Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK PADA CERPEN

PELANGI SEHABIS HUJAN KARYA PUTU AYUB


Oleh
Dwi Wahyu Ningsih
G2O123004
Pascasarjana Universitas Halu Oleo
Email: dwiwahyudwn24@gmail.com

A. Latar Belakang
Karya sastra hadir sebagai hasil perenungan terhadap fenomena kehidupan
manusia yang diungkapkan oleh pengarang secara imajinatif dan estetik, sehingga
dapat menyenangkan pembaca. Objek karya sastra adalah realitas kehidupan. Ide
yang dituangkan dalam sastra menggambarkan fenomena-fenomena kehidupan
masyarakat yang mencirikan sejarah, lingkungan, dan perisitiwa pada zamannya.
Pembaca setidaknya akan tahu bagaimana kondisi sosial masyarakat pada masa
itu meskipun tidak selalu digambarkan persis apa adanya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nurgiyantoro (2013: 2) bahwa karya sastra merupakan karya yang
imajiner dan estetis. Hal ini dikuatkan oleh Wicaksono (2017: 1) bahwa karya
sastra diciptakan pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa karya sastra
sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar pengarang. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa karya sastra tidak terlepas dengan lingkungan sekitar yang
menjadi objek dalam pembuatan karya sastra.
Genre sastra dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yakni sastra
imajinatif, dan sastra nonimajinatif. Sastra nonimajinatif, meliputi sejarah sastra,
kritik sastra, dan teori sastra. Adapun sastra imajinatif yang merupakan sebuah
ungkapan ekspresi bahasa yang indah terbagi ke dalam tiga bagian besar, yakni
puisi, prosa, dan drama (Kamil, dalam Ukhrawiyah, 2021: 140). Dalam karya
sastra banyak sekali hubungan kehidupan nyata karena karya sastra sebenarnya
merupakan bahan komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Adapun faktor
sejarah turut serta hadir membentuk suatu karya sastra, artinya karya sastra ditulis
oleh pengarang yang berasal dari kalangan masyarakat, dan menuangkan ide
peristiwa itu ke dalam karya sastra yang memiliki struktur yang tersusun.
Struktural genetik adalah cabang penelitian yang memiliki paham atau
kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur.
Pada mulanya strukturalisme genetik merupakan teori yang ditawarkan oleh
Goldman. Menurut Goldman (dalam Tanjung, 2023: 5) karya sastra termasuk
cerpen tidak terlepas dari kesejarahan yang membentuknya. Sejarah kemunculan
karya sastra akan sangat menentukan bagaimana karya sastra tersebut dibuat dan
bagaimana pesan karya tersebut terbentuk. Latar sosial dalam sejarah tersebut
yang mempengaruhi pengarang sebagai sebuah kesadaran kolektif yang
diungkapkan dalam karya sastra. Oleh karena itu, stukturalisme genetik punya
daya jangkau yang lebih luas dan jauh ketimbang studi strukturalisme semata.
Sementara itu, menurut Faruk (dalam Tanjung, 2023: 5), analisis strukturalisme
genetik meliputi konsep fakta kemanusiaan, subjek kolektif, pandangan dunia,
struktur karya sastra, dan dialektika pemahaman-penjelasan dan keseluruhan
bagian. Jadi, strukturalisme genetik merupakan teori sastra yang menghubungkan
antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat melalui ideologi yang
diekspresikannya (Endraswara, dalam Tanjung, 2023: 6). Hal ini menandakan
bahwa melalui analisis strukturalisme genetik sebuah karya sastra tidak sebatas
dipahami struktur intrinsiknya saja, tetapi bagaimana karya sastra itu dipengaruhi,
dan mempengaruhi tatanan sosial budaya tertentu. Lebih jauh fokus genetik suatu
karya sastra dapat dilihat dari pandangan dunia penulis terhadap realitas sosial
yang diangkatnya (Endraswara, dalam Tanjung, 2023: 6).
Rumusan penelitian ini adalah bagaimana fakta kemanusiaan, subjek kolektif,
dan pandangan dunia pengarang dalam cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Putu
Ayub? Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan
menjelaskan struktur genetik yang meliputi fakta kemanusiaan, subjek kolektif,
dan pandangan dunia pengarang yang dapat memberikan pemahaman yang
menyeluruh, dan bermakna tentang realitas sosial yang diangkat pengarang.
B. Tinjauan Pustaka
Strukturalisme genetik ditemukan oleh tokoh bernama Lucien Goldmann, yaitu
seorang filsuf dan sosiolog asal dari Perancis, atas dasar ilmu sastra seorang
Marxis lain, bernama George Lucacs. Goldmann bermaksud menjembatani ruang
kekosongan antara pendekatan strukturalisme (intrinsic) yang ekstrim dan
pendekatan sosiologis (extrinsic) yang ekstrim.
Teori strukturalisme genetik yang dikemukakan oleh Lucien Goldmann ini
merupakan atas dasar penolakannya terhadap analisis strukturalisme murni yang
berfokus pada model analisisnya terhadap unsur instrinsik karya sastra, sebab
strukturalisme genetik melangkah lebih jauh pada struktur sosial (Ratna, dalam
Wijaya, 2019). Teori strukturalisme genetik ini percaya bahwa setiap karya sastra
adalah suatu struktur, tetapi bukan struktur yang statis, melainkan struktur yang
lebih luas sebagai suatu produk dari proses sejarah yang berlangsung, proses
strukturasi maupun destrukturasi yang ada dan dihayati oleh masyarakat karya
sastra yang berkaitan (Faruk, dalam Wijaya, 2019). Beranjak dari pemahaman
bahwa karya sastra sebagai suatu struktur, maka usaha analisis dalam teori
strukturalisme genetik juga terarah pada proses menemukan struktur dalam karya
sastra yang menjadi objeknya. Namun, struktur tersebut dipandang memiliki arti
dan makna. Maka, usaha menemukan arti dalam struktur suatu karya sastra dapat
pula dipahami sebagai usaha untuk menemukan alasan dan berbagai faktor yang
menjadi sebab dari struktur yang dimaksud (Faruk, dalam Wijaya, 2019).
Proses pemahaman terhadap strukturalisme genetik hanya dapat dilakukan jika
berdasarkan pertimbangan atas berbagai faktor sosial yang memengaruhi proses
penciptaan karya sastra, karena faktor tersebut yang mendukung totalitas
kemaknaan dalam struktur karya sastra. Teori strukturalisme genetik memiliki
empat konsep dasar yang membangunnya, yaitu fakta kemanusiaan, subjek
kolektif, dan pandangan dunia.
1. Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan disebutkan bahwa dapat berwujud aktivitas sosial, politik
maupun kreasi kultur. Menurut Goldmann (dalam Saraswati, 200: 76) bahwa fakta
kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti, jadi ada sturukturnya dan ada
artinya. Dikatakan mempunyai arti karena fakta kemanusiaan itu merupakan
respons dari subjek kolektif atau induvidu, sebagai upaya untuk mengubah situasi
yang ada agar sesuai atau cocok bagi aspirasi subjek itu, yaitu dalam upaya
mecapai keseimbangan dengan dunia sekitar. Goldmann yang meminjam
psikologi Piaget (yang disebut strukturalisme). Piaget mengemukakan bahwa
manusia dan lingkungan sekitar selalu berada dalam proses strukturasi timbal
balik yang bertentangan tapi sekaligus saling mengisi, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Di satu pihak manusia selalu berusaha mengasimilasikan lingkungan
sekitar ke dalam skema pikiran dan tindakannya. Di pihak lain usaha itu tidak
selalu berhasil karena adanya berbagai rintangan. Dalam hal ini manusia tidak
mengasimilasikan lingkungan terhadap dirinya melainkan mengakomodasikan
dirinya ke dalam lingkungan tersebut. Dalam proses asimilasi dan akomodasi
itulah karya sastra sebagi fakta kemanusiaan memperoleh artinya. Proses tersebut
sekaligus merupakan genisis dari struktur karya sastra.

2. Subjek Kolektif
Goldmann (dalam Wijaya, 2019) menyatakan bahwa karya sastra merupakan
fakta kemanusiaan yang dihasilkan oleh aktivitas dan perilaku subjek tertentu
untuk memodifikasi dunia sekitarnya guna mencapai keseimbangan yang lebih
baik antara dirinya dengan dunia sekitarnya. Goldmann (dalam Wijaya, 2019) dari
hal tersebut, maka supaya dapat dipahami karya sastra harus dihubungkan dengan
aktivitas atau perilaku subjek tertentu dan yang dimaksud subjek di sini yaitu
subjek kolektif, merupakan kelompok sosial yang gagasan-gagasan dan aktivitas-
aktivitasnya cenderung ke arah penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan
menyeluruh mengenai kehidupan sosial manusia. Subjek individual merupakan
subjek dari fakta individual, sedangkan subjek kolektif merupakan subjek dari
fakta sosial. Itu artinya bahwa tidak seluruh fakta kemanusiaan bersumber pada
subjek individual. Karya masyarakat sosial, politik, ekonomi, karya-karya
keseniaan dan budaya yang besar, merupakan wujud dari fakta sosial. Individu
dengan dorongan hasratnya tidak dapat menciptakannya, yang dapat
menciptakannya hanya subjek trans-individual. Subjek trans-individual bukan
kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi suatu satu
kesatuan atau kolektivitas.
3. Pandangan Dunia
Pandangan dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai
salah satu ciri keberhasilan suatu karya, dalam rangka strukturalisme genetik,
pandangan dunia berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektivitas
tertentu. Goldman (dalam Faruk 2010) percaya pada adanya homologi antara
struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan
produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Akan tetapi, hubungan antara struktur
masyarakat dengan struktur karya sastra itu tidak dapat dipahami sebagai
hubungan determinasi yang langsung, melainkan dimediasi oleh apa yang disebut
sebagai pandangan dunia atau ideologi.

Faruk (2015:162) sebagai kelompok manusia yang mempunyai latar belakang


yang sama, anggota-anggota dari suatu kelas sosial mempunyai pengalaman dan
cara pemahaman yang sama mengenai lingkungan sekitarnya dan sekaligus cara-
cara pembangunan keseimbangan dalam hubungan dengan lingkungan itu. Cara
pemahaman dan pengalaman yang sama itu, pada gilirannya menjadi pengikat
yang mempersatukan para anggota itu menjadi suatu kelas yang sama dan
sekaligus membedakan mereka dari kelas sosial yang lain. Cara pemahaman dan
pengalaman yang demikian, oleh strukturalisme genetik, disebut sebagai
pandangan dunia. Faruk (2015:163) mengatakan bahwa pandangan dunia skema
ideologis yang menentukan struktur atau menstrukturasikan bangunan dunia
imajiner karya sastra ataupun struktur konseptual karya filsafat yang
mengekspresikannya. Dalam pandangan strukturalisme genetik hubungan antara
karya sastra dengan struktur dasarnya tidaklah langsung, tetapi bersifat mimetik,
melainkan secara tidak langsung, melalui pandangan dunia yang besifat ideologis.

Menurut Goldman (dalam Endraswara 2011:57) karya sastra sebagai struktur


bermakna itu akan mewakili pandangan dunia pengarang, tidak sebagai individu
melainkan sebagai anggota masyarakatnya. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan
antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau
ideologi yang diekspresikannya.

C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian
deskriptif kualitatif yang menekankan pada pemerian data-data secara lengkap dan
menyeluruh serta pemaparannya yang objektif. Selain itu, metode deskriptif
merupakan pemaparan data kualitatif yang ditunjang interpretasi yang mendalam
terhadap data. Data dalam penelitian ini berupa kata, frase, atau kalimat yang
terdapat di dalam cerpen yang berjudul Pelangi Sehabis Hujan Karya Putu Ayub.
Data tersebut akan dimaknai dan diinterpretasi dengan analisis struktur genetik
yang meliputi fakta kemanusiaan, subjek kolektif, dan pandangan dunia
pengarang. Adapun sumber data dalam penelitian adalah cerpen Pelangi Sehabis
Hujan karya Putu Ayub yang diterbitkan dalam buku kumpulan cerpen dengan
judul Aku, Dia, dan Mereka oleh Samudra Biru (Anggota IKAPI), Yogyakarta
pada tahun 2017. Data dianalisis dengan teknik analisis isi dengan pendekatan
analisis sastra struktural genetik. Pendekatan strukturalisme genetik sastra adalah
pendekatan beranggapan bahwa untuk mengkaji sebuah karya sastra selain
mengkaji struktur intrinsik perlu juga dikaji hal-hal sosiologis yang
melingkupinya seperti latar belakang pengarang dan konteks sosial sebuah karya
ketika dilahirkan. Adapun teknik analisis data yang dijadikan pegangan dalam
penelitian ini mempergunakan metode dialektis seperti yang telah dirumuskan
oleh Goldman yang menaruh perhatian pada makna koheren. Metode ini bekerja
dengan cara pemahaman bolak-balik antara struktur sosial dengan teks yang
diteliti, karena metode ini mengembangkan dua pasangan konsep, yaitu
“keseluruhan - bagian” dan “pemahaman - penjelasan”. Hal ini dikarenakan
keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian tidak dapat dimengerti
tanpa keseluruhan, akhirnya cara kerja metode dialektis ini menjadi semacam
gerak melingkar terus-menerus tanpa diketahui tempat atau titik yang menjadi
pangkal atau ujungnya atau dalam pengertian lain, metode dialektis ini pada
hakikatnya adalah gerak perhatian terus-menerus berpindah-pindah antara teks,
struktur sosial, dan model.

D. Hasil Penelitian
1. Analisis Struktural Genetik Pada Cerpen Pelangi Sehabis Hujan Karya
Putu Ayub
1.1 Fakta Kemanusiaan Pada Cerpen Pelangi Sehabis Hujan Karya Putu
Ayub
Fakta kemanusiaan merupakan segala hasil aktivitas atau perilaku manusia
baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu
pengetahuan. Fakta kemanusiaan tersebut dapat berwujud aktivitas individu
dengan orang-orang di sekitarnya. Fakta Kemanusiaan yang ada pada cerpen
Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub berkaitan tentang tindakan yang
dilakukan oleh tokoh dengan melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi
tersebut berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial atau cara berpikir. Dalam
cerpen tersebut terdapat aktivitas sosial, yakni seorang suami yang tega
menghianati istrinya dengan berpaling bersama wanita penggoda saat sedang
bekerja, namum istrinya selalu mengungkab kebenaran perbuatan suaminya
sehingga suaminya selalu memukul dan melakukan hal-hal lain yang menyakitkan
perlakuan tersebutpun selalu disaksikan oleh anaknya, sehingga membuat anaknya
trauma dan takut akan menikah. Sebagaimana dapat dilihat pada kutipan berikut
ini.
Entah sejak kapan Pak Ann yang pada awalnya sangat mencintai Bu
Marta berpaling menghianatinya saat ini. Pak Ann adalah seorang supir
antar kota yang jarang pulang ke rumahnya. Dalam pekerjaannya ia
bertemu dengan banyak klien yang diantaranya adalah wanita-wanita
penggoda. Para wanita tersebut sering memberikan barang-barang
kepada Pak Ann. Pak Ann pun selalu berusaha menutupi kesalahannya,
dan anehnya bu Marta selalu berhasil mengungkapnya. Ketika Bu Marta
mencoba untuk mengungkapkan kesalahan suaminya itu, Pak Ann selalu
memukulnya dan melakukan hal-hal lain yang bagi Etta itu sangat
menyakitkan, sehingga membuatnya sempat trauma dan memutuskan
untuk tak ingin menikah.

Kutipan tersebut menggambarkan perilaku tokoh Pak Ann yang berpaling dan
menghianati Istrinya, Bu Marta. Meskipun Pak Ann selalu menutupi
kesalahannya, Istrinya selalu berhasil mengungkapkan kesalahannya, saat
kesalahannya terungkap Pak Ann selalu memukul istrinya dan melakukan hal-hal
lain yang menyakitkan sehingga membuat anaknya yang bernama Etta merasa
takut dan trauma akan menikah.
Berdasarkan perilaku yang dilakukan oleh tokoh tersebut dapat digambarkan
kembali bahwa di kehidupan dalam cerita pendek merupakan manifestasi dari
kehidupan realitas dalam masyarakat. Tokoh Pak Ann merupakan contoh tokoh
yang menggambarkan seseorang yang tidak bisa menjaga kesetiaan saat bekerja
dan tergoda pada wanita-wanita penggoda, meskipun akhirnya ia tetap memilih
istri dan anaknya. Hal ini merupakan fakta kemanusiaan bahwa ada sebagian
individu dalam kalangan masyarakat yang tidak bisa membentengi dirinya dari
hal-hal yang buruk karena pengaruh dari lingkungannya, seperti tokoh Pak Ann
yang kurang bisa menjaga perasaan dan tindakannya sehingga membuat rumah
tangganya hampir saja berantakan dan membuat anaknya merasa takut dan trauma
akan menikah.

1.2 Subjek Kolektif Pada Cerpen Pelangi Sehabis Hujan Karya Putu Ayub
Subjek kolektif berkaitan dengan kelas sosial, yakni sebuah kelompok yang
dalam sejarah telah menciptakan satu pandangan yang lengkap dan menyeluruh
mengenai kehidupan dan yang telah memengaruhi perkembangan sejarah umat
manusia.
Subjek kolektif pada cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub telah
menggambarkan Pak Ann, istri dan anaknya selamat dari bencana alam yang
dasyat tersebut, seandainya saja mereka tidak pindah dari tempat tinggal
sebelumnya mungkin saja Pak Ann, Istri dan anaknya Etaa menjadi salahsatu
korban bencana tersebut. Ombak tersebut juga menyapu seluruh rumah dan isinya,
termnaksud beberapa dari saudara Pak Ann ikut menjadi korban bencana alam
tersebut. Setelah beberapa kejadian tersebut terjadi, Etta yang merupakan anak
dari Pak Ann menyadari bahwa ini merupakan scenario terbaik dari Tuhan untuk
keluarganya. sebagaimana dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Beberapa lama setelah kepindahan keluarga Pak Ann, tiba- tiba
terdengar kabar yang begitu memilukan. Tempat tinggal mereka dahulu
terkena bencana alam. Ombak menyapu habis seluruh rumah dan
isinya, termasuk beberapa dari saudara Pak Ann juga ikut menjadi
korban bencana alam yang dahsyat itu. Beberapa tahun setelah
peristiwa itu, Etta pun menyadari bahwa kalau bukan Tuhan yang
berencana memindahkan mereka, maka mungkin mereka akan menjadi
salah satu korban peristiwa tersebut.

Kutipan tersebut menggambarkan karakter tokoh Etta yang baru menyadari


bahwa yang terjadi merupakan rencana terbaik Tuhan untuk dia, Ayah dan
Ibunya.

1.3 Pandangan Dunia Pada Cerpen Pelangi Sehabis Hujan Karya Putu Ayub
Pandangan dunia pada cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub ini
dapat dijelaskan dengan cerita pendek yang dibangun berdasarkan realitas yang
ada di dalam masyarakat. Hal tersebut dapat ditandai dengan adanya pandangan
dunia pengarang mengenai kondisi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.
Putu Ayub merupakan pribadi yang memiliki perhatian tinggi terhadap
permasalahan sosial dan budaya. Hal itu yang mendasari karya-karyanya
bermuatan tema sosial, dan budaya. Beliau merespon berbagai problematika sosial
yang dialami atau disaksikannya untuk kemudian dijadikan ide tulisan dengan
memadukan berbagai problematika sosial yang lebih luas, sehingga menciptakan
realitas baru.
Putu Ayub memiliki pandangan dunia humanisme. Humanisme merupakan
pandangan atau implementasi sikap yang berdasarkan rasa perikemanusiaan, dan
memiliki cita-cita untuk membangun pergaulan hidup yang baik. Humanisme juga
memandangan bahwa manusia memiliki hak, dan kesetaraan yang sama dan tidak
dipisahkan oleh perbedaan etnis, ras, agama, dan lainnya. Dengan demikian,
cerpen ini adalah hasil representasi dari pengarangnya dalam menyampaikan
pandangan dunianya.

E. Penutup
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa analisis
struktural genetik pada cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub memiliki
tiga bagian, yakni fakta kemanusiaan, subjek kolektif, dan pandangan dunia. Fakta
Kemanusiaan yang ada pada cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub
berkaitan tentang tindakan yang dilakukan oleh tokoh dengan melakukan interaksi
satu sama lain. Interaksi tersebut berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
atau cara berpikir. Dalam cerpen tersebut, yakni seseorang yang lebih memilih
istri dan anknya disbanding wanita penggoda yang hampir saja merusak keutuhan
rumah tangganya. Selanjutnya, subjek kolektif pada cerpen Pelangi Sehabis
Hujan karya Putu Ayub telah menggambarkan karakter tokoh yang baru
menyadari rencana terbaik Tuhan. Kemudian, pandangan dunia pada cerpen
Pelangi Sehabis Hujan karya Putu Ayub ini dapat dijelaskan dengan cerita pendek
yang dibangun berdasarkan realitas yang ada di dalam masyarakat. Hal tersebut
dapat ditandai dengan adanya pandangan dunia pengarang mengenai kondisi
permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Putu Ayub merupakan pribadi yang
memiliki perhatian tinggi terhadap permasalahan sosial dan budaya. Hal itu yang
mendasari karya-karyanya bermuatan tema sosial, dan budaya. Beliau merespon
berbagai problematika sosial yang dialami atau disaksikannya untuk kemudian
dijadikan ide tulisan dengan memadukan berbagai problematika sosial yang lebih
luas, sehingga menciptakan realitas baru. Putu Ayub memiliki pandangan dunia
humanism. Dengan demikian, cerpen ini adalah hasil representasi dari
pengarangnya dalam menyampaikan pandangan dunianya.
Daftar Pustaka

Ayub, Putu, dkk. 2017. Aku, Dia, dan Mereka (Sebuah Kumpulan Cerpen).
Yogyakarta: Samudra Biru (Anggota IKAPI).

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Pertiwi, B. H., dan Cahyo, A. N. (2023). Strukturalisme Genetik dalam Kumpulan


Cerpen Tiga Kota Karya Nugroho Notosusanto pada Judul Mbah Danu. JBSI:
Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(01), 146-155.

Tanjung, M. H. A. A., dan Assalam, M. H. (2023). Pandangan Dunia Pengarang


dalam Kumpulan Cerpen Malim Pesong Karya Hasan Al Banna: Kajian
Strukturalisme Genetik. Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, 2(3).

Wicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gharudhawaca.

Wijaya, A., Sulistyowati, E. D., dan Rokhmansyah, A. (2019). Pandangan Dunia


Pengarang dalam Kumpulan Cerpen yang Bertahan dan Binasa Perlahan
Karya Okky Masasari: Kajian Strukturalisme Genetik. Skripsi Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Tidak diterbitkan.
Cerpen

Pelangi Sehabis Hujan


(Faomasi)
Gemuruh ombak sayup-sayup terdengar memecah keheningan, membuat
suasana malam itu terasa semakin dingin. Etta yang pada saat itu masih berusia 5
tahun tampak sedang berbaring sembari menatap remang-remang cahaya yang
menyusup me- lalui celah pintu kamarnya. Tak lama kemudian, terdengar suara
keributan dari ruang tamu.
“Sekarang kamu harus memilih, aku atau dia,” ujar bu Marta sambil menunjuk
perempuan itu.
“Aku memilih dia,” ujar Pak Ann sambil menunjuk wanita ter-sebut.
“Baiklah, jika kamu memilih wanita ini maka aku akan pergibersama anak-
anak,” ujar bu Marta lagi.
Ia terdiam, dan hanya bisa mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya. Ia
tak mampu melakukan apa-apa pada saat itu, mengingat usianya yang masih
sangat kecil.
Pertengkaran kedua orang tuanya merupakan hal yangpaling dia benci. Entah
mengapa mereka selalu bertengkar, inibukan pertengkaran yang pertama. Ada rasa
kesedihan yang mendalam dalam hatinya. Ia tak bisa melakukan apapun selain
melihat segala yang terjadi dengan keluarganya dan menyimpankesedihan itu
dalam hatinya.
Beberapa saat kemudian, “Eta, ayo ikut mama. Kita pergi nak,” ujar bu Marta
sambil membangunkan Etta dari tempat tidur.
Etta pun segera bangkit dan menggandeng tangan ibunya. Sesampainya di
pintu
“Aku memilihmu saja, karna anakku ada bersamamu”, ujar Pak Ann tiba-tiba.
Bu Marta pun terdiam sesaat, dan kemudian berkata “Baik lah, jika kau
memilihku maka wanita ini harus pergi dari sini”.
Pertengkaran pun akhirnya mereda, malam pun kembali sunyi. Etta pun
kembali ke tempat tidur dan terlelap.
Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi dalam keluar-ganya, beberapa
waktu lalu hal seperti ini juga pernah terjadi. Entah sejak kapan Pak Ann yang
pada awalnya sangat mencintai Bu Marta berpaling menghianatinya saat ini. Pak
Ann adalah seorang supir antar kota yang jarang pulang ke rumahnya. Dalam
pekerjaannya ia bertemu dengan banyak klien yang diantaranyaadalah wanita-
wanita penggoda. Para wanita tersebut sering memberikan barang-barang kepada
Pak Ann.
Pak Ann pun selalu berusaha menutupi kesalahannya, dan anehnya bu Marta
selalu berhasil mengungkapnya. Ketika Bu Marta mencoba untuk
mengungkapkan kesalahan suaminya itu,Pak Ann selalu memukulnya dan
melakukan hal-hal lain yang bagi Etta itu sangat menyakitkan, sehingga
membuatnya sempat trauma dan memutuskan untuk tak ingin menikah.
Keesokan harinya, wanita itu berpamitan kepada ibuku dan bersiap-siap untuk
meninggalkan rumah kami. Ada perasaan lega dalam hatiku, dan aku berharap
wanita tersebut tidak akan kembali.
Beberapa minggu setelah peristiwa itu, Bu Marta dan Pak Ann memutuskan
untuk pindah tempat tinggal. Etta merasa cukup sedih, karena harus meninggalkan
kampong halamannya dan saudara-saudaranya. Kebersamaan yang selama ini
mereka rasakan terpaksa terhenti karena kepindahannya.
Dengan berat hati dan berlinang air mata Etta memasuki mobil L300 yang
berwarna biru tua itu. Ada kecemasan, kesedihan dan kerinduan yang dalam akan
kampung halamannya itu.
“Sampai bertemu kembali kampung halamanku”, bisiknya dalam hati.

***
Beberapa lama setelah kepindahan keluarga Pak Ann, tiba- tiba terdengar
kabar yang begitu memilukan. Tempat tinggal mereka dahulu terkena bencana
alam. Ombak menyapu habis seluruh rumah dan isinya, termasuk beberapa dari
saudara Pak Ann juga ikut menjadi korban bencana alam yang dahsyat itu.
Beberapa tahun setelah peristiwa itu, Etta pun menyadari bahwa kalau bukan
Tuhan yang berencana memindahkan mereka, maka mungkin mereka akan
menjadi salah satu korban peristiwa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai