Anda di halaman 1dari 18

STRUKTURALISME GENETIK

GOLDMANN
1. Fokus teori sosiologi sastra diarahkan pada sastra yang
dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis
pada suatu kurun tertentu langsung berkaitan dengan
norma-norma dan adat istiadat zaman itu.

2. Hubungan antara sastra dan masyarakat diteliti dengan


berbagai cara : (i) hal-hal yang diteliti adalah faktor-
faktor di luar teks itu sendiri, gejala konteks sastra.
Misalnya, yang diteliti antara lain kedudukan pengarang
dalam masyarakat, sidang pembaca, dunia penerbitan,
(ii) hubungan antara aspek-aspek (teks) sastra dan
susunan masyarakat. Sejauh mana sistem masyarakat
serta perubahannya tercermin di dalam sastra. Dalam hal
ini, sastra dipergunakan sebagai sumber untuk
menganalisis sistem masyarakat (Luxemburg, 1986:23-
24).
3.Untuk membahas hubungan sastra dengan
masyarakat, strukturalisme genetik merupakan
teori penting dari sosiologi sastra yang membedah
hubungan kedua entitas itu. Dalam hal ini,
Goldmann menyatakan bahwa karya sastra
merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur
itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan
merupakan produk dari proses sejarah yang terus
berlangsung, proses strukturasi dan destruktusasi
yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal
karya sastra yang bersangkutan (Faruk, 1999:12).
Menurut Goldmann, struktur itu mewakili
pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak
sebagai individu, tetapi sebagai wakil golongan
masyarakatnya (Teeuw, 1984:153). Dalam arti,
karya sastra dapat dipahami dari sisi asalnya dan
dari sisi terjadinya (genetic) dari latar belakang
struktur sosial tertentu (Teeuw, 1984:153).
4. Goldmann mencoba untuk menyatukan
analisis struktur dengan materialisme
historis dan dialektik. Baginya, karya
sastra harus dipahami sebagai totalitas
yang bermakna. Ia berpendapat bahwa
karya utama sastra dan filsafat memiliki
kepaduan total, dan bahwa unsur-unsur
yang membentuk teks itu mengandung
arti hanya apabila ia bisa memberikan
suatu lukisan lengkap dan padu tentang
makna keseluruhan karya tersebut
(Damono, 1979: 43).
5. Lucien Goldmann menolak bahwa teks-teks adalah
ciptaan jenius individual dan menyatakan bahwa teks-
teks itu didasarkan pada struktur-struktur mental
trans-individual milik kelompok-kelompok (atau kelas-
kelas) khusus (Selden, 1986). Seperti halnya
masyarakat, karya sastra adalah suatu totalitas; setiap
karya sastra adalah suatu keutuhan yang hidup, yang
dapat dipahami lewat anasirnya. Sebagai produk dari
dunia sosial yang senantiasa berubah-ubah, karya
sastra merupakan kesatuan dinamis yang bermakna,
sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa
penting zamannya. Goldmann berpandangan bahwa
kegiatan kultural tidak bisa dipahami di luar totalitas
kehidupan dalam masyarakat yang telah melahirkan
kegiatan itu; seperti halnya kata tidak bisa dipahami di
luar ujaran. Dengan demikian, sebuah pernyataan tidak
bisa ditelaah secara sahih di luar orang-orang yang
menyusunnya; pernyataan itu pun tidak bisa dipahami
secara sahih apabila menceraikan si penyusun dari
hubungan-hubungan sosio-historis yang telah
melibatkannya (Damono, 1979:43).
6. Teori strukturalisme genetik Goldmann mengukuhkan
adanya hubungan antara sastra dengan masyarakat
melalui pandangan dunia atau ideologi yang
diekspresikannya (Faruk, 1994:43). Teori ini
menyebutkan bahwa karya sastra merupakan sebuh
struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang
statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah
yang terus berlangsung, proses strukturisasi dan
destrukturisasi yang hidup dan dihayati oleh
masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan
(Faruk, 1994:12).

7. Untuk menopang teori tersebut, Goldmann membangun


seperangkat kategori, yaitu : (i) fakta kemanusiaan, (ii)
subjek kolektif atau subjek transindividual, (iii)
pandangan dunia, (iv) pemahaman, dan (v) penjelasan.
Untuk memahami kategori-kategori ini secara rinci,
silahkan baca buku Pengantar Sosiologi Sastra, dari
Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme karya
Faruk (1994).
8. Goldmann menyatakan bahwa "penciptaan
budaya" hanyalah salah satu "sektor perilaku
manusia" yang "tunduk pada hukum yang sama"
dari "studi ilmiah". Ia mencoba menganalisis
beberapa prinsip dasar dari strukturalisme
genetik yang diterapkan pada ilmu-ilmu
humaniora pada umumnya dan kritik sastra pada
khususnya.

9. Strukturalisme genetik terkait dengan kerja


psikolog anak Jean Piaget - yang memiliki
pengaruh sangat besar pada Goldmann - tetapi
kemudian Goldmann menggunakan teori tersebut
dalam spektrum yang lebih luas sebagai suatu
sinonim teori Marxis Hegelian. Dia juga
menawarkan "beberapa refleksi mengenai
analogi dan pertentangan antara dua madzhab
besar yang saling melengkapi.
10. Terkait dengan metode Marxisme dan psikoanalisis
disebutkan bahwa secara hipotetis, dasar
strukturalisme genetik adalah semua perilaku
manusia yang berupaya memberikan respons
terhadap situasi tertentu dan cenderung
menciptakan keseimbangan antara tindakan
subjek dan objek (Goldmann, 1975:156).

11. Pengaruh eksternal terhadap perilaku manusia


akan mengubah dunia dan dengan munculnya
transformasi membuat keseimbangan lama tidak
memadai lagi yang pada gilirannya akan
digantikan oleh keseimbangan baru. Dengan
demikian, realitas manusia disajikan sebagai
proses dua sisi, yaitu destrukturasi dan strukturasi
sehingga mewujud menjadi struktur baru yang
total. Struktur baru ini mampu menciptakan
keseimbangan yang memuaskan tuntutan baru
dari kelompok-kelompok sosial (Goldmann,
1975:159).
12. Goldmann menyatakan bahwa
studi ilmiah tentang fakta-fakta
kemanusian, baik ekonomi, sosial,
politik, maupun budaya melibatkan
usaha untuk menjelaskan proses-
proses keseimbangan lama dan
baru. Dalam fakta-fakta
kemanusian terdapat serangkaian
masalah yang salah satunya adalah
siapa sebenarnya yang menjadi
subjek pemikiran dan tindakan
(Goldmann, 1975:156).
13. Goldmann berpendapat bahwa individu harus dapat
diidentifikasi secara total. Kaum Hegelian yang
dipengaruhi oleh filsafat dialektika Marxis
menyatakan bahwa subjek inti adalah bersifat kolektif
yang menekankan pada kolektivitas jaringan
kompleks yang mengatur hubungan antarindividu.
Struktur jaringan ini dipandang penting karena di
dalamnya terdapat individu-individu yang memiliki
perilaku yang jelas sebagai subjek (Goldmann,
1975:157).

14. Timbul pertanyaan, mengapa seorang subjek harus


bekerja pada kelompok sosial dan bukan kepada
individu yang menulis itu. Hal ini penting untuk
diperhatikan karena dalam perspektif dialektika tidak
disangkal pentingnya individu yang rasionalis,
empiris, atau fenomenologis karena posisi ini tidak
menafikan realitas lingkungan sosial. Masalah ini
disebut dengan "pengondisian eksternal, artinya,
suatu realitas mengandung karakter tindakan individu
yang bersifat kausalistik.
15. Goldmann juga mengatakan bahwa perlu ada
pemahaman terhadap penulis yang mampu
menghasilkan karya yang di dalamnya terbangun
hubungan yang kohesif antara keseluruhan dan
bagian-bagiannya. Akan tetapi, tidak setiap
pengarang mampu membangun hubungan struktur
yang positif antara karya dengan penciptanya.

16. Goldmann berpendapat bahwa tidak mudah


memahami struktur psikologis seorang subjek atau
individu yang tidak lagi hidup, juga tidak gampang
mengetahui seorang penulis yang tidak diketahui
secara pasti. Bahkan kita sulit memahami dasar
pengetahuan intuitif atau empiris dari individu
yang terikat oleh ikatan persahabatan yang erat.
17. Dalam mempelajari karya-karya budaya,
menemukan aspek sosiologis lebih mudah dalam
kesatuan kolektif yang telah terstrukturasi.
Kesatuan kolektif ini berkaiatan "jaringan
kompleks hubungan antarindividu" yang
kompleksitas psikologi individunya berasal dari
jumlah kelompok yang cukup besar yang masing-
masing berbeda, misalnya keluarga, pekerjaan,
nasionalisme, teman, kenalan, kelas sosial, dan
lain-lain.

18. Di satu pihak, jika masing-masing kelompok


bertindak atas kesadarannya sehingga membantu
untuk membentuk suatu struktur yang unik dan
kompleks, maka hasilnya relatif tidak koheren. Di
pihak lain, jika sejumlah individu yang berasal dari
satu kelompok sosial yang sama melakukan suatu
tindakan, maka aksi dari kelompok sosial lainnya
secara psikologis tidak akan mengganggu struktur
sosialnya, maka hasilnya jauh lebih koheren.
19. Inilah sebabnya mengapa Goldmann
berpendapat bahwa hubungan antara karya
dan kelompok sosial benar-benar penting
karena melalui perantara sang pencipta
karyalah terjadinya subjek sejati penciptaan
yang kemudian melahirkan elemen-elemen
struktur yang saling berhubungan.

20. Hubungan antara elemen struktur yang


komprehensif dan totalitas struktur dapat
menjelaskan peranan ilmu pengetahuan
dalam upaya menemukan hubungan antara
fenomena budaya dengan kelompok-
kelompok sosial yang melahirkan individu
sebagai subjek sejati penciptaan karya.
21. Ada dua masalah yang muncul dalam konteks ini.
Pertama, bagaimana kita menentukan hubungan antara
kelompok sosial dengan pekerjaan mencipta karya.
Kedua, bagaimana kita mengetahui antara kelompok
sosial yang bekerja dan hubungannya dengan jenis
karya yang diciptakannya.

22. Teori sosiologi sastra, baik klasik maupun kontemporer,


membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan
individu-individu yang memiliki kesadaran kolektif. Teori
ini menyajikan dua metode utama : (a) unsur-unsur
kesadaran kolektif merupakan aspek empiris dari realitas
sosial yang hanya dapat ditemukan pada poin tertentu
dalam karyanya. (b) reproduksi merupakan aspek
langsung dari realitas sosial dan kesadaran kolektif.
Masalah ini lebih sering ditemukan dalam karya penulis
yang tidak memiliki "kekuatan kreatif" untuk
menggambarkan atau menceritakan pengalaman
pribadi. Untuk hal ini, sosiologi sastra berorientasi pada
penciptaan karya-karya besar.
23. Strukturalisme genetik menawarkan "perubahan total
orientasi" yang berpandangan bahwa karakter kolektif
dalam penciptaan sastra berasal dari kenyataan bahwa
struktur dunia kerja adalah homolog dengan struktur
mental dari kelompok-kelompok sosial tertentu. Dalam
hal isi kandungan karya sastra, penciptaan dunia imajiner
diatur oleh struktur mental penulis yang memiliki
kebebasan total. Penulis menciptakan dunia imajiner
dengan memasukkan aspek langsung dari pengalaman
pribadinya ke dalam karya-karyanya.

24. Goldmann merangkum "hubungan antara kelompok


kreatif dengan bekerja". Dalam hal ini, kelompok
merupakan suatu proses strukturasi yang menguraikan
kesadaran anggotanya secara afektif, intelektual, dan
praktis menuju respons yang koheren terhadap masalah
hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia
dengan sesamanya. Namun, kecenderungan yang ada
jauh dari koherensi efektif karena kelompok sosial
memposisikan diri netral dalam kesadaran individu
masing-masing.
25. Selain itu, kategori mental penulis yang ada dalam
kelompoknya cenderung bergerak menuju suatu
koherensi sosial yang disebut dengan pandangan
dunia. Artinya, pandangan dunia pengarang
merupakan representasi dari pandangan dunia
kelompok sosialnya. Para penulis besar (atau
seniman) merupakan individu luar biasa yang berhasil
menciptakan suatu domain sastra yang penuh dunia
imajiner yang di dalamnya terdapat unsur koherensi
yang ketat.

26. Ada perbedaan penting antara "sosiologi isi" dan


"sosiologi strukturalis". Yang pertama melihat refleksi
sosial datang dari kesadaran kolektif, sedangkan yang
kedua melihat sebaliknya, bahwa salah satu unsur
yang paling penting dari kesadaran kolektif adalah
para anggota kelompok sosial menjadi sadar akan apa
yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan
apa yang mereka lakukan. Yang kedua ini disebut
strukturalisme genetik.
27. Oleh karena itu, pendekatan yang terbaik adalah
pendekatan yang kedua, yaitu pendekatan struktural
genetik karena pendekatan ini lebih efektif dalam
memahami "karya sastra dunia" yang merupakan
ekspresi pandangan dunia. Artinya, realitas imajiner atau
konseptual terstruktur sedemikian rupa dalam karya
sastra dunia itu. Hal ini berkaitan dengan masalah
epistemologis yang menyebutkan bahwa semua kelompok
manusia bertindak atas dasar efektifitas dan kesadaran
perilaku anggotanya yang dengan tindakannya itu
mendorong terciptanya budaya (karya sastra).

28. Goldmann berpendapat bahwa kelas sosial memiliki andil


dalam menciptakan hubungan antara karya besar dengan
kelompok-kelompok sosial yang berorientasi ke arah
restrukturisasi sosial yang menghubungkannya ke
kelompok sosial lainnya, terutama bangsa, generasi,
provinsi, dan keluarga. Goldmann menyatakan bahwa
kelompok-kelompok ini melakukan tindakan berdasarkan
kesadaran anggotanya. Goldmann kemudian menyatakan
bahwa masalah yang paling penting dari penelitian
sosiologi sastra adalah strukturalisme genetik yang
berusaha memahami struktur himpunan data empiris.
29. Selanjutnya, Goldmann menawarkan satu hipotesis bahwa
seseorang bisa mengumpulkan sejumlah fakta menjadi
sebuah kesatuan struktural yang komprehensif yang di
dalamnya terdapat fakta-fakta lain.

30. Penciptaan budaya pada hakikatnya adalah penciptaan


karya sastra, seni, atau filsafat yang di dalamnya terdapat
struktur koherensi. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan
penulis karya yang mengandung unsur heterogen dalam
karya-karyanya.

31. Oleh karena itu, rekomendasi Goldmann difokuskan pada


analisis masing-masing karya penulis yang isinya
heterogen itu. Selanjutnya, kita membuat pengelompokan
tulisan atas dasar tema-tema kehidupan seperti masalah-
masalah : intelektual, politik, sosial, dan ekonomi. Bagian
dari penelitian strukturalisme genetik adalah memahami
kelompok data empiris yang merupakan struktur dari
totalitas relatif yang dapat dimasukkan sebagai elemen
dalam struktur yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra sebuah
Pengantar Ringkas.Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra, dari
Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Goldmann, Lucien. 1975. The Genetic Structuralist
Method In The History of Literature, Towards A Sociology
of The Novel. Translation by Alan Sheridan. London :
Tavistock (156-171).
Selden, Raman. 1986. A Readers Guide to Contemporary
Literary Theory. Liverpool : The Harvester Press Publishing
Group.
Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar
Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai