Anda di halaman 1dari 5

Nama : Raisa Dayana

Nim 210502081

Deskripsi : Judul milik orang lain

Teori sastra semiotik-feminis dalam novel Khalil Gibran “The Helping Hand”

Abstrak

Sebuah karya sastra memiliki hubungan yang kuat dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Karya sastra mengungkapkan latar belakang sosial budaya pengarang, gagasan dan konsepsinya,
termasuk persoalan feminis.Oleh karena itu, novel “The Broken Helper” merupakan karya sastra
yang mengungkapkan ketimpangan relasi gender antara laki-laki dan perempuan.Inilah kritik Gibran
terhadap Isu feminis dalam sebuah karya sastra yang menganggap norma patriarki mendominasi
berbagai genre sastra, khususnya sastra Arab. Kajian ini menggunakan semiotika Michael Rivater
yang menganalisis pendekatan heuristik dan hermeneutika serta kritik sastra feminis. Masing-masing
pendekatan digunakan untuk mendekonstruksi tanda dan simbol serta menganalisis bagaimana
gagasan feminis pengarang terhadap teks dikonfrontasi dengan dominasi laki-laki dan bagaimana
citra perempuan dieksplorasi oleh pengarang, citra perempuan sebagai korban atau citra perempuan
berkelahi. Untuk kesetaraan gender. Berkaitan dengan feminisme, sudah banyak peneliti yang
mengkaji dengan pendekatan feminis, namun menurut peneliti belum ada satu pun kajian penelitian
yang menggabungkan pendekatan feminis dengan kajian semiotik yang fokus pada taurisme dan
praktik. Jika Anda melakukannya, itu malah berfokus pada rambut. Penelitian ini juga berfokus untuk
melihat kepribadian Khalil Gibran dari berbagai sudut pandang, salah satunya melalui feminisme.
1 . Pengantar

Melalui metode kritik sastra feminis, kita akan mengetahui bagaimana teks merepresentasikan
perempuan, bagaimana teks memaknai feminitas dan maskulinitas, serta penggambaran sistem
patriarki yang sangat merugikan perempuan, bahkan dari segi gender, kita akan melihat bagaimana
tanggapan pengarang dalam menggambarkan citra perempuan.

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui bagaimana sikap penulis terhadap isu
gender yang terjadi, apakah dalam hal ini Gibran mendukung adanya sikap patriarki atau sebaliknya,
kemudian yang kedua merupakan potret otobiografi Gibran tentang perempuan yang selama ini
selalu ada.

Terkurung dalam norma-norma yang mengikat seolah-olah mereka memiliki kesempatan untuk
berbicara dan memprotes struktur kekuasaan yang diatur oleh perkawinan, dan terakhir oleh
pendekatan semiotika feminis dalam penelitian ini. Mencoba membongkar ideologi pengarang,
terutama pengarang laki-laki, di balik penciptaan karya sastra.

2. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori semiotika dan kritik sastra feminisme, dengan latar belakang
perjuangan yang begitu berat untuk menciptakan citra baru perempuan yang tidak tipikal patriarki,
sejalan dengan tujuan kritik sastra feminis.

Teori semiotik yang digunakan adalah semiotika Michael Rivater. Semiotika raffatir adalah
pendekatan penafsiran puisi dengan memperhatikan sistem tanda dan mengidentifikasi konvensi
yang memungkinkan puisi memiliki makna melalui langkah-langkah tindakan, yaitu pembacaan
indikatif, pembacaan hermeneutis, pencarian ketidakkekalan ekspresi, pencarian matriks, bentuk ,
variabel, dan hipogram.

Begitu juga dengan kritik sastra feminis, dimana analisis eksternal di sini mencoba menangkap
bagaimana ideologi yang dianut oleh pengarang dan masyarakat ketika menciptakan karya sastra
dilihat dari status perempuan, sehingga digunakan pendekatan yang lebih tepat yaitu pendekatan
sastra. Kritik terhadap feminisme. Dan perpaduan antara teori semiotika dan kritik sastra feminisme
dalam teori semiotika feminis.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis internal dan eksternal. Dalam analisis internal, pembacaan sastra
dilakukan melalui dua analisis, inferensi dan hermeneutika. Inferensi di sini berarti membaca novel
dengan menganalisis teks secara berurutan dari awal hingga akhir cerita yang di dalamnya juga
dibahas unsur-unsur inti sastra, yaitu tokoh, alur, gaya bahasa, dan latar. Keutuhan makna teks
sastra ditangkap dengan menggunakan analisis heuristik. Sedangkan topik dibahas secara
interpretatif. Interpretasi di sini adalah proses berpikir tentang simbol-simbol teks novel, yang
menjauh dari isi dan makna teks yang muncul, dan kemudian menuju makna pesan internal dan
tersembunyi.

Kemudian analisis eksternal di sini mencoba menangkap bagaimana ideologi yang dianut oleh
pengarang dan masyarakat ketika karya sastra diciptakan dalam konteks status perempuan,
sehingga pendekatan yang paling tepat digunakan adalah kritik sastra feminisme.

4. Deskripsi Hasil Penelitian

Novel ini merupakan potret otobiografi Gibran yang memiliki pengaruh besar di dunia Arab karena
dengan terbitnya novel ini nampaknya perempuan yang selama ini selalu terkekang oleh standar
yang mengikat memiliki kesempatan untuk bersuara dan memprotes struktur kekuasaan yang ada.

Diatur oleh perkawinan. Struktur cerita novel ini cukup sederhana untuk volume novelnya, namun
memiliki kelebihan dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya metaforis dan
simile yang dihias dengan ironi dan ironi.

Dalam novel ini, dia menceritakan bagaimana dia menyiksa Selma dengan akhlak yang sedemikian
rupa sehingga ayahnya memaksanya untuk menikah dengan anak uskup bernama Mansour Ghaleb.
Ketika permintaan itu datang padanya, Salma Karami merasa bahwa kematian sudah di depan
matanya, sehingga dia mengartikan arti pernikahan sebagai kematian, artinya kegelapan dan rasa
sakit. Kemudian, dengan menganalisis feminismenya, konflik internal yang dirasakan Salma Karami
digambarkan ketika dia harus menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai,
tetapi tidak ada konflik nyata yang dia tunjukkan tetapi hanya dalam bentuk intelektual.
Pemberontakan dan dialog internal yang terbatas. Sangat sarat dengan gambaran perempuan, yang
biasanya digambarkan oleh penulis laki-laki di beberapa novel Arab. Ada juga percakapan antara
uskup dan keponakannya Mansur Bey, yang menganggap pernikahan tidak lebih dari transaksi
untung-rugi. Pihak laki-laki adalah penerima manfaat, sedangkan pihak keluarga perempuan adalah
pihak korban yang dirugikan akibat perkawinan tersebut.
5. Penutup

❖ Karena karya sastra memiliki banyak faktor yang melatarbelakangi teori strukturnya, maka
tidak menutup kemungkinan akan muncul jenis karya yang berbeda ideologi baru. Hal ini bisa terjadi
karena adanya perbedaan latar belakang munculnya karya satra berdasarkan tradisi, budaya,
lingkungan, dan lain-lain.

❖ Perpaduan antara semiotika dan kritik sastra feminis yang muncul di sini membuka visi baru
dalam mengungkap sesuatu yang lebih jauh Karya sastra, dan ini sangat bagus karena dengan
adanya teori sastra baru, yaitu teori sastra semiotika feminis telah menyebabkan munculnya makna
tanda- tanda frase atau kalimat tertulis dalam setiap karya sastra.

❖ Adanya dukungan terhadap isu feminisme yang terjadi dalam cerita novel ini, dan hal ini juga
yang penulis sampaikan kepada Gibran yang menjelaskan Rasa sakit dan kesengsaraan Salma yang
hanya bisa diungkapkan dalam hatinya.
Teori sastra semiotik-feminis dalam novel Khalil Gibran “The Broken
Wing”/JurnalStudiArabIndonesia/2019/http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ijas/index

Anda mungkin juga menyukai