Anda di halaman 1dari 35

A.

Judul Proposal : Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel “ Tell


your Father, I’m Moslem” Karya Hengki Kumayandi

B. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit,

seolah-olah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak

terkecuali teknologi komunikasi yang sangat pesat saat ini bermanfaat

sebagai sebuah sarana yang menghubungkan masyarakat dari tempat satu

ke tempat lain. Kecanggihan teknologi ini mempengaruhi juga pada aspek

kehidupan manusia.

Salah satu hasil teknologi komunikasi yang saat ini amat berperan

dalam kegiatan komunikasi adalah novel. Novel merupakan media

komunikasi yang sangat berpengaruh bahkan ampuh dalam

menyampaikan pesan- pesannya kepada masyarakat. Pesan yang disajikan

pun dibuat secara halus dan menyentuh hati tanpa merasa digurui.

Karya sastra memberikan ruang pikir bagi para pembacanya untuk

setuju atau tidak setuju dengan sang penulis. Bagi seorang sastrawan

menulis adalah kegiatan produktif dan ekspresif kaum intelektual di

manapun dan kapanpun.Lewat tulisan, para sastrawan mencoba

memberikan pengetahuan, wawasan dan pengalaman kepada para

pembacanya.

Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan

kebahagiaan pada manusia, karena seni adalah keindahan. Keindahan itu

adalah segala pikiran manusia yang berguna bagi manusia lain. Maka dari

1
itu, novel selain menghibur juga berguna untuk memanusiakan manusia,

karena di sana juga terdapat pesan-pesan yang dapat diambil hikmahnya.

Seiring dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk

memahami suatu masalah melalui tulisan, sastra digunakan sebagai media

alternatif penyampaian pesan, dibungkus dengan kisah yang menyentuh

hati sehingga cerita akan lebih komunikatif dengan masyarakat. Bahasa

juga merupakan unsur penting dalam karya sastra, karena pemilihan

bahasa yang baik akan berpengaruh pula pada kualitas karya sastra

tersebut.

Pemilihan bahasa adalah salah satu bentuk interaksi sosial.

Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri dan menyatakan

secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada.

Jadi, pemakaian dan pemilihan bahasa yang baik dalam sebuah

karya sastra baik itu novel, puisi, cerpen merupakan sarana komunikasi

yang dapat menyampaikan semua pesan yang diangkat oleh penulis

sehingga karya tersebut berkualitas dan dapat dinikmati oleh pembaca.

Novel juga merupakan seni menulis kata-kata yang indah. Allah

menciptakan Al Qur’an dalam bahasa Arab yang Maha balaghoh (maha

seni) yang maknanya tidak diragukan lagi dan tidak dapat dijiplak. Maka,

jika karangan manusia pun disusun dengan bahasa yang bagus akan

memberi kesan yang jauh lebih mencapai sasaran jiwa.

Kelebihan dari karya sastra adalah ia menyodorkan lebih dari

sekadar pemberian pengetahuan. Karya sastra seperti novel bisa langsung

2
masuk ke dasar penghayatan yang paling halus dalam diri manusia lewat

bahasa, alur cerita, imajinasi yang diramu dengan sedemikian rupa.

Seperti dikatakan di atas, pemilihan dan pemakaian bahasa sangat

mempengaruhi kualitas dari karya tersebut. Demikian juga dengan

imajinasi/ide, kekuatan imajinasi/ide cerita merupakan sebuah modal

dasar seorang penulis novel. Melalui imajinasi, cerita akan menjadi

menarik dan berkesan bagi pembacanya. Melalui imajinasi pula alur cerita

dapat dilukiskan sehingga cerita menjadi lebih hidup dan nyata.

Novel bukan hanya berurusan dengan perasaan-perasaan kecil,

nafsu dan emosi, tetapi lebih dari itu novel mencoba mengangkat

pengalaman kongkrit secara akrab dan dekat. Novel memberikan peranan

yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, boleh jadi

keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak

hanya sekadar bacaan hiburan saja, tetapi di dalamnya terkandung

pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan

masyarakat.

Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya

terdapat proses komunkasi banyak mengandung pesan baik itu pesan

sosial, pesan moral maupun pesan keagamaan. Novel memang perlu

mengandung pesan moral maupun agama. Karena karya sastra tidak

hanya ditulis dengan tujuan sastra (estetik) semata, tetapi juga non sastra,

misalnya pengajaran moral, yang mengkritik tentang kepincangan moral

bangsa.

3
Novel yang mengandung nilai-nilai moral adalah novel yang

ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung

pengajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan lebih mudah diterima

oleh masyarakat pembaca. Karena mereka seolah-olah berada di tengah-

tengah cerita. Bila seseorang sedang membaca, apalagi kisahnya hampir

sama dengan yang dialaminya, bisa jadi pembaca tersebut akan menangis

dan tertawa sendiri.

Besar kemungkinan lahirnya sebuah karya sastra besar seperti

novel itu dilatarbelakangi oleh motivasi pengarang untuk menyampaikan

pesan berdasarkan pengalaman pribadinya.

Novel “Tell Your Father, I’m Moslem” karya Hengky Kumayandi

misalnya, kehadiran novel ini tampaknya cukup memberi warna jagad

sastra dan pernovelan di Indonesia. Di tengah euforia novel yang

kebanyakan bertema metropop, novel ini bagaikan oase di tanah kering.

Novel yang bercerita tentang cinta sepasang remaja yang berbeda

keyakinan yang tidak biasa, dituturkan dengan lembut dan santun. Cerita

novel ini sarat dengan nilai-nilai moral, pengajaran, semangat dalam

mencari ilmu, tentang kesederhanaan, persahabatan, kejujuran, ketulusan,

toleransi, sabar, tawakal, dan takwa juga kecintaannya.

Dalam novel “Katakan Kepada Ayahmu, Aku Seorang Muslim”

Karya Hengki Kumayandi diceritakan tokoh Maryam dan David yang

mempunyai perasaan yang sangat kuat. Namun ayah Maryam sangat

menentang hubungan mereka. Terlebih David bukan seorang Muslim. Hingga

4
akhirnya Maryam harus menerima perjodohan yang telah diatur ayahnya dan

harus meninggalkan David dalam keadaan patah hati

Karena didorong oleh keinginan yang besar untuk meneliti lebih

jauh lagi mengenai cara penyajian suatu pesan dalam novel tersebut, maka

penulis tertarik untuk mengangkat novel ini dengan judul “Analisis

Wacana Pesan Moral Dalam Novel Tell Your Father, I’m Moslem

Karya Hengky Kumayandi”

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui

identifikasi masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur yang membangun novel “Katakan Kepada Ayahmu,

Aku Seorang Muslim” Karya Hengki Kumayandi?

2. Bagaimana aspek kepribadian tokoh utama dalam novel “Katakan

Kepada Ayahmu, Aku Seorang Muslim” Karya Hengki Kumayandi?

3. Bagaimana konstruksi/kerangka wacana dalam novel “Katakan

Kepada Ayahmu, Aku Seorang Muslim” Karya Hengki Kumayandi?

4. Apa pesan moral yang diangkat novel “Katakan Kepada Ayahmu, Aku

Seorang Muslim” Karya Hengki Kumayandi jika dilihat dari segi

kognisi sosial dan konteks sosial?

D. Pembatasan Masalah

5
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pada

penelitian ini permasalahan hanya dibatasi pada “Analisis Wacana Pesan

Moral Dalam Novel Tell Your Father, I’m Moslem Karya Hengky

Kumayandi”, yang akan diteliti yaitu mengenai teks, konteks dan kognisi

sosial. Sedangkan pesan moral yang ditekankan dalam penelitian ini

adalah pesan-pesan yang mengandung nilai kebaikan, termasuk di

dalamnya pelajaran hidup, perilaku yang baik, yang sesuai dengan nilai-

nilai kemasyarakatan.

E. Rumusan Masalah

Penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan harus

dirumuskan dengan jelas yakni dari mana harus dimulai, kemana harus pergi

dan dengan apa penelitian dapat berjalan dengan lancar (Arikunto, 2002:22).

Untuk itu rumusan masalah dari proposal ini adalah: Bagaimana Analisis

Wacana Pesan Moral Dalam Novel Tell Your Father, I’m Moslem Karya

Hengky Kumayandi.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah : Untuk

mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut jika

dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial.

G. Manfaat Penelitian

6
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi

dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.

a. Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi

tentang analisis teks media massa, khususnya studi tentang kajian

analisis wacana dengan berfokus pada karya sastra. Analisis wacana

adalah sebuah metode dalam menganalisis media yang saat ini sudah

banyak dipakai selain analisis isi (content analysis).

b. Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal

bagi penelitian serupa di masa mendatang, dapat memberi masukan

dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan masyarakat, dan

memberi motivasi bagi para penulis untuk lebih memanfaatkan media

sebagai saluran komunikasi.

H. Anggapan Dasar

Novel Katakan Kepada Ayahmu, Aku Seorang Muslim Karya Hengki

Kumayandi mampu membuat pembaca lebih memahami tokoh pada novel

melalui analisis wacana pesan moral.

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka hipotesis yang penulis

ajukan dalam penelitian ini adalah, bahwa Novel Katakan Kepada Ayahmu,

Aku Seorang Muslim Karya Hengki Kumayandi, dapat ditarik pesan moral

yang dapat diimplementasikan di dalam kehidupan.

7
J. Kerangka Teoritis

a. Analisis Wacana dan Teori Van Dijk

1. Pengertian Analisis Wacana

Kata analisis wacana terdiri dari dua kata yaitu analissis dan wacana.

Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya,

penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta penguraian karya sastra

atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.

Secara etimologi, istilah wacana berasal dari bahasa Sansakerta

wac/wak/uak yang memiliki arti ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kemudian kata

tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’ yang berada

dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna ‘membendakan’

(nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai

perkataan atau urutan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna

dari kata wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua,

keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga,

satuan bahasa terbesar, terlengkap, yang realisasinya pada bentuk

8
karangan yang utuh, seperti novel, buku dan artikel.

Istilah wacana menunjukan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang

umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun

tulisan. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang

menghubungkan kalimat satu dengan kalimat

lainnya sehingga membentuk satu kesatuan.

Alex Sobur mengartikan wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian

tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara

teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, yang dibentuk

oleh unsur segmental maupun unsur nonsegmental bahasa.

Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap

hubungan antara konteks-konteks yang terdapat di dalam teks. Pembahasan

itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antar ujaran yang

membentuk wacana.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana

adalah bentuk komunikasi bahasa baik lisan maupun tulisan yang disusun

dengan menggunakan kalimat yang teratur, sistematis dan terarah sehingga

kalimat yang satu dengan lainnya akan menjadi satu kesatuan yang

mempunyai makna. Hal ini juga tidak terlepas kaitannya antara teks dan

konteks.

Sedangkan pengertian analisis wacana secara konseptual adalah

merujuk kepada upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat, mengkaji

satuan kebahasaan yang lebih luas.

Analisis wacana adalah studi tentang strukutur pesan dalam

9
komunikasi. Lebih lanjut analisis wacana adalah telaah mengenai aneka

fungsi (fragmatik) bahasa.

Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada

penjumlahan unit kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi,

karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang

mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.

Jadi, dapat dipahami bahwa analisis wacana adalah studi tentang

pengkajian fungsi bahasa secara sistematis antara kalimat, teks dan konteks

sehingga makna atau pesan yang terkandung dalam kalimat tersebut dapat

diungkap dengan jelas. Dalam analisis wacana juga melibatkan pandangan

atau interpretasi/tafsiran dari penulis dalam mengurai makna-makna yang

tersembunyi.

2. Kerangka Analisi Wacana

Ada banyak model analisi wacana yang diperkenalkan para ahli.

Model analisis wacana yang banyak di pakai dalam penelitian wacana

adalah model milik Van Dijk, hal ini dikarenakan Van Dijk mengelaborasi

elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara

praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai

“kognisi sosial”.

Van Dijk membuat kerangka analisis wacana dan membaginya ke

dalam tiga tingkatan :

a. Struktur makro ; ini merupakan makna umum dari suatu teks yang

dapat dipahami dengan melihat topik suatu teks. Tema wacana ini

10
bukan hanya isi, tetapi juga sisi dari suatu peristiwa.

b. Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan

elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

c. Struktur mikro ; makna wacana yang dapat diamati dengan

menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat yang dipakai

Van Dijk berpandangan bahwa teks itu dapat dianalisis dengan

menggunakan kerangka tersebut. Untuk memperoleh gambaran dari

kerangka di atas, berikut adalah penjelasan secara singkat :

a. Tematik

Kata tema sering disebut juga topik. Topik dari suatu wacana

memainkan peranan penting menunjukan informasi atau inti pesan

yang ingin disampaikan oleh komunikator. Elemen tematik

menunjukan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai

gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik

menggambarkan apa yang ingin disampaikan atau diungkapkan oleh

penulis.

Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan

tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren.

Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence),

yakni bagian-bagian teks yang saling mendukung satu sama lain untuk

menggambarkan topik.

b. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari

11
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana

bagian-bagian dalam teks dapat disusun dan diurutkan sehingga membentuk

satu kesatuan arti.

c. Semantik

Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna/arti dalam

bahasa. Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan

lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Makna leksikal adalah

makna unit semantic yang terkecil disebut leksem, sedangkan

gramatikal adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan

kebahasaan.

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang

ingin ditampilkan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan latar

belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa.

Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan

seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara

berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, sebaliknya ia akan

menampilkan informasi yang sedikit jika hal itu merugikan dirinya.

Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit

atau tidak, apakah fakta itu disajikan secara gamblang atau tidak.

d. Sintaksis

Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata

dalam tuturan/kalimat. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata,

proposisi atau kalimat. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan

sebab-akibat, bisa juga sebagai penjelas. Koherensi dapat diamati

12
diantaranya dari kata penghubung (konjungsi) seperti : dan, tetapi, lalu,

karena dan lain-lain.

Kata ganti merupakan alat untuk memanipulasi bahasa dengan

menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang

dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang

dalam wacana.

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara

berpikir logis. Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek diekspresikan

secara eksplisit atau implisit dalam teks.

e. Stilistik

Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang

melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.

Stilistik menitikberatkan pada style atau gaya bahasa untuk menyatakan

maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa

mencakup diksi atau leksikal, struktur kalimat, majas, dan yang lainnya

yang digunakan penulis dalam sebuah karya sastra.

Gaya bahasa menjadi bagian pemilihan kata yang mempersoalkan

cocok tidaknya pemakaian kata. Sebuah gaya bahasa yang baik harus

mengandung tiga unsur yakni : kejujuran, sopan santun dan menarik.

f. Retoris

Strategi dalam retoris ini adalah gaya yang diungkapkan ketika

seseorang berbicara. Ada yang dinamakan dengan grafis dan metafora.

Grafis adalah bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau

ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis

13
muncul dalam bentuk foto, gambar atau table untuk mendukung gagasan.

Strategi retoris juga muncul dalam bentuk interaksi, yakni bagaimana

pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya dengan khalayak.

Apakah memakai gaya formal, informal atau malah santai yang

menunjukan kesan bagaimana ia menampilkan dirinya.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal

secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Dalam wacana tidak

hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi kiasan, ungkapan dan

metafora dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita.

b. Novel

1. Pengertian Novel

Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan

prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang

di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Novel

biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen,umumnya

novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari- hari.

Secara istilah novel banyak diberikan oleh para ahli, menurut

Abdullah Ambary novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian

luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap

hidup atau menentukan nasibnya.

Menurut P.Suparman novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup

seseorang. Sedangkan menurut Suprapto novel adalah karangan prosa yang

14
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan

menonjolkan watak dan sikap pelaku.

Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa

dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.

Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya

bahasa serta gaya cerita yang menarik.

Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya

sastra tersebut menjadi sebuah karya yang baik dan mempunyai kekuatan

dalam cerita, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung

turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan, latar atau

setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang

berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi

system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang

mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya

yang ditulisnya.

Pendek kata unsur psikologi pengarang dan keadaan lingkungan

seperti ekonomi, politik dan social juga termasuk unsur ekstrinsik yang

juga akan berpengaruh pada karya sastra. Namun, dalam pembahasan ini

tidak akan membicarakan unsur intrinsik dan ekstrinsik secara luas.

Definisi novel itu sendiri bentuk karangan yang lebih pendek dari

roman tetapi lebih panjang dari cerpen. Novel menceritakan sebagian

kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luas biasa dalam hidupnya

15
yang menimbulkan konflik yang menjurus kepada perubahan nasib si tokoh.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah

karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang

menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya

mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil manifestasi

atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung memberi suguhan

pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan keagamaan.

2. Prinsip - Prinsip dan Jenis Novel

1) Prinsip - Prinsip Novel

Untuk meningkatkan daya apresiasi pembaca yang baik, maka seorang

pengarang harus mempunyai prinsip-prinsip dalam membuat karangan

tersebut.P.Suparman mengemukakan prinsip-prinsip novel adalah sebagai

berikut:

a. Kisah perjalanan sehari-hari; Karya sastra yang merupakan

gambaran kehidupan yang diungkapkan melalui bahasa.

Problematika kehidupan merupakan suatu kenyataan sosial

yang dijadikan inspirasi dalam menciptakan sebuah karya

sastra.

b. Tokoh memiliki keistimewaan;Suatu cerita bukan saja


menyajikan urutan-urutan kejadian, tetapi kejadian
tersebut ada sangkut pautnya dengan orang atau tokoh
tertentu, maka dari itu tokoh dalam cerita mempunyai
peran penting, sebab ia merupakan penggerak jalan
cerita dan tokoh tersebut harus memiliki keistimewaan.
c. Mempunyai periode awal; Pada periode ini pengarang
biasanya mulai memperkenalkan informasi yang

16
dianggap penting kepada para pembaca.
d. Memiliki periode perubahan nasib; Pada periode ini
biasanya muncul berbagai konflik yang dialami oleh
tokoh.
e. Memiliki periode akhir; Pada periode ini konflik
biasanya dapat diatasi dan di selesaikan.
f. Skematis tanpa fantasi; Novel diciptakan secara
skematis agar pembaca tidak kabur dalam memahami
cerita
g. Materi sepanjang roman atau sependek cerpen; Dalam
menulis novel, panjang materi yang diceritakan harus
sesuai dengan aturan penulisan novel.

2) Jenis Novel

Menurut Mochtar Lubis yang dikutif oleh Umar Yunus, jenis novel

terdiri dari :

a. Avontur. pada novel jenis ini dipusatkan pada seorang tokoh utama,

pengalaman tokoh dimulai dari pengalaman pertama dan diteruskan

pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan

datang dari rintangan sau ke rintangan lainnya untuk mencapai tujuan.

Biasanya novel ini mempunyai sifat romantis adalah tokoh wanita,

juga memiliki cerita yang kronologis.

b. Psikologis. Jenis ini lebih mengutamakan pemeriksaan seluruhnya dari

pikiran- pikiran pelaku. Berisi kupasan tentang watak, bakat, karakter,

para pelakunya serta kemungkinan perkembangan jiwa.

c. Detektif. Melukiskan penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian untuk

membongkar suatu kejadian kejahatan. Dalam novel ini dibutuhkan

17
bukti-bukti agar dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya.

d. Sosial. Dalam novel ini pelaku pria dan wanita tenggelam dalam

masyarakat luas atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari persoalan

orang- orang sebagai individu, tetapi persoalan ditinjau melingkupi

persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap pelaku golongan

terhadap masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai

pendukung jalan cerita.

e. Kolektif. Jenis novel ini melukiskan tentang semua aspek kehidupan

yang ada atau semua jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu

cerita. Novel seperti ini tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja,

tetapi juga ada pemeran pendukung.

c. Pesan Moral

1. Pengertian Pesan

Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruhan,

perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus disampaikan kepada

orang lain. Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah massage yang memiliki

arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa pesan adalah

perintah suci, dimana terkandung nilai-nilai kebaikan.

Menurut H.A.W.Wijdaja mengartikan pesan adalah keseluruhan dari

apa yang disampaikan oleh komunikator.Penyampaian pesan dapat

dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media

tulisan. Isi pesan dapat berupa anjuran atau masukan. Onong Uchana

mengartikan pesan sebagai seperangkat lambang bermakna yang

18
disampaikan oleh komunikator.

Menurut Arni Muhammad, pesan adalah informasi yang akan dikirim

kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal.

Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti buku, majalah, memo.

Sedangkan pesan nonverbal dapat secara lisan seperti percakapan, tatap

muka.

Sedangkan bentuk-bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif,

koersif. Pesan yang bersifat informatif memberikan keterangan atau fakta-

fakta, kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.

Bentuk pesan yang bersifat persuasif adalah berisi bujukan yakni

membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita

sampaikan akan memberikan perubahan sikap. Pesan bersifat koersif

penyampaian pesan yang sifatnya memaksa dengan menggunakan sanksi

apabila tidak dilaksanakan.

Untuk menjelaskan mekanisme komunikasi dalam membuat pesan,

terlebih dahulu harus mengetahui pemrosesan dalam membentuk informasi

dan penerimaan pesan. Disini akan melihat teori yang berkaitan dengan

beberapa proses mengakomodasi, kumpulan aksi, dan konstruktifism.

Proses akomodasi teori diperkenalkan oleh Howard Giles dan

koleganya, dia berasumsi bahwa pembicara sering kali menyesuaikan

perilakunya satu sama lain., komunikator sering kelihatan menirukan

perilaku satu sama lain.

Kumpulan aksi teori ini diperkenalkan oleh John Greene, dia

menjelaskan individu memiliki pengetahuan isi dan pengetahuan

19
prosedural , artinya mereka mengetahui tentang segala hal dan mereka

mengetahui melakukan segala hal.

Konstruktifisme teori ini diperkenalkan oleh Jesse Delia. Teori ini

mengatakan bahwa individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut

kategorii konseptual dan pikiran.

2. Pengertian Moral

Arti moral dalam bahasa Latin mores memiliki arti adat kebiasaan.

Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: Pertama, baik,

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak,

budi pekerti, susila. Kedua, kondisi mental yang membuat seseorang

berani, bersemangat, berdisiplin. Ketiga, ajaran tentang kesusilaan yang

dapat ditarik dari suatu cerita.

Moral menjelaskan arti baik dan buruk. Menerangkan apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan

tujuan yang harus dituju dalam perbuatannya.

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat, moral adalah kelakukan sesuai

dengan ukuran (nilai-nilai) dalam masyarakat, yang timbul dari hati dan

bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh tanggung jawab atas

kelakuan tersebut. Tindakan itu harus mendahulukan kepentingan umum

dari pada kepentingan pribadi.

Menurut The Advanced Leaner’s dictionary of Current English yang

dikutip oleh Abuddin Nata pengertian moral mencakup tiga hal, yaitu:

Pertama, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah. Kedua,

kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ketiga, ajaran

20
atau gambaran tingkah laku yang baik.

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi

batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin

dan perbuatan yang baik. Ajaran pesan moral memuat pandangan tentang

nilai dan norma yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai

moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral

adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik

sebagai manusia. Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga

macam :

1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

Menjadi sub; ambisi, harga diri, takut dan lain-lain.

3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain

dalam lingkungan sosial, termasuk hubungannya

dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori;

persahabatan, kesetiaan, penghianatan, permusuhan

dan lain-lain.

Etika, akhlak, dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama- sama

membahas tentang perbuatan manusia, baik dan buruk. Namun,

perbedaannya terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk

menentukan baik dan buruk. Jika etika penilaian baik buruk berdasarkan

pendapat akal pikiran, akhlak berdasarkan al –Qur’an dan al-hadits,

sedangkan moral ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk

adalah kebiasaan yang berlaku umum di masyaraka.

21
Etika lebih banyak bersifat teoritis/menjelaskan ukuran baik buruk,

sedangkan moral bersifat praktis/menyatakan ukuran baik buruk dalam

bentuk perbuatan.

Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai

manusia, menuntun manusia bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan etika adalah ilmu,

yakni pemikiran rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.

Etika menuntun seseorang untuk mengapa atau atas dasar apa ia harus

mengikuti ajaran moral tertentu. Dalam artian ini etika dapat disebut

fislsafat moral.

Seperti dikatakan di atas, moral timbul dari hati nurani, Abuddin Nata

membagi kesadaran moral itu menjadi tiga hal, yaitu : Pertama, perasaan

wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral

dapat berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang

diterima oleh masyarakat. Ketiga, dapat pula muncul dalam bentuk

kebebasan.

Selain etika, akhlak juga punya makna yang sama dengan moral.

Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,

kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Pengertian akhlak

berdasarkan terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam

perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang

harus diperbuat.

Akhlak terdiri dari dua macam, yaitu : Pertama, akhlak mhmudah;

22
yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahkluk-

makhluknya. Kedua, akhlak madzmumah, yaitu perbuatan buruk terhadap

tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluknya.

Terlepas dari pengertian moral mengenai baik dan buruk, dalam

skripsi ini penulis hanya fokus pada pesan moral yang mempunyai nilai

kebaikan. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan moral

adalah pesan, amanat atau informasi yang disampaikan kepada orang lain

yang mengandung nilai kebaikan, di dalamnya terdapat tingkah laku yang

baik, pelajaran hidup, yang dapat diambil hikmahnya sesuai dengan nilai-

nilai yang ada di masyarakat tertentu sehingga dapat diterima, misalnya

tolong-menolong, integritas, kejujuran, kesabaran dan lain-lain.

Pesan yang disebarluaskan melalui media massa bersifat umum

karena harus ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

Maka dari itu, pesan dalam cerita atau novel dibuat semenarik mungkin dan

menyangkut aspek-aspek kehidupan masyarakat, ini dimaksudkan agar

pesan lebih komunikatif dan lebih mengena di hati pembaca.

Transformasi yang terjadi pada sebuah struktur karya sastra bergerak dan

melayang-layang dalam teksnya serta tidak menjalar keluar teksnya. Karya

sastra sebagai sebuah struktur merupakan sebuah bangunan yang terdiri atas

berbagai unsur, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Karena itu,

setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan mengakibatkan

hubungan antarunsur menjadi berubah. Perubahan hubungan antarunsur pada

poisinya itu secara otomatis akan mengatur diri (otoregulasi) pada posisinya

semula (Peaget dalam Sangidu, 2004: 16).

23
Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang dinamis

karena didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu, pengertian struktur

tidak hanya terbatas pada struktur (structure), tetapi sekaligus mencakup

pengertian proses menstruktur (structurant) (Peagetdalam Sangidu, 2004: 16).

Dengan demikian, teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya

sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Stanton (2007:20) membagi unsur-unsur instrinsik yang dipakai

dalam menganalisis struktural karya sastra diantaranya, alur, karakter, latar,

tema, sarana-sarana sastra, judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme

dan ironi.

a. Alur

Stanton, (2007: 26) mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian-

rangkaian dalam sebuah cerita.

Secara tradisional sebagaimana dikemukakan Petronius (Transl. William

Arrowsmith, dalam fananie, 2000: 93). Bahwa struktur plot mencakup tiga

bagian:

1. Expositian (setting forth or the begining); atau tahap perkenalan konflik

2. Conflict (a complication that moves to climax); atau tahap klimak

permasalahan atau puncak permasalahan

3. Denoument (Literally, “unknotting”, the out come of the conflict; the

resolution); Atau tahap penyituasian atau pemecahan masalah

Dalam pengertian ini, elemen plot hanyalah didasarkan pada paparan

mulainya peristiwa, berkembangnya peristiwa yang mengarah pada konflik

24
yang memuncak, dan penyelesaian terhadap konflik. Dalam pembagian

tersebut tampak bahwa rangkaian peristiwa yang membangun suatu plot

merupakan suatu sekuen rangkaian peristiwa yang berkaitan, oleh Aristoteles

diistilahkan a continious sequence of beginning, middle, and end (Abrahas,

dalam fananie, 2000: 93).

Burhan (2007: 142) membagi plot menjadi lima tahapan yaitu

1) Tahap situation (penyituasian)

Tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan

situasi latar dan tokoh-tokoh cerita, tahap ini adalah tahap pembukaan cerita,

dan pemberian informasi awal. Dan lain-lain yang terutama untuk

melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap generating circumstances (pemunculan konflik)

Tahap pemunculan konflik adalah masalah-masalah dan peristiwa-

peristiwa yang menyulut terjadinya konflikmulai dimunculkan.

3) Tahap ricing action (peningkatan konflik)

Tahap peningkatan konflik adalah tahap dimana konflik yang telah

dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan semakin

dikembangkan intensitasnya.

4) Tahap climaks (klimaks)

Tahap klimaks adalah tahap dimana konflik yang atau pertentangan-

pertentangan yang terjadi yang dilakukan dan atau ditimpakan kepada para

tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan

dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita

sebagai penderita terjadinya konflik utama.

25
5) Tahap denoument (penyelesaian)

Tahap penyelesaian adalah tahap dimana konflik yang telah mencapai

klimaks diberi penyelesaian dan ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik

yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi

jalan keluar dan cerita diakhiri.

b. Karakter (penokohan)

Stanton (2007: 33) mengemukakan bahwa karakter biasanya dipakai

dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu

yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya; “Berapa

karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada

percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral

dari individu-individu.

c. Latar

Stanton, (2007: 35) mengemukakan bahwa plot (setting) adalah

lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang

berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar atau

setting yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa dimana peristiwa-peritiwa itu diceritakan (Abrams dalam Burhan,

2007:216).

Latar atau setting yang sering disebut juga sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa dimana peristiwa-peritiwa itu diceritakan (Abrams

dalam Burhan, 2007:216).

26
Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting

untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana

tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca, dengan

demikian, merasa dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya.

(Burhan, 2007: 216).

Burhan (2007: 216). membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi

menjadi:

1) Latar Tempat

Adalah latar yang menyarankan pada pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan

mungkin berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial

tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang

bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata. (Burhan,

2007: 227).

2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Burhan, 2007: 230).

3) Latar Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,

dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Disamping itu, latar

27
sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,

misalnya rendah, menengah, dan atas (Burhan, 2007: 234).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa latar

atau setting adalah lingkungan tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita

baik latar ruang, latar waktu, dan latar suasana sosial masyarakat.

d. Tema

Stanton (2007: 36) mengemukakan bahwa tema merupakan aspek cerita

yang sejajar dengan “makna” dalam pengalaman manusia; suatu yang

menjadikan suatu pengalaman yang diangkat.

Kenny dalam Burhan (2007: 67) mendiskripsikan tentang tema yaitu

makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang

dikandung dan ditawarkan oleh cerita. (novel) itu, maka masalah adalah,

makna khusus yang mana yang dapat dinyataka sebagai tema itu. Atau, jika

berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-sub atau tema-

tema tambahan, makna yang manakah dan bagaimanakah yang dapat dianggap

sebagai makna pokok sekaligus tema pokok dalam novel yang bersangkutan.

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang

melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karna sastra merupakan refleksi

kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa

sangat beragam, tema bisa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya,

teknologi, tradisi, yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema

bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam

menyituasi persoalan yang muncul (Fananie, 2000: 84).

28
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah

ide atau gagasan pokok dalam sebuah karya sastra yang tergambar dari unsur-

unsur yang membentuknya. Tema dapat dikemukakan dengan cara

menyimpulkan keseluruhan cerita.

e. Sarana-Sarana Sastra

Stanton (2007: 46) mengemukakan bahwa sarana sastra dapat diartikan

sebagai metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai

pola-pola yang bermakna. Metode ini perlu karena dengannya pembaca dapat

melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud

fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi.

f. Judul

Stanton (2007: 51) mengemukakan bahwa judul selalu relevan terhadap

karya yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat

ini dapat diterima ketika judul menuju pada sang karakter utama atau satu latar.

g. Sudut pandang

Stanton (2007: 53) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah posisi

tokoh dalam cerita

h. Gaya dan Tone

Stanton (2007: 61) mengemukakan bahwa gaya atau tone dalam sastra

adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.

i. Simbolisme

Stanton (2007: 64) mengemukakan bahwa simbol adalah tanda-tanda yang

digunakan untuk melukiskan atau mengungkapkan sesuatu dalam cerita.

j. Ironi

29
Stanton (2007: 71) mengemukakan bahwa secara umum ironi

dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan

dengan apa yang telah diduga sebelumnya.

K. Desain Penelitian

Desain dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan, karena berhasil

tidaknya suatu penelitian oleh tepat tidaknya metode yang dipakai. Desain

adalah rancangan kerja untuk mencapai tujuan penelitian ini. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat

deskriptif.

Bagdan dan Taylor (dalam Moleonh, Lexy J. 2001:3) mendefinisikan,

bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka-angka. Dengan demikian lapran penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Menurut Moeleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

30
L. Populasi Dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh teks

data dalam karya sastra novel.

M. Variabel Dan Indikator

Variabel di dalam suatu penelitian memegang peranan yang cukup

penting. Dengan demikian penentuan variabel harus dilakukan secara tepat dan

relevan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian tersebut. Adapun

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel “Tell your Father,

I’M Moslem” Karya Hengki Kumayandi. Kemudian indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pesan moral yang terdapat dalam novel.

N. Instrumen Penelitian

Komunikasi adalah proses yan


g berpusat pada pesan bersandar pada

informasi, dan banyak teori komunikasi yang telah dikembangkan untuk

menyampaikan informasi pemrosesan pesan. Teori pembuatan dan

penerimaan pesan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis,

yakni : penjelasan sifat, penjelasan keadaan, dan penjelasan proses.

Penjelasan sifat berfokus pada karakteristik individual yang relatif

statis dan cara ini berasosiasi dengan sifat-sifat dan variabel lain –

hubungan antara tipe personalitas dan jenis-jenis pesan tertentu. Teori ini

memprediksi bahwa ketika anda memiliki sifat personalitas tertentu, akan

berkomunikasi dengan cara-cara tertentu.

31
Penjelasan keadaan berfokus pada keadaan pikiran yang dialami

orang dalam suatu periode waktu, dalam arti kita tertarik mengenai

bagaimana keadaan tertentu mempengaruhi pengiriman dan penerimaan

pesan.

Penjelasan proses berupaya menangkapmekanisme pikiran manusia,

teori ini berfokus pada cara informasi yang diperoleh dan disusun,

bagaimana memori digunakan dan bagaimana orang memutuskan untuk

bertindak.

Jadi, jika dikaitan dengan pesan moral adalah pengarang berusaha

membuat pesan dalam novel “Tell Your Father, I’m Moslem” yang

disesuaikan dengan kondisi/keadaan yang terjadi saat ini.

O. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan

teknik Research Document (penelitian terhadap dokumen), sebagai

metode ilmiah penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dalam

bentuk pengamatan dan pencacatan dengan sistematis fenomena yang

diselidiki.Artinya penulis hanya meneliti naskah/script yang terdapat

dalam novel “Tell Your Father, I’m Moslem” karya Hengky Kumayandi

tanpa melakukan wawancara, hal ini dikarenakan pengarang sangat sibuk

dan sulit sekali dihubungi, setelah itu dilakukan pencatatan-pencatatan

dari hasil temuan reseach tersebut.

Selain mengadakan research/naskah terhadap novel tersebut, penulis

juga mengumpulkan data-data atau teori dari buku, majalah, surat kabar,

32
internet dan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang akan

dibahas oleh penulis sebagai penunjang dalam penelitian ini.

P. Teknik Analisis Data

Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana

merupakan bagian dari metode interpretatif. Jadi, dalam menganalisa data

pada tahapan ini penulis selain memperhatikan bagaimana teks/script

dalam novel “Tell Your Father, I’m Moslem” yang terdapat kandungan

pesan moral itu di bentuk, untuk selanjutnya peneliti akan menafsirkan atau

menginterpretasikan makna yang tersembunyi dalam teks tersebut yang

akan disesuaikan dengan kerangka acuan teori Van Dijk.

Setelah data terkumpul penulis akan menganalisa teks tersebut,

kemudian diambilah kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaan

yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan adanya kesimpulan tersebut

diharapkan peneliti bisa lebih terarah.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah.2011. Intisari Sastra Indonesia. Bandung :


Djatnika.

Amin, Ahmad. 2012. Etika : Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang,


cet.ke-8.

Aziz, Mohammad Ali. 2013. Ilmu Dakwah . Jakarta : Prenada Media,


2004

Chaer, Abdul. 2012. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta :


Rineka Cipta, cet.ke-3.

DepDikBud. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai


Pustaka, cet.ke-1.

Effendy, Onong Uchana.2014. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.


Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, cet.ke-2.

Eriyanto, 2011. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media.


Jogjakarta : LKiS, cet.ke-5.

Hazmy, A. 2014. Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an. Jakarta : Bulan


Bintang, cet.ke-3.

Indah, “Biografi Hengky Kumayandi : Menulis Tempat Curahan Hati,”


artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari
http://www.naskahoke.com/e- mbig.

Keraf Gorys. 2015. Komposisi. Nusa Indah, 1994.. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama, cet.ke-14.

Kooij J.G, dan S.C Dik. 2013. Ilmu Bahasa Umum (Terj). Jakarta :
Perpustakaan Nasional, 1994.

Muhammad, Arni. 2013. Organisasi. Jakarta : Bumi Aksar.

34
Mulyana.2014. Kajian Wacana : Toeri, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-
prinsip Analisis Wacana. Jogjakarta : Tiara Wacan.

Nata, Abuddin. 2015. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada,


cet.ke-5.

35

Anda mungkin juga menyukai