Anda di halaman 1dari 4

KRITIK SASTRA FEMINIS DALAM CERPEN

SURI DAN RUMAH UNTUK PULANG


KARYA: ESTY PRATIWI LUBARMAN

Diah Budiani (2113041037)


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menulis sastra melibatkan proses kreatif dalam mengungkapkan emosi serta pesan pengarangnya,
menggunakan bahasa sebagai alat ekspresi. Seperti artefak yang menyimpan makna historis, karya
sastra juga menawarkan kekayaan estetika dan pesan bagi manusia. Dalam analogi seperti seorang
arkeolog yang memberikan interpretasi terhadap sebuah objek, begitu pula dalam sastra, interpretasi
terhadap sebuah karya dilakukan melalui kegiatan kritik sastra. Kritik sastra tidak hanya berfokus
pada analisis dan penafsiran, tetapi juga menawarkan evaluasi atau penilaian terhadap karya tersebut.

Sastra, sebagai refleksi kehidupan, digambarkan oleh penulis berdasarkan pengalaman pribadi atau
yang diamati dari orang lain. Penulis merunut berbagai aspek kehidupan dalam karyanya, meramu
pengalaman tersebut dengan ilmu dan interpretasi pribadinya untuk menghasilkan karya yang
memikat. Namun, nilai sebuah karya sastra tidak hanya ditentukan oleh penulis dan pembaca,
melainkan juga melalui kajian kritik sastra. Kritik sastra menjadi wadah evaluasi untuk memahami
kelebihan dan kekurangan suatu karya tanpa menyalahkannya, melalui analisis yang mendalam,
memberikan pertimbangan atas nilai estetika serta esensi dari karya sastra yang dihadirkan.

Pandangan feminis muncul dari pengalaman khas wanita yang membentuk pemahaman mereka
mengenai kebenaran, pengetahuan, dan kekuasaan. Dalam kritik sastra feminis, terdapat berbagai
pendekatan untuk menanggapi isu-isu yang muncul. Salah satunya adalah kritik ideologi yang
bertujuan untuk mengurai stereotip dalam karya sastra yang berkaitan dengan perempuan.
Pendekatan lainnya adalah perspektif gynocritical yang memusatkan perhatian pada penulis
perempuan, meneliti segala hal yang terkait dengan karya sastra mereka, seperti tema, sejarah, aspek
kreatif, dan analisis tulisan yang terdapat dalam karya-karya mereka (Adji, 2003: 2).

1. Potret Kehidupan Perempuan


Cerpen ini berhasil menyoroti ketidakadilan gender dan peran yang terbatas yang masih dihadapi
oleh banyak perempuan, terutama di daerah pedesaan. Hal tersebut ditunjukan pada penggalan
cerpen berikut:

Mengapa banyak anak-anak perempuan seusiaku yang tinggal di daerahku banyak memutuskan
menikah di usia yang relatif muda?

Dalam penggalan cerpen di atas menunjukan ketidakadilan gender, namun, potretnya mungkin
terlalu umum dan kurang dalam memberikan perspektif yang lebih kaya tentang berbagai dimensi
kehidupan perempuan yang kompleks. Meskipun diceritakan dari sudut pandang Suri, terdapat ruang
untuk memperluas sudut pandang tentang berbagai pengalaman perempuan lainnya di lingkungan
yang sama.

2. Pendidikan dan Kesetaraan Gender


Pendidikan diangkat sebagai alat utama perubahan yang dapat mengubah nasib perempuan di cerita
ini. Hal tersebut ditunjukan pada penggalan cerpen berikut:

Ini adalah langkah taktisku agar bisa memajukan lingkunganku, aku meyakini dimulai dari
pendidikan.

Namun, sementara pentingnya pendidikan ditekankan, aspek-aspek lain dari kesetaraan gender,
seperti akses terhadap pekerjaan yang setara, peran dalam pengambilan keputusan, dan akses
terhadap layanan kesehatan, mungkin perlu diperluas lagi untuk memberikan gambaran yang lebih
komprehensif tentang perjuangan perempuan.

3. Politik dan Pemberdayaan Perempuan


Cerpen ini juga menyoroti peran politik perempuan, menunjukkan bagaimana keterlibatan politik
dapat membawa perubahan di tingkat lokal. Hal ini ditunjukan pada penggalan cerpen berikut:

Aku diangkat menjadi Ketua RT karena masyarakat percaya akan perubahan yang dibutuhkan di
sini. Aku memanfaatkan situasi ini untuk kemajuan masyarakat di sini, aku percaya harus ada
perubahan.
Namun, penggambaran tentang politik mungkin bisa diperdalam lagi, terutama tentang konflik antara
keinginan individu dan tanggung jawab sosialnya.

4. Dilema Antara Individu dan Komunitas


Dalam cerpen ini, Suri menghadapi dilema antara mengejar cita-citanya dan tanggung jawabnya
terhadap keluarganya serta masyarakatnya. Pilihan yang dihadapinya menyoroti konflik yang
mungkin dialami oleh banyak perempuan yang ingin mengambil peran lebih besar dalam masyarakat
tetapi juga terikat oleh tanggung jawab keluarga dan lingkungan. Hal tersebut ditunjukan pada
penggalan cerpen berikut ini:

Sudah kupastikan ini persoalan politik! Sebenarnya ini yang kuhindari sejak saat kuliah. Tapi, ini
soal peluang untuk bisa merealisasikan cita-citaku juga. Tapi, aku khawatir jika nantinya harus
meninggalkan mbok dan rumahku.

5. Keberanian dan Kegigihan Perempuan


Cerpen ini berhasil menunjukkan keberanian dan keteguhan hati Suri untuk memperjuangkan
perubahan meskipun dihadapkan pada berbagai dilema.

Alam membawa kami menjadi individu yang kuat dan pemberani. Karena ia membawa kami pada
ketenangan dan kenyamanan yang lain. Ini juga yang menguatkan aku untuk bisa membangun
rumahku agar lebih baik lagi, agar kita bisa benar-benar mendapatkan hak yang adil sebagai
manusia.

Penggalan cerpen di atas menunjukan tentang keberanian dan kegigihan seorang perempuan untuk
memperjuangankan hak-hak perempuan. Namun, cerita ini juga bisa menyoroti lebih jauh tentang
kompleksitas dan tantangan yang dihadapi perempuan dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Secara keseluruhan, cerpen ini berhasil menyoroti sejumlah isu penting tentang perempuan dan
kesetaraan gender, meskipun cerita berhasil menyoroti beberapa isu penting yang berkaitan dengan
perempuan, pendidikan, politik, dan pemberdayaan, namun ada beberapa hal di mana cerita bisa
lebih diperdalam dan diperkaya:
1. Kekayaan Pengalaman Perempuan: Cerpen bisa memberikan sudut pandang yang lebih kaya
dan beragam tentang pengalaman perempuan dalam konteks yang berbeda. Ini akan
membantu untuk memperluas pemahaman pembaca tentang kerumitan hidup perempuan
dalam lingkungan sosial, politik, dan budaya yang berbeda.
2. Dimensi Lain dari Kesetaraan Gender: Meskipun pendidikan ditekankan sebagai alat utama
perubahan, terdapat aspek-aspek lain dari kesetaraan gender seperti akses terhadap pekerjaan
yang setara, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan kesehatan yang bisa lebih
diperdalam untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif.
3. Pengembangan Konflik dan Dilema: Cerpen dapat memperdalam konflik internal karakter
terkait dengan tanggung jawab sosial dan individu. Ini akan membantu dalam memberikan
gambaran yang lebih menyeluruh tentang konflik yang dialami perempuan dalam mencapai
ambisi pribadi mereka sambil mempertimbangkan kewajiban mereka terhadap keluarga dan
masyarakat.
4. Kompleksitas Politik dan Peran Perempuan: Penggambaran tentang peran politik perempuan
dan kontribusi mereka dalam mengubah masyarakat bisa diperluas untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana perempuan dapat mempengaruhi
perubahan di tingkat yang lebih luas.

Dengan memperdalam dan memperkaya aspek-aspek ini, cerita dapat memberikan gambaran yang
lebih komprehensif tentang perjuangan, keberanian, dan ketahanan perempuan dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam mencapai kesetaraan dan keadilan gender.

DAFTAR PUSTKA
Aslamiyah, S., Nadilla, S., & Pratami, C. A. (2020). Analisis Kritik Sastra Feminis dalam Cerpen
Catatan Hati Yang Cemburu Karya Asma Nadia. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra,
15(4), 535-545.
Link cerpen (https://www.jurnalperempuan.org/cerpenpuisi-feminis/suri-dan-rumah-untuk-pulang)

Anda mungkin juga menyukai