Anda di halaman 1dari 13

GENTA MULIA,

Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

ANALISIS NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL “KEMBANG


TURI” KARYA BUDI SARDJONO

Maguna Eliastuti

Universitas Indraprasta PGRI, Jl. Nangka No.58 C Tanjung Barat Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan, E-mail:
magunaeliastuti@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap nilai-nilai moral dalam novel “Kembang Turi”
dan penulis berharap agar pembaca dapat memahami isi dari novel tersebu. Metode yang digunakan dalam
menganalisis novel ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan yang memuat dua unsur nilai novel,
yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Selain itu, penulis juga menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
moral. Setelah penulis menganalisis novel “Kembang Turi” ditinjau dari aspek moral, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa terdapat aspek positif dan negatif pada tokoh utama, Dirman, Marni dan Manaf. Untuk aspek
negatif disarankan untuk tidak diteladani akan tetapi untuk pengetahuan kita dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata-kata kunci: analisis, nilai moral, novel “Kembang Turi”.

PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah struktur yang Sastra menyajikan kehidupan manusia,
sangat komplek. Dalam hubungannya dengan dan kehidupan itu sebagian besar berhubungan
kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan dengan kenyataan sosial dan nilai moral dalam
manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakat. Sastra merupakan gambaran dari
masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan
dalam karya sastra mencakup hubungan usahanya untuk mengubah masyarakat itu.
manusia dengan lingkungan dan masyarakat, Menurut Semi (1990: 1), karya sastra tidak
hubungan sesama manusia, hubungan manusia hanya dinilai sebagai karya seni yang memiliki
dengan dirinya, dan hubungan manusia dengan budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah
Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui dianggap suatu karya kreatif yang dimanfatkan
sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari sebagai konsumsi intelektual di samping
kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata konsumsi emosi.
menyodorkan fakta secara mentah. Sastra Ajaran moral dalam karya sastra
bukan sekedar tiruan kenyataan, melainkan seringkali tidak secara langsung disampaikan,
kenyataan yang telah ditafsirkan oleh tetapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral
pengarang dari kehidupan yang ada dulu. Hal ini sesuai apa yang dikenal dengan
disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah tahap katarsis pada pembaca karya sastra.
pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan Meskipun sebelum mengalami katartis,
sastrawan atas kehidupan sekitarnya. pembaca atau penonton dipersilahkan untuk
menikmati dan menyaksikan peristiwa-

40
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

peristiwa yang sebetulnya tidak dibenarkan tertarik untuk mengkaji nilai moral dalam novel
secara moral, yaitu adegan semacam Kembang Turi karya Budi Sardjono.
pembunuhan atau banjir darah yang Adapun tujuan penulis melakukan
menyebabkan penonton atau pembaca senang penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis
tetapi juga muak. Jadi untuk menuju moral, nilai moral dalam novel Kembang Turi karya
seringkali penonton harus melalui proses Budi Sardjono serta untuk mengetahui dan
menyaksikan adegan yang tidak sejalan dengan menganalisis bentuk-bentuk nilai moral yang
kepentingan moral. terkandung di dalam novel Kembang Turi karya
Kelebihan novel Kembang Turi adalah Budi Sardjono dalam kaitannya dengan konteks
mengangkat hakikat hidup yang paling kehidupan nyata.
menakutkan dalam konteks kemiskinan Analisa atau analisis dapat diartikan atau
struktural dan pertaruhan nasib. Novel didefinisikan sebagian sebuah kajian yang
Kembang Turi mengangkat kisah kehidupan dilaksanakan atau dilakukan kepada sebuah
dua anak asal Gunung Kidul, Sumarni atau bahasa yang digunakan untuk meneliti struktur
Marni dan adiknya Dirman atau Sudirman yang bahasa tersebut secara detail dan tepat.
sangat keras mengarungi kehidupan di Kota Sedangkan dalam bentuk laboratorium. Analisa
Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Dalam atau analisis mengandung pengertian yaitu
novel ini terdapat nilai-nilai moral yang suatu kegiatan yang dilaksanakan pada
berkaitan dengan kehidupan manusia dalam laboraturium untuk memeriksa kandungan yang
suatu masyarakat, tentang nilai kejujuran, ada pada suatu zat dalam sampel tersebut.
kesucian, kemanusiaan, pertaruhan harga diri, Moral berasal dari bahasa latin yakni
dan kehormatan keluarga. Semua nilai tersebut mores kata jamak dari mos yang berarti adat
mengalami pergulatan hebat antara dua kebiasaan (Bertens, 1997:3). Sedangkan dalam
kekuatan atau dua malaikat. bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila.
Novel Kembang Turi merupakan salah Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide
satu karya sastra yang dihasilkan oleh Budi yang umum diterima tentang tindakan manusia,
Sardjono, lahir di Yogyakarta, 6 September mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah
1953. Sebagai seorang penulis otodidak, moral senantiasa mengaku kepada baik
banyak karya sastra yang telah dilahirkan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.
melalui penanya. Memulai menulis karya-karya Inti pembicaraan tentang moral adalah
fiksi (cerpen, novelete, novel, naskah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
sandiwara, dan sebagainya). Beberapa kali dari baik buruknya perbutaannya selaku
memenangkan sayembara mengarang, baik manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak
cerpen, novelete, dan lain-lain. Pernah ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap
memenangkan sayembara mengarang naskah dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai
sandiwara remaja oleh Dewan Kesenian manusia.
Jakarta. Sehubungan dengan hal di atas, penulis

41
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

Menurut Poespoprodjo (1999: 118), sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta
moral dan moralitas didefinisikan sebagai sebagai dasar untuk mengambil keputusan
kualitas dalam perbuatan manusia yang tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau b) Moral normatif, yaitu etika yang
salah, baik atau buruk. Sedangkan moralitas berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
mencakup pengertian tentang baik-buruknya perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh
perbuatan manusia. manusia. Moral normatif memberikan penilaian
Moral merupakan pengetahuan yang sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
menyangkut budi pekerti manusia yang kerangka tindakan yang akan diputuskan.
beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik Novel berasal dari bahasa Italia, novella
dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
Nilai moral dapat diperoleh di dalam Ada pula yang berpendapat bahwa Novel
nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian berasal dari bahasa latin nonelis yang
sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma diturunkan dari kata novels yang berarti bam.
batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban. Dikatakan baru sebab novel muncul belakangan
Bila dikatakan bahwa karya sastra itu dibanding dengan bentuk puisi dan drama.
semata-mata tiruan alam, maka dengan Unsur-unsur cerita seperti tokoh, alur, dan latar
sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai dipaparkan seolah-olah sesungguhnya terjadi
sesuatu yang tidak memperjuangkan kebenaran. dalam kehidupan nyata.
Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan Dalam novel tidak dipergunakan unsur
ukuran yang sering digunakan dalam menilai keajaiban seperti layaknya dongeng atau
suatu karya sastra. Pembaea sering hikayat. Masih ada yang perlu dipertimbangkan
mempertanyakan tentang sesuatu yang dari pengertian tersebut yang mengatakan
diungkapkan pengarang itu mempunyai peristiwa rasional sebab dewasa ini, meski
hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral tidak banyak, ada novel yang mengisahkan
atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap peristiwa-peristiwa yang justru tidak rasional.
dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah Hal ini karena bentuk-bentuk simbolik yang
model-model atau sosok yang sengaja mendominasi proses penciptaannya, sehingga
ditampilkan pengarang sebagai sikap dan cerita secara total merupakan cerita simbol dari
tingkah laku yang baik atau diikuti minimal kehidupan nyata. Mengenai hal ini barangkali
dicenderungi olehpembaca. lebih cocok dibicarakan dalam faham atau gaya
Menurut Magnis-Suseno (1989: 129), pencuat ide pengarang yang sering disebut
membagi moral ke dalam dua dimensi, yaitu: aliran sastra.
a) Moral deskriptif, yaitu etika yang Menurut Zaidan, dkk. (2007: 136), novel
berusaha meneropong secara kritis dan rasional didefinisikan sebagai jenis prosa yang
sikap dan perilaku manusia dan apa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan
dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai yang menggelarkan kehidupan manusia atas

42
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

dasar sudut pandang pengarang; mengandung kehidupan yang diidealkan pada kehidupan
nilai hidup, diolah dengan teknik lisan dan pengarang. Karya sastra fiksi mengandung
ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. penerapan moral dalam tingkah laku dan sikap
Menurut Semi (1998: 32) mendefmisikan novel para tokoh. Pembaca diharapkan dapat
sebagai “memberikan konsentrasi kehidupan menangkap pesan-pesan moral yang
yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan disampaikan oleh pengarang dalam karya
rancangannya yang lebih luas, mengandung sastranya. Istilah moral juga sering dikaitkan
sejarah perkembangan yang biasanya terdiri dengan motif, maksud, dan tujuan berbuat.
dari beberapa fragmen. Metode penelitian merupakan suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
METODE menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode
Pendekatan penelitian yang dilakukan ini sangat diperlukan agar dapat mengupas
dalam penelitian ini adalah menggunakan objek yang sedang diteliti. Pada penelitian ini
analisis nilai moral yang terkandung di dalam metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
novel “Kembang Tun” karya Budi Sardjono. 1. Metode analisis
Pendeketan penelitian dari aspek moral Metode ini merupakan metode yang
berupaya mengungkap makna intrinsik yang berusaha memahami suatu gagasan dalam
terkandung di dalam karya sastra tersebut. karya sastra. Ini diawali dengan metode
Menurut Djojosuroto dan Pangkerego penguraian sastra atas unsur-unsurnya dengan
(2000: 76), pendekatan moral bertolak dari tujuan memahami penelitian antar unsur-unsur
asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran tersebut dalam mendukung suatu karya sastra.
sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca
adalah berupaya untuk meningkatkan harkat 2. Metode kepustakaan
dan martabat manusia sebagai makhluk Metode kepustakaan ini merupakan
berbudaya, berpikir, dan berketuhanan. metode yang dilaksanakan dalam kamar kerja
Pendekatan moral yaitu suatu pendekatan peneliti atau di ruang perpustakaan. Peneliti
yang didasarkan pada kritik moral yang memperoleh data-data dan informasi-informasi
menuntut fungsi didaktis dalam karya sastra. tentang objek telitiannya melalui buku-buku
Pendekatan yang bertolak dari dasar pemikiran atau alat-alat audio visual lainnya. Hal ini
bahwa karya sastra dapat menjadi media yang dilakukan karena subjek penelitiannya adalah
paling efektif untuk membina moral dan dengan mengambil beberapa referensi acuan.
kepribadian suatu kelompok masyarakat. Moral Adapun acuan yang digunakan yaitu buku-buku
diartikan sebagai suatu norma, etika, konsep dari disiplin ilmu yang mendukung masalah
tentang kehidupan yang dijunjung tinggi oleh peneliti.
sebagian besar masyarakat.
Dalam karya sastra fiksi, moral
digambarkan untuk menawarkan model

43
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

3. Metode Deskriptif
Metode deskriptif berupaya mempelajari Penelitian ini mengambil aspek
norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian terhadap novel “Kembang Turi”
penelitian ini disebut juga survei normatif. karya Budi Sardjono yang diterbitkan oleh Diva
Dalam metode ini juga dapat diteliti Press Yogyakarta tahun 2011. Bagian sampul
masalah normatif bersama-sama dengan depan menunjukkan dua anak kecil perempuan
masalah status dan sekaligus membuat dan laki-laki yang terdampar di dalam kerasnya
perbandingan-perbandingan antarfenomena. kehidupan berupa kemiskinan dengan disertai
Studi demikian dinamakan secara umum daun turi.
sebagai studi atau penelitian deskriptif. Di dalam novel ini terdapat 11 tokoh
Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu dengan tokoh utama sebanyak 3 orang yaitu
sekarang atau sekurang-kurangnya jangka Marni atau Sumarni, Dirman atau Sudirman
waktu yang masih terjangkau dalam ingatan dan Manaf, seorang makelar tanah.
responden. Data diperoleh melalui analisis nilai
Populasi dalam penelitian ini adalah moral yang terkandung di dalam setiap untaian
unsur-unsur moral yang terdapat pada novel cerita per kalimat dan per paragraf yang
“Kembang Turi” karya Budi Sardjono. Unsur terdapat di dalam novel “Kembang Turi” karya
moral tersebut dihitung dari awal alur cerita Budi Sardjono. Adapun langkah-langkah
sampai pada akhir kisah novel tersebut. Jumlah pengungkapan nilai moral melalui tahapan
unsur moral meliputi ketiga tokoh utama dan sebagai berikut:
juga tokoh bawahan lainnya, sehingga populasi 1. Membaca secara utuh kisah yang ada di
penelitian ini adalah keseluruhan nilai moral dalam novel.
yang terdapat pada novel Kembang Turi karya 2. Mencatat setiap nilai moral yang ada di
Budi Sardjono. dalam cerita novel.
Sampel dalam penelitian ini adalah 3. Memberikan refleksi nilai-nilai moral yang
unsur-unsur moral yang terkandung di dalam terkandung dalam setiap kejadian di dalam
novel Kembang Turi karya Budi Sardjono. novel
Unsur yang dieksplorasi adalah unsur-unsur 4. Menafsirkan kandungan nilai moral yang
baik yang ada pada tokoh utama, yaitu Dirman , diperankan tokoh utama di dalam cerita
Marni, dan Manaf. Selain itu, sampel ini juga novel.
menghitung unsur-unsur moral buruk terhadap
ketiga tokoh utama tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut adalah unsur-unsur nilai moral
dalam novel “Kembang Turi” karya Budi
Sardjono.

44
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

Tabel 1. Tabel Deskripsi Unsur-Unsur Nilai aturan sendiri. Sesuai


Moral dengan kehendak yang
mereka atur (Manaf)
Unsur Moral 8 Teradang, nasib 38 
No Deskripsi Data Hal manusia tak jauh beda
Baik Buruk
1 Lhah kok sekarang 2  dengan hewan. Kalau
mereka ramai-ramai lagi celaka, harga
membeli tanah di sini. manusia bisa lebh
Apa yang mereka murah dibandingkan
harapkan, coba? harga seekor hewan
Gunung Kidul! Sejak (Dirman)
dulu terkenal sebagai 9 Mungkin sudah 43 
daerah miskin menjadi naluri setiap
(Manaf) orang selalu mengelak
2 Manusia itu di mana- 13  dari nasib buruk dan
mana sama. Mirip berusaha sebisa-
rama-rama yang bisanya meraih nasib
melihat cahaya. Jika baik yang penuh
urusan sudah keberuntungan dalam
menyangkut uang, hidupnya (Dirman)
banyak tangan yang 10 Kamu harus bisa 51 
mengulur. Meski menjaga adikmu,
buntutnya Cuma akan Marni. Hanya kamu
membalik telapak berdua yang tinggal.
tangan dan minta Mungkin, mungkin
bagian (Manaf) sebentar lagi, aku
3 Orang membeli 18  akan menyusul
gunung saja tidak bapakmu (Marni).
melanggar hukum kok. 11 Pertanyaan itu tiba-tiba 63 
Zaman sekarang ini, saja bagai ujung bilah
Pak Manaf orang bambu yang
punya duit bisa mencocoki hatinya.
membeli apa saja Yang dirasakan
(Dirman) kemudian sakit yang
4 Dikira kita tidak tahu 19  menggigit, mengiris-
kalau ditipu. Aneh iris (Marni)
kan? Mereka menipu, 12 Duh Gusti Allah!” 67 
orang yang ditipu Pekik Marni dalam
sadar kalau dirinya hati. Gusti Allah
ditipu (Manaf) benar-benar Maha
5 Yang jelas, daya 26  Pemurah. Semua
lelakian yang alam ciptaan ini
dimilikinya bisa adalah karunia Gusti
menggelegak tiba-tiba Allah (Marni)
begitu melihat 13 Ingin rasanya Marni 73 
wanita dengan dada menangis. Tapi,
membusung (Manaf). begitu melihat
6 Siapa mau hidup 31  adiknya, tangis itu
miskin terus-menerus? diurungkannya. Ia
Kini saatnya tidak ingin adiknya
kemiskinan itu ditepis ikut menangis (Marni)
atau ditinggalkan 14 Ketakutan yang saat 75 
sama sekali. itu mencekam adalah
Caranya antara lain, ya bayangan bahwa ia
menjual tanah (Manaf) akan kehilangan
7 Kalau mereka yang 34  sesuatu yang
mengatur, ya jelas, ada sangat berharga
bedanya. Soalnya, dalam hidupnya
mereka bisa membuat nanti. (Dirman)

45
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

15 Anak laki-laki itu 80  tubuhnya! Zaman


seperti ingin gendeng! (Manaf)
memberontak. Tidak 24 Perampasan tanah dan 105 
mau dipisahkan sawah oleh Pak Lurah
dengan kakaknya. yang waktu itu
(Dirman). memimpin di
16 “Jadi lonte intu 88  sana..Belum lagi
pertama-tama harus penyelewengan dalam
baik.” Dirman menatap bentuk dan wujud
perempuan yang yang lebih nista, yakni
mengaku bernama menggauli isteri orang.
Titin itu. (Dirman) (Manaf)
17 Tak ada laki-laki yang 90  25 Orang-orang sambil 112 
jujur di tempat seperti lalu sembari
ini. Sama busuknya memicingkan mata.
hati mereka dengan Andaikata mereka
tipu muslihat yang tidak diikiat oleh
sering pula mereka norma-norma
lakukan (Dirman) kesusilaan, mungkin
18 “maksudnya menjadi 91  tidak sedikit yang
germo yang baik, yaitu meludahi rumah itu
jangan sekali-kali (Manaf)
merebut rezeki anak 26 “yang jelas, banyak 114 
buahmu sendiri”. orang kota yang kaya
(Dirman) bingung membuang
19 Bagaimana tidak 93  duitnya (Manaf)
aneh? Bukannya 27 Zaman sekarang, 116 
segera minta dilayani kalau tidak punya
atau menolak karena hutang malah dianggap
tidak berminat dengan aneh, Mbakyu.
dirinya, lelaki ini (Manaf)
justru mengajak 28 Tiba-tiba ia ingat 118 
bicara panjang lebar pesan Minten. Cari
mengenai nasib laba tak usah
wanita-wanita yang banyak-banyak. Asal
berprofesi sebagai cukup membeli
pelacur (Dirman) video dan gelang
20 “Aku selalu 94  (Manaf)
bersimpati pada 29 Orang kota memang 124 
orang-orang yang punya otak. Otak ular!
ingin keluar dari Atau, siapa tahu
garis kemiskinan malah otak bandit.
(Dirman) Mereka tidak mau rugi
21 Tak pernah saya diajak 95  (Manaf)
omong seperti ini. Tak 30 Dusun yang pernah 130 
pernah saya dianggap menampung darah
sebagai manusia emaknya sewaktu
lumrah. Manusia yang melahirkan dirinya.
juga punya telinga, Dusun yang telah
hati, dan perasaan memberiair, udara,
(Dirman). hingga dirinya bisa
22 Keberuntungan Dusun 100  hidup, lalu terenggut
Karang Mading dan (Dirman)
sekitarnya ternyata 31 “Ah, orang tua itu 132 
menumbuhkan rasa iri hanya cap jempol saja.
warga dusun lainnya. Sudah pikun, Mas.
(Manaf) Sebentar lagi masuk
23 Jelasnya, mereka 101  kotak. Hahaha....”
siap jika diminta (Manaf)
menyerahkan

46
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

32 Kalau perlu nyawaku 137  39 “Mami juga tidak 164 


akan kujual untuk serakah. Di tempat
mengganti tanah ini. lain, kami Cuma dapat
Yu Marni masih bagian paling tinggi
sanggup mencari empat puluh persen.
uang sebanyak Mami tidak. Kita bagi-
mungkin. Kalau perlu, bagi, sama besar.
ia akan merekrut anak (Marni)
buah lebih banyak lagi 40 “sungguh, aku 167 
(Marni) tak pernah
33 “Maaf Iho, Mas 147  membayangkan
Dirman. Dia memang bahwwa mbakyu yang
agak begini,” celetuk kurindukan akan jadi
Manaf sambil seorang pelacur, atau
menempelkan telunjuk malah jadi germo”
jari di dahinya. Tapi, (Dirman)
jari itu dalam 41 “Aku bangga,” 169 
posisi miring. ucapnya kemudian...”
(Manaf) Dibangding mbakyuku
jadi gelandangan atau
34 Manaf sudah tak ada 149  orang gila yang
beda dengan calo-calo menari-nari sambil
tanah di kota. telanjang di jalan....”
Lidahnya licin. Dalam (Dirman)
benaknya, Cuma ada 42 Aku mungkin peraah 183 
satu kata, untung. bersumpah, suatu
(Manaf) ketika ingin
35 “Ah, gendeng 151  membunuhnya! Ya,
apa?!” kilah Manaf membunuh
dengan nada gembira. perempuan jahanam
“Tak akan saya itu (Marni)
menipu saudara 43 “Wajah iblis! 191 
sendiri. Mas Dirman Darahku
sudah saya anggap menggelegak tida-tida.
saudara sendiri” Rasa sakit disekujur
(Manaf) tubuhku seperti hilang
36 Ia tatap adiknya itu 156  tiba-tiba. Rasanya, aku
dengan penuh sayu. ingin lari dan
Adik satu-satunya. memburu perempuan
Dan, satu-satunya itu, lalu mengoyak
orang yang ia wajahnya dengan pisau
rindukan selama ini atau kuku-kuku
(Marni) tanganku.” (Marni)
37 Ia tatap wajah adiknya. 159  44 Aku bekerja seperti 193 
Seperti wajah mesin. Aku tidak
malaikat. Begitu peduli siapa yang
bersih. Matanya seperti kulayani. Aku tidak
mata kelinci. Dan mau melihat wajah
sorotnya, sorot mata mereka. Muak
kucing yang ingin rasanya. Kubunuh
dibelai tangan suara-suara hati
tuannya (Marni) (Marni)
38 “Biar mbakyumu 160 
saja yang punya 45 Untuk pertama 196 
pekerjaan seperti ini. kalinya, aku merasa
Oke, aku pergi dulu. sebagai manusia
Kalau mau omong- bebas. Bisa
omong dengan Nuri, menentukan nasib
silahkan.” (Marni) sendiri (Marni)

47
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

46 Aku mulai dengan 197  menentukan semua


profesi baru, yakni ini? Belum cukupkah
menjadi germo! Kalau penderitaan yang
tetap menjadi pelacur, kusandang hingga
aku tidak mungkin perlu ditambah lagi?
bisa menjadi orang (Dirman)
kaya (Marni) 54 Untuk apa hidup 231 
47 Biarlah nama 199  terlunta-lunta macam
Kembang Turi ini? Pindah dari neraka
mungkin sudah satu ke neraka lain
dianggap perempuan (Dirman)
busuk. Sama busuknya 55 Tak mungkin 234 
dengan sampah- kujelaskan bahwa
sampah masyarakat ijazah itu sangat
lain. Namun toh berharga bagiku.
orang-orang pada Lebih berharga
datang kepadaku dibandingkan nyawaku
(Marni) sendiri (Dirman)
48 Aku tidak akan 201  56 Sekali ini, Engkau 238 
membiarkan laki-laki menciptakan neraka
itu hidup tenang di hari baru lagi untukku, aku
tuanya. la telah akan bunuh diri! Ya,
menanam onak duri, aku akan bunuh diri.
maka duri-duri itu Untuk apa hidup
haras merajam terus jika cuma
kulitnya hingga menjadi permainan
berdarah (Marni) nasib? (Dirman)
49 Setelah setahun aku 209  57 “Semua karena 241 
ikut Yu Rukmi, tiba- terpaksa”, kataku
tiba aku ingin sekolah seperti pasrah meski
lagi. Sebab, kulihat kata-kata Yuli tadi
tidak sedikit anak- sempat membakar
anak yang juga tinggal harga diriku. Aku
di gubuk, pagi tidak menyadari
harinya bersekolah selama ini
(Dirman) pekerjaan semacam itu
50 “Kalau ingin tetap 212  memang terasa hina
hidup, Dir, kita harus bagi seorang laki-laki
seperti rel baja!” Tidak (Dirman)
lumat meski dilindas 58 Biasanya, manusia- 244 
beban berat. Dihajar manusia culas dan
panas dan hujan, siang berwatak rakus yang
dan malam. Rel itu ngendon di tempat ini.
tetap tegar dan tak Tidak segan mereka
akan lembek (Dirman) menampakkan iri dan
51 Jangan sampai menjadi 215  dengki melihat teman
laki-laki bodoh. Tak lain bisa meraup
ada harganya laki-laki rezeki, sementara
macam itu (Dirman) dirinya lagi jeblok
52 Hiburan orang-orang 218  nasibnya (Dirman)
kita macam ini
memang cuma mimpi 59 Jadi apa aku 245 
kok. Kalau tidak sekarang? Gigolo,
bermimpi, mau apa gendhak, seorang
lagi?” (Dirman) pelacur, atau preman
53 Manusia harus 227  kampungan?
tunduk setunduk- Entahlah. Aku
tunduknya pada memang tidak bisa
garis hidup itu. menolak memenuhi
Tuhankah yang keinginan asasi Yuli,

48
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

yakni kebutuhan batin 66 Aku tidak ingin terjadi 272 


dari lelaki yang pembunuhan. Kita bisa
disukai. (Dirman) repot nanti. Bukankah
60 Malam itu, Yuli 247  kamu tidak ingin
mengajukan sebuah mendekam di penjara?
tawaran yang sulit Lagi pula, orang itu
kutolak. Yakni, agar sekarang pasti sudah
aku bersedia cukup tua (Marni)
memperistri adiknya! 67 Tapi dia menanggung 273 
Seorang janda tanpa dosa Yu. Dosa itu
anak. (Dirman) harus
61 Kamu mau 248  ditebus.L.Dirman
menceritakan siapa seperti tak sabar lagi
diriku sebenarnya. untuk menemukan
Bukan laki-laki berasal orang yang dicari
dari keluarga baik-baik. (Dirman)
Bahkan, mungkin 68 Namun, untuk 274 
cuma anak sebatang melakukan balas
kara. Terdampar di dendam, hati kecilnya
kompleks pelacuran, seolah menolak.
hidup dan besar di situ Semua itu sudah ia
(Dirman) anggap sebagai nasib
62 Kau seorang germo di 250  yang tak terelakkan.
Semarang. Tapi, (Marni)
germo yang baik. 69 Kalau urusanmu 276 
Yang tidak mau dengan Pak Dulkarim
memeras anak buahmu sudah selesai, baru aku
sendiri. Yang tidak mau ziarah ke makam
mau menerima gadis Bapak dan Emak. Juga
yang sengaja dijual makam leluhur kita
oleh seorang calo yang lain. Malah
(Dirman) kalau perlu, maka itu
63 Mungkin begitulah 253  kita bangun (Marni)
kehendak alam. Jika 70 Jadi, ini orangnya 280 
ada yang sekarat, maka yang bernama
harus ada hidup yang Dulkarim? Laki-laki
berkembang. Itu yang telah
berarti, jika ada orang membelokkan alur
melarat, harus ada pula hidup keluarganya.
orang yang kaya. Malah, memporak-
(Dirman) porandakan. (Marni)
64 Yang penting, dia 254  71 “Tolong jaga adikku, 284 
bisa memberikan jangan sampai dia
penghidupan yang berbuat di luar batas,”
layak, bisa bisik Marni pada Beni
mengangkat derajat (Marni)
keluarga. Soal dia mati 72 Seorang lurah dulu 286 
duluan, ya itu memang beda dengan
namanya nasib. zaman sekarang.
(Dirman) Dulu bisa seperti raja.
65 Karena sudah 255  Punya kekuasaan. Apa
memberi uang, ruma, yang dikehendaki
perabotan, dan lurahnya harus
perhiasan, maka laki- dituruti. Kalau perlu,
laki itu seolah bininya sendiri pun
berhak diserahkan untuk
memperlakukan memenuhi gelagak
dirinya semena-mena nafsu lurahnya
(Marni) (Dirman)

49
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

73 Kedua anak itu pergi, 289  untuk nama


meninggalkan desanya toko?!”...Untunglah
subuh dini hari. Tentu mbakyu saya tidak
saja membawa hati mau melayanimu.
yang remuk, juga Orang tua tidak tahu
sedikit dendam. diri! Sekarang,
(Dirman) tunjukkan dimana
74 Mungkin Tuhan belum 291  luweng itu?” (Dirman)
adil? Karena penyebab 80 Semua itu masih ingat, 300 
keluarga Warimin masih melekat
ambyar itu masih dalam benak saya.
dibiarkan hidup enak. Dan, tak mungkin
Orang itu seharusnya saya lupakan. Yang
sudah dihukum di namanya luka hati
dunia ini (Dirman) karena harta miliki
75 “Warimin dihajar 292  yang dicintai
habis-habisan oleh dirampas secara paksa,
anak buah Pak Lurah oh... (Dirman)
karena dia akan 81 Apalagi, yang 300 
melapor kepada Pak merampas itu orang-
Camat atas semua orang yang
tindakan Pak Lurah punya kekuasaan.
termasuk usaha Pak Kekuasaan yang
Lurah memperkosa seharusnya untuk
istrinya, namun bisa melindungi, justru
digagalkan. (Dirman) dipakai untuk
76 Masa lalu Pak Lurah 294  merampok! Hal itu
lebih buruk dari yang akan menimbulkan
disangka orang. luka. Luka amat
Merusak pagar ayu, dalam. Dan suatu
merampas tanah ketika, pasti akan
rakyatnya sendiri, menuntut balas!”
berjudi, meniduri (Dirman)
ledek, dan berbagai 82 “Pak Dul, silahkan 303 
kejahatan lain naik dulu!” perintah
(Dirman) Dirman (Dirman)
77 Tapi, sudah lama dia 294  83 “Ya Allah....!” desis 305 
ingin ketemu manusia Dirman lirih. Tiba-
yang membuat kedua tiba ia menoleh di atas.
orang tuanya celaka. Seorang lelaki
Orang yang dengan bertelanjang dada
semena-mena dan Cuma
menghajar orang tua mengenakan celana
tak bersalah, bahkan kolor warna hitam
sampai membunuhnya. berdiri di atas dan
Lalu menyebar fitnah, tersenyum kepadanya
hingga orang-orang tak (Dirman)
mau melayat (Dirman)
78 “Siapa yang bilang 294 
Pak Dulkrim Berdasarkan hasil rekapitulasi analisis
bersalah? Bukankah nilai moral yang terdapat dalam novel
tadi Bapak sendiri
yang ingin seorang “Kembang Turi” karya Budi Sardjono, maka
saksi? “Akulah Saksi
itu! (Dirman) dapat direkapitulasi perhitungan prosentase
79 “Bukankah dulu 299  tokoh utama, yaitu:
sampean pernah
tergila-gila, sampai-
sampai nama itu
sampean pakai

50
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

Tabel 2. Deskripsi Data Unsur Nilai Moral karakter baik. Marni merupakan kakak
pada Novel “ Kembang Turi”
kandung Dirman yang terpisah di
Nama Nilai Moral Hasil Prosentase
No stasiun Tugu dengan sang adik.
Tokoh Baik Buruk Baik Buruk
Kemudian terhempas pada dunia
1 Dirman 29 14 58% 43,75%
prostitusi sampai menjadi germo
2 Marni 16 5 32% 15,62%
terkenal di Semarang dengan nama
3 Manaf 5 13 10% 40,62%
samaran, Kembang Turi. Meskipun
Jumlah 50 32 100% 100%
menjadi majikan dari para wanita
penjaja kenikmatan (germo), Marni
SIMPULAN
memiliki moral yang baik, yaitu tidak
Berdasarkan pada hasil penelitian
memeras anak buahnya, memberikan
terhadap karya sastra, terutama novel
kebebasan kepada mereka jika ingin
“Kembang Turi” karya Budi Sardjono yang
keluar dari dunia kelam, tidak
telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
pendendam, dan ingin berbakti kepada
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
kedua almarhum orang tuanya di
1. Terdapat dua sisi nilai moral, moral baik
daerah Gunung Kidul, dusun Karang
dan buruk, yang terdapat dalam tokoh
Mading.
utama di dalam karya novel “Kembang
c. Manaf, memiliki nilai moral baik 5
Turi” karya Budi Sardjono, dengan uraian
(10%) dan nilai moral buruk sebanyak
sebagai berikut:
13 (40,62%). Karena berprofesi sebagai
a. Dirman atau nama lengkap Sudirman,
calo tanah di dusun Karang Mading,
seorang pemuda dari Dusun Karang
maka karakter yang ditonjolkan dalam
Mading memiliki nilai moral baik
novel “Kembang Turi” memperlihatkan
sebanyak 29 (58%), dan nilai moral
beberapa nilai moral buruk yang lebih
buruk sebanyak 14 (43,75%). Ini
dominan. Manaf memiliki sifat curang,
berarti Dirman adalah sosok yang baik,
senang memainkan harga tanah kepada
jujur, hidup lurus, berupaya mencari
calon pembeli agar mendatangkan
kebenaran yang telah dicampakkan
keuntungan yang lebih, menghalalkan
oleh Pak Lurah, tidak mengenal rasa
segala cara untuk memperoleh hasil,
putus asa dan frustrasi. Keinginan yang
namun memiliki sifat ramah dan mudah
paling buruk hanya membalaskan
dalam berkomunikasi.
dendam atas kematian kedua orang
2. Nilai-nilai posittif yang dimiliki oleh
tuanya, namun tertahan oleh nasihat
tokoh-tokoh utama di dalam karya novel
kakaknya, Marni.
“Kembang Turi” karya Budi Sardjono
b. Marni atau Sumarni, memiliki moral
adalah, tidak mudah dendam, tahan
baik 16 (32%) dan moral buruk sebesar
terhadap kesulitan hidup, tidak
5 (15,62%), yang berarti memiliki
mengeksploitasi anak buah, sabar

51
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

menghadapi ujian, dan berbakti kepada Semi, M. Atar. (1993). Metode Penelitian
orang tua. Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.
Semi, M. Atar. (1998). Anatomi Sastra.
DAFTAR RUJUKAN Bandung: Penerbit Angkasa.
Bertens, K. (1997). Etika. Jakarta: Gramedia Zaidan, R. Abdul, dkk., (2007). Kamus Istilah
Pustaka Utama. Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati dan Anneke S.
Pangkerego. (2000). Dasar-Dasar Teori
Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta. Manasco.
Magnis-Suseno, Frans. (1987). Etika Dasar:
Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Poespoprodjo, W. (1999). Filsafat Moral:
Kesusilaan dalam Teori dan Praktik.
Bandung: Pustaka Grafiti.

52

Anda mungkin juga menyukai