Anda di halaman 1dari 14

73 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.

1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

RELASI KUASA DALAM NOVEL ANAK RANTAU


KARYA AHMAD FUADI : KAJIAN TEORI MICHEL FOUCAULT

Ratna Ayuningtyas

SMP Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma‟arif 1 Taman Sidoarjo


Jl. Raya Ngelom no 86 Kec Taman, Kab Sidoarjo, Indonesia
Pos-el: aningcwilly59@gmail.com

Abstract

This study attempts to describe relation power and representation of relation power
in a novel the Anak Rantau by ahmad fuadi, also describe media power. Dispersal
device types of data used in this research is qualitative data. The subject of this
research is a novel the Anak Rantau by ahmad fuadi. This study focused on
problems associated with my counterparts power. The data obtained by read and
noted Technique. Data analyzed by qualitative description technique. The validity
of the data obtained through validity and reabilitas. The result showed that: ( 1 )
relation power in a novel Anak Rantau is for ever thinking and upper body. Types
of relationships power over the thought of objectification, manipulation ,
domination stigmatization of, and control.Types of relationships power over the
body of the form of objektive, manipulation and control, (2) there is dispersal device
media, religion of power cultural and educational institutions.

Keywords: relation power, power

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk relasi kuasa


dan representasi relasi kuasa dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi.
Selain itu, juga memapaparkan media penyebar kuasa. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini difokuskan
pada permasalahan yang berkaitan dengan relasi kuasa. Data diperoleh
dengan teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis dengan teknik
dekspripsi kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui validitas dan
reabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) relasi kuasa dalam
novel Anak Rantau adalah atas pemikiran dan atas tubuh. Bentuk relasi
kuasa atas pemikiran berupa obyektifikasi, manipulasi, dominasi,
stigmatisasi, dan kontrol. Bentuk relasi kuasa atas tubuh berupa bentuk
obyektifikasi, manipulasi, dan kontrol, (2) terdapat penyebar media kuasa
yaitu Agama, Budaya dan Lembaga Pendidikan
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 74

Kata kunci: Relasi Kuasa, Kekuasaan

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan ciptaan untuk tujuan estetika. Menurut Plato
dalam (Faruk, 2012: 47) dunia dalam karya sastra merupakan tiruan terhadap
dunia kenyataan yang sebenarnya juga dunia ide. Dunia dalam karya sastra
membentuk diri sebagai sebuah dunia sosial yang merupakan tiruan terhadap
dunia sosial yang ada dalam kenyataan. Karya sastra bisa saja dianggap sebagai
kekuatan fiktif dan imajinatif untuk dapat secara langsung menangkap
bangunan sosial secara langsung.

Karya sastra juga mampu membuat orang patuh dengan


menggambarkan objek-objek dan ancaman pistol dan ancaman fisik
gerak-gerik yang terdapat dalam lainnya. Sedangkan kekuasaan yang
dunia pengalaman. Satu di antara direprsentasikan dengan
objek dan gerak-gerik yang ada terselubung misalnya lewat ilmu
dalam dunia pengalaman langsung pengetahuan dan lembaga-lembaga
adalah soal kekuasaan. Terdapat pendidikan. Pembicaraan mengenai
relasi kekuasaan yang kekuasaan merupakan satu hal
mendefinisikan sifat kompleks dari menarik yang tidak pernah selesai
hubungan masyarakat dengan dibahas. Hal ini telah dimulai sejak
kelompok- kelompok pemimpin zaman Yunani kuno dan terus
masyarakat. Artinya hubungan berlangsung sampai zaman ini. Para
tersebut tidak hanya soal politis filsuf klasik pada umumnya
dalam pengertian sempit, tetapi mengaitkan kekuasaan dengan
juga mengenai persoalan gagasan kebaikan, kebajikan, keadilan dan
dan kesadaran (Faruk, 2012: 144). kebebasan. Para pemikir religius
Persoalan dalam gagasan menghubungkan kekuasan itu
tersebut dibuat sebagai legitimasi dengan Tuhan. Kekuasaan politik
kekuasaan. Menurut Foucault hanya sebagai alat untuk mengabdi
(2007:59) kekuasaan dalam realitas tujuan negara yang dianggap agung
direpresentasikan dengan dua cara. dan mulia, yaitu kebaikan,
Pertama adalah dengan kekerasan kebajikan, keadilan, kebebasan yang
dan tindakan represif. Kedua, berlandaskan kehendak Tuhan dan
kekuasaan dijalankan dengan untuk kemuliaan Tuhan.
terselubung. Kekuasaan yang Berkaitan dengan karya
direpresentasikan dengan kekerasan sastra sebagai bayangan atau
dan tindakan represif misalnya pantulan keadaan masyarakat,
75 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

menurut Watt dalam (Endraswara, tidak terlepas dari keberadaannya


2011: 81), bahwa fungsi sosial sastra sebagai makhluk sosial dan budaya.
adalah; (a) sebagai pembaharu atau Novel Anak Rantau karya
perombak, (b) sebagai penghibur Fuadi (2018) mengangkat tema anak
belaka, dan (c) sebagai pengajaran rantau yang justru merantau di
sesuatu dengan jalan menghibur. kampung halaman ayahnya. Ia
Masyarakat sebagai sasaran menuliskan setiap adegan dan
sekaligus sebagai penikmat karya suasana dengan detail, membuat
sastra akan menilai seberapa jauh pembaca seakan-akan berada pada
fungsi suatu karya sastra yang cerita tersebut. Banyak adat istiadat
berkaitan dengan kehidupan yang dihadirkan dalam cerita ini,
masyarakat. Dengan demikian, membuat para pembaca sedikit tahu
karya sastra tertentu memiliki tentang adat Minang. Bukan hanya
fungsi sosial politik, sosial spiritual, adat, melainkan juga pepatah khas
sosial budaya, atau yang lainnya, orang Minang dahulu. Antara bab
tergantung kesan dari masyarakat satu dengan bab yang lainnya
pembaca. terdapat kesinambungan. Di awal
Karya sastra juga disebut cerita, ditampilkan cuplikan akhir
sebagai cermin kehidupan cerita yang membuat penasaran.
masyarakat, sesuai pendapat Terdapat peta di sampul belakang,
Abrams dalam (Endraswara, 2011: membuat pembaca dapat lebih
89), bahwa sebuah novel tidak hanya paham mengenai lokasi Kampung
mencerminkan realitas melainkan Tanjung Durian.
lebih dari itu. Novel / karya sastra Berdasarkan latar belakang di
memberikan sebuah refleksi realitas depan, penelitian ini
yang lebih besar, lebih lengkap, mengungkapkan relasi kekuasaan
lebih hidup, dan lebih dinamika yang hadir di tengah masyarakat,
yang mungkin melampaui baik melalui adat, lembaga
pemahaman umum. Sebuah karya pemerintah, sekolah, hingga ilmu
sastra tidak hanya mencerminkan pengetahuan. Untuk
fenomena individual secara tertutup membongkarnya akan digunakan
melainkan lebih merupakan sebuah analisis kekuasaan dari perspektif
proses yang hidup. Karya sastra Michael Foucault, seorang sosiolog
adalah adalah karya seni yang sekaligus filsuf asal Prancis. Dengan
mediumnya sudah bersifat tanda kajian relasi kuasa, diharapkan
yang mempunyai arti yaitu bahasa pembaca bisa memahami bahwa
(Pradopo, 2009: 47). Lewat medium dalam masyarakat, negara atau
bahasa karya sastra berbicara pihak penguasa tidak selalu
mengenai manusia dan merepresentasikan kekuasaan
kemanusiaan, sedangkan manusia melalui cara yang represif,
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 76

melainkan bisa juga dengan cara timbul dari hubungan-hubungan


yang lembut. Selain itu, penelitian terse-but di dalam masyarakat.
ini juga akan memberikan Bedanya, kalau sosiologi melakukan
gambaran bahwa kekuasaan yang telaah objektif dan ilmiah tentang
dijalankan dengan terselubung manusia dan masyarakat, telaah
dalam ilmu pengetahuan akan tentang lembaga dan proses sosial,
bersifat kekal dan mampu terekam mencari tahu bagaimana
oleh sebuah karya fiksi. masyarakat dimungkinkan,
Sosiologi sastra, yang bagaimana ia berlangsung, dan ba-
memahami fenomena sastra dalam gaimana ia tetap ada; maka sastra
hubungannya dengan aspek sosial, menyusup, me-nembus permukaan
merupakan pendekatan atau cara kehidupan sosial dan menun-jukkan
membaca dan memahami sastra cara-cara manusia menghayati
yang bersifat interdisipliner. Oleh masyarakat dengan perasaannya,
karena itu, sebelum menjelaskan melakukan telaah secara subjektif
hakikat sosiologi sastra, seorang dan personal (Damono,2005).
ilmuwan sastra seperti Swingewood Swingewood (2013)
dalam The Sociology of Literature memandang adanya dua corak
(2013) terlebih dulu menjelaskan penyelidikan sosiologi yang
batasan sosiologi sebagai sebuah mengunakan data sastra. Yang
ilmu, batasan sastra, baru kemudian pertama, penyelidikan yang
menguraikan perbedaan dan bermula dari lingkungan sosial
persamaan antara sosiologi dengan untuk masuk kepada hubung-an
sastra. Swingewood (2013) sastra dengan faktor di luar sastra
menguraikan bahwa sosiologi yang terbayang dalam karya sastra.
merupakan studi yang ilmiah dan Oleh Swingewood, cara seperti ini
objektif mengenai manusia dalam disebut sociology of literature
masyarakat, studi me-ngenai (sosiologi sastra). Penyelidikan ini
lembaga-lembaga dan proses sosial. melihat faktor-faktor sosial yang
Sosiologi berusaha menjawab menghasilkan karya sastra pada
pertanyaan mengenai bagaimana masa dan masya-rakat tertentu.
masyarakat dimungkinkan, Kedua, penyelidikan yang meng-
bagaimana cara kerja-nya, dan hubungkan struktur karya sastra
mengapa masyarakat itu bertahan kepada genre dan masyarakat
hidup. tertentu. Cara kedua ini dinamakan
Baik sosiologi maupun sastra sosiologi sastra.
memiliki objek kajian yang sama, Dalam paradigma studi
yaitu manusia dalam masyarakat, sastra, sosiologi sastra, terutama
memahami hubungan-hubungan sosiologi karya sastra, dianggap
antarmanusia dan proses yang sebagai perkembangan dari
77 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

pendekatan mimetik, yang secara manipulatif dan hegemoni.


dikemukakan Plato, yang Kekuasaan, bagi Foucault
memahami karya sastra dalam (2013) adalah soal praktik-praktik
hubungannya dengan realitas dan konkrit yang lantas menciptakan
aspek sosial kemasyarakatan. realitas dan pola-pola perilaku,
Pandangan tersebut dilatarbela- memproduksi wilayah objek- objek
kangi oleh fakta bahwa keberadaan pengetahuan dan ritual-ritual
karya sastra tidak dapat terlepas kebenaran yang khas.Praktik-
dari realitas sosial yang terjadi praktik itu menciptakan norma-
dalam masyarakat. Seperti yang norma yang lalu direproduksi dan
pernah dikemukakan oleh Damono dilegitimasi melalui para guru,
(2005), salah seorang ilmuwan yang pekerja sosial, dokter, hakim, polisi
mengembangkan pendekatan dan administrator, misalnya.
sosiologi sastra di Indonesia, bahwa Kekuasaan mewujudkan diri dalam
karya sastra tidak jatuh begitu saja pengetahuan, tetapi pengetahuan
dari langit, tetapi selalu ada pun lantas melahirkan kekuasaan.
hubungan antara sastrawan, sastra, Lebih lanjut Sulistya dkk.,
dan masyarakat. (2011: 135) menyatakan bahwa
Oleh karena itu, pemahaman kekuasaan disalurkan melalui
terhadap karya sastra pun harus hubungan sosial, memproduksi
selalu menempatkannya dalam bentuk perilaku seperti baik dan
bingkai yang tak terpisahkan buruk, dan menciptakan prosedur
dengan berbagai variabel tersebut: dan aturan yang mampu
pengarang sebagai anggota menundukan masyarakat. Ada
masyarakat, kondisi sosial budaya, lima cara kekuasaan itu beroperasi
politik, ekonomi yang ikut berperan berupa : (1) Kekuasaan tidak
dalam melahirkan karya sastra, diambil, diperoleh, atau dibagikan.
serta pembaca yang akan membaca, Kekuasaan berjalan dari berbagai
menikmati, serta memanfaatkan titik, dalam hubungan yang tidak
karya sastra tersebut. setara dan selalu bergerak. (2)
Sulistya dkk., (2011: 135) Kekuasaan bersifat cair.
mendefinisikan relasi kuasa sebagai Maksudnya kekuasaan adalah efek
sesuatu yang membuat orang langsung dari pembagian,
patuh.Relasi kuasa merupakan pembedaan,ketidaksetaraan,danket
konsep hubungan kekuasaan yaitu idakseimbangan. (3) Hubungan
praktik-praktik kekuasaan dari kekuasaan tidak berada dalam
subjek pada obyek melalui berbagai posisi suprastruktur. Kekuasaan
media dan rupa Kekuasaan yang datang dari bawah, artinya tidak
dimaksudkan tidak didapat dari ada oposisi biner antara yang
cara- cara yang represif, melainkan mendominasi dan yang dominan.
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 78

Hubungan semacam itu terbentuk pendekatan sosiologi sastra.


dalam aparat produksi seperti Sosiologi merupakan ilmu sosial
dalam keluarga, kelompok, yang objeknya adalah masyarakat.
maupun institusi. (4) Hubungan Dalam dunia masyarakat terdapat
kekuasaan bersifat intensional. hubungan sosial yang isinya
Tidak ada kekuasaan tanpa adalah sebuah karya sastra.
serangkaian sasaran. Rasionalitas Masyarakat menjadi objek utama
kekuasaan adalah taktik yang para pengarang dalam membuat
terselubung pada tingkat teratas. karya sastra, khususnya karya
(5) Kekuasaan selalu mendapatkan sastra tentang sosial. Fenomena
tandingan kuasa lainnya atau hal-hal yang terjadi dalam
dimanapun berada. Kekuasaan masyarakat menjadi bahan untuk
selalu melahirkan anti kekuasaan. para pengarang dalam
Anti kekuasaan tersebut menciptakan karya sastra.
sebenarnya adalah untuk Pendekatan sosiologi sastra
mengejawantahkan kekuasaan berfokus relasi kuasa yang ada
lainnya sebagai tandingan. dalam masyarakat berdasarkan
Sasaran kekuasaan menurut teori Michel Faucoult.
Jones, (2012: 175) bisa siapa saja. Dalam pendekatan sosiologi
Baik individu atau kelompok. sastra berfokus pada relasi kuasa
Relasi kuasa beroperasi pada yang terdapat dalam novel Anak
pemikiran (ideologi) hingga tubuh, Rantau karya Ahmad Fuadi.
yang akhirnya mempengaruhi Menurut Foucault, kekuasaan
perilaku. adalah satu dimensi dari relasi. Di
mana ada relasi, di sana ada
METODE PENELITIAN kekuasaan. Kuasa itu ada di mana-
Siswantoro (2010:47) mana dan muncul dari relasi-relasi
mengungkapkan bahwa antara berbagai kekuatan, terjadi
pendekatan merupakan alat untuk secara mutlak dan tidak tergantung
menangkap realita atau fenomena dari kesadaran manusia. Kekuasaan
sebelum dilakukan kegiatan hanyalah sebuah strategi. Strategi
analisis. Pendekatan hendaknya ini berlangsung di mana-mana dan
digunakan oleh seorang analisis, di sana terdapat sistem, aturan,
kerangka konseptual, kerangka susunan dan regulasi. Kekuasaan ini
pemikiran, paradigma dalam usaha tidak datang dari luar, melainkan
memahami realita sebelum kekuasaan menentukan susunan,
melakukan analisis interpretatif aturan dan hubungan-hubungan
terhadap sebuah puisi, novel, dari dalam dan memungkinkan
drama, atau lainnya. semuanya terjadi.
Penelitian ini menggunakan
79 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

HASIL DAN PEMBAHASAN adalah mempelajari cara menguasai


Relasi Kuasa emosi dan membuat orang lain
1. Relasi Kuasa atas Pemikiran percaya dengan perasaan yang
Banyak bentuk relasi kuasa tidak sebenarnya dengan cara
atas pemikiran dalam novel Anak menggunakan berbagai teknik
Rantau. Bentuk relasi tersebut emosional agar dapat meyakinkan
adalah manipulasi, stigmatisasi, orang untuk mengembangkan
dominasi, dan pengontrolan atas kekuatan persuasi. Dalam novel
pemikiran. Disederhanakan oleh Anak Rantau karya Ahmad Fuadi
Sugiharto (2012) bentuk relasi terdapat manipulasi pemikiran
Michael Foucault ini merupakan yang tertulis dalam kutipan berikut
landasan berpikir atau kognitif :
masyarakat pada suatu zaman. [1] Sosok Pendeka Luko
Artinya, masyarakat pada zaman semakin gaib karena tidak
tertentu diatur, dikontrol, pernah tampak di muka
didominasi, distigmatisasi oleh umum. Para orang tua di
banyak kekuasaan yang nantinya kampung memanfaatkan
akan membuat landasan berpikir sosok pendeka ini untuk
masyarakat mengikuti pembuat menakut-nakuti anak mereka.
kuasa dalam waktu dan di tempat Kalau malas mandi, malas
tertentu. Berikut adalah bentuk makan, tidak patuh sama
relasi kuasa yang ditemukan dalam orang tua, mereka ditakut-
novel Anak Rantau karya Ahmad takuti bahwa nanti malam
Fuadi. Pandeka Luko akan mengetuk
Manipulasi Pemikiran rumah mereka, akan dibuat
Manipulasi adalah sebuah buncit dan tidak bisa melihat.
proses rekayasa dengan melakukan Biasanya anak-anak ini akan
penambahan, penyembunyian, pucat lalu mengubah
penghilangan atau pengkaburan kelakuannya., berharap tidak
terhadap bagian atau keseluruhan diusik pandeka. Dari waktu
sebuah realitas, kenyataan, fakta- ke waktu, kalau ada kejadian
fakta ataupun sejarah yang misterius di kampung,
dilakukan berdasarkan sistim Pandeka Lukolah yang
perancangan sebuah tata sistem dikambinghitamkan. Kalau
nilai, selain itu manipulasi ada yang bertingkah aneh dan
merupakan bagian penting dari jahat, maka warga
tindakan penanaman gagasan, menegurnya dengan kata-kata
sikap, sistem berpikir, perilaku dan :”janganlah kau seperti
kepercayaan tertentu. Hal yang Pandeka Luko.” (Fuadi,
penting dari manipulasi pemikiran 2018:216-217)
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 80

bahwa ilmu gaib itu ada. Mereka


Dari data [1] diceritakan percaya tentang tumbal adalah
bahwa ada sesosok Pandeka Luko mangsa untuk kelangsungan ilmu
yang dimanfaatkan masyarakat gaib. Perkembangan masyarakat
agar nama tersebut menjadi sorotan Indonesia sejak zaman dulu, selalu
publik bahwa dia adalah seorang diwarnai dengan nuansa-nuansa
yang misterius. Masyarakat magis, kepercayaan pada hal-hal
menyebarkan informasi tersebut irasional, dan selanjutnya berbaur
tanpa ada pembuktian yang kuat. dengan nilai-nilai religius. Pada
Akan tetapi, informasi itu dibuat titik tertentu bahkan hal-hal yang
untuk menakut-nakuti anak-anak, mistis tersebut mampu melampaui
sehingga mereka percaya dan takut realitas sebenarnya. Hal ini menjadi
dengan cerita tersebut. Para dasar terbentuknya pandangan-
orangtua memanipulasi pemikiran pandangan awal mengenai
anak-anak agar patuh kepada kepercayaan bangsa Indonesia
mereka. Adanya informasi itu terhadap hal-hal yang berbau
akibat cerita yang disebarkan dari magis ataupun hal-hal gaib.
mulut ke mulut. Dan sering terjadi Kepercayaan itu bahkan sudah
bahwa wacana tersebut dilebih- ditanamkan sejak kecil melalui
lebihkan dan jauh dari kenyataan cerita-cerita tradisional. Memang
yang ada, hal itu terdapat dalam kebanyakan kepercayaan seperti itu
kutipan berikut : masih kental di daerah-daerah
[2] Attar tambahkan pula yang lebih tradisional.Kemudian
kalau ada yang bilang tangan selain ilmu gaib, mereka juga
Pandeka Luko tinggal satu percaya dengan mitos. Hal ini
karena tangan kirinya terdapat dalam kutipan berikut :
diamputasi setelah [3] Sebagai anak yang bangga
membusuk kena beyonet dengan kampungnya, Zen
Belanda. Diujung tangannya hafal semua hikayat dan
yang kudung kini terpasang legenda Tanjung Durian,
selongsong besi berkait. Lalu diapun memulai kisahnya
dengan tangan cakar itu dia dengan menggebu-gebu.
menangkap mangsanya Anak-anak itu tahu dari
seperti kelelawar, tokek, dan mulut ke mulut kalau surau
labi-labi yang dimakan tua mereka ini sudah lama
mentah demi kelangsungan punya jemaah tambahan
ilmu gaibnya. (Fuadi, beberapa keluarga jin Islam.
2018:218) Cerita ini tidak ada buktinya
sampai ada cerita tambahan
Dari data [2] diceritakan beberapa tahun lalu. (Fuadi,
81 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

2018:177) kacamatanya, “jangan-


jangan ini pekerjaan gaib?
Dalam data [3] terlihat jelas Para peronda ditenung,
bahwa orang-orang masih percaya dipukau oleh kekuatan
dengan adanya mitos tersebut. gaib sehingga tidak melihat
Mitos adalah sebuah imajinasi dari para pencuri beraksi”.
manusia yang berusaha untuk (Fuadi, 2018:204)
menerangkan gejala alam yang ada
pada saat itu yang dikaitkan Dari kutipan data [4], [5], [6]
dengan kepercayaan akan adanya bentuk relasi pemikiran yang
kekuatan ghaib. Namun, bersifat manipulasi. Wacana datang
disebabkan oleh keterbatasan dari mulut ke mulut ini tentang
manusia dalam menjelaskan hal adanya makhluk gaib agar
tersebut sehingga cenderung masyarakat mempercayainya
diidentikkan dengan seorang sehingga setiap ada kejadian yang
dewa/dewi, tokoh misteri serta aneh, otomatis orang-orang sudah
sesuatu yang berbau mistis. mengubah pola pikirnya bahwa hal
Sehingga pengetahuan yang tersebut terjadi karena adanya
diperoleh bersifat subyektif. Hal ini makhluk gaib. Dari semua data
terdapat pada kutipan berikut : tersebut terjadilah relasi kuasa atas
[4] Cerita ini kemudian masyarakat yang dewasa dengan
bertambah-tambah, setiap anak-anak. Masyarakat yang sudah
pindah ke kuping dan mulut. dewasa itu memberikan wacana
Belakangan ini ada pula orang manipulasi kepada anak-anak agar
yang mengaku kerap melihat mereka percaya dengan hal-hal
bayangan putih mondar- gaib, sehingga pola pikir anak-anak
mandir di bawah kubah dapat berubah akan kepercayaan
dengan bentuk khas. tersebut.
Dipuncak kepala bayangan
itu, ada ikat kepala putih yang Stigmatisasi
menjulang. (Fuadi, 2018:178) Dalam novel Anak Rantau,
terdapat asupan yang dimasukan
[5] Jangan main-main sama ke dalam pikiran terus menerus.
jin, bisa kesurupan dan Bentuk pengasupan yang
diculik ke alam gaib. (Fuadi, dimasukan dalam pikiran adalah
2018:181) stigmatisasi. Contohnya mengenai
penggolongan sikap dan perilaku
[6] Sampai Pak Sinayan manusia yang tidak sesuai dengan
menyeletuk sambil ajaran agama. Stigmatisasi ini
membenarkan diasupi terus menerus hingga
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 82

mengendap dalam pemikiran. muslim yang taat kepada Allah


Dalam novel ini, data yang tentu akan meletakkan harapan
ditemukan adalah sebagai berikut. yang benar, yakni harapan agar
[8] : Dulu ketika mencari-cari anaknya kelak tumbuh dewasa
ilham untuk nama anak menjadi insan saleh. Karena
keduanya, dia mendengar dengan kesalehan yang dimilikinya
sebuah lagu bahasa Inggris niscaya ia akan menjadi insan yang
dengan irama yang tampan, lebih cantik, lebih kaya
menenangkan : „Don‟t worry, dan lebih tinggi pangkatnya di
be happy”. Dia sangat suka mata Allah SWT serta akan
dan jadilah itu nama anaknya. terwujud kelak semua harapan
Di akta kelahiran dia dalam kehidupan serta abadi.
dituliskan dengan mantap : Selain itu dalam pandangan agama,
Donwori Bihepi. nama juga mengandung unsur doa.
Panggilannya Hepi. Nama Bagi telinga kedua orang tua nama
adalah doa. (Fuadi,2018 : 57) anak seperti suara musik yang
sangat merdu.Dengan sering
Dalam kutipan data [8] diucapkan oleh banyak orang.maka
dituliskan bahwa tokoh Martiaz doa yang terkandung dalam nama
yaitu ayah Hepi menstigmatisasi itu diharapkan akan mensupport si
pemikiran bahwa nama adalah doa. empunya anak untuk berperilaku
Dalam pemberian nama, para sebagaimana kandungan makna
orang tua takkan lepas dari dari nama tersebut. Hal ini
harapan-harapan kebanggaan membuktikan bahwa dalam
tersendiri terhadap nama yang pelabelan predikat atau stigma
diberikan. Nama merupakan mampu mengubah cara pandang
harapan agar anak sepadan atau dan landasan berpikir individu.
sederajat dengan manusia pada Selain itu, stigmatisasi juga
umumnya. Karena salah satu syarat terjadi ketika adanya pemasukan
diakuinya derajat manusia dengan wacana ilmu pengetahuan ke
yang lainnya karena manusia dalam pikiran secara terus-
memiliki sebuah nama. Besarnya menerus. Penyebaran wacana ilmu
harapan orang tua melalui nama pengetahuan di sekolah untuk
yang diberikan kepada anaknya menentukan mana yang baik dan
dipengaruhi oleh besarnya yang tidak dengan bentuk
kecintaan orang tua kepada anak. stigmatisasi ditunjukan oleh data
Orang tua berharap agar anak berikut.
kelak bisa tumbuh dewasa sesuai [9] Karena itu dia tidak naik
dengan kandungan makna dalam kelas. Tapi maaf ya pak,
nama tersebut. Sebagai orang tua melihat perilakunya yang
83 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

tidak serius di sekolah, kami umumnya berpikir bahwa dengan


sarankan Hepi pindah ke SMP mempunyai banyak uang dapat
lain saja. (Fuadi,2018:9) melakukan apa saja yang
diinginkannya. Asupan itu
Dalam kutipan data [9] dimasukkan terus menerus
diceritakan bahwa di sekolah tokoh sehingga pikiran manusia
Hepi tidak bisa naik kelas karena terpengaruhi oleh kekuasaan
dianggap siswa yang kurang serius materi duniawi. Hal ini terdapat
dalam belajar. Kategorisasi atau dalam kutipan berikut :
penentuan sifat buruk tersebut [10] “Memang kau masih
direpresentasikan melalui raport berotak kecil, belum bisa
kosong yang diberikan guru diajak bicara seperti orang
kepada orangtuanya. Segala bentuk dewasa. Kalau bisa berhenti
yang diberikan pihak sekolah begitu saja alangkah enaknya .
semata-mata peraturan yang telah Tapi, aku masih perlu uang
ditetapkan. Apabila siswa tidak untuk hidup dan memberi
mematuhi peraturannya, maka makan teman-teman , bantu
harus siap menerima resikonya. anak yatim, dan berinfak
Dengan peraturan tersebut, Hepi untuk surau dan masjid.
tidak bisa naik kelas. Ayah Hepi Harus ada orang yang
memutuskan untuk memindahkan menghasilkan uang banyak
Hepi dari sekolahnya. Dari data [9] untuk semua ini. jadi gini, aku
terjadi relasi kuasa antara guru ini orang hitam tapi ingin
dengan orangtua ketika menjadi putih. Cuma saat ini
penerimaan raport. Dalam cerita baru bisa abu-abu. Ini
tersebut dijelaskan bahwa guru mungkin nasib perjalanan
berkuasa atas perilaku anak hidupku.” Kata Lenon
disekolah, sehingga guru (Fuadi, 2018:324)
mempunyai peraturan tentang
kedisiplinan di sekolah, apabila Dalam data [10]
mereka sudah memberi peraturan diceritakan bahwa Lenon
kemudian dilanggar, maka guru mempunyai pemikiran bahwa
akan memberitahukan uang adalah segalanya. Dengan
konsekuensinya kepada orang tua uang dia dapat membeli apa saja
murid tersebut. bahkan dia bisa membantu
orang lain, tanpa harus
Dominasi memikirkan dengan cara apa dia
Dalam Novel Anak Rantau mendapatkan uang tersebut. Dia
asupan pikiran juga dipengaruhi telah di dominasi oleh harta,
oleh dominasi. Masyarakat pada sehingga asupan itu telah
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 84

tertanam di dalam pikirannya. agama dan adat itu tidak


untuk dipertentangkan, tapi
Pengontrolan Pikiran saling bersandar satu sama
Pengontrolan pikiran lain. Kalian amalkan agama,
bukanlah merupakan penekanan tapi kalian hormati pula adat
ataupun penindasan pikiran, istiadat yang kaya ini. Adat
sebab pikiran yang tertekan yang baik kita pakai, yang
ataupun tertindas akan buruk kita buang.” (Fuadi,
menimbulkan dampak yang 2018:163)
tidak sehat. Pengontrolan
pikiran tidak sama dengan Dalam data [11] terjadi relasi
penghambatan perkembangan kuasa antara tokoh kakek dengan
pikiran, justru perkembangan Hepi cucunya. tokoh Kakek
pikiran tidak boleh sama sekali memberikan nasihat kepada
untuk dihalang-halangi. Jadi, cucunya bahwa antara adat dan
pengontrolan pikiran agama itu saling berhubungan,
merupakan pengarahan pikiran saling terikat dan tidak bisa
kepada hal-hal yang positif. dipisahkan. Nasihat itu diberikan
Pikiran diharapkan berkembang kepada cucunya untuk
pada alur yang positif. Dalam menanamkan pola pikiran yang
novel Anak Rantau terdapat positif, sehingga pikiran anak
dalam kutipan : muda bisa terkontrol dengan baik.
[11] Di depan lima anak
termasuk Hepi, Zen, dan SIMPULAN
Attar yang bersila Berdasarkan hasil penelitian
mengelilingi di, kakek mulai dan pembahasan yang telah
memberikan wejangan, dilakukan maka dapat diambil
“sebagai orang Minang kalian simpulan sebagai berikut relasi
wajib memahami sumpah kuasa dalam novel Anak Rantau
sakti nenek moyang kita di karya Ahmad Fuadi berbentuk
Bukit Marapalam dahulu kala. relasi kuasa atas pemikiran. Relasi
Begini bunyinya : „adat kuasa atas pikiran dalam novel
bersendi syarak, syarak Anak Rantau karya Ahmad Fuadi
bersendi kitabullah, syarak berupa :
mengata, adat memakai.‟ Manipulasi :
Maknanya, adat Minangkabau Para orangtua memanipulasi
itu merujuk pada Al-Qur‟an, pemikiran anak-anak agar patuh
agama yang memberikan kepada mereka. Adanya informasi
fatwa, adat yang itu akibat cerita yang disebarkan
melaksanakannya. Antara dari mulut ke mulut. Dan sering
85 Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx)

terjadi bahwa wacana tersebut


dilebih-lebihkan dan jauh dari DAFTAR PUSTAKA
kenyataan yang ada. Relasi kuasa
terjadi antara orangtua dan anak- Damono, Sapardi Djoko. (2005).
anak. Sosiologi Sebuah Pengantar.
Stigmatisasi : Jakarta : Depdikbud.
Terjadi relasi kuasa antara guru
dengan orangtua ketika penerimaan Endraswara, Suwardi. (2011).
raport. Dalam cerita tersebut Metodologi Penelitian Sastra
dijelaskan bahwa guru berkuasa atas Yogyakarta: Pustaka
perilaku anak disekolah, sehingga Pelajar.
guru mempunyai peraturan tentang
kedisiplinan di sekolah, apabila Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi
mereka sudah memberi peraturan Sastra. Yigyakarta: Pustaka
kemudian dilanggar, maka guru Pelajar
akan memberitahukan
konsekuensinya kepada orang tua Foucault, Michael. (2007). Arkeologi
murid tersebut. Ilmu-Ilmu Kemanusiaan.
Dominasi : Yogyakarta: Pustaka
Masyarakat pada umumnya Pelajar.
berpikir bahwa dengan
mempunyai banyak uang dapat Fuadi, Ahmad.(2018). Anak Rantau.
melakukan apa saja yang Jakarta : Falcon
diinginkannya. Asupan itu
dimasukkan terus menerus Jones, Pip. (2012). Pengantar Teori-
sehingga pikiran manusia Teori Sosial. Jakarta:
terpengaruhi oleh kekuasaan Yayasan Pustaka Obor
materi duniawi. Indonesia.
Pengontrolan :
Terjadi relasi kuasa antara tokoh Pradopo, Rachmad Djoko. (2009).
kakek dengan Hepi cucunya. tokoh Metodologi Penelitian
Kakek memberikan nasihat kepada Sastra. Yogyakarta :
cucunya bahwa antara adat dan Gadjahmada.
agama itu saling berhubungan,
saling terikat dan tidak bisa Siswantoro. (2010). Metode
dipisahkan. Nasihat itu diberikan Penelitian Sastra. Surakarta :
kepada cucunya untuk menanamkan Pustaka Pelajar
pola pikiran yang positif, sehingga
pikiran anak muda bisa terkontrol Sulistya, Prima dkk. (2011). Karnaval
dengan baik. Caci Maki. Yogyakarta :
Jurnal Ilmiah SARASVATI, Vol. 1, No.1, Juni 2019 (p-ISSN xxx-xxx / e-ISSN xxx-xxx) 86

Ekspresi Buku
Swingewood. (2013). The Sociology
Sugiharto. (2012). Teknik Sampling. Of Literature. New. York:
Jakarta : Gramedia Pustaka Schocken Books
Utama.

Anda mungkin juga menyukai