Anda di halaman 1dari 18

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra merupakan sebuah hasilkarya dari pikiran manusia. Secara etimologi,
sastra berarti buku, tulisan atau huruf. Kosasih (2003) memaparkan bahwa sastra
merupakan tulisan atau karangan yang mengandung nilai–nilai kebaikan yang ditulis
dengan bahasa yang indah.1 Purba (2008) memaparkan bahwa suatu karya sastra
adalah hasil renungan yang mendalam yang tidak hanya menyampaikan informasi
tentang fakta ataupun data, tetapi di dalamnya tersembunyi kearifan–kearifan
kehidupan. Sastra dengan keindahan tertentu dapat menimbulkan kelembutan
kehidupanya yang semakin kasar. Senada dengan pendapat Antilan Purba yang
menyatakan bahwa sastra adalah hasil renungan, maka Nurapni (2010) juga
menjelaskan bahwa sastra tidak lahir dari lamunan melainkan lahir dari kontemplasi
atau perenungan penulisnya sehingga sastra memiliki nilai–nilai yang dapat diserap
oleh pembacanya. Selanjutnya Fithrati (2010) mengemukakan bahwa suatu hasil
karya dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan
antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah. Susunan beserta isinya
dapat menimbulkan rasa haru dan kagum di hati pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa sastra
merupakan suatu tulisan yang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pegalaman
dengan media bahasa yang bersifat kreatif, imajinatif, dan mengandung nilai–nilai
estetika yang penuh makna.
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan bermasyarakat yang dapat
dinikmati, dipahami, dan dapat bermanfaat untuk masyarakat. Karya sastra tercipta
karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau masalah dunia
yang menarik sehingga muncul gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk
1
Kosasih (2003) Lubis, Fheti Wulandari. Analisi Deskriminasi Pada Novel “Amelia” karya Tere-Liye.
Journal of science and social reseach 1.1 (2018) hlm 54

1
tulisan. Karya sastra merupakan wujud seni yang dapat dinikmati masyarakat. Hal ini
merupakan ikatan timbal-balik antara karya sastra dengan masyarakat, walaupun
karya sastra tersebut berupa fiksi. namun pada kenyataannya sastra juga mampu
memberikan manfaat yang berupa nilai-nilai moral bagi pembacanya, dan kehidupan
tersebut akan mencakup hubungan antar masyarakat dengan seseorang, antar
manusia, manusia dengan Tuhannya, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin
seseorang. Dalam hal ini, karya sastra dapat berperan sebagai alat penting bagi
pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya
untuk mengambil keputusan bila mengalami masalah. Selain itu, dewasa ini banyak
masyarakat jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban hidupnya, dan
bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya. Oleh sebab
itu, kemunculan suatu karya sastra erat hubungannya dengan persoalan-persoalan
yang muncul pada saat itu.

Karya sastra dianggap sebagai struktur tanda bermakna. Makna yang tersirat
dalam karya sastra merupakan pemaparan buah pikir, pendapat, dan pandangan
tentang hidup dan kehidupan. Karya sastra, khususnya novel. menampilkan latar
belakang sosial budaya masyarakat. Latar belakang yang ditampilkan meliputi tata
cara kehidupan, adat istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adut agama, sopan santun,
hubungan kekerabatan dalam masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang
sesuatu, dan sebagainya.

Mengenai sosiologi sastra, sosiologi sastra Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat
mengenai sastra karya para kritikus dan sejarahwan yang terutama menggungkapkan
pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal,
ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.

2
"Sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada
karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi segi sosial.2

Sosiologi feminis adalah kajian sosiologi yang berlandasan pada posisi


pandang atau pengalaman perempuan di dalam mempertanyakan atau membicarakan
dominasi dan pengaruh sistem patriarki terhadap objektifitasi perempuan (Dilon,
2014).3 Ketika relasi kuasa dalam system patriarkis dapat termanifestasikan dan
terkokohkan melalui teks, sosiologi feminis bakal menpertanyakan siapa yang
ditambilkan atau tidak ditambilkan dan bagaimana konsekuensi potensial dari
representasi tersebut atas perempuan di dunia nyata di suatu masyarakat pada masa
tertentu. Dengan beberapa sisi kelinda ilmu sosiologi, gerakan feminisme, dan
sosiologi sastra seharusnya anggapan bahwa pendekatan sosiologi sastra tidak relavan
atau bahkan kontradiktif dengan kritik sastra feminis tidak muncul.

Nilai feminisme adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan


kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga
atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu
berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagit manusia, yaitu menyangkut
tentang hal-hal yang bersifat hakiki. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai, berharga, bermutu,
akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi kehidupan manusia.
Sebaliknya, feminisme adalah idiologi paham serta asumsi yang menyatakan bahwa
perempuan mengalami ketidakadilan, eksploitasi, dekriminalisasi dan perbedaan
perlakuan dengan laki-laki serta menuntut adanya kesamaan hak antar laki-laki dan
perempuan.

Perempuan adalah sosok yang identik dengan kecantikan dan keindahan, tidak
sedikit juga perempuan yang mempunyai ketanggahan dan semangat berjuang

2
Ayu Purnamasari, Yusak Hudiyono, dan Syamsul Rijal, Analisis Sosiologi Sastra dalam novel Merah
Karya Ahmad Tohari: (Jurnal Ilmu Budaya, Vol 1. No.2 Edisi April 2017) hal. 143
3

3
layaknya seorang laki-laki. Bukan hanya fisik tetapi juga tekad yang sangat kuat
dalam berjuang menggapai keinginannya. Persoalan perempuan menjadi hal yang
banyak dibicarakan dalam karya sastra Indonesia. Diantaranya mengenai bias gender,
eksistensi, penindasan, dan perjuangan perempuan Persoalan mengenai penindasan
lebih sering ditemukan baik penindasan fisik, psikis, maupun sosial. Salah satunya
adalah persoalan yang menggungkap penggambaran atau kritik sosial perempuan
yang tertindas olch budaya patriarki. Dalam kondisi tersebut perempuan terus
tersubordinasi sehingga memiliki fungsi, peran, dan kedudukan yang secara stereotip
relatif rendah.

Pemilihan Novel Cantik Itu Luka dilatar belakangi oleh adanya keinginan
memahami nilai feminisme yang tercermin dari perilaku tokoh utama dalam novel
ini, Cantik itu luka adalah novel berlatar waktu dari masa kolenial hingga pasca-
kolenial. dengan perempuan selalu mengalami ketidakadilan terhadap tokoh
perempuan diposisikan menjadi the second seks.Dalam konteks pelaku laki-laki
dalam novel, mendudukkan perempuan sebagai pelaku yang tertindas. penindasan
terhadap kaum perempuan. Ini adalah upaya pengarang untuk menggambarkan
peristiwa-peristiwa penindasan perempuan ke dalam karya sastranya.

Feminisme berasal dari bahasa latin, yaitu femina, dalam bahasa Inggris feminine,
yang seluruhnya merujuk pada arti memiliki sifat sebagai perempuan. Penambahan
ism menjadi feminism memiliki arti segala hal atau ihkwal tentang perempuan, atau
dapat pula berarti paham mengenai perempuan. Tujuan feminis adalah meningkatkan
kedudukan dan derajat perempuan agar setara dengan kedudukan serta derajat laki-
laki (Djajanegara, 2003: 4). Lebih jauh lagi, Ratna (2010: 220) menjelaskan bahwa
pada akhirnya hal ini menimbullkan gerakan feminis yang secara khusus
menyediakan konsep dan teori terkait dengan analisis kaum perempuan. Teori-teori
yang dimaksudkan, di antaranya: patriarki (berpusat pada garis keturunan ayah),
phallocentric (berpusat pada laki-laki),

4
phallogocentric writing (gaya menulis laki-laki), androtext (ditulis oleh laki-laki),
gynotext (ditulis oleh perempuan), gynocritic (kritik oleh kaum perempuan), dan
sebagainya. Terdapat keterikatan yang tidak terpisahkan antara emansipasi, gender,
dan feminis. Jika emansipasi dan gender cenderung berkaitan dengan masalah-
masalah praktis yang terjadi dalam masyarakat, maka feminis lebih bersifat teoretis.
Lebih lanjut, fokus feminism ialah menggali keseluruhan aspek mengenai perempuan,
aspek-aspek kesejarahannya, klasifikasi, periodisasi, dan kaitannya dengan teori-teori
lain, akhirnya menyusunnya ke dalam susunan kerangka konseptual. Feminis
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan postmodernisme dan
postrukturalisme. Pada tataran ini feminisme sudah menjadi postfeminisme sekaligus
mengadopsi konsep-konsep penting postrukturalisme yang dianggap sesuai untuk
menyelesaikan masalah-masalah perempuan.
Nilai-nilai feminisme perempuan yang banyak dipermasalahan dalam Novel
Cantik Itu Luka ini adalah nilai kebebasan seksualitas perempuan yang ada dalam
novel. Hal ini dilakukan untuk melihat representasi perempuan sebagai kelas yang
ditindas oleh kaum laki-laki, dari 8 nilai-nilai feminisme perempuan dapat dilihat
pada salah satu kutipan dibawah ini yang merupakan contoh dari nilai kebebasan
seksual.
“Ia memandang gaunnya yang kehilangan dua kancing karena dibuka paksa,
dan sakit hati karenanya berdoa semoga lelaki itu mati dipanggang halilintar”
Kurniawan (2012, hlm. 130)
“Kau tahu, apa yang dilakukan lelaki pada perempuan di zaman perang?”
tanyanya. Kurniawan (2012, hlm. 189)
“Mereka tak boleh jadi pelacur,” katanya pada Mirah Kurniawan (2012,
hlm. 104)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa novel.
merupakan karya sastra berbentuk prosa yang mengisahkan suatu problematika
kehidupan seseorang ataupun beberapa orang tokoh, baik yang berdasarkan
kenyataan ataupun hanya imajinasi si pengarang novel Novel memiliki temat cerita
yang kompleks, karakter tokoh yang banyak, alur cerita yang lebih rumit dan panjang
serta latar dan suasana cerita yang beragam.

5
Novel yang berkualitas selalu berupaya menyajikan hiburan dan nilai-nilai
kehidupan secara seimbang melalui rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita
dalam novel tersebut, dengan demikian peneliti dalam penelitian ini akan meneliti
nilai-nilai feminisme perempuan seperti nilai pengetahuan dan pengalaman personal,
nilai tentang rumusan diri sendiri, nilai kekuasaan personal, nilai otensitas, nilai
sintesis, nilai personal i political, tilai kesetaraan hak laki laki dan perempuan, nilai
hubungan timbal-balik antara laki-laki dan perempuan apakah telah setara, nilai
kebebasan seksual, nilai reproduksi, nilai identifikasi diri pada perempuan, nilai
berkekuatan politik dalam masyarakat, yang ada pada Novel "Cantik Itu Luka",
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dalam penelitian ini mengambil
judul "Analisis Nilai-nilai Feminisme Perempuan dalam Novel "Cantik Itu Luka"

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada pembahasan masalah yang telah disampaikan di atas, maka
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Nilai-nilai
Feminisme Perempuan dalam Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan dan menguraikan Nilai-nilai Feminisme Perempuan dalam Novel Cantik
Itu Luka karya Eka Kurniawan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan nilai-nilai ninisme perempuan dalam Novel Cantik Itu Luka. Di
samping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak
pihak, baik itu secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan
ilmu yang bermanfaat dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang kajian yang

6
berkaitan dengan ilmu sosiologi sastra, khususnya tentang nilai-nilai feminisme
perempuan dalam Novel Cantik Itu Luka.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat secara praktis karena akan
memberikan pengetahuan bagi peneliti dan sastrawan. Bagi peneliti, hasil penelitian
ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan pengembangan potensi
yang ada dalam diri peneliti. Bagi sastrawan, penulis novel agar memperoleh
pengetahuan mengenai nilai-nilai feminisme perempuan yang terdapat dalam Novel
Cantik Itu Luka.
1.4 Definisi Operasional
Adapun maksud penggunaan definisi operasional ini agar menghindari terjadinya
kekeliruan di dalam menafsirkan arti dari istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian yang berjudul "Analisis Nilai-nilai Feminisme Perempuan dalam Novel
Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan ." Maka secara berturut-turut dijelaskan istilah
yang dianggap penting sebagai berikut:
1. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya
dengan aspek sosial, merupakan pendekatan atau cara membaca dan memahami
sastra yang bersifat interdisipliner.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalus
berujung pada nilai yang terdalam dan tenabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut
tentang hal-hal yang bersifat hakiki. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai berharga,
bermita, akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi kehidupan
manusia, ada contoh nilai-nilai yang dianalisis seperti nilai-nilai pengetahuan dan
pengalaman personal; nilai tentang rumusan diri sendiri; nilai kekuasaan personal;

7
nilai otensitas; nilai sintesis; nulai personal is political, nilai kesetaraan hak laki-
laki dan perempuan, nilai hubungan timbal-balik antara laki-laki dan perempuan
apakah telah setara; nilai kebebasan seksual; nilai reproduksi, tilai identifikasi diri
pada perempuan; nilai berkekuatan politik dalam masyarakat; yang ada pada
Novel "Cantik Itu Luka"
3. Feminisme
Feminisme berasal dari bahasa latin, yaitu femina, dalam bahasa Inggris
feminine, yang seluruhnya merujuk pada arti memiliki sifat sebagai perempuan.
Penambahan ism menjadi feminism memiliki arti segala hal atau ihkwal tentang
perempuan, atau dapat pula berarti paham mengenai perempuan. Tujuan feminis
adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar setara dengan
kedudukan serta derajat laki-laki (Djajanegara, 2003: 4). Lebih jauh lagi, Ratna
(2010: 220) menjelaskan bahwa pada akhirnya hal ini menimbullkan gerakan feminis
yang secara khusus menyediakan konsep dan teori terkait dengan analisis kaum
perempuan. Teori-teori yang dimaksudkan, di antaranya: patriarki (berpusat pada
garis keturunan ayah), phallocentric (berpusat pada laki-laki).
phallogocentric writing (gaya menulis laki-laki), androtext (ditulis oleh laki-
laki), gynotext (ditulis oleh perempuan), gynocritic (kritik oleh kaum perempuan),
dan sebagainya. Terdapat keterikatan yang tidak terpisahkan antara emansipasi,
gender, dan feminis. Jika emansipasi dan gender cenderung berkaitan dengan
masalah-masalah praktis yang terjadi dalam masyarakat, maka feminis lebih bersifat
teoretis. Lebih lanjut, fokus feminism ialah menggali keseluruhan aspek mengenai
perempuan, aspek-aspek kesejarahannya, klasifikasi, periodisasi, dan kaitannya
dengan teori-teori lain, akhirnya menyusunnya ke dalam susunan kerangka
konseptual. Feminis merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan postmodernisme
dan postrukturalisme. Pada tataran ini feminisme sudah menjadi postfeminisme
sekaligus mengadopsi konsep-konsep penting postrukturalisme yang dianggap sesuai
untuk menyelesaikan masalah-masalah perempuan.

8
Feminisme sejatinya bukanlah pemberontakan terhadap laki-laki, upaya
melawan tatanan sosial; seperti institusi rumah tangga dan perkawinan, ataupun
sebuah upaya perempuan untuk mengingkari kodratnya, melainkan lebih sebagai
upaya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi yang menimpa perempuan
(Fakih, 2012: 5). Feminisme muncul akibat dari adanya prasangka gender yang
menomorduakan perempuan. Anggapan bahwa secara universal laki-laki berbeda
dengan perempuan mengakibatkan perempuan dinomor-duakan. Perbedaan tersebut
tidak hanya pada kriteria sosial budaya. Asumsi tersebut membuat kaum feminis
memperjuangkan hak-hak perempuan di semua aspek kehidupan dengan tujuan agar
kaum perempuan mendapatkan kedudukan yang sederajad dengan kaum laki-laki.
Bagi para feminis, status perempuan tidak lebih dari status kelamin saja.
Sebuah status yang bentuknya pemberian biologis (given) dan memang benar tidak
bisa diubah. Hakikat keadaan biologis seperti ini tidaklah patut untuk kemudian
ditarik sebuah generalisasi dan menisbatkan berbagai asumsi melemahkan yang tidak
merujuk pada fakta apapun, melainkan hanya sebatas asumsi publik yang terus
dipertahankan dan seakan “dijaga” dan berkembang sedemikian parah dalam adat
istiadat keseharian berbagai masyarakat, termasuk juga masyarakat Indonesia yang
sangat patriarkat.

4. Perempuan
Perempuan adalah sosok yang identik dengan kecantikan dan keindahan, tidak
sedikit juga perempuan yang mempunyai ketangguhan dan semangat berjung
layaknya seorang laki-laki. Bukan hanya fisik tetapi juga tekad yang sangat kuat
dalam berjuang menggapai keinginannya.
5. Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Italia “Novella” yang kemudian diserap ke dalam
berbagai bahasa; bahasa Jerman menyebutnya sebagai “Novelle”, bahasa Inggris
menyebutnya “Novel”, hingga akhirnya bahasa Indonesia menyerapnya dengan nama
yang sama: “Novel”. Novel merupakan bagian dari karya fiksi. Istilah fiksi merujuk

9
pada makna suatu peristiwa atau seseorang yang sifatnya imajiner (Oxford Learner’s
Dictionaries). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan/khayalan. Fiksi
tersebut akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup
(Nurgiyantoro, 2012: 3).

6 Cantik itu luka

Cantik itu Luka merupakan novel pertama karya penulis Indonesia, Eka
Kurniawan. Pertama kali diterbitkan tahun 2002 atas kerjasama Akademi
Kebudayaan Yogyakarta dan Penerbit Jendela. Edisi kedua dan seterusnya,
diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama sejak tahun 2004.Novel ini pernah masuk
daftar panjang Khatulistiwa Literary Award tahun 2003. Pada tahun 2006, terbit edisi
bahasa asing pertama atas usaha Ribeka Ota yang menerjemahkannya ke dalam
bahasa Jepang. Pengarang Eka Kurniawan Negara Indonesia Bahasa Indonesia Genre
Fiksi sejarah Realisme Penerbit Jendela Gramedia Pustaka Utama (Jakarta) Tanggal
terbit 2002 Halaman 537 halaman ISBN 978-602-031-258-3

10
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa latin, yaitu socitis yang berarti "kawan" atau
"teman sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan". Dari bahasanya dapat diperoleh
definisi secara singkat tentang sosiologi yakni ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat. Sosiologi adalah ilmu mengenai " das sein" dan bukan "ders sollen.
Sosiologi meneliti masyarakat serta perubahannya menurut keadaan kenyataan.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat
dalam proses pertumbuhannya dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan
lain seperti Ilmu Ekonomi. Sejarah, Hukum, Antopologi Ilmu Kejiwaan dan lain
sebagainya; akan tetapi secara kenyataan dalam praktek kehidupan masyarakat
(sosial) tidak mungkin dapat dipisahkan.
Secara singkat sosiologi adalah ilmu sosial yang objeknya adalah keseluruhan
masyarakat dalam hubungannya dengan orang-orang di sekitar masyarakat itu.
Sebagai ilmu sosial, terutama menelaah gejala-gejala di masyarakat, seperti norma-
norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Selain itu, sosiologi juga
mengupas gejala-gejala sosial yang tidak wajar dan gejala abnormal atau gejala
patologis yang dapat menimbulkan masalah sosial.

11
2.2 Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada
semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca.
Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan
kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini
mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya
sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra
menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan
bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya,
fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita seharihari, bisa
diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat
kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis,
interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
2.3 Nilai Feminisme
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Feminisme sendiri merupakan suatu gerakan perempuan
yang berusaha menuntut persamaan hak yang sepenuhnya antara kaum perempuan
dan kaum laki-laki. Gerakan feminisme merupakan suatu gerakan pembebasan kaum
perengsaan dari ketergantungannya dari orang lain, terutama pada kaum laki-laki.
Melalui bekal pendidikan dan tingkat kecerdasan yang tinggi kaum wanita akan
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan secara optimal segala potensi yang
ada pada dirinya. Mereka akan lebih mumpu mengambil keputusan-keputusan yang
penting bagi dirinya, serta tampil sebagai individu yang terhormat.
Adapun, teori feminisme merupakan suatu teori tentang kehidupan sosial dan
pengalaman manusia ditinjau dari perspektif wanita. Teori feminisme memusatkan
perhatiannya pada tiga hal: pertama, objek utama kujiannya adalah situasi dan
pengalaman wanita dalam masyarakat; kedua, membicarakan wanita sebagai subjek
utama dalam proses kajiannya, dan ketiga toori ini kritis dan aktif membela wanita,

12
berusaha menghasilkan dunia yang lebih baik untuk wanita pada khususnya dan
manusia pada umumnya." Nilai-nilai feminisme perempuan yang akan menjadi
pembahasan pada penelitian ini ada 12 nilai feminisme perempuan di antaranya
sebagai berikut.

2.4 Perempuan
Perempuan adalah sosok multidimensi berupa keindahan yang pesonanya
selalu dinanti. Akan tetapi, ada sisi perempuan "dianggap" makhluk lemah dan tak
berdaya. Oleh karena itu, perempuan sering dilihat sebagai makhluk pasif atas bentuk
kebudayaan yang tetap. Hal ini terlihat pada eksploitasi perempuan dalam dunia
modern dan film, juga kedudukan dan posisinya dalam sistem sosial. Sepanjang
sejarah peradaban manusia perempuan selalu dipandang dan diposisikan sabagai
makhluk lemah yang hanya berkisar pada sektor domestik seperti memasak,
mengurus rumah tangga, dan mengasuh anak.
2.5 Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya
dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari kata
novella yang berarti sebuah kisah atau sepotong berita". Unsur-unsur pembangun
sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas, disamping
unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun secara garis besar
berbagai macam unsur tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian.
2.6 Biografi penulis
Eka Kurniawan adalah Novelis Indonesia yang namanya mulai mencuat di
dunia penulisan internasional. Eka telah menerima beberapa penghargaan.Dia dikenal
dengan karyanya Cantik Itu Luka yang dirilis tahun 2002. Novel ini telah diterbitkan
ke dalam bahasa asing. Nama: Eka Kurniawan. Tempat, tanggal lahir: Tasikmalaya,
28 November 1975, Kewarganegaraan: Indonesia, Pendidikan: Sarjana Filsafat

13
Universitas Gadjah Mada (1993-1999), Pasangan: Ratih Kumala.Instagram:
@gnolbo,Twitter: @gnolbo.
Eka Kurniawan diketahui telah menekuni bidang kepenulisan sejak SMA. Eka
menjadi alumni pertama yang kuliah di UGM. Saat kuliah, Eka semakin produktif
dalam menulis.

2.7 Karya-karya Eka Kurniawan


Eka menuliskan cerpen pertamanya yang berhasil dimuat di harian Bernas,
Yogyakarta berjudul 'Hikayat Si Orang Gila'.Sebelumnya, karya skripsi Eka berjudul
'Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis' juga berhasil diterbitkan
menjadi buku. Skripsi tersebut diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Aksara
Indonesia, pada 1999.
Pada 2000, Eka kembali menulis cerita pendek berjudul 'Corat-coret di Toilet'
dan diterbitkan oleh Aksara Indonesia.Novel pertama dari Eka berjudul 'Cantik itu
Luka' diterbitkan oleh Penerbit Jendela pada 2002.Pada 2004, Eka merilis novel
kedua berjudul 'Lelaki Harimau' yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Novel 'Cantik Itu Luka' terbit kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada
2004. Kemudian diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh Ribeka Ota dan diterbitkan
oleh Shinpu-sha pada 2006.Novel tersebut dialihbahasakan oleh Annie Tucker New
Directions Publishing, pada 2015 dengan judul 'Beauty is Wound'.Disusul kemudian
oleh novel kedua, Lelaki Harimau (Gramedia Pustaka Utama, 2004) dialihbahasakan
oleh Labodalih Sembiring dengan judul Man Tiger (Verso Books, 1 Oktober 2015).
Sebelum novel 'Cantik Itu Luka' resmi diterjemahkan dalam bahasa Inggris,
Eka sempat berkali-kali diyakinkan oleh Indonesianis dari Cornell University, Ben
Anderson.Eka bahkan juga diyakinkan oleh Tariq Ali yang langsung datang ke
Jakarta.Selanjutnya, novel tersebut akhirnya berhasil diterjemahkan dalam bahasa
Inggris di Verso Books, yang salah satu editornya adalah Perry Anderson, adik Ben.

14
Berkat novel tersebut, nama Eka melejit di Amerika Serikat. Novelnya masuk
daftar 100 buku terkemuka The New York Time.
Selain 'Cantik Itu Luka', novel lain yang juga diterjemahkan dalam bahasa
asing adalah 'Manusia Harimau'.Pada 2005, Eka menulis dua jilid kumpulan cerita
pendek 'Cinta tak Ada Mati dan Cerita-cerita Lainnya' yang diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama.
Karya lainnya yakni 'Gelak Sedih dan Cerita-cerita Lainnya', di dalamnya
termasuk kumpulan cerita pendek 'Corat-coret di Toilet'.Tak hanya novel, beberapa
cerita pendek milik Eka juga berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan
Swedia.Pada 2014 Eka kembali merilis novel berjudul 'Seperti Dendam Rindu Harus
Dibayar Tuntas'.
Pada 2015, Eka juga mengeluarkan kumpulan cerpen berjudul 'Perempuan
Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi'.Selain menulis novel
bersama sang istri, Eka juga membantu menulis cerita untuk sinetron.

2.8 Kajian Terdahulu


Beberapa kajian terdahulu yang setopik penelitian ini telah dilakukan oleh
peneliti sebelumya. Rahmawati Sukma telah meneliti nilai-nilai feminisme
perempuan dalam novel ronggeng dukuh karya Ahmad Tohari (kajian sosiologi
sastra).
Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah menganasisis nilai-nilai
feminisme yang terdapat dalam novel.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenimisme dimana
data yang digunakan berupa novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Pendekatan
feminisme menawarkan prefektif terhadap peran social perempuan dari sudut
pandang masyarakat patriakal kita. Dalam pandangan itu perempuan menjadi sasaran
penindasan seksual, penyiksaan pelecehan, dan pencemaran nama baik.
3.2 Jenis Penelitian
Medote penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Medode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan. Data-data yang
diambil berupa data deskriptif kualitatif, misalkan tentang deskripsi status dan peran
perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
3.3 Sumber Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah kalimat atau dialog berupa isi novel Cantik
Itu Luka yang diperoleh secara langsung dan berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Dengan demikian data yang dianalisis berupa isi novel yang mengandung nilai
feminisme perempuan.
Sumber data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini berupa
novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan.

16
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data kualitatif pada dasarnya bersifat tentative, karena
peggumaannya ditentukan oleh konteks permasalahan dan gambaran data yang
diperoleh.

3.5 Teknik Analisis data


Teknik penggumpulan data kualitatif pada dasarnya bersifat bersifat tentatif, karena
penggunaannya ditentukan oleh kkonteks permasalahan dan gambaran data yang
diperoleh.

Adapun teknik pengumpulan data dalam peneliti ini adalah sebagai berikut

1. Peneliti membaca Novel Cantik Itu Luka.


2. Peneliti mencatat kalimata atau dialog yang berupa paragraph dalam
Nocel Cantik Itu Luka yang mengandung nilai feminisme.
3. Peneliti memberi kode pada bagian kalimat atau dialog Novel Cantik Itu
Luka yang mengandung nilai-nilai feminism perempuan.
4. Peneliti mengumpulkan data yang telah diberi kode.
5. Peneliti mengelompokkan data yang mengandung nilai-nilai feminisme
untuk di analisiss.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesastraan Cermat Berbahasa


Indonesi. Bandung : Drama Widya.
Purba, Antalin. 2008. Sastra Bangsa Indonesia. Medan : USU Press.
Nurapni, Popi. 2010. Ragam Sastra Indonesia. Jakarta : Sketsa Aksara Lalitya.
Fithrati, Nurul. 2010 Membaca Naskah Sastra. Jakarta : Sketsa Aksara Lalitya.

18

Anda mungkin juga menyukai