. Terdapat 4 nilai moral dalam kategori ideologi menggambarkan yang terdapat
dalam “Bang Oloan” Karya Budi Hatees seperti ketika Bang Oloan tanpa ragu
melakukan pekerjaan apa saja, ia tak pernah memilih dalam hal pekerjaan, asal
halal ia akan dengan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan tersebut.
Implikasi
Implikasi adalah dampak yang dapat dirasakan di masa depan ketika
melakukan sesuatu, misalnya penelitian atau karena suatu penelitian. Implikasi
dapat juga dikatakan sebagai istilah yang sering digunakan dalam kajian mengenai
sesuatu. Secara umum masyarakat sering mengaitkan istilah implikasi dengan
suatu akibat atau dampak yang ditimbulkan dari sesuatu, apabila disebut sebagai
implikasi positif berarti apa yang ditimbulkan adalah sesuatu yang positif, namun
jika implikasinya negatif maka sesuatu yang ditimbulkan adalah negatif.
Selaras dengan pengertian implikasi dapat peneliti katakan bahwa
penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan memiliki
hubungan positif khususnya dengan dunia pendidikan. Implikasi yang peneliti
maksud di sini adalah dapat membuka wawasan yang berkaitan dengan nilai
moral: kajian Apresiasi Sastra yang terdapat dalam karya sastra, khususnya karya
sastra berbentuk cerita pendek.
Alasan peneliti mengatakan penelitian ini memiliki implikasi terhadap
dunia pendidikan adalah, bahwa mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
adalah wajib dipelajari di Indonesia. Pasalnya, baik di Indonesia ataupun di luar
negeri setiap kampus atau sekolah pasti memiliki mata pelajaran bahasa dan
sastra, dan di negara manapun pasti terdapat kampus-kampus yang memiliki
kajian ilmu sastra. Setiap ada kajian sastra tentu tidak terlepas dari kajian yang
dapat memecahkan misteri sebuah karya sastra yaitu Apresiasi Sastra. Sastra
adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan. Karena di negara manapun pasti ada
sarjana sastra, bahkan sampai tingkat doktor juga ada yang mengambil disiplin
ilmu sastra.
Penelitian ini selain dapat membuka wawasan tentang pendalaman kajian
Apresiasi Sastra juga dapat menyumbangkan sebuah ide tentang beragamnya
cerpen yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah ataupun di
perkuliahan. Seiring perkembangan zaman tentu semakin banyak pengarang yang
muncul ke permukaan dengan gaya yang aneka ragam. Bagaimana kemunculan
karya-karya pengarang ini akan diketahui oleh khalayak apabila tidak ada kajian
soal sastra dan hasil karya seorang pengarang. Tentu kemunculan para pengarang
ini akan mudah dikenali hanya lewat buku-buku pelajaran bahasa Indonesia.
Dengan adanya penelitian-penelitian tentang pengalaman humanistis:
kajian Apresiasi Sastra semacam ini, tentu akan berdampak untuk masa depan
siapapun, misalnya dapat membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian
tentang Apresiasi Sastra dalam cerpen yang tentunya akan semakin memperkaya
khazanah kesusastraan Indonesia. Selain dapat menjadi prioritas kajian ilmu
sastra, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tambahan referensi cerpen yang
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia. Selain dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dan kajian tentang sastra Indonesia, penelitian
ini juga memiliki implikasi terhadap pengetahuan karakter tokoh dalam sebuah
karya sastra. Implikasi terakhir tentang penelitian ini semoga penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih mendalami nilai moral: kajian
Apresiasi Sastra, khususnya dalam sebuah karya berbentuk cerpen.
DAFTAR PUSTAKA