id
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat. Sastra tidak hanya memberikan sebuah kenikmatan dan kepuasan batin,
tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan moral kepada masyarakat atas realitas
sosial. Karya sastra tercipta dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat menjadi
penggerak tentang keadaan dan situasi yang terjadi pada masa penciptaan karya
sastra. Karya sastra dapat pula dikatakan sebagai sebuah dokumen sosial. Hal ini
disebabkan karya sastra muncul dari masyarakat dan menggambarkan situasi serta
Sastrawan menciptakan karya sastra dengan latar belakang sosial. Oleh sebab
itu, karya sastra diciptakan untuk menyampaikan pesan yang bermanfaat bagi
pembacanya. Hal ini menunjukkan pembaca akan mendapatkan pesan yang ingin
Salah satu teori yang dapat digunakan dalam meneliti sebuah karya sastra
adalah feminis. Feminis adalah sebuah gerakan perjuangan untuk melawan segala
laki diyakini mempunyai perbedaan kesadaran baik sosial maupun kontrol sosial”
(Anwar, 2012:129). Feminis adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan
1
Memperlakukan seseorang tanpa mempertimbangkan martabatnya.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga, serta
tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut
(Bhasin, 1999:5).
Salah satu masalah yang sering muncul dalam karya sastra adalah subordinasi
sedangkan laki-laki dinarasikan sebagai makhluk yang kuat dan rasional (Dagun,
perempuan berada dalam posisi tertindas, inferior serta tidak memiliki kebebasan
atas diri dan hidupnya” (Beauvoir, 1997:230). Hal itu berkaitan dengan masalah
gender yang mempertanyakan tentang pembagian peran serta tanggung jawab antara
perempuan sering diabaikan dalam kehidupan publik karena perempuan hanya cocok
gender. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksi baik secara sosial maupun kultural. Pemahaman dan pembedaan
antara konsep seks dan gender sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk
Fakih menjelaskan bahwa “hal ini disebabkan ada kaitan yang erat perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gender dan ketidakadilan gender dan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih
terkandung dalam novel tersebut. Gambaran tersebut disebut dengan pencitraan yang
dan NIAS4, Surabaya (1927) (STOVIA dan NIAS adalah sekolah dokter), kemudian
pindah ke AMS-A di Solo (lulus pada 1931). Di AMS A-1 (Algemene Middelbare
School), ia belajar tentang kesusastraan dan menulis, lulus dari jurusan sastra Barat.
menerbitkan beberapa puisi nasionalis dan dua tahun kemudian menjadi salah
2
Europeesche Lagere School adalah sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.
3
School tot Opleiding van Indische Artsen adalah sekolah dokter pada zaman kolonial Belanda di
Indonesia.
4
Netherlands Institute for Advanced Study adalah sekolah dokter pada zaman kolonial Belanda di
Indonesia.
5
Organisasi pemuda yang diresmikan tanggal 31 Desember 1930, merupakan organisasi gabungan
yang terdiri dari Jong Java, Pemuda Indonesia dan Jong Sumatera. Organisasi ini bertujuan untuk
memperkuat rasa persatuan di kalangan pemuda dan pelajar Hindia Belanda pada saat itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surabaya (1932), mingguan Penindjauan (1934), surat kabar Bintang Timoer (1953),
dan menjadi wartawan lepas. Ia pun pernah menjadi guru di Taman Siswa di berbagai
Kebudayaan (Bagian Bahasa) hingga pensiun. Pada Tahun 1969, Armijn Pane
menerima Anugerah Seni dari pemerintah RI karena karya dan jasanya dalam bidang
sastra. Pada Februari 1970, beberapa bulan setelah menerima penghargaan tersebut, ia
meninggal.
bawah dari laki-laki (Djajanegara, 2000:15). Bagi Armijn Pane, sosok yang
Bias gender sering kali dikaitkan dengan citra perempuan. Hal ini
menunjukkan perempuan memiliki sebuah daya tarik untuk diceritakan dari banyak
hal. Perempuan dengan sifat kodratinya, maupun perempuan sebagai manusia dengan
6
Menurut KBBI memiliki arti bermutu rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hak-haknya. Perempuan yang sadar akan nasib, cita-cita, dan haknya, menjadikan
yang kompleks. Kekompleksan itu mulai dari kehidupan rumah tangganya dengan
Sukartono yang mengalami banyak sekali perdebatan hingga akhirnya membuat Tini
dan Sukartono memilih untuk bercerai. Selain Tini, juga digambakan perempuan lain,
yaitu Rohayah. Rohayah merupakan teman masa kecil Sukartono dari desa. Pada
waktu Sukartono sudah berumah tangga dengan Tini, dirinya baru bertemu kembali
dengan Rohayah. Rohayah digambarkan sebagai korban laki-laki dan tidak ada
perempuan yang berkaitan dengan pandangan masyarakat pada tahun 1930-an yang
secara tidak langsung merugikan kaum perempuan. Pandangan tersebut berasal dari
laki. Topik mengenai perempuan, terutama yang membahas masalah gender beserta
bias-biasnya adalah hal yang tetap menarik untuk dibicarakan sampai saat ini.
Kalangan perempuan yang telah mengenyam pendidikan, merasa perlu dan berhak
untuk menyuarakan ketidakadilan yang dialaminya. Adat dan tradisi yang telah
mengakar menganggap pemikiran ini merusak tatanan yang selama ini telah dinilai
berjalan baik. Novel Belenggu ditulis era 1930-an ketika arus pemikiran belum
progresif seperti masa kini, tetapi mampu mengungkap tema yang sampai saat ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
layak untuk diperbincangkan. Novel Belenggu ini sudah dicetak ulang kembali
mengkristalisasikan semua realitas kehidupan lewat sebuah karya sastra sebagai hasil
pembaca. Novel Belenggu masih layak diteliti dalam konteks saat ini. Oleh karena
itu, metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis wacana Foucault. Peneliti
untuk menguasai perempuan yang dinarasikan oleh Armijn Pane dalam novel
Belenggu.
B. Pembatasan Masalah
Persoalan mengenai feminis sangat luas. Oleh karena itu, dalam penelitian
hanya fokus mengenai citra perempuan dan bias gender yang ada dalam novel
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian sebagai
berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru bagi
2. Manfaat Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan yang berisi (1) latar belakang masalah; (2) pembatasan
masalah; (3) perumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan
(6) sistematika penelitian. Berbagai hal tersebut akan menjadi langkah awal bagi
peneliti untuk menentukan arah penelitian agar diperoleh analisis yang spesifik sesuai
tujuan penelitian.
Bab II Kajian pustaka dan landasan teori. Kajian pustaka meliputi kajian studi
terdahulu tentang penelitian yang sejenis yang berhubungan dengan objek kajian
yang ada, dengan menggunakan teori yang sesuai, yaitu teori sastra feminis.
Bab III Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, objek penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.
Melalui analisis ini, akan didapatkan pendalaman yang terperinci dan ilmiah sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Analisis berisikan bentuk-bentuk citra perempuan dan bias gender yang terdapat
dalam novel Belenggu dengan teori sastra feminis sehingga diperoleh makna yang
Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil
temuan penelitian dan merupakan jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi
commit to user