Andi Sutisno
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
aksaraabdikata@gmail.com
ABSTRAK
Karya sastra merupakan pengejawantahan kehidupan. Dalam konteks tersebut, karya sastra
dibuat untuk menggambarkan realitas hidup masyarakat, salah satunya adalah kehidupan
perempuan. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan perempuan selalu menarik
untuk diangkat ke dalam cerita karya sastra. Tentu saja hal ini memberikan pembelajaran kepada
masyarakat tentang posisi dan peran perempuan itu sendiri dalam kehidupan, baik sebagai
individu maupun kelompok masyarakat. Gerakan feminis memberikan ruang lain dalam
khazanah apresiasi dan kritik sastra. Kritik sastra feminis hadir seiring dengan massifnya gerakan
feminisme itu sendiri. Kajian sastra dengan pendekatan feminisme ini membuka ruang-ruang
interpretasi atas perempuan dalam karya sastra. Novel sebagai salah satu karya sastra yang
berisikan peristiwa-peristiwa dan konflik-konflik yang kompleks, tentunya memberikan keluasan
interpretasi juga, termasuk di dalamnya menginterpretasikan tokoh perempuan dan posisinya
dalam novel tersebut.
53
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
54
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
potret perempuan dalam kehidupan dan karena semua interpretasi dan kesimpulan
karya sastra. yang diambil disimpulkan secara verbal.
Feminisme bukan upaya
pemberontakan terhadap laki-laki, bukan D. PEMBAHASAN
upaya melawan pranata sosial, budaya 1. Peran Ida Ayu Telaga sebagai Anak
seperti perkawinan, rumah tangga, maupun Peran anak sejatinya adalah berbakti
bidang publik. Kaum perempuan pada kepada orang tua. Salah satu perwujudan
intinya tidak mau dimarjinalkan. Menurut bakti anak kepada orang tua dapat berupa
Hannam (Ansori, 2007: 22) dalam kepatuhan dan membantu orang tuanya.
pandangan feminisme peran perempuan Namun kepatuhan anak kepada orang tuanya
memiliki kedudukan yang sama dengan laki- tersebut tidak bersifat mutlak. Dengan kata
laki. Feminisme sendiri muncul karena hak- lain, kepatuhan tersebut akan berlaku
hak kaum perempuan sering manakala hal tersebut tidak bertentangan
dikesampingkan dalam beberapa aspek. dengan hati nurani si anak, namun jika
Perempuan seringkali diposisikan sebagai berseberangan dengan hati nurani si anak,
kaum kelas kedua yang selalu dilabeli nilai-nilai kepatuhan tersebut tidak berlaku.
kelemahan. Padahal, perempuan memiliki Ida Ayu Telaga adalah perempuan
otonomi hak yang tentu saja hak-hak bangsawan yang terlahir dari kasta
tersebut sederajat dengan kaum laki-laki. Brahmana. Kasta Brahmana merupakan
Misal, hak dalam pendidikan, pekerjaan, dan kasta tertinggi dalam sistem kasta di Bali. Ia
pengelolaan rumah tangga. adalah harapan bagi ibunya karena kelak ia
harus menikah dengan laki-laki yang
C. METODOLOGI memiliki nama depan Ida Bagus. Dalam
Metode yang digunakan dalam kehidupan tata adat di Bali kaum bangsawan
penelitian ini adalah metode deskriptif harus menikah lagi dengan kaum
analitik. Sukmadinata (2012: 72) bangsawan. Sehingga, pada saat Ida Ayu
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif Telaga menginjak usia menikah, maka laki-
ditunjukan untuk mendeskripsikan gejala- laki yang bernama Ida Baguslah yang harus
gejala yang ada, baik gejala yang bersifat menjadi suaminya. Hal tersebut tampak pada
alamiah atau rekayasa manusia. Adapun kutipan novel Tarian Bumi, 2007: 68.
pengertian pendekatan deskriptif. Menurut Bagi masyarakat Bali, gelar
Arikunto (2010: 3) bahwa penelitian kebangswanan merupakan hal yang sangat
deskriptif adalah penelitian yang dijunjung tinggi. Hal tersebut tidak berlaku
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, bagi Ida Ayu Telaga. Ia menganggap bahwa
kondisi atau hal lain-lain yang hasilnya gelar kebangswanannya hanya kulit luar
dipaparkan dalam bentuk penelitian. yang melekat pada dirinya saja, tetapi
Laporan hasil penelitian ini berupa kutipan- hakikat diri sebagai manusia bagi Ida Ayu
kutipan dari kumpulan data dengan bahasa Telaga sama saja. Dengan kata lain,
verbal yang cermat sangat dipentingkan menurutnya, semua manusia pada
55
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
hakikatnya memiliki derajat yang sama. Ia luhur. Oleh karena itu, bagi Ida Ayu Telaga
menganggap bahwa manusia di dunia tidak ada sekat yang harus dirisaukan untuk
memiliki peran dan posisi yang sama dalam ia bergaul di tengah-tengah masyarakat. Hal
masyarakat. Selain itu, Ida Ayu Telaga tidak ini terbukti dengan dirinya yang jatuh cinta
ingin hidupnya sengsara hanya karena terlalu kepada Wayan Sasmitha, seorang laki-laki
banyak aturan kebangsawanan yang harus yang berasal dari kasta Sudra.
dipatuhinya. Ida Ayu Telaga ingin hidup Konsekuensinya adalah Telaga harus
bahagia seperti yang diinginkannya, melepaskan gelar kebangsawanannya.
walaupun ia harus berkorban dengan Artinya, ia harus melepaskan gelar Ida Ayu-
meninggalkan darah bangsawannya akibat nya. Telaga tinggal bersama keluarga Wayan
pernikahannya dengan Wayan Samitha yang di sebuah rumah sederhana dengan kehiduan
berasal dari kasta Sudra, kasta terendah yang sederhana pula. Tapi, Telaga
dalam budaya Bali. Ida Ayu Telaga pun mendapatkan kebahagiaan yang sempurna.
harus meninggalkan nama Ida Ayu dan Telaga juga digambarkan sebagai
menyandang Luh di depan namanya dan seorang perempuan yang menentang adat
melakukan upacara patiwangi untuk yang berlaku di Bali. Telaga pun akhirnya
menanggalkan kebangsawanannya. Hal dibuang oleh keluarganya dan tidak
tersebut tampak pada kutipan novel Tarian dianggap lagi sebagai perempuan Brahmana
Bumi, 2007: 175. karena menikah dengan laki-laki dari kasta
Meskipun Ida Ayu Telaga beranjak Sudra. Kutipan berikut menggambarkan saat
dari kasta Brahmana, ia tidak pernah marasa ibunya menanggalkan kastanya sebagai
lebih tinggi dari kasta-kasta lainnya, perempuan Barahmana.
termasuk kasta Sudra. Hal tersebut terbukti hari ini juga tiang akan
dengan garis hidup yang dipilihnya yakni menanggalkan nama Ida Ayu.
dengan menikahi laki-laki yang berasal dari Tiang akan jadi perempuan
Sudra yang utuh… (Tarian Bumi,
kasta Sudra yang bernama Wayan Sasmitha.
2007 : 173 ).
56
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
57
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
58
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
59