Abstrak
ABSTRACT
The gender view in a patriarchal society shows that the role of men is superior to that of
women. Gender differences give rise to various injustices which are often described through other
forms of injustice, namely; marginalization, subordination, stereotypes, violence, and double
workload against women. Much of the news is dominated by the anxiety that is more experienced
by women in terms of gender roles. Experiences and events (phenomena) that are felt by artists
can be a stimulus in carrying out a creation, but it can also create feelings of empathy for many
people. It is then that this gender theme is represented through paintings. The author formulates
problems (1) How to interpret forms of gender inequality as ideas for painting? (2) How is the
visualization and description of painting works in the form of gender injustice as ideas for
painting? The manufacturing method used is the Wallas creative process used by the author,
namely; preparation stage, preparation stage, enlightenment stage, and implementation stage. The
author remade 4 paintings with various sizes, women as a whole display surreal figures that show
forms of gender injustice against. The visualization of these works can be used as a means to
inspire the creation of works of art. The resulting works can make the appreciator able to enjoy
and absorb the meaning of the painting, also can flow the results of the author's imagination.
Gambar 1. Data grafik jumlah KtP tahun 2008-2020 mengenai keterhubungan seni dan beberapa
(Sumber: Catatan Tahunan Tentang Kekerasan
data-data yang diambil, hal itu menjadikan
terhadap Perempuan Tahun 2020)
stimulus bagi penulis dan timbul rasa empati
Selain data grafik yang telah diteliti
terhadap ketidakadilan yang dirasakan juga
oleh Komnas Perempuan, dari data statistika
bagi penulis. Maka fenomena sosial tentang
yang diolah oleh United Nations
ketidakadilan gender menjadi gagasan
Development Programme (UNDP) yang
penulis untuk dijadikan karya seni lukis.
telah dipublikasikan oleh Badan Pusat
Bentuk-bentuk ketidakadilan yang
Statistik (BPS), dalam artikel berita
memberikan dampak negatif yang ditulis
katadata.co.id (2021); Adapun, Indonesia
oleh Faqih (dalam jurnal Afandi, 2019, hlm.
mempunyai skor GII tertinggi di ASEAN,
4): marginalisasi, subordinasi, stereotipe,
yakni 0,48 poin. Hal itu menunjukkan,
violence, dan beban kerja double. Terjadinya
Indonesia merupakan negara dengan
ketidakadilan gender laki-laki maupun
pencapaian pembangunan gender yang
perempuan menjadi korban dalam sistem
belum optimal dibandingkan negara ASEAN
tersebut. Pembatasan peran ini dalam
lainnya. Tak hanya di wilayah ASEAN,
mengakibatkan kesenjangan hingga terjadi
pencapaian pembangunan gender di
diskriminasi. Hal ini bisa berdampak pada dari seorang penulis untuk menciptakan suatu
psikologi manusia. karya. Pra ide yang ada pada diri seorang
Gagasan tersebut menjadi unsur kemudian dikembangkan dalam benak sang
ekstrinsik dalam pembuatan seni sebelum penulis menyangkut berbagai hal teknis yang
masuk tahap unsur intrinsik seni. Mengambil perlu ia lakukan dalam mewujudkan ide
ide isu gender ini penulis bisa banyak belajar tersebut menjadi karya seni. Pra ide
mengenai permasalan gender itu sendiri. didapatkan penulis dari rangsangan
Selain itu dapat menvisualisasikan bentuk- (stimulus), Mamannoor (2002, hlm.167)
bentuk ketidakadilan gender menjadi sebuah mengartikan stimulus yaitu rangsangan yang
karya seni lukis. Seniman dan masyarakat diterima dan dicerna seniman sehingga bisa
sangat berkaitan karena sejatinya seniman menggugah lahirnya gagasan dan menyulut
merupakan mahkluk sosial dan memiliki rasa proses kreasi. Gagasan mempunyai eleman
simpati juga empati dari kejadian yang seni rupa yang dapat memberikan bentuk dan
tengah dihadapi, terutama penulis sebagai teknis dari keindahan (Wiratno, 2018,
perempuan merasakan dan peka dengan isu hlm.39).
tersebut. Seperti dituliskan dalam buku “Seni Pra ide muncul dari dua faktor, yaitu
Lukis, Konsep dan Metode” oleh Tri Aru faktor internal dan eksternal. Faktor internal
Wirantno (2018, hlm.28) bahwa ada yang merupakan latar belakang personal penulis
tidak kalah pentingnya adalah kepekaan dan yaitu perempuan. Pengalaman pribadi
berempati yang dimunculkan oleh perasaan penulis memicu ide berkarya. Penulis merasa
yang mendalam sehingga membuka resah selama melakukan aktivitas diluar
perspektif dari terciptanya karya seni lukis. rumah seperti berjalan kaki, penulis selalu
Maka dari uraian latar belakang diatas mengalami ketidaknyaman dijalanan
penulis tertarik untuk membuat skripsi disebabkan mendapatkan catcalling yang
penciptaan dengan judul “BENTUK- merupakan pelecehan verbal. Penulis juga
BENTUK KETIDAKADILAN GENDER pernah mengalami kekerasan fisik dan
SEBAGAI GAGASAN BERKARYA kekerasan verbal dari anak-anak laki-laki saat
SENI LUKIS” masih tahap sekolah dasar. Tuntutan penulis
yang diharuskan menjadi ibu rumah tangga
METODE PENCIPTAAN
dari sanak keluarga menjadi keresahan bagi
Diciptakan sebuah karya seni lukis ini
penulis juga. Penulis memiliki penyakit
bermula dari adanya pra ide atau keinginan
dermatitis kontak yang tidak bisa melakukan Proses kreatif berada di dalam benak,
aktivitas rumah tangga pada umumnya pada awalnya banyak melibatkan intuisi dan
seperti memasak dan mencuci. bawah sadar, imajinasi, dan emosi,
selanjutnya melibatkan logika dan tindakan
untuk solusi dan realisasinya. Hal ini sesuai
dengan temuan para ahli neuropsikologi,
Bagan 1. Skema muncul ide bahwa kemampuan intusi, kreativitas dan
(Sumber: Dokumentasi penulis)
emosi yang berada pada hemisphere otak
Faktor eksternal yang menjadi sebelah kanan berinteraksi dengan
pemicu yang menjadikan ide berkarya adalah kemampuan logika, analitis, yang berada
berita-berita yang didominasi oleh kaum pada belahan hemisphere otak sebelah kiri.
perempuan yaitu kasus pelecehan dan Oleh karena itu kemampuan kreatif tidak
diskriminasi serta hal-hal yang menyangkut dapat berdiri sendiri tanpa melibatkan
personal kaum perempuan. Selain itu, kemampuan logika analitis dan tindakan
beberapa ketidakadilan yang menimpa nyata untuk merealisasikannya. Dari temuan
perempuan dalam pembuat keputusan yang para ahli neuropsikologi setiap orang
masih saja ada pengkotak-kotakan. Dalam memiliki kapasitas kreatif hanya kadarnya
hal tersebut penulis memiliki rasa empati yang berbeda, oleh karenanya dapat
terhadap kasus-kasus yang dialami para dikembangkan atau dimaksimalkan melalui
perempuan. Faktor eksternal ini dapat berbagai cara, salah satunya adalah melalui
menguatkan gagasan dalam penciptaan. latihan yang terstruktur (A. Agung
Suryahadi, 2008, hlm.369)
Proses Penciptaan Karya
1. Ide Berkarya Penciptaan karya yang dibuat oleh
Setelah mendapatkan stimulasi awal dari penulis dilakukan dengan melalui tahapan
tahap pra-ide yang telah diuraikan, maka proses kreatif Graham Wallas. Dalam tahap-
penulis mengangkat tema gender yang akan tahap proses kreatif, penulis juga
dijadikan gagasan berkarya. Untuk memodifikasi sesuai dengan perjalanan nyata
memperkuat ide penulis melakukan model saat pembuat karya. Berikut empat
proses kreatif Wallas dalam bukunya yang tahapannya;
berjudul The Art of Thought. a) Preparation (Persiapan), tahapan awal
dalam pencarian dan penyelidikan
memunculkan pemikiran tiba-tiba
secara tidak sadar.
c) Ilmunination (Pencerahan), tahapan
ini merupakan pemunculan ide
tambahan yang muncul pada tahap
inkubasi. Tahap ini pula mulai
menuju pematangan gagasan serta
konsep. Setelah itu data-data diolah
menjadi konsep berkarya.
d) Verification (Pelaksanaan), dalam
tahap ini mulai memproses dan
menguji hasil-hasil temuan dan data
serta menetapkan konsep menjadi
karya seni lukis
2. Persiapan
melakukan aktivitas biasa tanpa karena kondisi perpustakaan yang tenang dan
Cat minyak merupakan bahan lukis minyak menempatkan cat minyak bermerek
yang dipakai sejak ribuan tahun yang sampai cat maries yang berisikan 170 ml dalam
sekarang paling popular di pakai. Cat minyak pewarnaan awal dikarenakan harga yang
memiliki warna yang tidak terbatas, memiliki ekonomis dan hasil warna yang lumayan
kualitas bahan yang tebal dan teknik seperti bagus serta banyak dipakai oleh banyak
glazing, impasto, dan layering dapat kalangan pelukis pada umumnya. Lalu
digunakan untuk menghasilkan karya dari setelah pemakaian dengan cat maries,
d. Perencanaan
VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA
Sketsa
1. Ide dan Konsep Penciptaan
a. Ide dan Konsep Penciptaan Karya 1
Karya yang berjudul “Aku, Rumah,
dan Sangkar” memiliki ukuran 150 cm x 155
cm dengan menggunakan cat minyak pada
permukaan kanvas yang dibuat pada tahun
2022. Menampilkan sesosok perempuan dan
manusia setengah berkepala burung. Manusia
Gambar 10. Hasil Sketsa Setiap Karya
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)
disangkar burung memegang rumah lalu di
sebelah kanannya manusia setengah burung
memegang sangkar. Kepala manusia
berukuran tidak sewajarnya dengan ukuran Namun, ia tidak bisa terbang bebas
kepala manusia. Warna hijau pada baju kedua menggapai cita-cita yang diinginkanya.
figur serta warna putih pada kepala burung Permasalah gender pada karya I
lalu rambut perempuan berwarna cokelat. digambarkan penulis dalam berbentuk
Sangkar yang dipegang manusia setengah simbol sangkar dan burung. Sangkar besi
burung dan sangkar yang memenjarakan yang diibaratkan sebagai pembatasan ruang
sosok manusia berwarna putih bergradasi gerak. Maksud dari sangkar tersebut
dengan warna abu-abu hingga ke hitam. berhubungan dengan bentuk gender yang
Manusia berkepala besar sedang duduk dialami perempuan yaitu marjinalisasi serta
dibangku sedangkan manusia berkepala stereotip mengenai perempuan. Rumah yang
burung sedang berdiri disebelah kiri dipegang oleh perempuan mengibaratkan
perempuan. Ruangan yang gelap dengan pandangan bahwa perempuan diharuskan
adanya jendela yang memberikan sedikit untuk tetap berada di rumah, dalam urusan
penerangan pada ruangan. Lantai berwarna pekerjaan rumah seperti membersihkan
cokelat dan dinding yang kusam dengan rumah, mengurus keluarga, memasak, dan
suasana gelap pencahayaan yang minim. pekerjaan rumah lainnya. Warna bernuansa
gelap hitam dimaknai sebagai kegelapan dan
Pengambaran dengan sangkar burung
kesedihan yang dirasakan oleh kaum
dan perwujudan burung terinspirasi dari film
perempuan yang diwakili oleh dua objek.
yang berjudul “Kartini” dari rekaman
Background dengan warna yang gelap
kejadian pada menit ke 09.43 yang
merupakan warna yang melambangkan sifat
mengambarkan scene dimana Kartini
negative, kehancuran, ketidakadilan,
dikurung dalam kamar dalam menjalani
keresahaan, dan kesedihan.
pingitan, lalu Kartini memandang seekor
burung yang tersangkar pula. Dalam analisis b. Ide dan Konsep Penciptaan Karya 2
semiotika film kartini dari skripsi Rahmawati Karya “Marrionate” ini menampilkan
(2018, hlm. 65) menyebutkan adengan film visualisasi dengan menggunakan cat minyak
“Kartini” dalam scene tersebut berukuran 120 cm x 155 cm yang dibuat pada
berkonotasikan nasib Kartini yang tidak ada tahun 2022. Secara keseluruhan terdapat
bedanya dengan burung dara tersebut, yaitu beberapa objek yang dilukis penulis.
dikurung didalam kamar. Kartini yang Dibagian belakang diblok warna hitam penuh
dirawat merupakan seorang Raden Ayu. yang memiliki kesan yang gelap dan
menyedihkan. Terdapat dua figure sebuah rasa kesedihan, kemuraman,
perempuan yang duduk teriikat dengan tali ketidakadilan, dan penderitaan.
pada bagian tangan dan perut serta bagian
c. Ide dan Konsep Penciptaan Karya 3
mulut. Dua tangan besar yang melayang
Posisi laki-laki memakai pakaian kerja
memengang kendali dalam menggerakan
berada pada atas podium dengan bagian
figure perempuan. Figure perempuan
kepala yang hanya otak. Disebelah kanannya
memakai baju berwarna biru, memakai kaos
terdapat figur perempuan hamil memengang
kaki putih dan sepatu berwarna hitam. Figure
makanan sajian dengan memakai pakaian
itu duduk menghadap ke depan dengan
rumahan. Perempuan dengan kepala diganti
tatapan kosong mengarah ke depan. Lantai
dengan jantung serta memakai pakaian
digambarkan warna cokelat tua. Kepala
rumahan berada pada posisi podium bawah.
figure yang lebih besar dari pada badan.
Disebelah kirinya terdapat figure perempuan
Lukisan karya II ini menggambarkan yang sedang menyajikan makanan dengan
tentang sebuah imajinasi sebagai bentuk memakai pakaian rumahan. Terdapat dua
pengontrolan perempuan dalam bentuk- jendela pada sebelah kanan dan kiri dengan
bentuk ketidakadilan gender pada warna dinding berwarna biru pudar. Pada
perempuan. Objek-objek yang menjadikan lantai diwarnai warna cokelat.
simbolik seperti tangan besar yang sedang
Stereotip sebagai konsep terkait peran
menggerakan dua perempuan yang dijadikan
gender dapat digambarkan sebagai gambaran
boneka tali. Marrionate merupakan sebuah
bahwa perempuan adalah makhluk yang
permainan yang menggerakan benda mati
lemah, emosional, dan pasif yang terlukiskan
dengan jari-jari tangan dengan tali yang
dari karya berupa simbol jantung. Sedangkan
dipasangnya pada bagian tangan dan badan.
pada laki-laki adalah makhluk yang kuat,
Berhubungan dengan bentuk karya yang
garang, jantan, dan rasional. Hal itu
menggambarkan bentuk-bentuk
digambarkan dari figur laki-laki yang
ketidakadilan gender terhadap perempuan.
berkepala otak.
Perempuan diibaratkan sebagai marrionate
yang mengartikan bahwa perempuan ada di Marginalisasi yang tampak jelas