Anda di halaman 1dari 25

KRITIK SOSIAL TERHADAP FENOMENA PATRIARKI DI KAIRO DALAM

NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SA’DAWI

BAB I

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang yang menghasilkan
sebuah gagasan, konsep dan ide yang mengambil tema salah satunya dari masyarakat.
Proses kreatif ini menjadikan masyarakat (pembaca) merasa bahwa karya sastra yang
dibuat oleh pengarang, menggambarkan kehidupan dirinya sendiri, walaupun
gambaran kehidupan ini berdasarkan imajinasi yang dibuat pengarang. Karya sastra
menyampaikan “pemahaman” tentang kehidupan dengan caranya sendiri.1

Sastra sebagai sebuah teks tidak dapat melepaskan diri dari peran pengarang dan
lingkungan terciptanya karya sastra tersebut. Hal ini berarti bahwa antara sastra,
pengarang, dan lingkungan merupakan hal yang sangat berkaitan, karena karya sastra
tidak lepas dari budaya. budaya adalah bagian dari kehidupan sosial sehingga karya
sastra dapat dipandang sebagai gambaran sosial masyarakat pada waktu tertentu yang
berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Tak heran jika karya sastra juga
digunakan sebagai media untuk melakukan kritik sosial.

Dalam pengertian kamus besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa kritik ialah
suatu kecaman atau tanggapan serta uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil
karya, pendapat dan sebagainya. Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya
suatu sistem masyarakat. Kritik sosial terdiri dari dua istilah yakni dari kata kritik dan
sosial. Kritik berarti menyodorkan kenyataan secara penuh tanggung jawab dengan
tujuan agar orang yang bersangkutan mengadakan perbaikan diri. Sastra pada
umumnya menampilkan gambaran kehidupan sosial tertentu. Kenyataan sosial yang
ditampilkan oleh pengarang dalam karyanya dapat merubah nilai-nilai kehidupan
pembaca.2

Kritik sosial adalah sindiran maupun tanggapan yang ditujukan pada sesuatu yang
terjadi dalam masyarakat. Kritik sosial dalam sebuah karya sastra merupakan upaya

1
Budianta dkk. 2003. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
2
Sugiwardana.Ridwan.Pemaknaan Realitas Serta Bentuk Kritik Sosial dalam Lirik Lagu Slank.Skriptorium.Vol. 2,
No.2 (t.t.): 86
yang dilakukan oleh seorang pengarang, dengan memberikan tanggapan terhadap
persoalan-persoalan yang dapat dilihat pada masyarakat. Kritik sosial yang ada dalam
karya sastra dapat berupa kritik terhadap kehidupan sosial yang ada dalam kehidupan
nyata, yaitu berupa ketimpangan sosial yang sering menimbulkan masalah-masalah
sosial.3

Selain ketimpangan sosial, karya sastra juga biasa digunakan untuk mengkritik
budaya sosial yang dianggap menyimpang, kurang tepat atau tidak adil. Salah satunya
seperti budaya patriarki yang menjadi kebalikan dari feminisme. Patriarki berasal dari
kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa
tunggal, sentral, dan segala-galanya. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan
masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang
mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia.4

Dalam sistem patriarki, laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga dan memiliki
peran dominan dalam pengambilan keputusan, penentuan norma sosial, dan distribusi
kekuasaan. Sementara, dalam konteks patriarki, perempuan sering menghadapi
ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan. Laki-laki memiliki
peran sebagai kontrol utama di dalam masyarakat, sedangkan perempuan hanya
memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-
wilayah umum dalam masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi.

Ada banyak akibat buruk yang dirasakan oleh perempuan akibat dari patriarki ini.
Contoh paling umum adalah ketidaksetaraan gender yang menyebabkan perempuan
tidak memiliki kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, pekerjaan, akses ke
kekuasaan, dan pengambilan keputusan. Mereka sering menghadapi diskriminasi dan
terbatasnya kesempatan untuk mengembangkan potensi penuh mereka. Akibat lainnya
adalah perempuan mudah menerima kekerasan, meliputi kekerasan dalam rumah
tangga, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan penindasan lainnya. Struktur patriarki
dapat menciptakan lingkungan di mana perempuan merasa tidak aman dan tidak
dilindungi. Akibat dominannya laki-laki, akhirnya peran perempuan dibatasi hingga
perempuan sering kali diperintahkan untuk memenuhi peran yang ditentukan secara
tradisional, seperti peran domestik sebagai ibu dan istri yang bertanggung jawab atas

3
Sriwahyuni dan Asri.Kritik Sosial Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu.Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Vol. 9, No. 1. (2020): 91.
4
Sakinah dan Siti.Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia.Social Work Journal.Vol. 7, No. 1 (t.t.): 72.
pekerjaan rumah tangga dan merawat anak. Hal ini dapat membatasi kebebasan
mereka dalam mengembangkan minat, aspirasi, dan potensi di luar peran tersebut.

Salah satu negara yang pernah menerapkan budaya patriarki ini adalah Mesir.
Budaya patriarki di Mesir pada saat itu sangat kuat hingga seringkali merugikan
perempuan. Terutama pada tahun 1970an dimana pada masa itu, Mesir masih
merupakan masyarakat yang sangat patrilineal dan patrilokal. Artinya, keturunan dan
kepemilikan harta benda secara umum diwariskan melalui garis ayah dan perempuan
biasanya diharapkan tinggal bersama keluarga suami setelah menikah. Hal ini
mencerminkan dominasi laki-laki dalam struktur keluarga dan masyarakat. Di sektor
politik, perempuan memiliki keterbatasan akses dan partisipasi. Meskipun ada
beberapa perempuan yang berperan dalam politik pada saat itu, mereka cenderung
menjadi minoritas dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan politik. Pada tingkat
sosial, perempuan sering kali diperlakukan sebagai pihak yang harus patuh kepada
laki-laki. Norma-norma sosial yang mengharuskan perempuan mematuhi aturan dan
mengikuti peran tradisional menjadi hal yang umum. Misalnya, perempuan
diharapkan untuk menjadi ibu dan istri yang baik, mengurus rumah tangga, dan
mengutamakan kepentingan keluarga5.

Seorang penulis bernama Nawal El Saadawi menceritakan fenomena patriarki di


Mesir ini melalui sebuah novel berjudul Perempuan di Titik Nol. Novel ini
mengangkat kisah narapidana perempuan yang akan dieksekusi mati pada tahun 1974.
Narapidana tersebut mempunyai kisah hidup yang memprihatinkan akibat dari budaya
patriarki ini. Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi menjadi salah
satu karya sastra yang mengangkat isu gender dan patriarki. Novel ini menceritakan
kisah seorang perempuan bernama Firdaus yang hidup dalam masyarakat yang
memegang teguh nilai-nilai budaya patriarki. Firdaus mengalami berbagai bentuk
ketidakadilan gender dan ketertindasan yang dihadapi oleh perempuan dalam
masyarakat yang patriarkal. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas kritik
sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel Perempuan di Titik Nol.

B. Rumusan penelitian
1. Bagaimana alur, tokoh dan penokohan, serta latar yang terdapat dalam novel
perempuan dititik nol karya nawal el sa’dawi?
5
Sa’adah dan Parmin.Representasi Perempuan dalam Budaya Patriarki Pada Novel Perempuan di Titik Nol:
Pendekatan Teori Marxis dan Sosialis.Bapala.Vol. 8, No. 03. (2021): 126-127.
2. Bagaimana deskripsi budaya patriarki di kairo terhadap tokoh perempuan yang
meliputi stereotipe dan kekerasan dalam novel perempuan dititik nol karya nawal
el sa’dawi?
3. Bagaimana bentuk kritik sosial terhadap budaya patriarki di kairo ?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran kritik sosial dalam novel perempuan dititik nol
karya nawal el sa’dawi?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui alur, tokoh dan penokohan, serta latar yang terdapat dalam
novel perempuan dititik nol karya nawal el sa’dawi
2. Untuk mengetahui deskripsi budaya patriarki di kairo terhadap tokoh perempuan
yang meliputi stereotipe dan kekerasan dalam novel perempuan dititik nol karya
nawal el sa’dawi
3. Untuk mengetahui bentuk kritik sosial terhadap budaya patriarki di kairo
4. Untuk mengetahui Siapa saja yang menjadi sasaran kritik sosial dalam novel
perempuan dititik nol karya nawal el sa’dawi
D. Batasan penelitian

Berdasarkan hasil pembacaan novel yang berjudul perempuan di titik nol karya nawal
el sa’dawi maka peneliti memfokuskan pembahasan penelitian hanya akan membahas
kritik sosial terhadap sistem patriarki dan kapitalisme terhadap ketertindasan perempuan
dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi yang diterjemahkan oleh
Amir Sutarga.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian
secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara
umum. Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua bagian:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi
analisis terhadap sastra, terutama dalam bidang penelitian novel yang
memanfaatkan teori Sosiologi Sastra.
b. memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra Indonesia terutama
dalam pengkajian novel dengan pendekatan sosiologi sastra.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan kepada pembaca tentang kritik sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.
b. hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra
terhadap kritik sosial dalam sebuah novel.
c. Bagi sekolah, khususnya guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai
alternatif materi pembelajaran bahasa dan sastra, khususnya tentang
menganalisis teks novel melalui tulisan.
d. Bagi peneliti yang serumpun ilmu kajian dalam penelitian ini sifatnya terbatas,
sehingga dapat dilakukan pengembangan untuk meluaskan kajian penelitian.
F. definisi istilah
a. kritik sosial
Kritik sosial merujuk pada proses analisis dan evaluasi yang kritis terhadap
berbagai aspek sosial dalam suatu masyarakat. Ini melibatkan pengidentifikasian,
penilaian, dan pengeksposan ketidakadilan, ketimpangan, dan masalah sosial yang
ada dalam struktur, norma, dan nilai-nilai masyarakat. Kritik sosial berusaha
untuk mengungkapkan ketidakadilan, eksploitasi, diskriminasi, atau
ketidaksetaraan yang ada dalam sistem sosial. Tujuannya adalah untuk memicu
perubahan sosial yang positif, mencapai keadilan, dan mempromosikan
kesejahteraan sosial. Kritik sosial dilakukan melalui berbagai cara, termasuk
pemikiran kritis, analisis teoritis, penelitian, pengungkapan media, aktivisme, dan
gerakan sosial.
Kritik sosial dapat diarahkan pada berbagai bidang dalam masyarakat, seperti
politik, ekonomi, budaya, agama, gender, ras, kelas sosial, lingkungan, hak asasi
manusia, sistem hukum, media massa, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah
untuk memeriksa dan mempertanyakan struktur, kebijakan, dan praktik yang
menghasilkan atau memperpetuasi ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Kritik
sosial dapat berfungsi sebagai alat penting untuk membuka mata masyarakat
terhadap masalah yang sering kali tersembunyi atau diabaikan. Ini memicu
kesadaran kolektif, mengubah persepsi, dan mempengaruhi perubahan sosial.
Dengan mengungkapkan masalah sosial dan mencari solusi alternatif, kritik sosial
dapat mendorong perbaikan sosial, perubahan kebijakan, dan transformasi
struktural.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kritik sosial juga dapat menjadi subjek
perdebatan dan konflik karena pandangan yang berbeda-beda tentang apa yang
dianggap sebagai masalah sosial dan solusinya. Oleh karena itu, kritik sosial harus
dijalankan dengan integritas, kehati-hatian, dan pemahaman yang mendalam
tentang konteks sosial untuk memastikan bahwa kritik tersebut memperkuat
pemahaman dan mempromosikan perubahan yang positif.
b. Patriarki
Patriarki adalah sistem sosial dan politik yang didominasi oleh laki-laki dan
memberikan kekuasaan, hak, dan kontrol atas perempuan. Dalam sistem patriarki,
laki-laki dianggap lebih superior dan memiliki hak untuk mengontrol perempuan
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam keluarga, pekerjaan, dan politik
Berikut adalah beberapa ciri-ciri patriarki:
1. Dominasi laki-laki: Laki-laki dianggap lebih superior dan memiliki kekuasaan
atas perempuan.
2. Kontrol perempuan: Perempuan dikendalikan oleh laki-laki dalam berbagai
aspek kehidupan.
3. Diskriminasi gender: Perempuan seringkali diperlakukan secara tidak adil dan
mendapatkan diskriminasi dalam berbagai bidang kehidupan.
4. Kekerasan terhadap perempuan: Kekerasan terhadap perempuan seringkali
terjadi dalam sistem patriarki.
Patriarki dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam
keluarga, pekerjaan, dan politik. Untuk mengatasi sistem patriarki, diperlukan
kesadaran dan tindakan dari masyarakat untuk memperjuangkan kesetaraan
gender dan menghentikan diskriminasi terhadap perempuan.6
c. Karya Sastra
Karya sastra adalah karya seni yang ditulis dalam bentuk tulisan, seperti novel,
puisi, cerpen, dan drama. Karya sastra memiliki nilai estetika dan keindahan yang
tinggi serta dapat memberikan pengalaman dan pemahaman baru bagi
pembacanya.7
d. Novel
Novel adalah sebuah karya sastra yang panjang dan kompleks, biasanya terdiri
dari beberapa bab atau bagian. Novel dapat berisi cerita fiksi atau non-fiksi, dan
sering kali menggambarkan kehidupan manusia atau masyarakat dalam berbagai
6
Nasruloh dan Hidayat.Budaya Patriarki Dalam Rumah Tangga (Pemahaman Teks Al-Qur’an dan Kesetaraan
Gender).Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam.Vol. 13, No. 1 (2022): 150.
7
Ayuningtyas, Ratna “Relasi Kuasa Dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi : Kajian Teori Michel
Foucault,” Jurnal Ilmiah Sarasvati, Vol. 1, No. 1 (2019): 74.
konteks. Novel juga dapat mengandung tema-tema yang kompleks dan mendalam,
seperti kelas sosial, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Dalam penelitian
sosiologi sastra, novel sering digunakan sebagai objek penelitian untuk mengkaji
hubungan antara manusia dan masyarakat dalam konteks tertentu. Novel juga
dapat mengandung kearifan lokal yang mencerminkan nilai-nilai budaya suatu
daerah atau masyarakat. Oleh karena itu, novel memiliki peran penting dalam
memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan manusia dan masyarakat di
berbagai tempat dan waktu.8

BAB II

Kajian Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

Kajian tentang kritik sosial telah dilakukan pada penelitian yang sebelumnya.
Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
mengangkat tentang kritik sosial. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini akan di singgung dibawah ini:

Pertama: penelitian yang relevan dilakukan oleh Moh Arifin (1997), mahasiswa
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta dalam skripsi yang
berjudul “Kritik Sosial dalam Novel Rafilus karya Budi Darma”. Dalam penelitian
membahas masalah-masalah sosial yang dikritik yaitu diskriminasi terhadap orang
cacat, pelecehan seksual, pergaulan bebas, penyelewengan jabatan, keluarga
berantakan, dan kemiskinan. Selain itu dalam penelitian ini juga membahas bentuk-
bentuk pengungkapan kritik sosial yang disampaikan pengarang, dalam novel Rafilus
terdapat dua bentuk penyampaian kritik, yaitu memberi pertimbangan dan
menyatakan kesalahan. Kritik sosial masalah penyelewengan jabatan dan keluarga
berantakan disampaikan dalam bentuk memberi pertimbangan. Sedangakan
diskriminasi terhadap orang cacat, pergaulan bebas dan pelecehan seksual, serta
kemiskinan, bentuk kritiknya disampaikan dengan menyatakan kesalahan.

8
Setyorini.Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi Sigmund Freud Dalam Novel Entrok Karya Okky
Madasari.Kajian Linguistik dan Sastra.Vol. 2, No.1 (2017): 12.
Terkait dengan penelitian yang relevan di atas, penelitian ini mempunyai
kesamaan dalam penelitian tentang kritik sosial dalam karya sastra novel. Selain itu,
penelitian ini juga menggunakan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan sosiologi
sastra.

Kedua: Judul Penelitian: "Analisis Feminis tentang Pembebasan Perempuan


dalam Novel 'Perempuan di Titik Nol' karya Nawal El Saadawi" Peneliti: Abdullah,
N. Institusi: Universitas Gadjah Mada Tahun: 2020. Penelitian ini menganalisis novel
"Perempuan di Titik Nol" dari perspektif feminis dengan fokus pada tema
pembebasan perempuan. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini menganalisis
karakter-karakter perempuan utama dalam novel dan bagaimana mereka mencoba
melawan sistem patriarki yang menghambat kebebasan dan kemandirian mereka.
Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya narasi ini dalam memberikan inspirasi bagi
perempuan untuk melawan ketidakadilan gender dan mencari kebebasan pribadi dan
sosial.

Ketiga: Judul Penelitian: "Reproduksi dan Destruksi Patriarki dalam Novel


'Perempuan di Titik Nol' karya Nawal El Saadawi" Peneliti: Kusuma, R. Institusi:
Universitas Padjadjaran Tahun: 2019. Penelitian ini menganalisis novel "Perempuan
di Titik Nol" sebagai karya sastra yang merepresentasikan dan mengkritisi fenomena
patriarki. Melalui pendekatan kritis, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana sistem
patriarki direproduksi dalam hubungan sosial dan keluarga yang digambarkan dalam
novel, sambil juga menggambarkan konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh
patriarki tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang
peran sastra dalam mengkritisi struktur sosial yang menindas perempuan.

Ke empat: Judul Penelitian: "Konstruksi Kritik Sosial terhadap Patriarki dalam


Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi" Peneliti: Mardiani, M.
Institusi: Universitas Indonesia Tahun: 2018. Penelitian ini menganalisis novel
"Perempuan di Titik Nol" karya Nawal El Saadawi dengan fokus pada kritik sosial
terhadap fenomena patriarki. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini melakukan
analisis teks untuk mengidentifikasi representasi patriarki dalam novel dan
mengungkapkan kritik sosial yang tersirat di dalamnya. Hasil penelitian ini
memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pengaruh novel ini dalam
membangkitkan kesadaran tentang ketidakadilan gender dan memberikan perspektif
baru dalam melawan patriarki.

Penelitian-penelitian tersebut membahas tentang citra perempuan dalam novel


Perempuan di Titik Nol, khususnya dalam menghadapi budaya patriarki yang ada di
Mesir dan bagaimana pandangan feminis dalam novel tersebut. Namun, penelitian-
penelitian tersebut belum membahas kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam
novel ini secara komprehensif. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas kritik
sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel Perempuan di Titik Nol dengan
menggunakan pendekatan teori sosiologi sastra.

Patriarki merupakan sistem sosial yang memberikan kekuasaan dan kontrol pada
laki-laki atas perempuan. Sistem ini memandang perempuan sebagai objek yang harus
dikuasai dan dikendalikan oleh laki-laki. Dalam novel Perempuan di Titik Nol,
patriarki terlihat jelas dalam berbagai bentuk ketidakadilan gender dan ketertindasan
perempuan yang dialami oleh tokoh utama, Firdaus.

Pertama, dalam bidang sosial, Firdaus mengalami kekerasan, penghinaan, dan


pelecehan seksual dari kaum laki-laki. Hal ini terlihat ketika Firdaus masih kecil dan
diperkosa oleh pamannya sendiri. Selain itu, Firdaus juga mengalami cacian dari
kaum laki-laki karena ia tidak memiliki ayah dan hidup dalam kemiskinan. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang patriarkal, perempuan dianggap lemah
dan tidak berdaya.

Kedua, dalam bidang politik, perempuan dibatasi untuk memperoleh pendidikan


dan terlibat dalam ranah politik. Hal ini terlihat ketika Firdaus ingin belajar membaca
dan menulis, namun tidak diizinkan oleh ibunya karena perempuan tidak perlu
belajar. Selain itu, Firdaus juga tidak memiliki hak untuk memilih pemimpin atau
terlibat dalam ranah politik karena ia adalah perempuan.

Ketiga, dalam bidang ekonomi, perempuan seringkali mengalami beban kerja


yang sangat padat dan harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Hal ini terlihat ketika
Fird aus harus bekerja sebagai pelayan di rumah bordil untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Firdaus juga harus menyerahkan tubuhnya sebagai pertukaran ekonomi
keluarga karena ia tidak memiliki pilihan lain.
Fenomena patriarki dalam novel Perempuan di Titik Nol menunjukkan adanya
ketidakadilan gender dan ketertindasan perempuan yang masih terjadi dalam
masyarakat yang patriarkal. Oleh karena itu, kritik sosial terhadap fenomena patriarki
dalam novel ini sangat penting untuk memperlihatkan bahwa perempuan juga
memiliki hak yang sama dengan laki-laki dan tidak boleh diperlakukan secara tidak
adil.

Dalam novel ini, Firdaus merupakan tokoh perempuan yang mengalami berbagai
bentuk ketidakadilan gender dan ketertindasan. Namun, Firdaus juga melakukan
perlawanan terhadap sistem patriarki yang menindasnya. Firdaus menunjukkan bahwa
perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dan tidak boleh
diperlakukan secara tidak adil.

Dalam novel ini, Nawal El-Saadawi juga menunjukkan bahwa patriarki tidak
hanya merugikan perempuan, tetapi juga merugikan laki-laki. Hal ini terlihat ketika
Firdaus bertemu dengan seorang laki-laki yang juga mengalami ketidakadilan gender
dan ketertindasan karena ia tidak dapat mengekspresikan perasaannya secara bebas.

Dalam kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel Perempuan di Titik
Nol, penting untuk memperlihatkan bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama
dengan laki-laki dan tidak boleh diperlakukan secara tidak adil. Oleh karena itu, perlu
adanya perubahan sosial yang mengedepankan kesetaraan gender dan mengkritisi
sistem sosial yang memberikan kekuasaan pada laki-laki atas perempuan.

B. Kajian Teori
1. Sastra dan Karya Sastra
a. Pengertian Sastra
Sastra adalah seni bahasa yang melahirkan karya yang kemudian
dinamakan karya sastra. Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa
karya tulisan atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga
ke perasaan dalam bentuk yang bervariasi. Kata "sastra" dalam bahasa
Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta yaitu "shastra". Kata "sas" memiliki
makna instruksi atau pedoman, dan "tra" berarti alat atau sarana.9
b. Pengertian Karya Sastra

9
Kustyarini, “Sastra dan Budaya,” Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 2 (t.t.): 1-2.
Karya sastra merupakan hasil karya atau ciptaan yang dikreasikan. Karya
sastra adalah seni yang memiliki unsur budi, imajinasi, dan emosi. Karya
sastra lahir karena dorongan manusia untuk mengungkap tentang masalah
manusia, kemanusiaan, dan masalah semesta. Karya sastra merupakan
pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Karya sastra merupakan
hasil dari ekspresi individual penulis dan merupakan proses kreatif yang
memerlukan perenungan, pengendapan ide, dan langkah lain yang tentu
berbeda-beda antara sastrawan yang satu dengan yang lain.10
c. Fungsi Karya Sastra
Karya sastra memiliki beberapa fungsi, antara lain:
 Sebagai sarana hiburan bagi pembaca atau penontonnya.
 Sebagai media untuk mengungkapkan ide atau gagasan penulis.
 Sebagai media untuk mengungkapkan perasaan penulis.
 Sebagai media untuk menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa
tertentu.
 Sebagai media untuk memberikan pesan moral kepada pembaca atau
penontonnya.
d. Struktur Karya Sastra
Karya sastra memiliki struktur yang terdiri dari beberapa unsur, antara lain:
 Tema: Pokok pikiran atau gagasan utama yang ingin disampaikan oleh
penulis melalui karyanya.
 Alur: Susunan peristiwa-peristiwa dalam cerita.
 Tokoh: Pelaku-pelaku dalam cerita.
 Latar: Tempat dan waktu terjadinya cerita.
 Gaya bahasa: Cara penulis menyampaikan cerita melalui pemilihan kata-
kata dan kalimat-kalimat tertentu.11
2. Novel

Kata novel berasal dari Bahasa Italia, yakni novella dan Bahasa Jerman
novelle. Novel merupakan suatu karya sastra fiksi dalam bentuk kata-kata atau tulisan,
dalam tulisan inilah ada serangkaian cerita mengenai suatu hal yang dikembangkan
oleh sang penulis atau pengarang. Sementara itu, novel menurut KBBI adalah
10
Ayunungtyas, 74-75.
11
Munanar, Qhalisna “Analisis Unsur Intrinsik Novel Hijrah Itu Cinta Karya Abay Adhitya,” Vol, 2, No.3 (2022):
31
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.12

Aristoteles memberikan pengertian yang berbeda dimana menurutnya novel


adalah karya sastra yang ditulis dengan cara tidak menjiplak dari kenyataan.
Melainkan novel sebagai karya sastra yang mengungkapkan atau menuliskan secara
universal dari konsep-konsep umum.

Novel sering kali menampilkan beragam tema, mencerminkan kehidupan


manusia dalam segala aspeknya, seperti hubungan antarmanusia, perjalanan hidup,
cinta, persahabatan, kehidupan sosial, politik, sejarah, atau konflik internal karakter.
Melalui novel, penulis dapat menggambarkan kehidupan, emosi, dan pemikiran
karakter-karakternya, serta mengungkapkan pandangan atau pesan tertentu kepada
pembaca. Novel memiliki kebebasan dalam pengembangan cerita dan karakter-
karakternya, serta dalam penggunaan gaya bahasa dan aliran narasi. Karena
panjangnya yang bervariasi, novel dapat terdiri dari beberapa bab atau bagian yang
saling terkait untuk membentuk keseluruhan cerita. Novel juga memiliki peran
penting sebagai media hiburan, penghibur, dan sarana penyampaian ide, nilai, atau
pandangan penulis terhadap dunia. Melalui novel, pembaca dapat memasuki dunia
imajinatif yang diciptakan oleh penulis, merasakan emosi dan pengalaman karakter-
karakternya, serta merenungkan makna dan pesan yang terkandung dalam cerita.

Karya sastra yang mengangkat sebuah cerita tidak hanya novel, tetapi ada juga
cerpen, namun kedua jenis tulisan ini berbeda. cerpen lebih memfokuskan pada
intensitasnya. Dari segi sifat, cerpen bersifat implisit dan sekedar menceritakan
sebuah kisah yang pendek. Sedangkan novel lebih memfokuskan pada sifat yang
sifatnya holistik dan memfokuskan pada kemungkinan munculnya kompleksiti adalah
kemampuan dalam menyampaikan konflik secara dalam, menyeluruh.13

Konflik dalam novel adalah pertentangan atau perbedaan antara kekuatan atau
elemen tertentu dalam cerita. Konflik dapat melibatkan berbagai hal, seperti konflik
antara karakter dengan karakter lain, karakter dengan dirinya sendiri (konflik
internal), karakter dengan lingkungannya, atau bahkan konflik dengan kekuatan tak
terlihat seperti keberuntungan atau takdir. Konflik antar karakter merupakan jenis
12
“Novel”.2016.KBBI Daring.Diambil 03 Mei 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Novel
13
Deepublish,” Apa itu Novel? Yuk, Pahami Pengertian Novel Menurut Para Ahli,” Penerbit Deepublish, 4
Februari 2021, https://penerbitdeepublish.com/pengertian-novel/.
konflik yang melibatkan pertentangan antara karakter utama dengan karakter lain
dalam cerita. Biasanya melibatkan perbedaan tujuan, nilai-nilai, kepentingan, atau
konflik pribadi antara karakter-karakter tersebut. Konflik karakter melawan diri
sendiri konflik yang terjadi dalam pikiran atau perasaan karakter utama. Ini bisa
berupa pertentangan antara harapan, keinginan, atau keputusan yang saling
bertentangan dalam diri karakter tersebut. Konflik karakter dan lingkungan
melibatkan karakter utama yang menghadapi perlawanan atau tantangan dari
lingkungan fisik atau sosial di sekitarnya. Ini bisa berupa konflik dengan alam,
keadaan sosial, budaya, atau norma yang ada. Adanya konflik dalam sebuah novel
bisa membuat karya sastra ini sangat diminati banyak orang.

a. Unsur novel

Menurut Rostamaji, novel sebagai karya sastra yang melibatkan dua unsur,
yaitu unsur Intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang
membicarakan di luar unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik meliputi beberapa unsur
lainnya, yaitu latar belakang penulisan novel, biografi pengarang, sejarah.
Sedangkan yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur yang
membicarakan tentang novel itu sendiri. Yang meliputi unsur intrinsik adalah plot,
penokohan dan lain sebagainya. Dimana dari kedua unsur tersebut memiliki
kekuatan saling memberikan timbal balik secara literasi.14

Alur atau plot adalah urutan peristiwa dalam cerita. Ini melibatkan
pemaparan (eksposisi), perkembangan konflik, puncak konflik (klimaks), dan
resolusi. Plot membentuk struktur naratif cerita dan membantu dalam
mengembangkan ketegangan dan kejutan. Unsur intrinsik kedua yakni karakter
yang merupakan individu dalam cerita. Mereka memiliki atribut fisik, psikologis,
dan sosial yang mempengaruhi tindakan dan interaksi mereka dalam cerita.
Karakter utama (protagonis) dan karakter penentang (antagonis) adalah elemen
penting dalam novel. Selanjutnya ada tema, yaitu ide sentral atau pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis melalui cerita. Tema dapat mencakup masalah sosial,
konflik manusia, perjalanan pribadi, atau pertanyaan filosofis. Tema memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang makna cerita. Setting adalah unsur
instrinsik selanjutnya yang merupakan tempat, waktu, dan situasi di mana cerita
berlangsung. Hal ini mencakup deskripsi fisik lingkungan, suasana, budaya, dan
14
Deepublish, 2021.
konteks sosial yang mempengaruhi cerita. Setting dapat memberikan atmosfer dan
mempengaruhi karakter dan alur cerita. Terakhir ada gaya penulisan yang
mengacu pada cara penulis mengungkapkan diri melalui pilihan kata, penggunaan
bahasa, ritme, dan gaya narasi. Gaya penulisan dapat mencerminkan karakteristik
penulis, membangun suasana, dan menggambarkan nuansa cerita.

Sementara itu, unsur ekstrinsik salah satunya adalah kehidupan penulis


yang meliputi pengetahuan tentang kehidupan dan pengalaman penulis dimana
dapat memberikan wawasan tambahan tentang motif, tema, atau karakter dalam
novel. Pengalaman pribadi penulis dapat tercermin dalam cerita dan
mempengaruhi penulisan mereka. Selanjutnya ada sastra dan budaya yang ada
pada saat penulis menulis novel yang dapat mempengaruhi karya mereka.
Pengaruh sastra sebelumnya, gerakan sastra, atau tren budaya dapat terlihat dalam
tema, gaya penulisan, atau teknik naratif dalam novel. Lalu, ada konteks sejarah
dan sosial yang mengacu pada situasi dan peristiwa sejarah, kondisi sosial,
budaya, dan politik saat novel ditulis. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi tema,
penggambaran karakter, atau sudut pandang yang diadopsi dalam cerita. Terakhir,
ada respon pembaca terhadap novel dapat mempengaruhi interpretasi dan
pemahaman terhadap cerita. Diskusi, kritik, atau analisis dari pembaca dan
kritikus dapat membuka sudut pandang baru dan memberikan wawasan yang
berbeda terhadap karya sastra.

b. Ciri-ciri/karakteristik novel

Novel mempunyai karakteristik khusus yang harus diketahui sebelum


merangkai cerita. Cerita dalam novel ditulis dengan penjelasan atau narasi dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Narasi tersebut didukung dengan
gambaran suasana kejadian dalam cerita yang membentuk alur cerita yang
kompleks yang jelas. Untuk jumlah kata dalam novel, biasanya sekitar 10.000 kata
dengan jumlah halaman minimal 100. Jumlah kata tersebut membuat novel yang
standar dan nyaman dibaca selama 2 jam. Karakteristik dan unsur novel lain
adalah skala dan cakupan yang lebih luas daripada cerpen. Novel lebih bersifat
realistis karena yang mengetahui situasi lebih dalam adalah penulisnya.15

15
Deepublish, 2021
Novel mempunyai beberapa ciri-ciri yang bisa diidentifikasi, seperti pada
umumnya terdiri atas 100 halaman atau kurang lebih 35.000 kata, tema dan alur
cerita di dalam novel cukup kompleks, berbentuk narasi yang didukung dengan
deskripsi dan percakapan, alurnya bisa terus berkembang, biasanya tokohnya
banyak dan memiliki lebih dari satu karakter, latar bergerak dan sangat beragam,
serta ceritanya disertai perubahan nasib tokoh.16

c. Macam-macam novel

Berdasarkan cerita yang diangkat di dalamnya, maka novel bisa dibedakan


menjadi dua, yakni:

 Novel fiksi: jenis novel yang menceritakan cerita atau peristiwa yang
dibuat dengan imajinasi dan tidak didasarkan pada fakta atau kejadian
yang sebenarnya. Cerita dalam novel fiksi mencakup karakter-karakter
fiktif, alur cerita yang dikembangkan oleh penulis, dan setting yang
bisa berada dalam dunia nyata atau dunia fiktif. Tujuan dari novel fiksi
adalah memberikan pengalaman membaca yang menghibur, memikat,
atau menggugah emosi pembaca. Beberapa genre novel fiksi yang
umum meliputi romance, fantasi, petualangan, misteri, dan sebagainya.
 Novel non-fiksi: jenis novel yang berdasarkan pada fakta dan kejadian
nyata. Novel non-fiksi menggambarkan kehidupan nyata, orang-orang
nyata, peristiwa historis, atau topik-topik lain yang memiliki landasan
fakta. Biasanya, novel non-fiksi ditulis dalam gaya naratif yang
memadukan faktualitas dengan elemen naratif untuk membuat cerita
lebih menarik. Tujuan dari novel non-fiksi adalah memberikan
pemahaman, pengetahuan, atau wawasan baru kepada pembaca.
Contoh genre novel non-fiksi termasuk biografi, sejarah, otobiografi,
jurnal perjalanan, dan buku-buku ilmiah.

Berdasarkan genre ceritanya, novel bisa dibagi menjadi beberapa


macam, yaitu:

16
Swawikanti. “Pengertian Novel, Ciri, Unsur Pembentuk, & Strukturnya | Bahasa Indonesia Kelas 12,” Ruang
Guru, 12 November 2022, https://www.ruangguru.com/blog/menganalisis-unsur-unsur-novel
 Novel romantis: novel yang fokus pada hubungan percintaan antara
karakter utama. Menyentuh tema cinta, gairah, dan drama emosional.
Contohnya adalah "Pride and Prejudice" karya Jane Austen.
 Novel horor: novel yang memiliki atmosfer menakutkan dan
menyeramkan. Menggambarkan ancaman supernatural atau kehadiran
yang menakutkan. Contohnya adalah "Dracula" karya Bram Stoker.
 Novel komedi: novel komedi adalah jenis novel yang ditulis dengan
tujuan utama untuk menghibur pembaca melalui unsur-unsur komedi,
humor, dan kejenakaan. Fokus utama dari novel komedi adalah
menciptakan situasi lucu, dialog yang menggelitik, dan karakter-
karakter yang kocak. Contohnya "The Hitchhiker's Guide to the
Galaxy" karya Douglas Adams.
 Novel sejarah: Novel yang mengambil latar belakang sejarah nyata
atau menggambarkan peristiwa sejarah dengan sentuhan fiksi.
Melibatkan karakter-karakter sejarah dan konteks historis. Contohnya
adalah "War and Peace" karya Leo Tolstoy.17

3. Kritik sosial dalam karya sastra

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang
bertujuan sebagai kontrol terhadap sistem sosial atau proses masyarakat (Abar, 1999:
47). Sementara itu, menurut Mochtar Lubis, kritik sosial adalah sebuah tindakan kritis
terhadap ketidakadilan dan kekurangan dalam masyarakat. Kritik sosial harus
dilakukan dengan niat yang jujur, berdasarkan pengamatan yang mendalam, serta
bertujuan untuk membawa perubahan yang positif.18

Menurut Sapardi Djoko Damono (1978), kritik sosial dalam sastra dewasa ini
tidak lagi hanya mengangkat hubungan antara kere dan orang kaya, kemiskinan dan
kemewahan, ia mencakup segala macam masalah sosial yang ada di masyarakat.
Kritik sosial dalam karya sastra merujuk pada penggunaan sastra sebagai medium
untuk menyampaikan pesan atau komentar terhadap berbagai masalah sosial dalam
masyarakat. Melalui kritik sosial, penulis sastra berusaha mengungkap ketidakadilan,
17
Admin, “Novel : Pengertian, Ciri, Unsur dan Jenis Novel Menurut Para Ahli Lengkap,” Sekolahan, 15 Februari
2023, https://www.sekolahan.co.id/novel-pengertian-ciri-unsur-dan-jenis-novel-menurut-para-ahli-lengkap/
18
Prasetyo, “Kritik Sosial Dalam Novel Slank 5 Hero Dari Atlantis Karya Sukardi Rinakit Pendekatan Sosiologi
Sastra” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), 22.
ketimpangan, korupsi, penindasan, atau masalah-masalah sosial lainnya yang ada
dalam masyarakat. Melalui kritik sosial dalam karya sastra, biasanya penulis berharap
dapat membangkitkan kesadaran sosial, memicu perubahan, atau mengajak pembaca
untuk melihat masyarakat dari sudut pandang yang berbeda. Kritik sosial dalam karya
sastra memiliki potensi untuk mempengaruhi pemikiran dan emosi pembaca, serta
memicu refleksi dan tindakan yang lebih kritis terhadap masalah-masalah sosial yang
ada.19

4. Bentuk penyampaian kritik sosial

Menurut Nurgiyantoro (2009), bentuk kritik sosial dalam karya sastra itu ada
dua macam, yaitu kritik secara langsung dan tak langsung20:

 Kritik sosial langsung adalah bentuk kritik yang secara eksplisit


mengungkapkan permasalahan sosial dan menyampaikannya dengan jelas
kepada pembaca. Dalam karya sastra, hal ini dapat dilakukan melalui
dialog antarkarakter, monolog, atau narasi yang menyampaikan pesan
kritik secara langsung terhadap kondisi sosial yang dianggap tidak adil
atau bermasalah.
 Kritik sosial tak langsung adalah bentuk kritik yang disampaikan melalui
lambang, simbol, atau metafora yang menggambarkan permasalahan sosial
secara tidak langsung. Penulis menggunakan kiasan atau imajinasi untuk
menggambarkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat. Pembaca perlu
menginterpretasikan simbol-simbol tersebut untuk memahami pesan kritik
yang disampaikan oleh penulis.

Dalam kedua bentuk kritik sosial ini, biasanya penulis sastra berupaya
untuk mengungkapkan ketidakadilan, ketimpangan, atau masalah-masalah sosial
lainnya yang ada dalam masyarakat. Baik melalui kritik sosial langsung maupun
tak langsung, penulis karya sastra berharap dapat membangkitkan kesadaran dan
pemikiran kritis pada pembaca, serta mendorong perubahan sosial yang lebih
baik.21

5. Sosiologi Sastra sebagai sebuah Pendekatan Sastra

19
Prasetyo,29.
20
Prasetyo,31.
21
Prasetyo,32.
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat,
ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang objektif studinya berupa aktivitas manusia. Sastra adalah karya
seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. Dengan demikian, antara karya
sastra dengan sosiologi sebenarnya merupakan dua bidang yang berbeda, tetapi
keduanya saling melengkapi. Dengan kata lain, sebagaimana konsep Rene Wellek
bahwa sosiologi sastra dianggap sebagai unsur ekstrinsik dan unsur ekstrinsiknya
tidak hanya meliputi sosiologi, melainkan juga unsur yang lain seperti ideologi,
ekonomi, agama, politik, psikologi, dan sebagainya.22

Ian Watt mengemukakan tiga pendekatan yang berbeda. Pertama, konteks


sosial pengarang. Hal ini berhubungan dengan posisi sosial pengarang dalam
masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini
termasuk pula faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai
perorangan disamping pengaruh isi karya sastranya. Yang harus diteliti dalam
pendekatan ini adalah:

a) bagaimana pengarang mendapatkan mata pencariannya,


b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan
c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.

Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Yang terutama mendapat perhatian


adalah:

a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra itu
ditulis,
b) sejauh mana sifat pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat
yang ingin disampaikannya,
c) sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili
seluruh masyarakat.

Ketiga, fungsi sosial sastra. dalam hubungan ini ada tiga yang menjadi
perhatian:

22
Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakatnya,
b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja,
c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkin (a) dengan (b).23

Menurut Ratna (2004: 339), sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam
kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan adalah
meliputi tiga macam. Pertama, menganalisis masalah- masalah sosial yang
terkandung dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkan dengan
kenyataan yang pernah terjadi. Kedua, menemukan hubungan antarstruktur
dengan hubungan yang bersifat dialektika. Ketiga, menganalisis karya dengan
tujuan untuk memperoleh informasi tertentu.24

Wellek dan Warren (1990: 111) mengemukakan tiga jenis pendekatan yang
berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu, a) sosiologi pengarang, profesi pengarang,
dan institusi sastra. masalah yang berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi
sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang
terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. b) isi karya sastra,
tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang
berkaitan dengan masalah sosial. c) masalah pembaca dan dampak sosial karya
sastra. sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial, adalah pertanyaan yang termasuk dalam tiga jenis
permasalahan di atas.25

Pandangan-pandangan Wellek dan Warren (1990: 123) tentang sosiologi


sastra mencakup pendekatan-pendekatan yaitu: Pertama, pendekatan umum yang
dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra
sebagai dokumen sosial, sebagai potret sosial. Kedua, bahwa sebagai dokumen
sosial sastra dipakai untuk menguraikan ikhtisar sejarah sosial. Ketiga,
penelusuran tipe-tipe sosial. Keempat, perlunya pendidikan linguistik. Latar karya
sastra yang paling dekat adalah tradisi linguistik dan sastranya. Sastra hanya
berkaitan secara tidak langsung dengan situasi ekonomi, politik, dan sosial yang

23
Faruk.2005.Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
24
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme
hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
25
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan Terjemahan Melani Budianto. Jakarta. PT
Gramedia.
konkret. Situasi sosial memang menentukan kemungkinan dinyatakannya nilai-
nilai estetis, tetapi tidak secara langsung menentukan nilai-nilai itu sendiri.26

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh hasil dan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan karya sastra menurut pandangan Wellek
dan Warren. Penerapan sosiologi sastra dalam penelitian ini adalah untuk
mengkaji kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel perepmpuan di
titik nol karya nawal el sa’dawi dan mengkaitkan dengan realitas kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, sehingga dapat diketahui permasalahan di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya dan paling penting adalah permasalahan gender di
masyarakat.

BAB III

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan masalah sosial terkait
fenomena patriarki di kairo dan bentuk penyampaian kritik dalam novel kritik sosial terhadap
fenomena patriarki dalam novel perepmpuan di titik nol karya nawal el sa’dawi. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam kajian ini dijabarkan kedalam langkah-
langkah sesuai dengan tahap pelaksanaannya, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap
analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data.

Pendekatan deskritif kualitatif dalam penelitian ini adalah suatu prosedur penelitian dengan
hasil sajian data deskritif berupa tuturan pengarang dalam novel kritik sosial terhadap
fenomena patriarki dalam novel perepmpuan di titik nol karya nawal el sa’dawi. Sudaryanto
(1993: 62), menyatakan bahwa istilah deskriptif menyarankan kepada suatu penelitian yang
semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada dan juga fenomena yang memang
secara empiris hidup di dalam penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa
uraian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya.27

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel kritik sosial terhadap fenomena patriarki
dalam novel perepmpuan di titik nol karya nawal el sa’dawi yang di terjemahkan oleh amir
26
Wellek dan Austin,123.
27
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
surtaga, diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta 2021. Penelitian ini
difokuskan pada kritik sosial terhadap fenomena patriarki yang terdapat dalam novel kritik
sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel perepmpuan di titik nol karya nawal el
sa’dawi. Secara garis besar kritik sosial adalah penilaian atau pertimbangan terhadap segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan tatanan nilai yang berlaku di masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik membaca dilakukan
dengan membaca novel kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel perepmpuan di
titik nol karya nawal el sa’dawi. Pada mulanya dilakukan pembacaan keseluruhan terhadap
novel tersebut dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi secara umum. Setelah itu
dilakukan pembacaan secara cermat dan menginterpretasikan unsur kritik sosial dalam novel
tersebut. Setelah membaca cermat dilakukan pencatatan data langkah berikutnya adalah
pencatatan yang dilakukan dengan mencatat kutipan secara langsung atau disebut verbatim
dari novel yang diteliti.

D. Teknis Analisis Data

Penelitian ini merupakan analisis konten. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan untuk mengetahui unsur kritik sosial terhadap
fenomena patriarki yang terdapat dalam novel kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam
novel perepmpuan di titik nol karya nawal el sa’dawi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena
data memerlukan penjelasan secara deskriptif. Teknik pendeskripsian dipergunakan untuk
mengetahui semua tujuan diadakan penelitian, langkah-langkah yang digunakan dengan
menggunakan metode sebagai berikut. Pertama, membandingkan antara data yang satu
dengan yang lain, kemudian yang kedua adalah pengelompokan data sesuai dengan kategori
yang ada untuk memudahkan analisis data selanjutnya.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh melalui validitas dan reliabilitas data. Validitas
data ini menggunakan validitas semantik. Validitas semantik dimaksudkan sebagai
pemaknaan penafsiran terhadap data-data penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan
konteks wacana tempat data tersebut berada. Setelah itu data yang dikumpulkan kemudian
dicocokkan dengan teori yang digunakan.
Daftar pustaka
Materi sempro
 Batasan penelitian skripsi yang berjudul "Kritik Sosial Terhadap Fenomena
Patriarki dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El Sa'dawi" dapat
dibuat sebagai berikut:
 Tujuan penelitian: Menganalisis konstruksi sosial yang diturunkan oleh sistem
patriarki dan kapitalisme terhadap ketertindasan perempuan dalam novel
Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi yang diterjemahkan oleh Amir
Sutarga.
 Pendekatan penelitian: Kritik sastra feminisme sosialis.
 Metode penelitian: Penelitian kualitatif deskriptif.
 Sumber data: Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi yang
diterjemahkan oleh Amir Sutarga.
 Teknik pengumpulan data: Teknik baca dan catat.
 Teknik analisis data: Analisis data kualitatif dengan menggunakan teori kritik
sastra feminisme sosialis.
 Tema penelitian: Kritik sosial terhadap fenomena patriarki dalam novel
Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi.
 Fokus penelitian: Konstruksi sosial yang diturunkan oleh sistem patriarki dan
kapitalisme terhadap ketertindasan perempuan dalam novel Perempuan di Titik
Nol karya Nawal El-Saadawi.
 Batasan penelitian: Penelitian ini hanya akan membahas konstruksi sosial yang
diturunkan oleh sistem patriarki dan kapitalisme terhadap ketertindasan
perempuan dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi yang
diterjemahkan oleh Amir Sutarga.
 Hasil penelitian: Hasil dari penelitian ini akan menemukan bentuk-bentuk
ketidakadilan gender dan ketertindasan perempuan dengan perspektif feminisme
sosialis yang terangkum dalam tiga yaitu: Firdauz dalam pusaran kekerasan dan
pelecehan seksual, Firdauz wajah kesengsaraan subordinasi, marginalisasi, dan
pertukaran tubuh atas ekonomi keluarga.
 Tujuan Penelitian: Mengeksplorasi dan menganalisis kritik sosial terhadap
fenomena patriarki yang terdapat dalam novel "Perempuan di Titik Nol" karya
Nawal El Sa'dawi yang berlatar belakang di Kairo.

 Konteks Sosiologis Sastra: Menggunakan pendekatan teori sosiologi sastra untuk
menganalisis novel sebagai cerminan masyarakat dan budaya yang melibatkan
aspek gender, struktur keluarga, kekuasaan, dan peran sosial dalam konteks Kairo.

 Fenomena Patriarki: Fokus pada fenomena patriarki yang ada di Kairo, termasuk
norma-norma sosial, hierarki gender, peran dan harapan gender dalam masyarakat,
serta bagaimana patriarki mempengaruhi kehidupan perempuan di Kairo.

 Analisis Novel: Menganalisis novel "Perempuan di Titik Nol" sebagai sumber
data utama, dengan mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek patriarki yang
diungkapkan melalui karakter, plot, setting, dan dialog dalam karya tersebut.

 Kritik Sosial: Melakukan kritik terhadap fenomena patriarki yang diungkapkan
dalam novel, dengan menyoroti dampaknya pada kehidupan perempuan dan
masyarakat secara umum di Kairo. Mempertimbangkan bagaimana pengarang
mengeksplorasi isu-isu sosial, menawarkan alternatif atau solusi, serta
menyuarakan perubahan.

 Implikasi Sosial: Menjelaskan implikasi sosial dari kritik terhadap patriarki dalam
novel, termasuk potensi perubahan sosial, pengaruh terhadap kesadaran gender,
perubahan norma dan nilai sosial, serta implikasi terhadap pemberdayaan
perempuan.

Anda mungkin juga menyukai