Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupan ini selalu berhadapan dengan berbagai masalah

yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungannya. Adakalanya masalah itu

dapat diatasi dengan solusi yang tepat menjadi sebuah pengalaman. Namun,

sering kali masalah itu tidak dapat diatasi, sehingga manusia jadi terancam di

tengah-tengah lingkungan sosialnya. Mengatasi masalah itu, dapat dilakukan

dengan membaca dan memahami karya sastra melalui renungan makna yang

terkandung dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi pembaca, jika

pembaca dapat memahami pesan yang disampaikan oleh pengarang. Pembaca

akan digiring ke arah dunia khayalan yang menceritakan suatu realitas yang

kompleks. Sastra lahir dari masyarakat, untuk dinikmati, dipahami, dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengarang menggunakan bahasa sebagai media

untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Sastra yang sering dibaca oleh

pembaca adalah novel, yaitu karya sastra yang bersifat imajiner yang menawarkan

berbagai permasalahan kehidupan secara nyata.

Tentunya pembaca menjadi bagian masyarakat yang terikat oleh status

sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat

dengan seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin

seseorang. Sastra mempunyai fungsi sosial, yaitu memberikan bahan renungan

1
2

kepada masyarakat pembaca dalam memahami masalah kehidupan secara nyata.

Masalah sosial dapat berupa masalah tradisi masyarakat yang menjadi

kesepakatan dalam masyarakat sering dijadikan pengarang untuk mengungkapkan

gagasan.

Novel sangat populer di kalangan masayarakat dengan menampilkan unsur-

unsur sosial yang mengilustrasikan kehidupan nyata yang dipoles oleh pengarang.

Novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang

paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, dan

cenderung menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Pengarang

mendayagunakan pikiran, perasaan, dan daya khayalnya dalam bentuk tulisan.

Perasaan dan daya khayal menghadirkan nilai-nilai yang bermanfaat untuk

kehidupan sosial.

Kehadiran karya sastra dengan berbagai manfaat tentu saja melalui proses

kreativitas pengarang yang menjadikan manusia sebagai objek kajiannya.

Pengarang melukiskan perenungan tentang realitas kehidupan dalam karya sastra

melalui analisis yang tajam terhadap persoalan manusia dan kehidupannya.

Kehadiran karya sastra kemudian menjadi jalan dan pedoman bagi pembaca untuk

mengatasi masalah hidup. Hal ini berarti karya sastra telah berperan sebagai

pedoman bagi pembaca untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah sosial yang dihadapi seseorang tidaklah sama antara yang satu

dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan tingkat

kebudayaan dan keadaan lingkungan hidup serta tujuan hidup yang ingin dicapai.

Pada hakekatnya, masalah sosial merupakan pemikiran yang secara masuk akal
3

dapat dipertanggungjawabkan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah

manusia agar menjadi manusia yang produktif.

Dalam ilmu sastra, masyarakat menjadi objek kajiannya yang mengkaji

interaksi-interaksi sosial, sehingga mengonstruksikan teori-teori sosiologi tentang

masyarakat. Novel termasuk salah satu bagian fiksi yang memungkinkan pembaca

yang menghadirkan tafsiran melalui pendekatan yang diinginkan. Bagaimanapun

proses penciptaan dan sumber penciptaan yang dimanfaatkan pengarang untuk

novelnya, tetap saja usaha untuk mengupas, menelaah, mencari dan mengukuhkan

aspek-aspek sosial dari tokoh yang ada dalam novel berdasarkan teks-teks yang

ada. Dalam novel, dapat ditemukan hal-hal mengenai aspek-aspek sosial,

kelompok sosial, lembaga sosial, lapisan sosial dan lain sebagainya. Teks karya

sastra itu sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar dan mampu

membuatnya menjadi struktur yang berarti.

Karya sastra tidak hanya sebuah karya seni belaka yang menyimpan

keindahan semata bagi para pembaca maupun pengarangnya sendiri. Namun, di

dalam karya sastra terdapat pesan-pesan, antara lain pesan sosial, yang akan

berpengaruh bagi masyarakat, karena masyarakat yang mengonsumsi suatu karya

sastra. Oleh karena itu, apa yang terkandung di dalam suatu novel sedikit banyak

mempunyai dampak bagi pembacanya.

Bertolak dari pendapat sebelumnya, bahwa karya satra, khususnya novel,

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan kehidupan, usaha untuk

memahami novel dari sudut pandang aspek sosiologi menarik dilakukan. Hal
4

inilah yang memotifasi penulis untuk menganalisis sebuah novel dari sudut

pandang sosial.

Salah satu novel yang perlu di analisis dan dipahami nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya adalah novel ‘Wedding Agreement’ karya Mia Chuz.

novel ini merupakan inspirasi tentang bagaimana seseorang harus

mempertahankan impiannya masing-masing yang tergelincing dalam dunia hitam

dan putih. Konflik yang terjadipun sangat nyata bisa terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap kata yang terangkai bisa membuat pembaca menjadi semangat

yang tinggi, pantang menyerah tidak mudah putus asa, pemberani, ikut tersenyum.

Itulah kekuatan sebuah cerita yang ditulis dengan hati dan perasaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik melakukan

penelitian mengenai “Tinjauan sosiologi dalam novel ‘Wedding Agreement’

karya Mia Chuz”.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

Representasi Makna Pernikahan yang terdapat dalam novel ‘Wedding Agreement’

karya Mia Chuz. Novel ‘Wedding Agreement’ karya Mia Chuz menceritakan

pernikahan yang terpaksa oleh orangtua, tidak berlandaskan cinta. Tokoh

utamanya, Byan dijodohkan oleh mama dengan puteri sahabatnya yang bernama

Tari. Sarah adalah pacar dari Byan yang dilandaskan dengan cinta, tetapi mama

Byan tidak merestui.


5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dari

penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah makna pernikahan dalam novel Wedding Agreement’

karya Mia Chuz ditinjau dari kajian dalam refresentasi makna

pernikahan dalam islam?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah 1.

1. Mendeskripsikan tingkatan makna pernikahan dalam islam dalam

novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz ditinjau dari

Refresentasi makna pernikahan dalam islam.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada pembaca karya sastra,

khsususnya dalam pembelajaran sastra. Manfaat ini dibagi atas dua bagian, yaitu

secara teoretis dan secara praktis. Berikut penjelasannya.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang sastra

dan pembelajaran sastra, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Universitas Al Washliyah Labuhanbatu. Di samping itu, juga

diharapkan bermanfaat kepada mahasiswa yang menyukai atau penikmat sastra,

khususnya novel. Penelitian sastra novel dapat memberikan dampak kepada


6

pembaca mahasiswa sebagai bahan refleksi dalam perkuliahan teori sastra dan

kritik sastra.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat nyata bagi pengembangan

pembelajaran sastra di sekolah menengah. Semakin banyak mahasiswa dan siswa

memahami arti pentingnya sastra dalam kehidupan sehari-hari, maka sastra akan

disukai untuk dipelajari. Selain mahasiswa atau siswa, penelitian juga diharapkan

bermanfaat kepada guru-guru bahasa Indonesia yang mengajar di sekolah

menengah atas dan menengah dapat menerapkan pembelajaran sastra di dalam

kelas. Wujud membelajarkan sastra dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat

semakin banyaknya siswa membaca dan membahas novel tersebut.

Sastra novel juga sudah menjadi kebutuhan sekunder dalam kehidupan

sehari-hari disebabkan novel sudah banyak yang diflimkan secara layar televisi

membuat masyarakat dapat menikmati secara langsung. Akan tetapi, dampak

novel yang diteliti lebih mengena dibandingkan hanya menonton televisi. Hal

inilah penelitian novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz dapat bermanfaat

secara praktis.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoretis

2.1.1 Pengertian Karya Sastra

Teeuw (Hasniyati, 2018:227) menyatakan bahwa kata sastra dalam bahasa

Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta yang merupakan gabungan dari kata sas,

berarti mengarahkan, mengajarkan, dan memberi petunjuk. Dengan kata tra yang

biasanya digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Karena itu, sastra berarti

alat untuk mengajar, buku petunjuk atau pengajaran.

Karya sastra adalah hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi

yang terdapat dalam diri pengarangnya (Yanti, 2015:1). Membaca karya sastra

bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa.

Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat. Sastra

menghibur dengan cara menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap

kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada hakikatnya adalah proses

berimajinasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Kamhar (2017:65) mengemukakan

bahwa sastra merupakan karya imajinatif dengan menggambarkan kehidupan

bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan kalangan

masyarakat. Hasil imajinasi yang dilakukan pengarang akan dituangkan ke dalam

bentuk karya sastra. Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk menimbulkan

rasa khusus yang mengandung nilai estetik, selain sebagai sarana komunikasi,

7
8

yang mampu menyampaikan informasi yang bermacam-macam kepada

penikmatnya atau pembacanya (Istiqomah dan Sumartini, 2014:1).

Bentuk karya sastra terdiri atas drama, cerpen, puisi, dan novel. Penciptaan

karya sastra bukan hanya melalui imajinasi yang dilakukan oleh pengarang, tetapi

dapat juga dari pengalaman batin pengarang. Pengalaman batin pengarang berupa

peristiwa atau problem dunia yang menarik, sehingga muncul gagasan dan

imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Damono (Hasniyati, 2018:227) mengatakan bahwa sastra bisa dipahami

sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium yang

merupakan ciptaan sosial dan menampilkan gambaran kehidupan sebagai gejala

sosial. Karya-karya sastra berfungsi menampilkan kembali realitas kehidupan

manusia agar manusia dapat mengidentifikasikan dirinya dalam menciptakan

kehidupan yang lebih bermakna. Selanjutnya, sastra memiliki unsur-unsur berupa

pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi

atau ungkapan, bentuk dan bahasa.

Diperjelas Putra (2017:108) bahwa karya sastra merupakan luapan spontan

dari perasaan yang kuat, cermin emosi yang mendalam, yang kemudian direduksi

dalam penciptaan melalui pemikiran. Dalam kehidupan masyarakat terdapat

berbagai macam permasalahan sosial yang biasanya memberikan pengaruh dan

tercermin di dalam karya sastra. Intinya, karya sastra merupakan cerminan

kehidupan nyata.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

sastra adalah suatu keindahan dan hasil kerja manusia yang kreatif atau alat untuk
9

mengajar dan pengajar dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam

sastra juga terdapat peristiwa dan tokoh yang fiktif dan tidak diamati di dunia

nyata. Sastra juga berupa sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan

kepada sejumlah hasil seni tertentu (bahasa) dalam suatu lingkungan kebudayaan.

Kekuatan pengarang menulis sastra seolah-olah cerita atau kisah dalam sastra itu

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas dan imajinasi si pengarang

mampu mengolah bahasa sebagai mediumnya membuat sastra memiliki kekuatan

nayata, padahal kemampuan pengarang yang mampu membawa sastra itu

memiliki kekuatan.

2.1.2 Ciri-ciri Sastra

Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk menimbulkan rasa khusus

yang mengandung nilai estetik, selain sebagai sarana komunikasi, yang mampu

menyampaikan informasi yang bermacam-macam kepada penikmatnya atau

pembacanya. Aspek-aspek keindahan dalam karya sastra dapat ditinjau dari dua

segi yang berbeda, yaitu segi bahasa dan keindahan itu sendiri. Dalam bidang

sastra, aspek pertamalah yang memperoleh perhatian karena bahasa merupakan

medium utama karya sastra, sedangkan dalam karya sastra itu sendiri sudah

terkandung berbagai masalah (Istiqomah dan Sumartini, 2014:1).

Ditinjau dari segi ragam bahasa, Faqihuddin, dkk (2017:77) menyatakan

bahwa bahasa merupakan alat utama bagi pengarang untuk mengekspresikan

pengamatannya terhadap kehidupan dalam bentuk karya seni (sastra). Ragam

bahasa yang digunakan pengarang itu memerlukan proses panjang. Untuk


10

merealisasikan gagasan, pikiran, dan perasaannya bahasa diolah dan disajikannya

sedemikian rupa melalui proses kreatif hingga tercipta karya sastra yang imajinatif

dengan unsur estetis yang dominan.

Ragam bahasa dalam karya sastra tidak dapat disamakan dengan ragam

bahasa nonkarya sastra, seperti bahasa dalam karya ilmiah, surat kabar, atau

perundang-undangan. Ragam bahasa dalam karya sastra dikenal penuh dengan

asosiasi, irasional, dan ekspresif untuk menunjukkan sikap pengarangnya

sehingga menimbulkan efek tetentu bagi pembaca, seperti memengaruhi,

membujuk, dan mengubah sikap pembacanya. Sebuah karya sastra haruslah

mengandung nilai-nilai luhur sosial yang dapat dijadikan oleh manusia sebagai

acuan dan pedoman dalam kehidupan nyata (Putra, 2017:108).

Selanjutnya, Kamhar (2017:66) mengemukakan bahwa sastra yang telah

dilahirkan oleh para pengarang diharapkan dapat memberikan kepuasan estetik

dan intelektual bagi masyarakat penikmat sastra. Sebaliknya, sering terjadi suatu

karya yang tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar

masyarakat pembaca. Hal ini dikarenakan karya sastra adalah seni, di mana

banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, ide,

semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran hidup, yang dapat

membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan,

sehingga diperlukan pengetahuan tentang sastra.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, ciri-ciri sastra dapat disimpulkan bahwa

sastra dapat dikategorikan komunikasi secara tidak langsung yang mampu

mengubah kepribadian seseorang. Dapat dibuktikan melalui nilai-nilai yang


11

terkandung dalam sastra itu. Sastra jelas merupakan hasil kreativtas pengarang,

tidak ada cerita yang dituliskan pengarang itu tanpa hasil kretaivitas atau olahan

bahasanya. Sastra juga bersifat imajinasi si pengarang, daya khayal si pengarang

mampu memberikan dampak nyata bagi si pembaca. Sastra bersifat otonom,

keunggulan dan kelemahan sastra itu terletak pada si pengarang itu. Cerita yang

ada dalam sastra itu selalu berkaitan dengan alur pikiran si pengarang sastra itu.

2.1.3 Pengertian Novel

Novel merupakan salah satu karya sastra fiksi. Kata novel berasal dari

bahasa Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”

Tarigan (Hasniyati, 2018:228). Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan

jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, jenis novel ini muncul

kemudian. Dalam sastra Indonesia, pada angkatan 45 dan seterusnya, jenis prosa

fiksi yang disebut roman lazim dinyatakan sebagai novel.

Pengertian lain dikemukakan Abraham (2017:55) bahwa novel adalah

sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia; dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, yaitu dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang yang

kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif.

Sementara Faqihuddin, dkk (2017:77) menyatakan bahwa novel adalah

salah satu hasil karya sastra yang terlengkap. Novel bukan hanya khayalan

pengarang tetapi juga hasil perenungan dan kreativitas yang berawal dari

pengalaman, baik pengalaman lahir maupun batin. Pengalaman ini disusun secara
12

kreatif, imajinatif, sistematis, dan estetis dengan menggunakan bahasa sebagai

medianya. Hal yang sama dijelaskan Abraham (2017:55) bahwa novel adalah

sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia; dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, yaitu dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang yang

kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi novel dalam

penelitian ini adalah salah satu jenis karya sastra berupa prosa/cerita yang cukup

panjang dengan memberikan serangkaian kejadian yang cukup luar biasa

mengenai tokoh-tokoh dan memiliki unsur pembangun yang lengkap seperti alur,

amanat, sudut pandang dan lain-lain.

2.1.4 Unsur-unsur Pembangun Novel

Sebuah karya sastra, baik fiksi mapun nonfiksi dibangun oleh unsur

pembangunnya. Nurgiyantoro (Hasniyati, 2018:229) mengemukakan bahwa novel

dan cerpen merupakan karya fiksi mempunyai persamaan keduanya yang

dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Unsur intrinsik tersebut adalah tema, alur, tokoh, penokohan, dan latar.

Akan tetapi, tidak sampai pada fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik.

Dipilihnya unsur tersebut karena merupakan unsur isi dari sebuah karya sastra
13

yang dapat membangun sebuah cerita yang menarik. Sehubungan dengan hal di

atas, diharapkan dengan menganalisis unsur tersebut dapat membantu men-

gungkapkan eksistensi tokoh dalam novel.

Selanjutnya, Kamhar (2017:65) menyatakan bahwa novel sebagai karya

fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsurnya. Semua unsur tersebut

sengaja oleh pengarang dibuat mirip, diimitasikan dengan dunia nyata lengkap

dengan peristiwa-peristiwa dan latarnya, sehingga sering cerita yang ada dalam

novel tersebut dianggap sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi dan dialami

oleh pengarang itu sendiri.

2.1.4.1 Unsur Instrinsik Novel

Unsur instrinsik novel terdiri atas tema, tokoh/penokohan, latar, gaya

bahasa, dan alur. Berikut dijelaskan unsur instrinsik novel. Pertama, istilah tema

berasal dari bahasa Latin yang berarti ’tempat meletakkan suatu perangkat’. Tema

adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal

tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Penyikapan

terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik.

Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum

melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat

memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang

menjadi media pemapar tema tersebut (Hasniyati, 2018:229).


14

Kedua, tokoh dan penokohan. Istilah penokohan mempunyai pengertian

yang lebih luas daripada “tokoh” dan “perwatakan”. Hal ini dikarenakan

penokohan cakupan masalahnya sampai pada tokoh cerita, perwatakan, dan

penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Di dalam cerita rekaan

keberadaan tokoh merupakan hal yang penting karena pada hakikatnya sebuah

cerita rekaan merupakan serangkaian peristiwa yang dialami oleh seseorang atau

suatu hal yang menjadi pelaku cerita (Hasniyati, 2018:229).

Tokoh dan penokohan merupakan orang-orang yang diperankan oleh pen-

garang dalam menggerakkan peristiwa cerita (Kadir, 2011:115). Biasanya

peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap

terhadap diri tokoh atau perubahan pandangan kita sebagai pembaca terhadap

tokoh tersebut.

Ketiga, latar. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa

dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

berlangsung, Stanton (Hasniyati, 2018:229). Latar atau setting disebut juga

sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar

memberi pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan

kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah

sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah

untuk menggunakan daya imajinasinya. Di samping itu, juga memungkinkan


15

untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang

latar.

Keempat, gaya bahasa. Gaya berkaitan dengan pemilihan berbagai aspek

kebahasaan yang dipergunakan dalam sebuah teks kesusastraan, manakala nada

adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbagai bentuk komponen

gaya tersebut. Jadi, nada pada hakikatnya merupakan sesuatu yang terbentuk,

terbangkitkan atau sebagai konsekuensi terhadap pemilihan gaya bahasa.

Kelima, alur. Alur dalam cerpen atau pada karya sastra pada umumnya

adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah

alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan

peristiwa yang menjalin suatu cerita dapat berbentuk dalam rangkaian peristiwa

yang berbagai macam Aminuddin (Hasniyati, 2018:230). Keenam, amanat.

Amanat (pesan moral) adalah gagasan yang mendasari karya sastra. Pesan yang

ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar terdapat di dalam

karya sastra. Amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada

umumnya amanat tersurat.

2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik Novel

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu,

tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra Nurgiyantoro dalam (Yanti, 2015:3). Unsur-unsur ekstrinsik ini antara lain

adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang mempunyai sikap,


16

keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya akan mempengaruhi karya sastra

yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik sebuah karya sastra bergantung pada pengarang

menceritakan karya itu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-

unsur sastra instrinsik sastra terdiri atas (a) tema, (b) latar, (c) alur, (d) penokohan,

(e) gaya bahasa, dan (f) amanat. Unsur-unsur dalam sastra yang lebih luas

cakupannya bahwa sastra dapat memberikan dampak positif kepada si pembaca

dalam perubahan pandangan, wawasan, dan kepribadian.

2.1.5 Pengertian Refresentasi Sastra

refresentasii dan sastra pada hakikatnya mempunyai pokok permasalahan

yang sama, seperti halnya , sastra juga berurusan dengan manusia dalam

masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk

mengubah masyarakat (Hidayat, 2017:93). Sosiologi dapat memberi penjelasan

yang bermanfaat tentang sastra, bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa ,

pemahaman tentang sastra belum sempurna.

Dalam berbagai buku sejarah selalu dikatakan bahwa ilmu tersebut

ditemukan dan dibangun untuk pertama kalinya oleh Auguste Comte pada

pertengahan abad XIX. Sebagaiamana yang sudah diketahui secara umum, pada

masa comte yang berkembang pesat adalah ilmu-ilmu alam yang terus- menerus

berusaha dan menemukan berbagai keteraturan atau hukum-hukum universal yang

bersifat tetap yang mengatur segala gejala alamaiah yang tampaknya berubah-

ubah. Dibawah pengaruh ilmu-ilmu alam tersebut sosiologi cenderung berusaha


17

menemukan hukum-hukum yang umum dan abstrak mengenai objeknya

(Faruk,2016:15).

Representasi bisa disebut sebagai bahasa dalam kebudayaan dan dapat

mengkontruksi makna karena bahasa beroprasi dan berfungsi sebagai sistem

representasi. Bahasa yang dimaksud tidak lagi hanya berupa bahasa tertulis dan

bahasa lisan (berupa suara dan kata-kata tertulis), namun juga berupa tanda dan

simbol seperti gambar, not musik, bahkan sebuah benda. Semua hal tersebut

digunakan oleh manusia unntuk mengekspresikan atau mempresentasikan konsep,

ide, emosinya kepada orang lain.

Berbicara soal representasi, kita belajar mengenai hubungan antara tanda

dan makna. Tanda yang akan direpsentasikan juga bisa berubah seiring dengan

manusia itu sendiri yang terus bergerak dan berubah seiring dengan

berkembangnya kemampuan intelektual dan kebutuhan dari tanda tersebut.

2.1.6. Konsep Makna Pernikahan

2.1.6.1. Pengertian Pernikahan

Pernikaan adalah salah satu ibadah dalam agama Islam. Pernikahan

bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan

melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk

meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali

silaturahmi diantara manusia dengan menyatu dalam tali pernikahan.

Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah,

yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”. Pernikahan dalam
18

kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki

dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam Islam juga

berkaitan dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam Islam) dan wanita

yang haram dinikahi.

Pernikahan atau perkawinan merupakan suatu hubungan antara manusia

dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antarjenis

dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan. Menurut

istilah ilmu fiqih, nikah berarti suatu akad (perjanjian) yang mengandung

kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai kata- kata (lafadz)

nikah atau tazwij.

Perkawinan/pernikahan antara laki-laki dan wanita serta untuk menyatu

sebagai suami dan istri dalam ikatan pernikahan adalah salah satu ciri manusia

sejak pertamakali diciptakan. Tidaklah Allah Swt, menciptakan Nabi Adam

alaihis salam, kecuali diciptakan pula Hawwa sebagai pasangan hidupnya, lalu

mereka menjadi suami dan istri dalam ikatan pernikahan. Semua peradaban umat

manusia yang hidup di permukaan bumi mengenal pernikahan dan menjalani

hidup dalam ikatan pernikahan. Pernikahan adalah jaminan atas keberlangsungan

peradaban umat manusia.

Menikah merupakan fase kehidupan yang lazim dilakukan oleh setiap

manusia dewasa (akil baligh), siap secara lahir dan batin, serta memiliki rasa

tanggung jawab dalam membangun rumah tangga. Setiap orang yang telah

memenuhi persyaratan tersebut dianjurkan agar menginjakkan kakinya kejenjang

pernikahan. Jenjang inilah menandai sebuah fase kehidupan yang sangat penting
19

bagi kelangsungan hidup seseorang pada masa mendatang. Kehidupan

berkeluarga memiliki banyak tantangan dan sekaligus mengandung jumlah

harapan positif. Tidak dipungkiri dalam pernikahan terdapat banyak manfaatnya

jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Ada beberapa tujuan pernikahan dalam

Islam yaitu :

1. Melaksanakan Sunnah Rasul

Pernikahan dapat menjauhkan dari perbuatan maksiat yang menimbulkan

dosa. Karena sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang

dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah

satu sunnah dari Rasulullah yang dianjurkan.

2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia

Karena sudah dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal

ini karena pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu

sendiri. Naluri manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih

baik untuk dipenuhi dengan jalan yang baik dan benar yaitu melalui

penikahan yang sah dimata agama dan negara. Karena apabila naluri tersebut

tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada jalan yang

sangat diharamkan oleh Allah Swt. dan dibenci yaitu berzina.

3. Penyempurna Agama

Dalam Islam menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan

agama dan ibadah yang dianjurkan. Karena dengan menikah maka separuh

agama telah terlaksana. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan ialah
20

penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang

muslim dalam beribadah.

4. Menguatkan Ibadah Manusia

Pernikahan merupakan hal yang mulia, karena pernikahan merupakan sebuah

jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta terhindar

dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

Hal ini pula sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana Rasullullah

Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk

menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan

pandangan, lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang

tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat

membentengi dirinya."

Sasaran utama dalam pernikahan dalam Islam ialah untuk menundukkan

pandangan serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat

merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan

memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di

masyarakat.

5. Memperoleh Ketenangan

Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan

nantinya akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram

atau sakinah akan hadir selepas menikah. Sebuah pernikahan jangan hanya

mengandalkan perasaan biologis serta syahwat saja, karena hal ini tidak akan
21

sanggup untuk menumbuhkan ketenangan di dalam diri seseorang yang

menikah.

6. Memperoleh Keturunan

Sesuai dengan Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT telah berfirman, yang

artinya: "Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari

jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari

pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka

beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah."

Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam lainnya ialah untuk

memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh

ialah keturunan yang sholeh dan sholehah, agar dapat membentuk generasi

selanjutnya yang berkualitas.27

2.1.6.2. Pernikahan Dalam Pandangan Islam

Nikah atau zawaj atau menurut bahasa adalah ٗ‫( ءاىض ٘ىط ا‬adh-dhommu

dan al-wath‟u) yang berarti berkumpul atau bercampur.28 Bisa juga diartikan

dengan akad (al-aqdu) atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat

ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan

penerimaan dari pihak laki-laki).

Bahwa menikah merupakan perintah yang datang langsung dari Allah Swt.

Selain itu, menikah juga merupakan sunnah Rasulullah Saw. Salah satu

keutamaan menikah, selain untuk mendapatkan lima hal yang dijanjikan oleh

Allah Swt adalah untuk mengindikasikan bahwa ibadahnya orang yang sudah
22

menikah itu memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada ibadahnya seseorang yang

belum menikah.

Perkawinan/ pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada

yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan/pernikahan

dapat mengurangi hal dosa yaitu kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan

maupun dalam bentuk perzinahan. Bagi seorang muslim yang berkeinginan untuk

melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik dan non

fisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Untuk berpuasa.

Pernikahan salah satu pelaksanaan perintah Allah dan sunnah Rasulullah,

pernikahan juga media untuk memperbanyak amal kebaikan. Pernikahan

merupakan pondasi yang baik untuk membangun keluarga muslim. Islam telah

meletakkan pondasi yang kokoh dalam fase pernikahan dan menerangkan

tentang hak dan kewajiban masing-masing bagi suami dan istri.

Perkawinan/pernikahan adalah fitrah kemanusiaan maka dari itu Islam

menganjurkan untuk menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu

perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak

menjerumuskan kelembah hitam.

Pernikahan merupakan cara paling mulia yang dipilih pencipta alam

semesta untuk mempertahankan proses regenerasi dan keberlangsungan dinamika

kehidupan. Fitrah yang diberikan Allah pada manusia meniscahyakan pentingnya

penyatuan antara pria dan wanita demi keutuhan jenis manusia agar mereka bisa

memakmurkan bumi, mengeluarkan kekayaan alam, mengembangkan nikmat-


23

nikmat yang dikandung, dan memnafaatkan kekuatan alam bumi selama waktu

yang diinginkan Allah. Maka, kehidupan tidak akan mungkin bisa berlangsung

tanpa melalui proses pernikahan yang secara terus menerus berlanjut dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Al-Quran telah menyebut kata “nikah” sebagai suatu bentuk perjanjian

(mitsaq) antara laki-laki dan wanita yang telah terikat dalam sebuah hubungan

pernikahan yang sah. Atas dasar itulah, Imam Taqiyuddin mendefinisikan

pernikahan sebagai “suatu ungkapan menyangkut tentang akad yang sudah

dikenal oleh masyarakat, mencakup rukun dan syarat tertentu”.

2.2 Kerangka Konseptual

Masalah dalam sebuah sastra atau novel dilatarbelakangi masalah

kehidupan nyata. Kemampuan pengarang menggunakan bahasa sebagai media

dalam menyampaikan ide dengan baik. Karya sastra menjadi sarana komunikasi

berbentuk tulisan dalam bahasa yang indah yang berdasarkan kekuatan imajinasi

dan kreativitas oleh pengarang. Karya sastra sangat berbeda dengan karya tulis

ilmiah, terletak pada imajinasi dan daya khayal pengarang.

Selain itu, faktor yang mempengaruhi dalam karya sastra juga termasuk

bahasa yang digunakan oleh pengarang. Salah satu bentuk karya sastra itu yang

sering digunakan masyarakat sebagai bahan pedoman hidup adalah novel yang

menceritakan kehidupan nyata. Novel termasuk karya yang bersifat belaka atau

karya yang kebenarannya hanya terdapat imajinasi pengarang. Hal tersebut sesuai

dengan hakikat karya sastra yang bersifat imajinatif. Namun, penciptaan karya
24

sastra akan lebih baik diarahkan kepada sosiologi. Agar mewujudkan manusia

sebagai makhluk sosial yang bertanggung jawab dalam kedudukannya dalam

bermasyarakat.

Penciptaan sastra atau novel bagian dari refleksi lingkungan sosial antar

pengarang dan situasi sosial yang membentuk karya sastra itu sendiri. Karya

sastra terbentuk oleh lingkungan dalam tingkatan social yang telah menjadi

kesepakatan bersama. Dengan kata lain, nilai kehidupan sosial akan memantul ke

dalam karya sastra. Kejadian-kejadian yang nyata dapat dipoles menjadi sebuah

cerita yang menarik di baca oleh pembaca. Begitu juga kejadian-kejadian yang

tidak pernah nyata dalam kehidupan, bisa di poles pengarang menjadi sebuah

cerita seolah-olah benar terjadi.

Sosial dapat menjelaskan mengenai peristiwa yang terjadi dalam

bermasyarakat dan segala sikap tokoh akibat dari kondisi bersosialisasi di dalam

masyarakat. Kehidupan masyarakat dapat diilustrasikan dalam sebuah novel,

semakin banyak masalah dan dinamika yang ada di dalam novel, ini membuktikan

tingkat kemampuan pengarang mampu melihat dalam kehidupan nyata. Bentuk

tingkat sosial dapat dilihat dalam sebuah novel melalui perubahan sosial,

kelompok sosial, dan interaksi sosial.

Pendekatan sastra lebih cenderung melihat hubungan langsung antara

unsur karya sastra dengan unsur dalam masyarakat. Kebermaknaan sastra dalam

masyarakat untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Seberapa besar pengarang

mampu melukiskan dan mengembangkan cerita kenyataan menjadi khayalan yang


25

memberikan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Karya Sastra

Novel Wedding Agreement’


karya Mia Chuz

Representasi Makna Pernikahan Dalam islam

Nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam


Masyarakat

Bagan 1. Kerangka Konseptual


26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menganalisis data dokumen dari

sebuah Novel berjudul Wedding Agreement Karya Mia Chuz Berkaitan

dengan hal itu, penelitian ini tidak memiliki tempat yang spesifik. Waktu

penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2020 sampai dengan Februari

2021. Adapun perincian waktu penelitian sebagai berikut :

Jenis Tahun 2020/2021


Bulan
NO. Kegiatan Agu Sep Okt Nov Des Jan
1. Pengajuan

Judul
2. Persetujuan

Judul
3. Penyusuna

Proposal
4. Bimbingan

Proposal
5. Perbaikan

Proposal
6. Seminar

Proposal
3.2 Jenis Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, metode yang


26
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki


27

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

(novel, drama, cerita pendek, dan puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang bertitik tolak pada instrumen penelitian, yakni

peneliti itu sendiri.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan didukung

oleh pendekatan deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian

yang disajikan dalam bentuk paparan data kutipan kalimat dalam satu satuan

cerita yang sesuai dengan tujuan penelitian yang diamati. Sejalan dengan pendapat

Moleong (2011:4) bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Sumber data penelitian adalah novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz .

3.3 Prosedur Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkup masalah, maka prosedur penelitian dimulai

dengan sumber data tertulis diperoleh dari buku-buku, maupun dokumen hasil

penelitian yang tersedia diperpustakaan. Sumber data terbagi menjadi dua jenis

yaitu sumber data primer dan sumber data skunder.

Sumber data primer penelitian ini adalah novel Wedding Agreement’

karya Mia Chuz, sedangkan sumber data skunder yang menjadi landasan untuk

mengkaji ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah buku-buku teks dan

karya-karya ilmiah, artikel-artikel, jurnal penelitian yang diperoleh dari internet.


28

Dalam penelitian kualitatif tampak jelas bahwa sumber data dalam penelitian

tidak hanya merujuk pada manusia, tetapi juga mencakup semua ruang lingkup

kehidupan, jauh berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Data penelitian ini bersumber pada sebuah teks novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz dalam bentuk verbal, yaitu berwujud kata, frasa atau

kalimat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan

yang berkaitan dengan struktur sosiologi sastra (masuarakat). Sumber data dalam

penelitian ini bersumber dari novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz .

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini merupakan langkah yang paling

penting dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah untuk

memperoleh data. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah analisis

tekstual, yaitu kajian yang membahas isi dan makna perwatakan dalam kaitannya

dengan struktur alur secara keseluruhan Endraswara dalam (Abraham, 2017:58).

Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui tahapan (1)

membaca keseluruhan teks novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz secara

berulang-ulang agar benar-benar memahami isi novel tersebut, (2) observasi

terhadap isi dan cerita dari novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz yang

berkaitan dengan struktur sosiologi sastra, (3) peneliti mengklasifikasi data sesuai

dengan permasalahan, yaitu data yang berkaitan dengan struktur sosiologi sastra,

(4) membaca dan memahami buku-buku referensi yang dianggap relevan.


29

Data dalam pengumpulan ini dikumpulkan dari novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz dengan teknik, yaitu membaca dan memahami isi

novel, melakukan identifikasi dan pencatatan terhadap data yang berkaitan dengan

tinjauan sosial yang ada dalam cerita, dan menganalisis data dengan pendekatan

objektif.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama proses

pengumpulan data adalah (a) membaca novel novel Wedding Agreement’ karya

Mia Chuz secara berulang-ulang, (b) mengidentifikasi perubahan sosial,

kelompok sosial, dan interaksi sosial dalam novel Wedding Agreement’ karya

Mia Chuz , (c) mengklasifikasikan perubahan sosial, kelompok sosial, dan

interaksi sosial novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz berdasarkan teori

yang dijasikan sebagai landasan /dasar dalam pengelompokan tersebut, (d)

peneliti/penulis membuat pengkodean atau pemberian kode pada setiap unit

kalimat atau paragraf yang memuat deskripsi.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menginterpretasikan data

psikologis dalam teks novel. Interpretasi adalah proses membaca dan menjelaskan

teks yang lebih sistematis dan lengkap. Interpretasi sering juga disebut dengan

penafsiran secara mendalam terhadap karya sastra. Interpretasi memerlukan

indikator dan data yang jelas, data yang dimaksudkan di sini adalah fakta-fakta

psikologis dan fakta-fakta ini ditafsirkan secara sosiologis, sehingga membentuk

keutuhan makna.
30

Peneliti menganalisis dan mengembangkan data-data yang telah

dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi, karena

dari pengertiannya, analisis isi berkaitan dengan komunikasi atau isi komunikasi.

Dalam penelitian kualitatif, analisis isi digunakan dengan maksud agar simbol-

simbol yang ada pada komunikasi dapat terbaca dalam interaksi sosial. Selain itu,

analisis isi juga menekankan bagaimana peneliti dapat membaca dan menganalisis

simbol-simbol itu.

Analisis isi adalah teknik atau upaya yang dilakukan untuk

mengklasifikasikan lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi sehingga

pesan atau isi yang terdapat dalam komunikasi itu dapat dipahami oleh pengguna

bahasa. Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan

secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

teknik analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model analisis mengalir, meliputi tiga komponen, yaitu (1) reduksi

data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan.

Pertama, reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan informasi data yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan tindak lanjut dari

proses reduksi data. Kedua, penyajian data merupakan proses penyusunan secara

sistematis data-data yang telah direduksi. Kegiatan analisis yang ketiga adalah

menarik kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini, kesimpulan yang diperoleh
31

didasarkan pada kedua tahap sebelumnya. Kesimpulan yang diperoleh dalam

penelititan bermula dari proses pemilihan, pengorganisasian, dan penjabaran data

secara terperinci yang dilakukan peneliti pada tahap sebelumnya.

Model analisis mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin

dengan baik, yaitu sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan pengumpulan data.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis

atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang

menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode

content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu

dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dimulai tahap reduksi data. Pada

langkah ini data yang diperolah dicatat dalam uraian yang terperinci. Dari data-

data yang sudah dicatat tersebut, kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-

data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis,

dalam hal ini tentang gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz . Informasi-informasi yang pengacu pada

permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.

Langkah kedua, menyajikan data. Pada langkah ini, data-data yang sudah

ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami.

Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang

tinjauan sosiologi sastra yang digunakan dan kejelasan makna dari sosiologi sastra

tersebut. Langkah terakhir, penarikan simpulan atau verifikasi. Pada tahap ini
32

dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian.

Kesimpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali tentang

kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid.

Penelitian kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang

dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi

untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami

permasalahan yang diteliti walaupun masih permasalahan bersifat sementara. Oleh

karena itu, landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati tetapi

bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan Grounded

Research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh dilapangan

atau situasi sosial (Sugiyono,2017:296).

3.6 Teknik Pengabsahan Data

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pengabsahan data

dilakukan dengan (1) identifikasi data sesuai dengan rumusan masalah; (2) data

diklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis berdasarkan indikator

permasalahan dan tujuan penelitian; (3) data yang sudah siap diinterpretasikan

dengan memberikan makna; (4) mendeskripsikan hasil analisis; dan 5) menarik

kesimpulan dan mengujinya (Istiqomah dan Sumartini, 2014:4).

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti membuat

pembagian kerja yang terdiri atas (1) melakukan pemilihan dan pemantapan judul;

(2) menentukan rumusan masalah dan tujuan masalah; (3) membaca secara

berulang novel yang dikaji; (4) mengumpulkan data sesuai dengan aspek masalah
33

dan memberikan kode; (5) menyeleksi data dengan melakukan klasifikasi data

sesuai dengan kelompok; (6) melakukan interpretasi data, yaitu memberi makna

terhadap data yang telah dikumpulkan sesuai aspek data secara deskripsi; (7)

menyimpulkan hasil analisis data; dan (8) melaporkan dalam bentuk tertulis.
34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari segi membaca

dan menyimak isi novel yang melihat juga lebih jelas dari Novel yang sebelumnya

di ceritakan dinovel maka dapat memberikan hasil penelitian Novel Wedding

Agreement merupakan Novel. yang bergenre drama religi ini merupakan Novel

yang diangkat berdasarkan novel berjudul sama karya Eria Chuzaimiah alisa Mia

Chuz, yang terlebih dahulu populer di aplikasi Wattpad yaitu aplikasi komunitas

online bagi para penulis dan pembaca.

Wedding Agreement Novel Indonesia yang berhasil mencapai 70 ribu

lebih jumlah penonton pada hari pertama perilisan di bioskop. Sepanjang Novel

dan film tersebut berusaha mengubah pandangan dan gaya hidup menjadi yang

selaras dengan pandangan dalam pernikahan dan gaya hidup 'Islami' yang ia anut

serta makna-makna yang terlintas dalam setiap adegan-adegan yang dilakukan di

dalam Novel tersebut.

Novel menjadi salah satu media yang berpengaruh dalam setiap

penyampaiannya melalui pesan-pesan yang disajikan kepada penonton.

Novelmemiliki fungsi menyampaikan edukasi, informasi, hiburan, moral yang

terkandung dalam setiap adegan dan terdapat pula makna-makna yang bisa

diambil untuk diteliti. Informasi dapat disampaikan melalui pengalaman baru

yang disajikan film. Sisi hiburan dapat didapatkan melalui karakter dan dialog

34
35

pemain film. NovelWedding Agreement yang bergenre drama dan religi. Genre

drama cocok dengan NovelWedding Agreement karena di dalam ceritanya dekat

dan realistis di masyarakat. Sedangkan genre religi yang juga sangat cocok

disematkan pada Novel ini karena bernuasa dan bermakna pernikahan yang

islami.

Penemuan tanda ikon, indeks dan simbol telah penulis amati dari Novel

Wedding Agreement dan di temukan tujuh adegan yang mengandung makna

pernikahan.

Pakde : Ananda Byantara Wicaksana bin Arya Wicaksana saya

nikahkan dan kawinkan engkau dengan Btari Hapsari bin Adiaksa\

Daut dengan mas kawin yang tersebut tunai.

Byan : Saya terima nikah dan kawinnya Btari Hapsari bin Adiaksa

Daut dengan maskawin terbut tunai

Penghulu : Gimana saksi, sah ?

Saksi : Sah, Alhamdulillah


Adegan 1 menceritakan Ijab qabul yang di wali nikahkan oleh pakde

sebagai wakil wali dari Tari, karena ayah Tari sudah meninggal dunia. Byan

mengucapkan ijab qabul di hadapan wali, orangtua dan saksi-saksi yang hadir

pada saat itu untuk menikahkan Tari, dengan berjabat tangan dan satu tarikan

nafas yang Byan ucapkan, Tari dan Byan sudah sah menjadi suami istri dan sudah

menjalankan sunnah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Dan cincin yang sudah

melingkar di jari manis mereka sebagai simbol komitmen dalam pernikahan.

Byan : Kamu liat handuk aku gak ?


36

Tari: Oh aku baru cuci kemarin, ntar aku ambil yang baru yah

Byan : Kamu yang nyuci ?

Tari : Iya

Byan : Terus semua kamu yang ngerjain sendiri, besok-besok

kamu pake aplikasi cleaning service

Tari : Gapapa aku juga bisa sendiri

Adegan ke 2 menceritakan tentang Byan yang menghampiri Tari ketika

sedang menyiapkan sarapan untuk Byan sebelum berangkat kerja. Byan

menanyakan handuknya ke Tari karena tidak ada, ternyata tari mencuci handuk

Byan, karena kesal Byan tidak memperbolehkan Tari untuk melakukannya dan

menyruhnnya untuk menggunakan aplikasi cleaning service. Tetapi karena Tari

merasa sudah menjadi istri tidak ada salahnya untuk melakukannya sebagai bakti

untuk melayani Byan sebagai suaminya.

Byan : Papah ngundang makan nanti sore

Tari : Hah papa ulang tahun, ko mendadak ngasih taunya Byan : Ini

ngasih tau

Tari : Iya tapi aku belum nyiapin kado

Byan : Selain papa, mama,kinan nanti ada keluarga aku yang lain

juga hadir, jadi nanti kita mungkin perlu pura-pura bahagia biar

mereka ga curiga

Tari : Maksudnya ?

Byan : Ya kaya pasangan bahagia aja, yang jalannya

berdampingan senyum-senyum pegangan tangan.


37

Adegan ke 3 ini menceritakan saat keluarga Byan membuat acara ulang

tahun papa nya, Byan dan Tari diundang untuk hadir bersama, karena mereka

yang belum pernah bersentuhan selama pernikahan sebagai suami istri. Byan

meminta Tari untuk bersikap mesra di acara tersebut karena ada orangtua mereka

dan tamu-tamu yang hadir akan memperhatikan mereka sebagai pasangan baru.

Saat sampai dilokasi mereka bersentuhan bergandengan tangan untuk pertama

kalinya, karena bersentuhan dengan pasangan yang sudah sah merupakan halal

untuk dilakukan.

Tari : Kita harus bicarakan lagi kesepakatan pernikahan ini Byan :

Apa lagi si yang harus dibicarakan.

Tari : Mengenai kamu yang masih ketemu perempuan itu. Aku

Ingin kamu berhenti ketemu sama dia.

Byan : Ga bisa, kenapa harus ?

Tari : Mas aku tau kita menikah ini karena perjodohan, kamu boleh

terpaksa untuk menjalani ini, tapi aku enggak.

Byan : Itu masalah kamu aku ga perduli

Tari : Aku menjalani pernikahan ini dengan sungguh-sungguh,

karena menikah itu adalah ibadah

Byan : Ini bukan ibadah tari ini pernikahan terpaksa

Pada adegan ke 4 ini menceritakan tentang, Byan yang baru saja bertemu

dengan sarah tunangannya terdahulu. Tari menunggu Byan untuk membicarakan


38

kesepakatan pernikahan mereka, Tari menganggap pernikahan perjodohan ini

adalah ibadah bukan dengan terpaksa sedangkan Byan pernikahan ini terpaksa.

Tari meminta satu tahun ke Byan untuk bisa menjaga nama baiknya sebagai istri

dan nama baik keluarganya, tetapi Byan marah jika Tari tidak suka menyuruhnya

untuk datang ke pengadilan agama untuk bercerai.

Sarah : Aku khawatir banget sama kamu

Byan : Aku gapapa kok, kamu ngapain kesini ?

Sarah : Aku dapet kabar kalo kamu ga masuk kantor hari ini, kamu

sakit apasih ?

Byan : Aku gapapa, kemarin sempet meriang cuman sekarang

udah mendingan.

Adegan ke 5 ini menceritakan tentang Sarah yang datang kerumah Byan, Sarah

berniat untuk menjenguk Byan karena ia khawatir setelah mendengar kabar bahwa

Byan tidak masuk kantor karena sakit. Kedatangan Sarah tidak disukai oleh Tari

sebagai istri nya sehingga Tari pun pergi untuk sementara karena kesal, Sarah

yang datang kerumah mereka dan langsung memeluk Byan yang bukan

mahramnya sendiri.
39

Byan : Kamu ada acara apa si di Bandung ? Tari : Aku ada seminar

Byan : Emangnya ga bisa ditunda ?

Tari : Ga Bisa, aku udah janjian sama resellernya disana Byan :

Naik Mobil Ini, nyetir sendiri ?

Tari : Iya

Byan : Ga boleh

Tari : Loh kenapa ga boleh Byan : Mobil ini udah ga layak

Tari : Ga layak dari mana aku sering banget pake mobil ini, ini

masih layak

Byan : Yaudah kalo gitu aku mohon sama kamu, kan aku suami

kamu. Dalam Islam kan ga boleh kalo istri pergi tanpa izin suami

Adegan ke 6 ini menceritakan tentang Tari yang ingin pergi mengendarai

mobilnya, namun Byan khawatir karena menurut Byan mobilnya sudah tidak

layak untuk dipakai. Byan tidak mengizinkan Tari untuk pergi dengan membawa

mobil itu sendiri, tetapi Tari menghiraukan ke khawatiran Byan dan tetap pergi

menggunakan mobil tersebut. Ketika dijalan mobil tersebut bermasalah dimulai

dari ban bocor hingga mesin mobilnya berasap. Disitu Tari sadar bahwa bila pergi

tanpa adanya izinnya suami tidak baik.

Pada adegan ke 7 ini menceritakan Byan yang mengajak Tari yang sudah

sah menjadi istrinya, untuk melakukan hubungan badan yang halal untuk pertama

kalinya mereka melalakukannya. karena berhubungan badan salah satu bentuk

ibadah yang menjadi wujud ketaatan, cinta serta kasih sayang yang mendalam.
40

Byan dan Tari yang sudah sah memiliki hak untuk mendapatkan nafkah lahir dan

batin.

4.2 Pembahasan

Penelitian yang menguraikan analisis data temuan berupa tujuh adegan

yang telah di pilih dengan mengidentifikasi tiga tanda darisegi sosial . Penulis

juga memberikan intrepretasi dari setiap masing-masing adegan tentang pesan

makna pernikahan dalam Islam yang muncul melalui dengan sosial merek sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Identifikasi Tanda Pada Adegan 1

Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan


1. Gambar Berjabat tangan Mewakili ijab qabul

mempelai laki-laki berjabat

tangan wali Nikah

2. Gambar laki-laki dan Mewakili Byan dan Tari

wanita mengenakan yang berdoa sesudah ijab


Ikon
baju pengantin qabul

3. Gambar wali dan Mewakili wali nikah dan

penghulu penghulu yang Menikahkan

4. Gambar cincin di Jari Mewakili tanda bahwa

sudah menikah
41

1. Berjabat tangan diatas Menunjukan keyakinan

meja untuk mengucapkan ijab

qabul
2. Mempelai wanita dan Menujukan rasa syukur

laki-laki menunduk dan setelah selesai mengucapkan

mengangkat tangan ijab qabul dan sudah resmi


Indeks
untuk berdoa menjadi pasangan sah
3. Penghulu dan wali yang Menujukan rasa bahagia

sudah selesai setelah menyelesaikan untuk

menikahkan Menikahkan

4. Cincin di jari Byan Menunjukan cincin yang

sudah terpasangan bukti

sudah menikah
1. Cincin emas Lambang dari komitmen
Simbol dalam pernikahan

Didalam novel ini menceritakan ini mengenai makna pernikahan dalam

Islam terdapat pada pola pikir dan tindakan yang dilakukan Byan sebagai suami.

Byan mengucapkan ijab qabul untuk menikah dengan Tari sebagai istrinya.

Dihadapan penghulu, wali nikah, saksi dan tamu undangan Byan dengan lantang

dan satu tarikan nafas mengucapkan ijab untuk memperistri Tari sebagai pasangan

yang sah dihadapan Allah Swt. Ijab qabul dalam pernikahan merupakan salah satu

tindakan yang wajib dilakukan karena untuk mendapatkan ridha dan pahala dari

Allah Swt.
42

Dalam agama Islam, biasanya Ijab qabul berarti ucapan yang dianggap

sakral dalam setiap prosesi akad nikah, karena dapat menghalalkan hubungan

pasangan yang akan menikah dan menjadi suami istri yang sah. Ijab kabul sendiri

merupakan ucapan yang dilakukan oleh wali mempelai perempuan dan

penerimaan oleh mempelai laki-laki. Ijab kabul biasanya diawali dengan

permintaan dari pihak pengantin laki-laki yang kemudian diterima dan diserahkan

oleh pihak wali perempuan. Kehadiran wali pada akad nikah disamping untuk

menetapkan pengakuan pihak keluarga terhadap perkawinan ini seperti Aisyah

berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda :

“ Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali, dan sultan

(penguasa/pemerintah) adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.” (HR

Ahmad).

Untuk mendapatkan kehalalan dalam pernikahan di mata Allah Swt. Maka

ijab qabul harus dilakukan dengan baik dan benar agar mendapatkan keridhaan

dan keberkahan dalam pernikahan yang akan dijalankan nantinya dan juga

dihadirkan oleh wali dan saksi-saksi dalam pernikahan tersebut.

43

Tabel 4.2

Identifikasi novel Adegan 2

Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan


1. Gambar Laki-laki dan Mewakili Tari yang sedang

wanita di dapur menyiapkan sarapan untuk Byan

2. Gambar laki-laki dan Mewakili Byan dan Tari yang

wanita yang Berhadapan memberikan Handuk

Ikon
3. Gambar seorang laki-laki Mewakili Byan yang marah dan

dan wanita yang memerintah Tari

membelakangi
1. Posisi Byan menghampiri Menunjukan pertanyaan tentang

Tari hal yang tidak Diketahuinya

2. Tari memberikan handuk Menunjukan bahwa Tari sudah

menemukan apa yang dicari


Indeks
Byan
3. Byan memerintah dengan Menunjukan rasa marah ketika

mengacungkan jari Tari melakukan apa yang tidak

disukai

1. Handuk Lambang dari melayani

suami setelah menjadi istri


2. Gerakan jari tulunjuk 44
Melambangkan ketidak setujuan
Simbol
akan perbuatan
Berdasarkan cerita pada adegan ke 2 bahwa makna pernikahan terlihat dari

tindakan yang terlihat dari karakter Tari sebagai istri yang berbakti untuk

melayani suami dari membuat sarapan dan pekerjaan rumah lainnya. Hal ini

menunjukan bakti yang ingin dilakukan kepada suaminya.

Sikap Tari yang ingin melayani suaminya dalam segala kebutuhan-


kebutuhannya adalah salah satu tugas dari seorang istri. Karena diantara

kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah hendaknya seorang istri benar-

benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-

rahasianya, bagitu juga bersungguh-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Tabel 5.3

Identifikasi Tanda Pada Adegan 3

Jenis Tanda Untik PengamatanKeterangan


1. Gambar laki-laki yang Mewakili karakter Byan suami Tari

menghadap wanita

berjilbab
2. Gambar Laki-laki dan Mewakili Byan dan Tari sebagai
Ikon
wanita yang menatap suami istri

3. Gambar Bergandengan Mewakili Tangan Byan dan Tari

Tangan yang Bergandengan


45
1. Posisi Byan berdiri Menunjukan rasa kecemasan akan

menghadap Tari menghadiri acara

2. Tari menatap Byan Menujukan rasa kebingungan ketika


Indeks melihat Byan cemas

3. Tari dan Byan Menunjukan rasa bahagia dihadapan

bergandengan tangan orang yang melihat mereka di acara

1. Bergandengan Tangan Menunjukan bahwa saling


Simbol menghargai dan Bahagia
Berdasarkan adegan ke 3 dalam novel ini terlihat makna pernikahan pada

pola pikir Byan dan Tari yang sudah menjadi suami istri secara sah, tetapi belum

pernah berpegangan tangan atau bersentuhan selama menikah.

Bersentuhan dalam suatu hubungan dalam pernikahan merupakan lumrah

untuk dilakukan dan bukanlah perbuatan dosa, karena dengan bersentuhan atau

berpegangan tangan menunjukan bahwa dalam pernikahan tersebut merupakan

bentuk dari kasih sayang dan kebahagiaan.

Tabel 5.4

Identifikasi Tanda Pada Adegan 4

Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan

1. Gambar wanita duduk Mewakili Tari yang menunjukan

ditangga dan laki-laki surat kesepakatan pernikahan


46
berdiri kepada Byan
Ikon
2. Gambar seorang wanita Mewakili Tari sebagai Istri

3. Gambar seorang laki-laki Mewakili Byan sebagai Suami

1. Gerakan tangan tari yang Menunjukan Tari yang sedang

menunjukan surat duduk di duduk memperlihatkan kepada


Indeks
tangga di hampiri Byan Byan
2. Arah pandang ke Byan Menunjukan rasa kecewanya

terhadap Byan yang mengingkari

janji kesepakatan

3. Arah pandang ke Tari Menunjukan rasa kesalnya karena

masih membahas kesepakatan

pernikahan dengan Terpaksa

1. Surat kesepakatan Lambang Keterikatan dalam d

Pernikahan sebuah hubungan pernikahan a


Simbol
r

Berdasarkan cerita pada adegan ke 4 makna pernikahan ditemukan pada

pola pikir Byan sebagai suami yang membuat surat kesepakatan perjanjian

pernikahan, namun Tari sebagai istri merasa kecewa karena Byan mengingkari

janji yang sudah tertulis di surat tersebut. Dalam literatur fikih klasik, perjanjian

nikah disebut dengan istilah.tetapi tari sangat mmiliki juwa sosial dalam

hubungan pernikahannya.
47

Tabel 5.5

Identifikasi Tanda Pada Adegan 5

Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan


1. Gambar laki-laki dan Mewakili karakter Sarah dan

perempuan yang sedang Byan

berpelukan
2. Gambar Perempuan yang Mewakili Sarah sebagai
Ikon
memeluk mantan tunangannya terdahulu

3. Gambar Laki-laki yang Mewakili Byan sebagai

memeluk suami Tari


1. Saling berpelukan satu Menunjukan Sarah yang khawatir

sama-lain dan langsung memeluk Byan

2. Memejamkan mata sambil Menunjukan ekspresi hawatirnya

Indeks memeluk ke Byan karena sedang sakit

3. Ekspresi wajah kaget Menunjukan ekspresi kaget

sambil memeluk karena kedatangan Sarah

kerumahnya
1. Berpelukan Melambangkan simbol kedekatan
Simbol antara Seseorang
1
48

Berdasarkan cerita pada adegan ke 5 menunjukan makna pernikahan pada

sikap Sarah yang datang kerumah Byan, Sarah mendengar kabar bahwa Byan

tidak datang ke kantor karena sedang sakit. Sesampainya dirumah Byan yang

membukakan pintu adalah Tari, Tari marah karena sarah berani datang

kerumahnya. Setelah bertemu dengan Byan sarah langsung memeluk Byan dan

menanyakan keadaanya. Sedangkan sarah hanyalah mantan tunangannya yang

bukan mahramnya.

Berdasarkan cerita pada adegan ke 6 menunjukan makna pernikahan pada

sikap Tari yang hendak pergi dengan menggunakan mobil, dihalangi oleh Byan

yang khawatir terjadi apa-apa jika tetap digunakan. Selain itu simbol kebahasaan

berupa dialog Byan “Mobil ini udah gak layak”. Juga mewakili sikap khawatir

tetapi Tari tidak menurut dan pergi tanpa seizin suami.

Pada Intinya seorang istri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin

suaminya, boleh keluar rumah melainkan untuk urusan yang penting, karena

apabila tetap pergi tanpa adanya izin maka tidak dapat diridhai bahkan

mendapatkan dosa.

Tabel 5.7

Identifikasi Tanda Pada Adegan 7

Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan 49


1. Gambar laki-laki dan Mewakilkan karakter suami istri

wanita yang menaiki tangga Byan dan Tari

2. Gambar tangan yang Mewakili tangan Byan dan Tari

bergenggaman
2

3. Gambar wanita yang duduk Mewakili karakter Tari sebagai

Ikon di ranjang Istri


4. Gambar wanita yang Mewakili pasangan sah suami

memakai handuk dikepala dan istri

dan laki-laki berbaju putih

Indeks 1. Byan dan Tari saling Menunjukan Byan yang

bertatapan saat menaiki mengajak Tari menaiki Tangga

tangga untuk kekamar


2. Tari duduk di ranjang dan Menunjukan ekspresi gugup Tari

Byan menutup pintu yang menunggu Byan untuk

menghampirinya
3. Byan dan Tari Menunjukan ekspresi bahagia

berpandangan setelah melakukan hubungan

suami istri

1. Ranjang Melambangkan tempat untuk

Simbol melakukan hubungan suami istri

2. Handuk di kepala Melambangkan dari berkeramas

dan bersuci setelah melakukan

hubungan suami istri


50

Berdasarkan cerita pada adegan ke 7 makna pernikahan dapat ditemukan

dalam sikap Byan yang mengajak Tari untuk melakukan hubungan suami istri

yang untuk pertama kalinya mereka lakukan setelah sah menjadi suami istri.
3

Dari novel ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran atau hikmah bahwa

dengan adanya perjodohan menunjukkan sikap berbakti kita kepada orangtua

meskipun terpaksa. Walaupun mencintai sebelah pihak setidaknya harus

menghargai pasangan satu sama lain walaupun kamu tidak mencintainya. Dan

dalam sebuah ikatan pernikahan tidak boleh mempermainkan pernikahan tersebut.


4

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis tentang

makna pernikahan dalam Islam pada Novel Wedding Agreement berikut

adalah kesimpulan yang dapat dapatkan dan dipaparkan.

1. Dari Novel Wedding Agreement adalah Tari yang seorang istri. Hal ini

dikarenakan Tari memiliki fungsi yang sesuai dengan objeknya sebagai

seorang istri yang dinikahkan dengan Byan karena perjodohan oleh orang

tua mereka. Tari di gambarkan dengan seseorang yang memiliki sifat

baik, penyabar dan tabah menjadi seorang istri sedangkan Byan di

gambarkan diNovel tersebut dengan seseorang yang egois, keras kepala.

Mereka disatukan menjadi suami istri yang penuh dengan konflik dalam

pernikahannya.

2. Dalam Novel ini adalah pernikahan yang dijodohkan yang memiliki

hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab akibat ini terbentuk dari

berbagai penyebab seperti perjanjian pernikahan yang dibuat oleh Byan

kepada Tari sebagai istrinya. Pada akhirnya Byan meminta Tari untuk

sepakat dan menjalankan semua yang sudah tertulis disurat perjanjian

tersebut, perjanjian tersebut merupakan salah satu tindakan yang

menunjukan tidak baiknya hubungan mereka menjadi suami istri karena

adanya hal-hal yang dibatasi dalam pernikahan.

51
525

5.2 Saran

Saran yang disampaikan penulis dengan penelitian ini yaitu :

1. Untuk Novel Wedding Agreement dan pembuat novel

Indonesia. Terus membuat karya-karya yang luar biasa yang bisa dicerna

dan masyarakat teredukasi ketika membaca, dan meningkatkan isu-isu

yang sering terjadi dimasyarakat. Novel ini mampu menyampaikan sisi

hiburan sekaligus pembelajaran yang diperlihatkan dengan sesuai dan

apa sering kali terjadi dikehidupan sehari-hari.

2. Untuk pembaca dan masyarakat. Sebagai penikmat Novel Indonesia

harus menghargai karya anak bangsa, dan harus bisa mendukung karya-

karyanya sehingga bisa terus maju dan berkembang di negeri sendiri

ataupun luar.

3. Untuk universitas. Semoga universitas mendukung fasilitas-fasilitas yang

ada dikampus untuk menyediakan wadah yang baik sehingga mahasiswa

dapat mengekspresikan dan mengembangkan minat dan bakatnya agar

dapat mumunculkan karya-karya baru yang dihasilkan.


6
53

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Ihsan. 2017. Struktur Kepribadian Tokoh dalam Novel Surat Kecil
untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Kembara: Jurnal Keilmuan Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, Vol 3, No 1, April 2017. Diakses tanggal 25
November 2020.
Asep, Saepul Muhtadi. 2012. Komunikasi Dakwah:Teori dan Pendekatan dan
Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Chair Abdul, 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta
Chuz, Mia. 2019. Wedding Agreement. PT Elex Media Komputindo: Jakarta
Faqihuddin, Syarif. 2017. Gaya Bahasa Novel Sang Pemimpi Karya Andrea
Hirata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang Gaya Bahasa di
SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol 5, No 1, Tahun
2017. Diakses tanggal 1 Desember 2020.
Istiqomah, Nuriana dan Sumartini. 2014. Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel
Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Jurnal Sastra Indonesia, Vol
3, No 1. Tersedia http://journal.ac.id/sju/index.php/jsi.
Handayani, Vera Tri. 2017. Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayah Karya Andrea
Hirata serta Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.
Jurnal Bahtera, Vol 04, No 8, September 2017. Diakses tanggal 5
Desember 2020.
Hasniyati. 2018. Eksistensi Tokoh Ayah dalam Novel Ayah Karya Andrea dan
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Master Bahasa, Vol.
6 No. 3; September 2018.
Putra, Teguh Yuliandri. 2017. Representasi Schizhophrenic Tokoh Utama dalam
Novel Napas Mayat Karya Bagus Dwi Hananto. Kembara: Jurnal
Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol 3, No 1, April 2017.
Diakses tanggal 18 Januari 2018.
Kadir, Herson. 2011. Menelusuri Makna dalam Cerpen “Kristal Kesunyian”
Karya Indra Tranggono. Dalam Inovasi, Vol 8, Nomor 1, Maret 2011,
547

ISSN 1693-9034. (http://www.portalgaruda.org/download_article. php?


article=40748&val=3590).(Diakses 01 Desember 2020).
Kamhar, Muhammad Yusi. 2017. Pandanagan Dunia Pengarang dalam Novel La
Grade Borneo Karya NH Dini. Kembara: Jurnal Keilmuan Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, Vol 3, No 1, April 2017. Diakses tanggal 18
Januari 2018.
Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sigalingging, H. 2017. Pengantar Kritik Sastra. Jakarta Barat : Halaman
Moeka.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Syarifuddi, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai