Anda di halaman 1dari 20

Strukturalisme

Genetik
Oleh: Zulfa Khuriyatul Farah & Nida Adzkiya

Jum’at, 17 Maret 2023


Awal Mula Kehadiran
Strukturalisme Genetik

 Akhir abad ke-20, teori Strukturalisme Genetik hadir sebagai bentuk penolakan terhadap teori
sebelumnya, yaitu strukturalisme murni (analisis terhadap unsur-unsur intrinsik yang
membangun karya sastra, tanpa melibatkan unsur di luar itu).

 Ia juga merupakan sintesis (campuran) antara dua kecenderungan ekstrem dalam teori
sastra saat itu: formalisme (menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri dan
mengarah pada pemisahan bentuk dan isi karya sastra) dan realisme sosial (berorientasi pada
isi, fungsi, dan masalah-masalah di luar sastra).

 Sekitar tahun 1980 hingga 1990-an: puncak kejayaan teori ini.


Strukturalisme genetik yang muncul sebagai tanggapan dari teori sebelumnya, yaitu strukturalisme murni

yang hanya mengkaji karya sastra pada karya tersebut tanpa melibatkan latar belakang sejarah di

dalamnya, memiliki beberapa alasan, yaitu kelemahan teori sebelumnya. Yang itu kemudian menjadi titik

kritis, di antaranya:

1. Analisis struktur karya sastranya belum menjangkau secara keseluruhan teori sastra dan justru tidak

berdasarkan teori sastra yang lengkap dan tepat.

2. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing dan terpisah, tetapi harus dipahami dalam rangka

sistem sastra dengan latar belakang sejarah.

3. Adanya struktur yang objektif pada karya sastra makin diragukan sehingga banyak interpretasi dari

pembaca.
Tokoh
Penemu teori: Lucien Goldmann. Dia merupakan filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis (1913-
1970).

Teori ini dikemukakan dalam bukunya, The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the
Pensees of Pascal and the Tragedies of Racine yang terbit dalam bahasa Perancis tahun 1956.

Goldmann terpengaruh dari tokoh-tokoh besar sebelumnya: Karl Marx, Gyorgy Lukacs, Jean
Piaget, Max Adler.
Definisi dan Konsep Dasar

Strukturalisme genetik adalah gabungan antara strukturalisme dengan marxisme. Sebagaimana


strukturalisme, strukturalisme genetik memahami segala sesuatu di dunia, termasuk karya sastra,
sebagai sebuah struktur. Namun, segala aktivitas dan hasil aktivitas manusia tidak hanya
mempunyai struktur, tetapi juga mempunyai arti.

Goldmann percaya bahwa struktur bukan sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari
proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati
oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan.

Karena itu, pemahaman terhadap karya sastra tidak dapat hanya berhenti pada perolehan
pengetahuan mengenai strukturnya, akan tetapi harus dilanjutkan hingga mencapai pengetahuan
mengenai artinya.
Usaha menemukan arti = usaha menemukan alasan dan faktor yang menjadi
penyebab struktur yang bersangkutan.

Pertanyaan, “Kenapa suatu karya mempunyai struktur begini, dan tidak begitu?”
dalam pandangan Goldmann, tidak lagi dijawab hanya dengan berdasar pada karya
sastra itu sendiri, tetapi harus menemukan informasi-informasi yang berada di luar
karya sastra.

Dalam teori ini, Goldmann dibantu oleh marxisme dan diperdalam oleh teori
psikologi struktural Piaget.

Jadi, strukturalisme genetik adalah analisis struktur yang memberikan perhatian


pada asal-usul karya sastra, baik unsur intrinsik maupun ekstrinsik.
Konsep dasar yang membangun teori:

1. Fakta kemanusiaan;
2. Subjek kolektif;
3. Pandangan dunia;
4. Strukturasi;
(01) Fakta Kemanusiaan
Merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik.
Fakta di sini adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik verbal maupun fisik, yang
berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan.

Fakta-fakta kemanusiaan dibagi menjadi dua macam:


● Fakta individual, yakni hasil dari perilaku libidinal, seperti mimpi, tingkah laku orang gila dan
lain sebagainya. Fakta ini tidak memiliki peranan dengan sejarah.
● Fakta sosial, yakni mempunyai peranan dalam sejarah. Ia berarti memiliki dampak dalam
hubungan sosial, ekonomi dan politik antaranggota masyarakat.

*libidinal: perilaku yang menunjukkan keinginan atau dorongan yang tidak terkendali oleh otoritas apapun, moral atau
lainnya.
Goldmann menganggap bahwa fakta-fakta itu sekaligus memiliki struktur tertentu dan arti
tertentu. Jadi, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur
dan artinya (tujuan).

Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta kemanusiaan itu tumbuh sebagai respons dari
subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi dan kondisi yang ada di dalam diri dan
sekitarnya.

Bagi strukturalisme genetik, karya sastra adalah aktivitas strukturasi yang dimotivasi oleh adanya
keinginan dari subjek karya sastra untuk membangun keseimbangan dalam hubungan antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Dua proses dasar yang dapat membangun keseimbangan, secara psikologis yaitu:

1. Proses asimilasi: penyesuaian lingkungan eksternal ke dalam skema pikiran manusia.


2. Proses akomodasi: penyesuaian skema pikiran manusia dengan lingkungan sekitarnya.
(02) Subjek Kolektif

Subjek kolektif bisa dipahami sebagai subjek fakta sosial (historis). Berbeda dengan subjek individual
yang merupakan subjek fakta individual (libidinal).
Yang merupakan fakta sosial, misalnya: revolusi sosial, politik, ekonomi dan karya-karya kultural
yang besar (karya-karya filsafat dan sastra yang besar).

Subjek kolektif (trans-individual) berupa kelompok sosial. Namun, konsep ini masih kabur. Oleh
karena itu, Goldmann membatasinya sebagai kelas sosial dalam pengertian Marxis. Bukan kelompok
sosial yang lain.
Apa Kelas Sosial dalam Pandangan Marxis?

Menurut Marxis, manusia harus bekerja, untuk memenuhi kebutuhan materialnya, yaitu dengan
melakukan transformasi atas alam.
Untuk melakukan transformasi atas alam, manusia membutuhkan alat-alat produksi dan bekerja sama
dengan manusia lain.

Dalam proses produksi yang demikian, terbangun pengelompokan sosial dan pembagian kerja yang
didasarkan pada tingkat penguasaan seseorang atau sekelompok orang atas alat-alat dan sumber-sumber
produksi.

Pengelompokan sosial atas dasar itulah yang disebut sebagai kelas sosial. Hubungan antarkelas di situ =
hubungan dominasi (menguasai kelompok lain demi kepentingan pemuasan kebutuhan materialnya).
(03) Pandangan Dunia
Pandangan dunia merupakan skema ideologis yang menentukan struktur atau menstrukturasikan
bangunan dunia imajiner karya sastra.

Pandangan dunia juga sebagai mediator yang menghubungkan antara karya sastra (sebagai super-
struktur) dengan struktur sosial-ekonomi (yang menjadi struktur dasarnya).

Hubungan karya sastra dengan struktur dasar bersifat mimetik, tidak langsung. Yakni melalui pandangan
dunia yang bersifat ideologis.
(04) Struktur Karya Sastra
Konsep strukturalisme genetik mengenai struktur karya sastra cenderung bersifat semantik (agak dekat
dengan konsep Barthes dan Greimas).

Namun, yang paling dekat dengan konsep ini adalah strukturalisme Levi’Strauss. Konsep Levi’Strauss
berpusat pada konsep oposisi biner (oposisi berpasangan). Levi’Strauss melihat bangunan dunia sosial
dan kultural manusia sebagai sesuatu yang distrukturkan atas dasar binarisme, terbangun dari
seperangkat satuan yang saling beroposisi satu sama lain.
Metode Dialektik
Strukturalisme genetik menggunakan metode dialektik dalam memahami karya sastra. Prinsip dasar
metode ini adalah bahwa pengetahuan mengenai fakta-fakta empiris akan tetap abstrak bila tidak
dikonkretkan dan diintegrasikan ke dalam suatu keseluruhan. Ide-ide dari seorang pengarang tidak dapat
dipahami Ketika pembaca masih berhenti pada apa yang ditulis pengarang; ide-ide hanyalah merupakan
bebagian aspek dari realitas yang kurang abstrak, yaitu kehidupan manusia keseluruhan.
Ide-ide yang diekspresikan pengarang dalam karya sastranya hanya dapat dipahami dan dimaknai ketika
dipandang sebagai bagian dan dari keseluruhan kelompok sosialnya.
Tahap pemahaman dengan metode dialektika:
1. Dari teks yang ada mengarah ke pandangan
konseptual terhadap dunia.
2. Dari pandangan dunia, dilihat struktur sosial
historis/budayanya. (1)
(3)
(2)
3. Hasil dari struktural sosial budaya digunakan untuk Struktur Sosial Budaya
TeksDunia
Pandangan
memahami kembali struktur teks sampai ditemukan
totalitas makna teks sastra yang diteliti.

Goldmann berpendapat bahwa teori ini akan lebih jauh mengedepankan empirisme daripada
teori sosiologi saja.
Karya yang Layak Ditelaah
Teori strukturalisme genetik mestinya diterapkan pada karya-karya sastra yang “besar”. Karya sastra
yang besar itu menggarap masalah besar.

Kebesaran karya sastra diukur berdasarkan fakta estetiknya, yang terdiri dari 2 tataran, yaitu:
1. Hubungan antara pandangan dunia sebagai suatu kenyataan yang di alami dengan alam ciptaan
pengarang (Estetika Sosiologis).
2. Hubungan antara alam ciptaan itu dengan alat-alat kesusastraan tertentu seperti sintaksis, gaya,
citraan, yang digunakan oleh pengarang dalam penulisannya (Estetika Sastra).
Karya yang Layak Ditelaah
Yang dianggap karya besar, misalnya:
Novel ‘Adzra’ Jakarta karya Najib Al-Kilany. Ia merekam situasi genting yang terjadi saat peristiwa
G30S/PKI 1965, dari sudut pandang umat Islam yang menjadi korban.
Jadi, kesimpulannya...
Strukturalisme genetik menganggap bahwa struktur karya sastra itu tidak statis dan tidak lahir dengan
sendirinya, tetapi juga merupakan hasil strukturasi pemikiran subjek penciptanya yang timbul akibat
interaksi antara subjek dengan situasi sosial tertentu.

Memahami karya sastra secara strulturalisme genetik berarti memahami karya sastra sebagai bagian dari
sistem sosial.
Terima kasih.
Semoga bermanfaat. 

Anda mungkin juga menyukai