Anda di halaman 1dari 11

Nilai Moral Dalam Cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees

1
Anni Rahimah, 2 Mina Syanti Lubis, 3 Rahmat Afandi Dongoran
1-2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Pendidikan
IPS dan Bahasa Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan
3
Rahmat Afandi Dongoran Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Fakultas Pendidikan IPS dan Bahasa, Institut Pendidikan Tapanuli Selatan,
Padangsidimpuan

Abstract

This study aims to describe religious moral values in short story


“Bang Oloan” by Budi Hatees. The approach of the research was
descriptive qualitative. Data technique analysis was used content
analysis model. Interview, library, and note technique were used in
collecting the data. The result of the research showed 1) there were
7 quotes of religious moral values included sincerity, pleasing
others, being polite, appreciating the work of others, being patient,
peaceful, and being noble, 2) there were 2 quotes of moral values
of customs included mutual trust and calmness, and 3) there were 4
of ideology moral values included do not know prestige in doing
work, have strong life principles, persistence in doing work, and do
not like to spread hostility towards others.

Key words: literary appreciation, moral value, Bang Oloan

PENDAHULUAN
Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang
sastrawan. Dalam proses penciptaan karya, setiap pengarang tentu memiliki
proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain,
terutama dalam penciptaan cerita fiksi, proses tersebut bersifat individualis.
Perbedaan proses penciptaan karya itu meliputi beberapa hal, di antaranya
metode, munculnya proses kreatif, dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam
diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan. Pengarang karya
sastra Indonesia salah satunya adalah Budi Hatees, dalam menulis karya sastra
beliau selalu menyajikan karya-karya yang menggugah jiwa pembaca dan
memberi begitu banyak pencerahan kepada pembaca untuk berupaya menjadi
insan yang lebih baik, selain itu penulis juga selalu mengajak pembaca untuk
berpikir ketika membaca karya sastra yang ditulisnya.

Dalam kesempatan ini peneliti akan mengkaji sebuah karyanya berbentuk


cerita pendek berjudul ”Bang Oloan”. Dalam cerpennya itu, beliau bercerita
tentang Kota Padangsidimpuan dengan segala hirukpikuk, dan kehidupan
bermasyarakat yang biasa disebut orang ”sibuk melihat orang senang”, baik dalam
bermasyarakat maupun urusan karir. Penulis menganggap karya tersebut pantas
dianalisis karena mengandung nilai-nilai moral dalam masyarakat, khususnya
masyarakat Kota Padangsidimpuan seperti latar tempat dalam cerita tersebut, yang
memang sesuai dengan realita keadaan saat ini di Kota Padangsidimpuan. Cerpen
ini sangat menarik bila dikaji menggunakan pendekatan Apresiasi Sastra.
Apresiasi merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap suatu karya yang dibuat
oleh manusia. Tujuan Apresiasi Sastra sebagai media dapat digunakan untuk
mengetahui nilai-nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan, harkat dan martabat
manusia, dan menggambarkan situasi dan kondisi kemanusiaan yang terjadi pada
zaman cerpen tersebut ditulis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
Nilai Moral Dalam Cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees: Kajian Apresiasi
Sastra. Masalah pengalaman nilai moral perlu dianalisis karena banyak kalangan
masyarakat yang menjadi pembaca (terutama karya sastra berbentuk cerpen),
namun mereka sering terlupa dan mengabaikan pesan moral yang terkandung
dalam cerita itu sendiri, entah karena hanya sejenak menghilangkan kejenuhan,
atau sekadar menghabiskan waktu luang dengan membaca. Nilai moral ini penting
diketahui, karena moral merupakan gambaran perilaku baik buruk sifat manusia,
baik antarkelompok, maupun antarmasyarakat.

1. Apresiasi Sastra
Menurut Effendi (Saryono, 2009:33), mengatakan bahwa “Apresiasi sastra
adalah kegiatan menggauli ciptaan sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap ciptaan sastra”. Kegiatan ini pada akhirnya akan meningkatkan
pemahaman seseorang dalam membaca teks sastra, dan bagi pengarang, hal ini
bermanfaat sebagai bahan introspeksi untuk berkarya ke depannya. Sedangkan
Saryono (2009:34) mengatakan bahwa “Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan)
pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara
individual dan momentan, subjektif, dan eksistensial, rohaniah dan budiah,
khusuk dan kafah, dan intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya
sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman,
kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra”. Kegiatan apresiasi sastra selain
bertujuan untuk menghayati suatu karya sastra, juga bertujuan agar pembaca dapat
belajar bersikap objektif dalam memandang sebuah karya sastra, khususnya novel.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa apresiasi sastra
merupakan proses dalam menikmati sebuah karya sastra yang dihasilkan oleh
pengarang. Tujuan dilakukan apresiasi sastra biasanya untuk menghayati isi
sebuah karya tersebut, sebagai tujuan untuk menyampaikan apa yang dibacanya
dari sebuah karya sastra itu. Apresiasi sastra juga tidak bisa dilakukan tanpa
menguasai disiplin ilmu khusus perihal apresiasi, maka seseorang perlu
mempelajari kajian-kajian ilmu tentang sastra sebelum melakukan apresisasi
sebuah karya sastra, khususnya karya sastra berbentuk cerpen.

2. Cerita Pendek (Cerpen)


Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) bahwa cerita berarti 1) tuturan
yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian,
dsbnya) 2) karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitan
orang, kejadian (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan
belaka). Sedangkan, pendek berarti kisahnya pendek (kurang dari pada 10.000
kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memutuskan diri pada
satu tokoh dalam satu situasi (suatu ketika).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu
rekaman kejadian yang berbentuk cerita dengan satu konflik, dan mengandung
suatu kisah bisa berupa fakta ataupun fiksi. Cerpen juga memiliki alur, tema,
tokoh serta unsure-unsur intrinsik dan ekstrinsik lainnya, hanya saja tetap berbeda
dengan novel meskipun sama-sama masuk dalam kategogi prosa, cerpen lebih
singkat dan padat.
3. Nilai Moral
(Irmaniati, 2017:38) mengatakan bahwa “Moral atau moralitas merupakan
tindakan yang tercermin dalam tingkah laku kita. Nilai moral memberi tata aturan
yang mengatur perilaku individu dengan mendefinisikan tindakan-tindakan yang
benar dan salah. Nilai moral adalah nilai yang berlaku sehingga menimbulkan
baik dan buruk suatu tindakan dengan tidak merugikan orang lain berdasarkan
nurani diri. Nilai moral itu antara lain: a) Nilai moral bersumber agama,
kepatuhan yang bersumber pada agama, sehingga hal ini tergantung dari ajaran
masing-masing agama. Contohnya adalah mencuri, berdusta, ingkar janji,
menfitnah, tindakan asusila, dan lain-lain. b) Nilai moral bersumber adat istiadat,
kepatutan yang bersumber adat istiadat, contohnya adalah tidak duduk diatas
orang yang lebih tua. c) Nilai moral bersumber dari ideologi, kepatutan yang
bersumber dari ideologi atau paham seseorang, misalnya seseorang bersikukuh
agar tidak merokok selama hidupnya.
a) Agama
Setiap orang yang benar-benar beragama tentu tak akan melakukan hal
yang dilarang dalam ajaran agama masing-masing, misalnya menggangu hak
orang lain. Meski ada beberapa agama yang dianut masyarakat, tapi semua jelas
mengajarkan bagaimana mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dipercayainya
tersebut; tidak ada agama yang menyesatkan penganutnya karena di dalam setiap
agama tentu ada tuntunan yang harus dijalankan. Seperti dikatakan oleh Yinger
(dalam Marzali, 2016: 61) bahwa “Agama adalah pengetahuan cultural tentang
sang supernatural yang digunakan oleh manusia untuk menghadapi masalah
paling penting tentang keberadaan manusia di muka bumi ini”.
b) Adat-Istiadat
Menurut Mangunwijaya (Jawa Pos, 9 September 1996) “Adat istiadat
adalah ungkapan hati-nurani kolektip, bahwa bangsa manusia tidak semestinya
mengacu ke hukum survival of the fittest hewani belaka, tetapi ke penataan hidup
bersama yang mengakui moral, keadilan dan budaya luhur; suatu sikap semangat
yang suka pada fair-play dan last not least: sikap ikut bela-rasa (compassionate)
dengan para dina-lemah yang tak berdaya membela diri terhadap
kesewenangwenangan berbagai bentuk.
Berdasarkan pejelasan di atas, dapat disimpulkan adat istiadat adalah suatu
kebudayaan, atau kebiasaan yang dijalankan oleh setiap orang yang bersumber
dari leluhur mereka masing-masing. Di Indonesia, setiap suku memiliki adat
istiadat berbeda-beda, dan setiap suku itu juga mengamalkan adat istiadat dengan
tata cara dan aturan masing-masing pula.
c) Ideologi
Althusser (2015: 39) juga mengatakan bahwa “Istilah ideologi ditemukan
oleh Cabanis, Destutt de Tracy dan teman-teman mereka, yang memberikan
kepadanya sebuah objek, yaitu teori (genetik) tentang gagasan. Ideologi adalah
sistem gagasan dan representasi yang mendominasi pikiran seseorang atau sebuah
kelompok sosial”. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa ideologi sangat
penting dimiliki siapapun, karena dengan memiliki ideologi maka manusia tidak
akan sekadar menjadi penonton atau justru ditonton.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ideologi
merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap orang. Ideologi wajib bagi setiap
orang agar memiliki dasar baik dalam berpikir maupun menentukan sikap dalam
kehidupannya. Tanpa ideologi, manusia tidak akan berarti apa-apa, karena
ideologi adalah ilmu yang memiliki landaasan tentang suatu hal yang akan
dilakukan oleh manusia itu sendiri.
METODOLOGI
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif.
Di sini, penulis tidak hanya fokus pada satu tempat karena objek yang diteliti
berupa naskah (teks) sastra, yaitu cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees.
Penelitian ini bukan berbentuk statis melainkan berbentuk dinamis yang dapat
terus dikembangkan. Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling
penting dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian untuk
memperoleh data untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik pengumpulan
data. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama proses
pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Membaca cerpen “Bang Oloan”.


2. Mengidentifikasi dan mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan nilai moral.
3. Mengklasifikasikan nilai moral yang terdapat dalam cerpen “Bang Oloan”
berdasarkan teori yang dijadikan sebagai landasan/dasar pengelompokan
tersebut.
4. Agar memudahkan proses pengelompokan tersebut, peneliti melakukan
pengkodean atau pemberian kode pada setiap unit kalimat yang memuat
deskripsi tentang nilai moral.
5. Menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel yang dijadikan sebagai
acuan atau format dalam pendeskripsian selanjutnya.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan


triangulasi. Triangulasi yang dimaksud adalah triangulasi teori, yaitu penelitian
terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang berbeda dalam
menganalisis data yang dibutuhkan. Menurut Bungin (2012: 264), “Salah satu
cara yang paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah
dengan melakukan triangulasi peneliti, metode, teori, dan sumber data”. Bungin
menegaskan cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan
kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis isi (content analysis),
karena analisis isi berkaitan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Dalam
penelitian kualitatif, analisis isi digunakan dengan maksud agar simbol-simbol
yang ada pada komunikasi dapat terbaca dalam interaksi sosial. Analisis isi
(content analysis) merupakan teknik atau upaya yang dilakukan untuk
mengklarifikasikan lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi sehingga
pesan atau isi yang terdapat dalam komunikasi itu dapat dipahami. Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2014: 91-99), “Aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, (1)
reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan. Model analisis
mengalir atau triangulasi mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan
baik, yakni sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan teknik analisis
data merupakan proses menganalisis data penelitian secara kualitatif agar dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan logis. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga komponen, yaitu:
1. Reduksi Data
Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang
terperinci. Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, kemudian dilakukan
penyederhanaan data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah
yang akan dianalisis, dalam hal ini tentang nilai moral dalam cerpen “Bang
Oloan” karya Budi Hatees. Informasi-informasi yang mengacu pada
permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
2. Penyajian Data
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun
secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami.Data-data tersebut kemudian
dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang kejelasan nilai moral yang terdapat
dalam cerpen tersebut.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh
sejak awal penelitian.Kesimpulan ini masih memerlukan tahap verifikasi
(penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil diperoleh benar-
benar valid. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung sampai akhir penelitian.

HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdapat tiga jenis nilai moral yang terkandung dalam
cerpen “Bang Oloan” karya Budi Hatees, yaitu: nilai moral agama, nilai moral
adat-istiadat, dan nilai moral ideologi. Nilai moral agama dalam cerpen “Bang
Oloan” Karya Budi Hatees menggambarkan bagaimana Bang Oloan dengan
santun menghormati orang lain, dan tidak merebut hak-hak orang lain dalam
pergaulan sehari-harinya. Orang beragama tidak dapat dikatakan beragama
dengan sungguh-sungguh kalau dia tidak dengan konsekuen menghormati
martabat saban orang sebagai manusia. Tanpa membedakan jenis kelamin, agama,
kepercayaan, pandangan politis, ras, suku, kedudukan sosial dan lain sebagainya.
Nilai moral adat-istiadat menggambarkan bagaimana Bang Oloan
dipercaya oleh orang lain dalam segala hal, termasuk pekerjaan. Hal ini
dibuktikan saat dirinya diberi kepercayaan menjual sepatu dengan jumlah banyak
meski tak memiliki modal, adat-istiadat semacam ini biasa dilakukan oleh orang-
orang zaman dahulu dalam berdagang.
Masyarakat Indonesia dikenal dengan banyak suku, dari banyaknya suku
tersebut tentu masing-masing suku memiliki adat-istiadat yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Meskipun begitu, setiap suku tidak akan pernah menganggap
bahwa adat istiadat adalah sesuatu yang wajar untuk dilupakan. Adat-istiadat tidak
boleh dihilangkan dari kehidupan bermasyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang
keluar jalur moral seorang manusia.
Nilai moral ideologi menggambarkan bagaimana Bang Oloan tanpa ragu
melakukan pekerjaan apa saja, ia tak pernah memilih dalam hal pekerjaan, asal
halal ia akan dengan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan tersebut. Setiap
manusia penting memiliki ideologi dalam dirinya, sebab tanpa ideologi maka
seseorang akan menjadi sekadar manusia yang tak punya pendirian, atau tidak
bisa menentukan suatu sikap baik bagi dirinya ataupun dalam bermasyarakat.

PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis pada cerpen “Bang
Oloan” karya Budi Hatees, dengan dengan fokus masalah nilai moral,
ditemukan: nilai moral agama, nilai moral adat-istiadat, dan nilai moral
ideologi. Hasil temuan khusus dalam penelitian sesuai dengan pendapat yang
diberikan oleh informan utama sekaligus validator penelitian yaitu Budi Hatees,
selaku penulis cerpen tersebut.

1. Nilai Moral Agama


Menurut Suseno (2015: 8) “Agama harusnya menjadi pembela paling
gigih jaminan terhadap hak-hak asasi manusia. Karena hak-hak asasi manusia tak
lain adalah terjemahan hormat terhadap martabat manusia ke dalam kehidupan
bersama suatu bangsa”. Dalam penelitian ini penulis menganalisis kutipan-kutipan
dalam cerpen “Bang Oloan” mengacu pada pendapat pakar mengenai agama.
Maka, data yang ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Saat jadi kuli panggul, ia tidak memasang tarif. Berapapun dikasih, ia terima
dengan senang hati. Orang yang memakai jasanya merasa senang.

Kutipan tersebut masuk dalam moral agama karena menggambarkan


keiklasan Bang Oloan dalam melakukan pekerjaan. Dia tak pernah memasang
tarif tinggi seperti kebanyakan orang yang suka mengambil untung tinggi, dapat
diartikan pula Bang Oloan tidak suka memakan hasil pekerjaan yang bersifat riba.

b. Laki-laki itu begitu telaten merawat becaknya. Oli mesin tua selalu
diperhatikannya, dan onderdil yang kropos digantinya.
Kutipan ini dapat digolongkan sebagai nilai moral bersumber dari agama,
karena menggambarkan sifat Bang Oloan yang berusaha menyenangkan toke
tempat dirinya bekerja. Dalam agama juga diterangkan bahwa menyenangkan hati
orang lain termasuk anjuran yang harus dilakukan setiap manusia, terlebih kepada
orang yang telah memercayakan sesuatu kepada diri kita, seperti pekerjaan.
c. Ia tidak pernah meminta uang dari Toke Lukman untuk memperbaiki becak
skuter itu. Ia merogoh kantungnya sendiri.

Kutipan ini termasuk dalam nilai moral agama karena menggambarkan


betapa mulianya sikap Bang Oloan terhadap toke sendiri. Biasanya, kebanyakan
orang ketika bekerja sering menganggap enteng suatu pekerjaan dan tak
memperdulikan kerugian toke, sehingga orang tersebut memperlakukan toke
seenaknya sendiri. Tapi berbeda dengan Bang Oloan, yang selalu berusaha tidak
merepotkan tokenya.

d. Toke Yunus tak pelit. Toke Yunus juga pandai menyenangkan hati orang.
Apapun hasil kerja Bang Oloan, Toke Yunus selalu memujinya.

Kutipan di atas termasuk dalam nilai moral agama. Hal itu digambarkan
dari perilaku toke Yunus, dia selalu berusaha memuji hasil kerja anggotanya,
seperti yang dilakukannya pada Bang Oloan.

e. “Tidak, Firdaus.” Bang Oloan mencoba menenangkan Firdaus. “Tidak ada


permusuhan di antara kita.”

Kutipan ini tergolong dalam nilai moral agama karena menggambarkan


sikap tenang Bang Oloan saat ditantang berkelahi oleh penarik becak lain bernama
Firdaus. Saat itu Bang Oloan melihat Firdaus sedang mabuk, dan tiba-tiba
mengajaknya berkelahi, tapi dengan tenang Bang Oloan merespons perdamaian,
sekalipun tawaran itu tidak mendapat respons baik dari Firdaus.

f. “Kau pikir lagi Firdaus.” Bang Oloan geleng kepala. “Kau teller, mana bisa
aku meladenimu dalam keadaan teller seperti itu.”

Kutipan ini tergolong dalam nilai moral agama karena menggambarkan


perilaku Bang Oloan yang tidak terpancing dengan ajakan berkelahi yang
diajukan oleh Firdaus. Di sini terlihat jika Bang Oloan berusaha meredam
pertengkaran dan lebih baik meninggalkan pertikaian daripada melayani tawaran
dari orang mabuk.

g. Berbeda dengan Bang Oloan, yang justru akan menegur Toke Lukman lebih
dahulu sebelum mendekati becak skuternya.

Kutipan ini termasuk dalam nilai moral agama karena menggambarkan


sikap ramah Bang Oloan terhadap toke Lukman. Dalam agama manapun tutur
sapa selalu dianjurkan kepada siapapun, terlebih pada orang yang telah baik
kepada kita.
2. Nilai Moral Adat-Istiadat
Menurut Mangunwijaya (Jawa Pos, 9 September 1996) “Adat istiadat
adalah ungkapan hati-nurani kolektip, bahwa bangsa manusia tidak semestinya
mengacu ke hukum survival of the fittest hewani belaka, tetapi ke penataan hidup
bersama yang mengakui moral, keadilan dan budaya luhur; suatu sikap semangat
yang suka pada fair-play dan last not least: sikap ikut bela-rasa (compassionate)
dengan para dina-lemah yang tak berdaya membela diri terhadap
kesewenangwenangan berbagai bentuk. Dalam penelitian ini penulis menganalisis
kutipan-kutipan dalam cerpen “Bang Oloan” mengacu pada pendapat pakar
mengenai adat istiadat. Maka, data yang ditemukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:

a. “Aku tak punya modal, Toke.” “Sudahlah! Kau bawa saja. Kalau sudah laku,
kita berhitung.

Kutipan di atas termasuk dalam nilai moral adat-istiadat karena


menggambarkan saling percaya satu dengan lain dalam hal bisnis. Dalam kutipan
tersebut dapat kita lihat bagaimana sikap Toke Yunus yang dengan mudah
memberi kepercayaan pada Bang Oloan untuk menjualkan barang dagangannya
meski tanpa modal sepeserpun.

b. Tapi ia tidak tersinggung apalagi emosi karena ajakan itu. Ia tahu Firdaus
sedang teler, dan ia putuskan untuk menghindar.

Kutipan ini tergolong dalam nilai moral adat-istiadat karena


menggambarkan sikap Bang Oloan yang sangat tenang dan tidak terpancing emosi
saat diajak berkelahi oleh Firdaus. Dalam adat istiadat juga diajarkan untuk tidak
memancing atau memperkeruh suatu keadaan apalagi seseorang yang
menawarkan perkelahian sedang dalam keadaan mabuk.

3. Nilai Moral Ideologi


Kristeva (2010: 5) “Pada dasarnya ideologi berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari dua kata: ideos artinya pemikiran, dan logis artinya logika, ilmu,
pengetahuan. Dapatlah didefinisikan ideologi merupakan ilmu mengenai
keyakinan dan cita-cita. Ideologi merupakan kata ajaib yang menciptakan
pemikiran dan semangat hidup diantara manusia terutama kaum muda, khususnya
diatara cendekiawan atau intelektual dalam suatu masyarakat”. Dalam penelitian
ini penulis menganalisis kutipan-kutipan dalam cerpen “Bang Oloan” mengacu
pada pendapat pakar mengenai ideologi. Maka, data yang ditemukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:

a. Orang menyebutnya “laki-laki cap mau” karena ia mau melakukan pekerjaan


apa saja; dari hal besar sampai hal kecil, dari yang sepele sampai yang serius.

Kutipan tersebut termasuk dalam nilai moral ideologi karena


menggambarkan sikap Bang Oloan yang tidak memilih pekerjaan, tidak semua
orang bisa bersikap seperti Bang Oloan. Banyak orang yang memilih pekerjaan
karena gengsi atau karena hal lain, tapi beda dengan Bang Oloan, asal halal dia
siap mengerjakan apapun asal tidak saling merugikan satu sama lain.
b. Ia tak pernah menimbangnimbang, menghitung untung dan rugi sedemikian
sikit. Ia punya prinsip, asal halal, maka akan ia lakukan dengan senang hati.

Kutipan ini masuk dalam nilai moral ideologi karena menggambarkan


kepribadian Bang Oloan yang tak seperti kebanyakan orang ketika bekerja. Di sini
terlihat bahwa Bang Oloan memiliki prinsip hidup yang kuat, atau biasa disebut
ideologi.

c. Setiap malam, Bang Oloan menggelar sepatu-sepatunya di pinggir jalan.

Kutipan tersebut disebut moral ideologi karena menggambarkan kegigihan


Bang Oloan dalam menjalankan pekerjaannya. Terlihat dia samasekali tidak
merasa lelah meski seharian menarik becak, dan malamnya harus berjualan sepatu
lagi. Jadi, setiap hari Bang Oloan sepulang dari menarik becak akan langsung
mendorong gerobak berisi sepatu berkarung-karung untuk di jual di sekitar alun-
alun kota.
d. Ia tidak terburu-buru. Langkahnya tetap tenang.

Kutipan ini tergolong dalam nilai moral ideologi karena menggambarkan


betapa tenangnya sikap Bang Oloan ketika menghadapi masalah. Dalam hal ini
dia yang memang tidak suka menebar permusuhan terhadap sesamanya terlihat
sangat menjaga ketenangan dirinya agar tidak terpancing emosi saat menghadapi
masalah.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang tertulis dalam pembahasan tentang nilai
moral yang terdapat dalam cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees, dapat
ditarik kesimpulan:
1. Dalam cerpen “Bang Oloan” Karya Budi Hatees, terdapat 7 nilai moral dalam
kategori agama seperti: ketika Bang Oloan dengan santun menghormati orang
lain, dan tidak merebut hak-hak orang lain dalam pergaulan sehari-harinya.
2. Terdapat 2 nilai moral dalam kategori adat-istiadat dalam cerpen “Bang
Oloan” Karya Budi Hatees menggambarkan bagaimana Bang Oloan dipercaya
oleh orang lain dalam segala hal, termasuk pekerjaan. Hal ini dibuktikan saat
dirinya diberi kepercayaan menjual sepatu dengan jumlah banyak meski tak
memiliki modal, adat-istiadat semacam ini biasa dilakukan oleh orang-orang
zaman dahulu dalam berdagang.
3. Terdapat 4 nilai moral dalam kategori ideologi menggambarkan yang terdapat
dalam “Bang Oloan” Karya Budi Hatees seperti ketika Bang Oloan tanpa ragu
melakukan pekerjaan apa saja, ia tak pernah memilih dalam hal pekerjaan, asal
halal ia akan dengan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan tersebut.

Implikasi
Implikasi adalah dampak yang dapat dirasakan di masa depan ketika
melakukan sesuatu, misalnya penelitian atau karena suatu penelitian. Implikasi
dapat juga dikatakan sebagai istilah yang sering digunakan dalam kajian mengenai
sesuatu. Secara umum masyarakat sering mengaitkan istilah implikasi dengan
suatu akibat atau dampak yang ditimbulkan dari sesuatu, apabila disebut sebagai
implikasi positif berarti apa yang ditimbulkan adalah sesuatu yang positif, namun
jika implikasinya negatif maka sesuatu yang ditimbulkan adalah negatif.
Selaras dengan pengertian implikasi dapat peneliti katakan bahwa
penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan memiliki
hubungan positif khususnya dengan dunia pendidikan. Implikasi yang peneliti
maksud di sini adalah dapat membuka wawasan yang berkaitan dengan nilai
moral: kajian Apresiasi Sastra yang terdapat dalam karya sastra, khususnya karya
sastra berbentuk cerita pendek.
Alasan peneliti mengatakan penelitian ini memiliki implikasi terhadap
dunia pendidikan adalah, bahwa mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
adalah wajib dipelajari di Indonesia. Pasalnya, baik di Indonesia ataupun di luar
negeri setiap kampus atau sekolah pasti memiliki mata pelajaran bahasa dan
sastra, dan di negara manapun pasti terdapat kampus-kampus yang memiliki
kajian ilmu sastra. Setiap ada kajian sastra tentu tidak terlepas dari kajian yang
dapat memecahkan misteri sebuah karya sastra yaitu Apresiasi Sastra. Sastra
adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan. Karena di negara manapun pasti ada
sarjana sastra, bahkan sampai tingkat doktor juga ada yang mengambil disiplin
ilmu sastra.
Penelitian ini selain dapat membuka wawasan tentang pendalaman kajian
Apresiasi Sastra juga dapat menyumbangkan sebuah ide tentang beragamnya
cerpen yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah ataupun di
perkuliahan. Seiring perkembangan zaman tentu semakin banyak pengarang yang
muncul ke permukaan dengan gaya yang aneka ragam. Bagaimana kemunculan
karya-karya pengarang ini akan diketahui oleh khalayak apabila tidak ada kajian
soal sastra dan hasil karya seorang pengarang. Tentu kemunculan para pengarang
ini akan mudah dikenali hanya lewat buku-buku pelajaran bahasa Indonesia.
Dengan adanya penelitian-penelitian tentang pengalaman humanistis:
kajian Apresiasi Sastra semacam ini, tentu akan berdampak untuk masa depan
siapapun, misalnya dapat membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian
tentang Apresiasi Sastra dalam cerpen yang tentunya akan semakin memperkaya
khazanah kesusastraan Indonesia. Selain dapat menjadi prioritas kajian ilmu
sastra, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tambahan referensi cerpen yang
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia. Selain dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dan kajian tentang sastra Indonesia, penelitian
ini juga memiliki implikasi terhadap pengetahuan karakter tokoh dalam sebuah
karya sastra. Implikasi terakhir tentang penelitian ini semoga penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih mendalami nilai moral: kajian
Apresiasi Sastra, khususnya dalam sebuah karya berbentuk cerpen.

DAFTAR PUSTAKA

Althusser, Louis. Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara (Catatan-Catatan


Investigasi). IndoPROGRESS, 2015
Bungin, Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Irmaniati. Analisis Pesan Moral Yang Terkandung Dalam Puisi “Bersatulah
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta” Karya W.S Rendra. Jurnal Onoma:
Pendidikan, Bahasa dan Sastra ISSN 2443-3667. PBSI FKIP Universitas
Cokroaminoto Palopo Volume 2 Nomor 2
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa, Balai
Pustaka.
Mangunwijaya, YB. 1996. Adat Suaka; Ungkapan Nurani Kolektif. Jawa Pos edisi
9 September 1996.
Marzali, Amri. 2016. Agama dan Kebudayaan. Universitas Malaya: Indonesian
Journal of Anthropology. Vol. 1
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suseno, Magnis Franz. 2015. Agama, Keterbukaan dan Demokrasi (Harapan dan
Tantangan). Jakarta. Pusat Studi Agama dan Demokrasi Yayasan
Paramadina.

Anda mungkin juga menyukai