Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu bentuk hasil dari imajinasi seorang pengarang

yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Biasanya yang menjadi topik dari karya

sastra adalah tentang kehidupan manusia, baik itu pengalaman dari pengarang itu

sendiri, maupun fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Menurut Wordsworth (dalam Siswanto, 1992:5), sastra merupakan

sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Sang seniman

menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta

alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan

emosi yang spontan.

Karya sastra merupakan gambaran totalitas dari kehidupan masyrakat yang

menciptakannya. Apa saja yang ditemui dalam karya sastra tidak pernah terlepas

dari gambaran masyrakatnya. Setelah itu, para pencipta karya sastra (sastrawan)

dapat menggunakan pengalaman, pikiran, dan proses imajinasinya sehingga karya

itu menarik untuk dibaca, dipahami, dinikmati, dan dianalisis untuk menangkap

dan memanfaatkan pesan yang diperoleh di dalamnya. Oleh karena itu, karya

sastra tidak pernah dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang

menciptakannya atau yang melahirkannya. Karya sastra merupakan gambaran

1
tentang apa yang pernah berlaku atau yang sedang dijalankan atau apa yang akan

dijalankan pada waktu yang akan datang di dalam kehidupan masyarakatnya

(Tantawi, 2017:51).

Menurut Edy (dalam Tantawi, 2017:51), dapat diperkirakan karya sastra

akan tetap bertahan menjadi sumber bacaan bagi semua lapisan usia di semua

bangsa di permukaan bumi ini. Di samping itu juga novel atau karya fiksi lebih

banyak dikarang dan diterbitkan dibanding karya ilmiah.

Menurut Semi (dalam Siswanto, 2008: 67), selain sebagai sebuah karya

seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif

yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra yang telah

dilahirkan oleh sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasan estetik dan

intelektual bagi pembaca. Namun, sering karya sastra tidak mampu dinikmati dan

dipahami sepenuhnya oleh sebagian pembacanya. Dalam hubungan ini perlu

adanya penelaah dan peneliti sastra.

Menurut Griffith (dalam Siswanto, 2008:72), tidak bisa dipungkiri bahwa

yang menulis karya sastra adalah sastrawan, mengartikan karya sastra sebagai

hasil ekspresi individual penulisnya, kepribadian, emosi, dan kepercayaan penulis

akan tertuang dalam karya sastranya.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra. Novel berasal dari

bahasa Italia, yaitu novella yang berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’. Dalam

perkembangannya, novel diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk

2
prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika

kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kisah novel berawal dari

kemunculan persoalan yang dialami oleh tokoh sehingga tahap penyelesaiannya

(Kosasih, 2016:54).

Menurut Jassin (dalam Tantawi, 2017:56), novel adalah salah suatu

karangan fiksi yang berbentuk prosa yang menceritakan satu periode kehidupan

pelaku utamanya. Di dalam novel selalu ada bagian-bagian yang berkembang

menjadi alur atau jalan cerita.

Novel adalah suatu karya sastra yang di dalamnya terdapat kejadian-

kejadian yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Novel diungkapkan oleh

pengarang melalui perasaan yang sangat dalam. Di dalam novel terdapat banyak

tokoh yang memerankan banyak kejadian seperti tokoh utama.

Novel memiliki bermacam-macam karakter tokoh yang sangat menarik

untuk dipahami lebih mendalam. Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur

karya Muhidin M Dahlan memiliki kepribadian baik yang menonjol pada tokoh

utama. Novel ini merupakan sebuah kisah nyata seorang wanita bernama Nidah

Kirani. Nidah Kirani adalah seorang mahasiswi S1 yang merupakan seorang

aktivis sebuah organisasi Islam. Nidah Kirani seorang wanita yang sholeha, yang

selama hidupnya hanya dihabiskan untuk beribadah seperti sholat dan membaca

Al-quran. Dia seorang muslimah yang taat, tubuhnya dihijabi oleh jubah dan

jilbab besar. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya

3
kerap dia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa.

Kirani hampir melupakan kehidupan duniawinya. Cita-citanya hanya satu yaitu

untuk menjadi wanita muslimah yang beragama secara kaffah. Namun, tekadnya

untuk memperdalam agama dengan mengikuti organisasi ini pupus. Dia

menemukan kejanggalan-kejanggalan di organisasi ini yang memperbolehkan

melakukan segala cara dalam mengumpulkan dana seperti dengan cara menipu,

mencuri, dan melacur. Novel tersebut menceritakan kepribadian seorang wanita

yang memberontak dan ingin Tuhan melihatnya.

Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevensi

dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi turut berperan penting dalam

penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya

sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan

dipusatkannya perhatian pada tokoh utama, maka akan dapat dianalisis

kepribadiannya. Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang

disebut dengan “Psikologi Sastra”. Maka wajar saja karakter seorang tokoh sangat

menarik untuk dikaji melalui pendekatan psikologi sastra.

Berdasarkan hal inilah sebuah karya sastra perlu dianalisis untuk mencari

sebuah kebenarannya. Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin

M Dahlan perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dengan menggunakan teori

psikologi sastra.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan dikaji adalah:

1. Bagaimanakah kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam novel

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar penelitian ini tidak meluas dan

menyimpang dari hal-hal yang direncanakan. Penelitian ini dibatasi pada

kepribadian tokoh utama dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya

Muhidin M Dahlan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam novel

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur.

1.4.2 Manfaat penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini bermanfaat untuk menyumbangkan pandangan ilmu

sastra khususnya psikologi sastra tentang kepribadian tokoh utama dalam

5
novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Adapun manfaat teoritis

dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembaca dapat memahami teori psikologi sastra yang saat ini sering

dipergunakan dalam pengkajian karya sastra.

2. Penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pengamat sastra dalam

bidang pengkajian perilaku psikis dalam karya sastra.

3. Memperkaya pengkajian Sastra Indonesia, khususnya kajian psikologi

sastra.

4. Menjadi bahan bacaan bagi pengkaji sastra dalam sudut pandang lain.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk menikmati dan

memahami novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur.

2. Hasil penelitian ini dapat memperluas apresiasi pembaca umum

terhadap studi psikologi sastra.

3. Hasil penelitian ini dapat menambah perkembangan penelititan karya

sastra dengan pengkajian psikologi sastra.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti psikologi

sastra berikutnya.

6
BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan

sebagai gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa

yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain.

Dari defenisi di atas, penulis menilai bahwa defenisi ini yang paling tepat

untuk menggambarkan konsep dalam skripsi ini yaitu, gambaran kepribadian dari

objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal

budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian, konsep digunakan sebagai

kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, atau pun memaparkan suatu objek atau

topik pembahasan. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran

dari objek berupa novel yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur yang

akan dibahas dalam suatu pembahasan proposal yang berjudul Kepribadian

Tokoh Utama Nidah Kirani Dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur

Karya Muhidin M Dahlan yang dianalisis dari pendekatan Psikologi Sastra.

2.1.1 Novel

Menurut Jassin (dalam Tantawi, 2017:56), novel adalah salah suatu

karangan fiksi yang berbentuk prosa yang menceritakan satu periode kehidupan

7
pelaku utamanya. Di dalam novel selalu ada bagian-bagian yang berkembang

menjadi alur atau jalan cerita.

2.1.2 Kepribadian

Menurut Allport (dalam Koswara 1991: 11) kepribadian adalah suatu

organisasi yang dinamis dari sistem psikofik individu yang menentukan tingkah

laku dan pemikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah ‘sistem

psikofik’ dengan maksud menunjukkan bahwa “jiwa” dan “raga” manusia adalah

suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di

antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku.

Sedangkan istilah “khas” dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti

bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap

individu memiliki kepribadiannya sendiri.

2.1.3 Tokoh Utama

Tokoh utama adalah pelaku yang mempunyai peran penting dalam sebuah

cerita yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu

menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh tersebut

disebut penokohan.

Marnazira (2013. Diakses pada Tanggal 20 Pebruary 2018), tokoh

merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga

peristiwa itu mampu menjalin cerita atau tokoh ialah pelaku dalam karya sastra.

8
Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita. Tokoh dalam

cerita fiksi juga dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan atau

pembantu, yaitu:

1. Tokoh utama, dengan indikasi atau ciri:

a. Tokoh tersebut sering muncul.

b. Tokoh yang sering berkomentar.

2. Tokoh tambahan atau pembantu, dengan indikasi atau ciri:

a. Tokoh yang mendukung tokoh utama.

b. Tokoh yang hanya diberi komentar alakadarnya.

Menurut Aminuddin (dalam Siswanto 2008:142), tokoh adalah pelaku

yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin

suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.

Menurut Aminuddin (dalam Siswanto 2008:145), ada beberapa cara

memahami watak tokoh. Cara itu adalah melalui:

1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan

kehidupnya maupun cara berpakaiannya.

3. Menunjukkan bagaimana perilakunya.

9
4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.

5. Memahami bagaimana jalan pikirannya.

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya.

7. Melihat tokoh lain berbincang dengannya.

8. Melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain itu memberi reaksi

terhadapnya.

9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam meraksi tokoh yang lain.

2.1.4 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah suatu telaah karya sastra yang melihat dari segi

kejiwaan yang terjadi pada tokoh dalam karya sastra. Teori psikologi bukanlah hal

yang baru dalam sastra, karena tokoh dalam sebuah karya sastra memiliki jiwa

yang dibahas dalam psikologi.

Menurut Ratna (2015:342-343), tujuan psikologi sastra adalah memahami

aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian,

bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan

kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan

pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman

terhadap tokoh-tokohnya, misalnya, masyarakat dapat memahami perubahan,

kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam

10
masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike. Ada tiga cara yang dapat

dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu:

a. Memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis.

b. Memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya

sastra.

c. Memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

Menurut Wellek dan Warren (dalam Ratna, 2015:34), membedakan

analisis psikologis yang pertama ini menjadi dua macam, yaitu studi psikologi

yang semata-mata berkaitan dengan pengarang, seperti kelainan kejiwaan, sebagai

sejenis gejala neurosis, sedangkan studi yang kedua berhubungan dengan

inspirasi, ilham, dan kekuatan-kekuatan supernatural lainnya.

2.2 Landasan Teori

Dalam mengalisis novel ini, penulis menggunakan teori psikologi sastra.

Menurut Freud (dalam Ratna, 2015:344), teori psikologi yang paling dominan

dalam analisis karya sastra adalah teori Freud yang membedakan kepribadian

menjadi tiga macam, yaitu:

1. Id merupakan energik psikis dan naluri yang menekan manusia agar

memenuhi kebutuhan dasar misalnya, kebutuhan seks, menolak, rasa

sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud, id berada di dalam bawah

11
sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan

dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan

selalu menghindari ketidaknyamanan.

Analisis kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur tentang id pribadi yang cerdas dan gemar membaca,

berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur:

”Hari-hari ku di pos jemaah ku habiskan untuk membaca; membacai apa


saja yang ada di pos. Majalah, buletin, brosur, buku. Tapi yang paling
kusenangi adalah sebuah dokumen tua tentang sejarah perjuangan umat
Islam Indonesia yang disusun oleh Eyang Wirjo” (Dahlan, 2003:58).

2. Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga

serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi

kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas. Seorang penjahat

misalnya, atau seorang yang hanya ingin memenuhi kepuasan diri

sendiri akan bertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang

dihadapi. Demikian pula dengan adanya individu yang memiliki

impuls-impuls seksual dan agresivitas yang tinggi, misalnya: tentu saja

nafsu-nafsu tersebut tak akan terpuaskan tanpa pengawasan. Demikian

ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat

memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi

dirinya sendiri. Ego berada diantara alam sadar dan alam bawah sadar.

Tugas ego memberi tempat dan fungsi mental utama, misalnya:

12
penalaran, menyelesaikan masalah dan pengembalian keputusan. Ego

merupakan pimpinan utama dalam kepribadian.

Analisis kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur tentang ego pribadi yang pantang menyerah untuk

menegakkan syariat Islam , berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku

Menjadi Pelacur:

”Nah, untuk menegakkan semua itu bagaimana? Disinilah kalian


kukumpulkan , kuseru-seru agar sadar memikul tugas penegakan itu.
Kutegaskan sekarang, wajahku kudekatkan pada barisan mereka yang
duduk melingkar dan suarua ku kupelankan, kita butuh NEGARA
untuk menyukseskan tegaknya syariat itu. Kalian semua mesti tahu
bahwa takkan pernah ada kemuliaan kecuali dengan Islam, dan tak ada
Islam kecuali dengan syariat dan tidak ada syariat kecuali dengan
adanya DAULAH” (Dahlan 2003:74).

3. Superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego

sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk

(consciense). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan

realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika

impuls seksual dan agresitivitas id dapat terpuaskan dalam

pertimbangan moral.

Analisis kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur tentang superego menjadi sosok yang mandiri ,

berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur:

13
’’Aku tak ingin gempuran itu melemahkanku, meluruhkanku, dan
menghancurkanku. Seperti cadas, aku ingin dengan gempuran itu diriku
menjadi jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya” (Dahlan 2003:137).

Menurut Freud (dalam Ratna, 2015:344), tujuan psikologi sastra adalah

memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun

demikian, bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas

dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra

memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui

pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami

perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam

masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike. Ada tiga cara yang dapat

dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu:

1. Memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis.

2. Memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya

sastra.

3. Memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang

kedua, yaitu pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-

tokoh fiksional yang terkandung dalam karya. Dengan adanya kaitan yang erat

antara aspek psikologis dengan unsur tokoh dan penokohan.

14
2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya

ilmiah, maka dari itu penelitian ini meninjau pustaka dari bidang psikologi sastra

yang dianalisis dari penelitian orang lain. Sehingga penulis memaparkan beberapa

peneliti yang telah meneliti di bidang yang sama yaitu psikologi sastra.

Siti Maemonah (2013) dengan melakukan penelitian yang berjudul

“Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Cinta di Dalam Gelas Karya

Andrea Hirata: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan

Ajar Sastra Di SMA”. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur-

unsur yang membangun novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, (2)

mendeskripsikan aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Cinta di Dalam

Gelas, (3) mendeskripsikan implementasi tokoh utama dalam novel Cinta di

Dalam Gelas.

Enik Kuswanti (2013) meneliti dengan judul “Analisis Psikologi

Kepribadian Tokoh Utama Novel Teatrikal Hati Karya Rantau Anggun dan Binta

Almamba Dan Skenario Pembelajarannya Di SMA” Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik novel Teatrikal Hati karya Rantau

Anggun dan Binta Al Mamba, (2) unsur psikologi kepribadian tokoh utama dan,

(3) skenario pembelajaran novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta

Al Mamba di SMA.

15
Rico Francisco (2014) meneliti dengan judul “Kepribadian Tokoh Utama

Dalam Roman Momo Karya Michael Ende : Analisis Psikologi Sastra”. Tujuan

penelitian ini adalah meneliti adalah kepribadian tokoh utama Momo yang praktis,

bijaksana, riang gembira, mudah mengerti, tidak tenang, teliti, ingatan baik, suka

menolong, pantang menyerah, dan persoalan terasa berat dan tipe kepribadiannya

adalah phlegmatis, aphatis, sanguignis, danamorph.

Andri (2016) jurnal yang berjudul “Kajian Psikologi Kepribadian Tokoh

Utama Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi”. Hasil penelitian ini

mengenai kepribadian kreatif tokoh utama (Alif) ini didasarkan kepada teori

psikologi sastra menurut Endraswara yang terdiri atas kepribadian imajinatif,

kepribadian berprakarsa, kepribadian mempunyai minat yang luas, kepribadian

keterbukaan terhadap rangsangan baru, kepribadian mandiri (bebas) dalam

berpikir, kepribadian rasa ingin tahu yang kuat, kepribadian jiwa kepetualangan,

kepribadian penuh semangat, kepribadian enerjik, kepribadian percaya diri,

kepribadian bersedia mengambil risiko, dan kepribadian berani dalam keyakinan.

Dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi kepribadian tokoh utama yang lebih

dominan dari segi imajinatif.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari

objek (Tantawi, 2017:16). Metode Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh

gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang

diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, presepsi, pendapat atau

kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuannya tidak dapat diukur dengan

angka.

3.2 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam dalam penelitian ini adalah:

Judul : Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur

Pengarang : Muhidin M Dahlan

Penerbit : Seri Pta Manent bekerja sama dengan Melibas

Jumlah halaman : 261 halaman

Tahun Terbit : Oktober 2003

Warna Sampul : Kuning bercampur hitam

17
Gambar Sampul : Wanita menangis

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka, menyimak, dan mencatat. Teknik pustaka dilakukan dengan

menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak dan

catat yakni dilakukan dengan menyimak secara cermat, terarah, dan teliti sumber

data primer yang merupakan karya sastra berupa teks novel tersebut. Metode

analisis data yang digunakan untuk menganalisis novel Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur ini adalah analisis deskriptif. Dalam analisis deskriptif ini, data

yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang akan dibahas. Cara

kerjanya adalah dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi

lewat proses pembacaan berulang.

Pengumpulan data melalui bahan pustaka menjadi bagian yang penting

dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk melakukan kajian pustaka

dalam menjawab rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum

dilakukan dengan penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun

langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang

tersedia dalam pustaka.

18
3.4 Teknik Analisis Data

Data di analisis dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Nazir

(dalam Tantawi, 2017:66) metode deskriptif adalah mendeskripsikan tentang

situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan

fenomena pada objek yang diteliti.

Penganalisisan data penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Membaca dan mengapresiasi novel tersebut.

2. Mengumpulkan data-data yang mengungkapkan tentang kepribadian tokoh

utama dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur.

3. Menyimpulkan tentang kepribadian tokoh utama.

4. Mengumpulkan data-data dari buku dan sumber informasi yang terkait

dengan penelitian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Perss.

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Andri. 2016. ”Kajian Psikologi Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Ranah 3

Warna Karya A Fuadi” (Skripsi). Tanjung Pinang: Fakultas dan Ilmu

Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

E. Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Francisco, Rico. 2014. ”Kepribadian Tokoh Utama Dalam Roman Momo Karya

Michael Ende: Analisis Psikologi Sastra” (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta. .

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Kosasih, E. 2016. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Perca.

Kuswanti, Enik. 2013. ”Analisis Psikologi Kepribadian Tokoh Utama Novel

Teatrikal Hali Karya Rantau Anggun Dan Binta Alhamba Dan Skenario

Pembelajaran DI SMA” (Jurnal). Purworejo: Fakultas Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Universitas Muhammdiyah Purworejo.

20
Luxemburg, Bal Mieke, dan Weststeijen . 1992. Pengantar Ilmu Sastra.

Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maemonah, Siti. 2013. ”Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Cinta Di

Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Psikologi Sastra dan

Implementasinya Sebagai Bahan Ajaran Sastra Di SMA” (Skripsi).

Surakarta: Fakultas Kegunaan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Marnazira, Onji. 2013. “Tokoh dan Penokohan”. Blog:

http://onjimarnazira.blogspot.co.id/2013/II/tokoh-dan-

penokohan.html?m=l. Diakses pada Tanggal 20 February 2018.

M Dahlan, Muhidin. 2003. Tuhan Izinkan Aku Semantik Pelacur!. Yogyakarta:

Seri Pta Mament dan Melibas.

Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2017. Pendidikan Kararkter.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Siwanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.Jakarta: Graindo.

Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Ciptapustaka Media

21
LAMPIRAN I

DATA AWAL

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, ada 18 butir nilai karakter

bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Berikut uraian kepribadian tokoh utama Nidah Kirani dalam Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan:

A. Pribadi Religius

Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur:

’’Tak pernah putus kugiring aktivitasku pada satu stasiun yang sama sekali
tak pernah kualami sebelum-sebelumnya: total beribadah. Kerjaku Cuma
di kamar: salat, baca Quran, dan berdoa. Dalam hati kugumamkan
bertangkai-tangkai doa harapan. Aku ingin menangkap harapan itu.
Memeluknya. Menciumnya. Membasuhkannya di hatiku. Dan harapan itu
hanya ada di haribaan Allah” (Dahlan, 2003: 41).

22
Kepribadian Nidah Kirani yang religius terbukti pada kutipan di atas

bahwa Nidah adalah gadis muda yang sangat taat beribadah, selain kuliah ativitas

Nidah dihabiskan hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia hampir

melupakan kehidupan duniawinya dan lebih banyak memikirkan kehidupan di

akhirat.

B. Pribadi Bersahabat/komunikatif

Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur:

’’Ah, Rahmi, kau saudara sehati yang sedikit demi sedikit telah membuka
laci sempit matabatinku untuk melihat Allah lebih dekat. Tapi kini, tanpa
sepengetahuanku engkau pindah dengan sangat cepat, sebelum kulihat
semua amalan ibadahmu” (Dahlan, 2003:31).

Nidah Kirani adalah pribadi yang bersahabat dan menyayangi teman,

selama di Pondok Ki Ageng Rahmi adalah satu-satunya teman terdekat Nidah.

Karena bersama Rahmilah Nidah sangat cocok untuk berdiskusi perihal agama,

betapa sangat sedihnya Nidah mengetahui bahwa sahabatnya tersebut pindah

tanpa pamit dan hanya meninggalkan surat.

23
C. Pribadi Gemar Membaca

Gemar Membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan manfaat bagi dirinya.

Berikut kutipannya dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur:

”Hari-hari ku di pos jemaah ku habiskan untuk membaca; membacai apa


saja yang ada di pos. Majalah, buletin, brosur, buku. Tapi yang paling
kusenangi adalah sebuah dokumen tua tentang sejarah perjuangan umat
Islam Indonesia yang disusun oleh Eyang Wirjo” (Dahlan, 2003:58).

Nidah Kirani adalah pribadi yang gemar membaca apa saja yang dapat

menambah ilmu pengetahuannya. Nidah selalu mengosongkan beberapa saat

untuk sekedar membaca. Rasa ingin tahu Nidah sangatlah besar.

24
LAMPIRAN II

SINOPSIS NOVEL "TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR"

Novel karangan Muhidin M Dahlan ini berlatar tempat di kota Jogjakarta

yang merupakan sebuah kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar. Novel ini

merupakan sebuah kisah nyata yang mengisahkan seorang wanita bernama Nidah

Kirani seorang mahasiswi S1 yang merupakan seorang aktivis sebuah organisasi

islam. Mahasiswi ini merupakan sesosok wanita yang sholehah, yang selama

hidupnya hanya dihabiskan untuk beribadah seperti sholat dan membaca al-quran,

Kiran hampir melupakan kehidupan duniawinya. Kiran awalnya tinggal di

pondok Ki Ageng bersama seorang sahabatnya yang merupakan teman curhatnya.

Kiran aktif dalam forum-forum di kampusnya yang membahas mengenai

keislaman. Dalam kegiatan aktifnya di forum-forum islam membuatnya

mengenal dan ikut bergabung bersama suatu organisasi islam yang

memperjuangkan agama islam di Indonesia. Tetapi tekadnya untuk memperdalam

agama dengan mengikuti organisasi ini pupus, dia menemukan kejanggalan-

kejanggalan di organisasi ini yang memperbolehkan melakukan segala cara dalam

mengumpulkan dana seperti dengan cara menipu, mencuri, dan melacur. Kiran

merasa sangat kecewa karena apa yang dipikirkannya selama ini tidak sesuai

dengan kenyataan, sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan organisasi ini

bersama 4 orang temannya, dengan rasa frustasi dan kekecewaan yang teramat

besar terhadap organisasi ini dan Tuhannya Kiran merasa bimbang Kiran ingin

25
berontak dan mundur karena dia mendapatkan tekanan yang sangat berat dari

organisasi, lingkungannya, dan bahkan dalam dirinya sendiri.

Dan akhirnya Kiran merasa hidupnya tidak ditolong tuhannya dan Kiran

melakukan hal-hal yang diluar pemikirannya. Kiran yang pada awalnya bercita-

cita menjadi muslimah yang beragama secara kaffa kini pupus dan pada akhirnya

kini menjadi seorang pelacur. Kiran yang awalnya seorang muslimah berjilbab

lebar kini berubah menjadi sesosok wanita yang dapat memuaskan gairah para

lelaki, dan berubah menjadi wanita jalang yang berkelana dari satu lelaki ke lelaki

lain. Kiran menjual tubuhnya hampir ke setiap lelaki. “Aku hanya ingin Tuhan

melihatku. Lihatlah aku Tuhan! Kan ku tuntaskan pemberontakanku pada-Mu!”

kata-kata ini yang selalu dikatakanya setelah bercinta tanpa rasa penyesalan. Kiran

merasa puas karena telah menelanjangi topeng-topeng kemunafikan dari lelaki

yang selama ini selalu tampak terhormat didepan tetapi kenyataan dibelakangnya

tidak seperti itu. Dalam melakukan kegiatan maksiatnya ini Kiran dibantu oleh

dosennya yang merupakan seorang germonya. Kiran merasa tubuhnya yang telah

diciptakan oleh tuhannya itu yang dapat membuat lelaki bertekuk lutut atas

kemolekan tubuhnya itu. Tetapi didalam kegiatannya ini Kiran juga masih

mengikuti kegiatan mahasiswa islam yang cukup besar. Ini merupakan kisah

Kiran dalam mencari jati dirinya dalam hidup dan merupakan pendekatan dirinya

dengan Tuhannya yang akhirnya membuatnya salah langkah.

26

Anda mungkin juga menyukai