Anda di halaman 1dari 52

i

PROPOSAL

ANALISIS CITRA PEREMPUAN PADA KUMPULAN CERPEN ISTRI


KEDUA KARYA ASMA NADIA DAN ISA ALAMSYAH MELALUI
PENDEKATAN PSIKOLOGI

Oleh:

HERLINA
NIM 2017030

Proposal Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN………………...……………………………..ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Fokus Penelitian...............................................................................7
C. Rumusan Masalah............................................................................8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................8
E. Manfaat Penelitian...........................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................11


A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian....................11
B. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………. 33

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................35


A. Setting Penelitian.............................................................................35
B. Metode dan Prosedur Penelitian.......................................................35
C. Data dan Sumber Data......................................................................36
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................39
E. Prosedur Analisis Data.....................................................................40
F. Pemeriksaan Keabsahan Data..........................................................43

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...46

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan

cara penggambaran yang merupakan titian terhadap kenyataan hidup, wawasan

pengarang terhadap kenyataan kehidupan, imajinasi murni pengarang yang tidak

berkaitan dengan kenyataan hidup (rekaman peristiwa) atau dambaan intuisi

pengarang, dan dapat pula sebagai campuran keduanya (Wicaksono, 2017:1).

Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana

menghibur diri pembaca, hal ini sesuai dengan pendapat Warren (Yanti, 2015:1)

yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati

cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.

Begitu besar pengaruh sastra pada manusia dari dulu hingga saat ini.

Seiring perkembangannya, salah satu karya sastra yang dikenal saat ini adalah

cerpen (cerita pendek). Menurut Priyatni (2012:126) cerita pendek adalah salah

satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan

sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah

pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Peristiwa yang disajikan memang

singkat, tetapi mengandung kesan yang dalam. Oleh karena itu jelaslah bahwa

cerpen memang jenis karya sastra yang mengandung kesan yang mendalam dan

dapat mempengaruhi pembacanya seperti halnya sastra zaman dahulu.

Sebuah cerpen yang mengandung kesan yang mendalam yaitu cerpen yang

dapat memberikan pengaruh terhadap pembaca. Pembaca seolah-olah hanyut dan

1
ikut merasakan tentang apa yang terjadi pada karya tersebut. Karya tersebut

biasanya mempunyai tema dan isi yang dapat mempengaruhi pembaca antara lain

tentang problem-problem kehidupan sosial yang pada umumnya terjadi dalam

kehidupan keluarga maupun masyarakat, termasuk yang berhubungan dengan

perempuan. Menurut Sugihastuti dan Suharto (Mawarni dan Sumartini, 2020:138)

menyatakan bahwa dalam karya sastra sosok perempuan sering dibicarakan dan

dijadikan sebagai objek pencitraan. Perempuan ternyata menarik untuk

dibicarakan. Perempuan adalah sosok yang memiliki dua sisi. Di satu pihak,

perempuan adalah keindahan yang pesonanya dapat membuat laki-laki tergila-

gila. Disisi lain ia dianggap lemah, anehnya kelemahan itu dijadikan alasan oleh

laki-laki jahat untuk mengeksploitasi keindahannya.

Begitu pula, menurut Nazihah dan Anggraini (Majid, 2019:391)

perempuan yang dari lahir hanya mengikuti kodratnya sebagai perempuan saja

dianggap sebagai perempuan yang tradisional. Perempuan diciptakan hanya untuk

hamil, melahirkan, menyusui, membesarkan anak, dan mendidik anak. Selain itu,

perempuan juga hanya berperan sebagai pelayan suaminya seperti menyiapkan

makanan, mencuci baju, menyetrika pakaiannya, dan juga melayani dalam hal

nafsu di atas ranjang. Persepsi ini sepertinya sudah terlihat dan sudah menjadi

kebiasaan. Hal ini terlihat dari segi penampilan dan eksistensi perempuan dari segi

fisiknya, perempuan dari segi fisiknya terlihat lemah dan dari segi psikisnya

terkesan memakai perasaan dalam segala masalah yang ia hadapi.

Citra perempuan merupakan ekspresi ataupun gambaran tentang seorang

perempuan. Menurut Heraty (Mulawarman, 2014:94) citra perempuan berarti


3

gambaran seseorang atau sekelompok orang tentang wanita. Unsur-unsur yang

lazim untuk membentuk dan membangun citra diri. Misalnya pendidikan,

pekerjaan, kepribadian, kehidupan keluarga, kehidupan sosial, lingkungan dan

gaya hidup. Bangunan citra ini dianggap penanda eksistensi manusia yang bisa

difungsikan sebagai pemandu, rujukan, tolak ukur ucapan dan tindakan manusia.

Begitu pula, menurut Suhita dan Purwahida (Purwahida, 2018:35) menyatakan

bahwa citra perempuan adalah semua wujud gambaran mental spiritual dan

tingkah laku keseharian perempuan yang menunjukkan wajah dan ciri khas

perempuan. Hal ini menunjukan bahwa citra seseorang dapat dilihat dari ekspresi

wajah yang tertuang dalam tingkah laku maupun gambaran mental. Menurut

Sugihastuti dan Suharto (Juanda dan Azis, 2018:72) citra perempuan dibedakan

menjadi dua, yaitu citra diri perempuan dan citra sosial perempuan.

Untuk memaknai citra diri perempuan dan citra sosial perempuan pada

kumpulan cerpen ini, dibutuhkanlah sebuah pendekatan yaitu psikologi. Psikologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang mental, pikiran, dan tingkah laku

manusia. Oleh karena itu untuk mengetahui citra perempuan dapat dilihat melalui

tingkah laku tokoh perempuan. Menurut Minderop (Satinem, 2019:205) psikologi

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup

pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan

lingkungan tempat tinggal. Psikologi pada penokohan dipandang sebagai

perwatakan tokoh melalui sifat-sifat tingkah lakunya dalam cerita yang

menampilkan struktur kepribadian terhadap aspek-aspek kejiwaan. Menurut Hall

(2019:37) keseluruhan kepribadian sebagaimana dipahami Freud terdiri dari tiga


4

sistem besar. Semunya itu disebut id, ego, dan super ego. Dalam diri orang yang

sehat, ketiga sistem ini membentuk suatu organisasi yang padu dan harmonis

secara mental. Dengan bekerja bersama secara kooperatif, ketiganya membuat

individu mampu menjalankan transaksi-transaksi yang memuaskan dan efisien

dengan lingkungannya.

Salah satu kumpulan cerpen yang menceritakan tingkah laku yang

menyangkut citra diri perempuan dan citra sosial perempuan yaitu pada kumpulan

cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah yang berjudul Cemburu

pada Istri Kedua, Istri Kedua Ayahku, Luka yang digoreskan Bidadari, Bahkan

Bukan Istri Kedua, Aku WIL, Bukan Pelakor, dan Aku Bangga, Istri Kedua jadi

Istri Pertama, Istri Pertama jadi Istri Ketiga, Istri Ketiga jadi Istri Pertama, Ada

Allah yang Menemani, Sebab Aku Istri Kedua. Pada kumpulan cerpen ini

menggambarkan bagaimana tingkah laku tokoh mengenai eksistensinya sebagai

seorang perempuan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek fisik dan

psikis dan dalam aspek keluarga maupun masyarakat. Pada kumpulan cerpen ini

menunjukkan adanya gambaran tentang perempuan yang dilihat berdasarkan ciri-

ciri fisik atau lahiriah seperti usia, keadaan tubuh, dan ciri muka. Selain itu, pada

kumpulan cerpen ini menunjukkan adanya gambaran perempuan yang dilihat

berdasarkan aspek psikisnya yang merupakan makhluk psikologis, yaitu makhluk

yang dapat berpikir dan berperasaan yakni saat perempuan merasa sedih, marah,

sakit hati, dan dikhianati apabila seorang suami berniat untuk beristri lagi.

Terdapat pula citra perempuan dalam keluarga yaitu peran seorang perempuan

sebagai seorang istri, perempuan harus bisa mandiri dan mempunyai kemampuan
5

berpikir secara cerdas sehingga ia bisa membantu usaha suaminya dan suami

merasa termotivasi untuk terus bekerja.

Selain itu, pada kumpulan cerpen ini menunjukkan adanya dorongan-

dorongan yang berasal dari dalam diri untuk menunaikan prinsip-prinsip

kehidupan secara menyeluruh atau dorongan naluriah yang merupakan konsep

dari psikologi pada aspek id, yaitu dibuktikan dengan keinginan seorang

perempuan untuk bekerja yang berasal dari dalam dirinya yakni membantu usaha

suaminya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan sehingga menunjukkan bahwa

dirinya bukanlah perempuan yang hanya bisa menunggu nafkah. Pada kumpulan

cerpen ini menunjukkan adanya aktivitas dari dalam diri yang melakukan

penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas)

sehingga ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan

buruk, yaitu dibuktikan dengan seorang istri yang berupaya menghormati

suaminya yang berkeinginan untuk menikah lagi secara terang-terangan dari pada

sang suami menikah lagi secara sembunyi-sembunyi. Pada kumpulan cerpen ini

juga memperlihatkan adanya aspek super ego yaitu dengan menunjukkan moral

kepribadian yang mempunyai fungsi pokok dalam menentukan baik dan buruk

sehingga individu menunjang tinggi moralitas masyarakat, yaitu dibuktikan

dengan seorang perempuan yang merasa bersalah karena telah mengikat suami

orang sehingga perempuan tersebut mengundurkan diri dan tak mau menjadi istri

kedua.

Analisis pada kumpulan cerpen Istri Kedua memfokuskan pada citra diri

perempuan dan citra sosial perempuan melalui pendekatan psikologi. Oleh karena
6

itulah setelah membaca cerpen Istri Kedua ditemukan keadaan dan pandangan

perempuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, yaitu meliputi aspek fisik dan

aspek psikis yang merupakan ciri dari citra diri perempuan, menurut Sugihastuti

(Darwis dan Ismail, 2018:73). Selain itu ditemukan pula citra perempuan yang

erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu

kelompok masyarakat, tempat perempuan sebagai bagian dan berhasrat

mengadakan hubungan antar manusia. Kelompok masyarakat tersebut di atas

termasuk kelompok dalam keluarga dan masyarakat luas, yang merupakan ciri

dari citra sosial perempuan, menurut Martha (Juanda dan Azis, 2018:72).

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Majid

(2019) yang berjudul citra perempuan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra

karya Habiburrahman El Shirazy. Hasil penelitian menyatakan bahwa terkandung

citra perempuan dalam aspek fisik dan citra perempuan dalam aspek psikis pada

novel tersebut. Penelitian lainnya yang mengangkat tentang analisis citra

perempuan juga pernah dilakukan oleh Prayogi (2020) dengan judul citra wanita

dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala sebagai alternatif bahan

pembelajaran di Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

terkandung citra perempuan dalam keluarga dan citra perempuan dalam

masyarakat pada novel tersebut.

Selain itu, penelitian yang mengangkat citra perempuan juga pernah

dilakukan oleh Darwis dan Ismail (2018) dengan judul citra perempuan dalam

iklan sabun media elektronik. Hasil penelitiannya yaitu ditemukan citra


7

perempuan dalam aspek keluarga pada iklan sabun lifebuoy dan ditemukan pula

citra perempuan secara fisik dan psikis pada iklan sabun lux.

Berdasarkan uraian dan fakta yang telah dikemukakan di atas, terdapat

persamaan dan perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti pada saat ini.

Persamaannya yaitu sama-sama menganalisis citra perempuan yang meliputi citra

diri perempuan dan citra sosial perempuan. Sedangkan perbedaannya yaitu

penelitian sebelumnya menggunakan novel dan iklan sabun sebagai objek untuk

menganalisis. Sedangkan pada penelitian ini objek yang akan dianalisis yaitu pada

kumpulan cerpen. Perbedaan lainnya yaitu pada penelitian sebelumnya hanya

menganalisis citra perempuan saja, tetapi pada penelitian ini menganalisis citra

perempuan melalui pendekatan psikologi.

Pada kumpulan cerpen Istri Kedua ini termasuk ke dalam kumpulan

cerpen yang memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian jika ditinjau dari citra

diri perempuan dan citra sosial perempuan dengan melihat ekspresi wajah yang

dituangkan oleh tokoh melalui aspek id, ego, dan super ego. Berdasarkan uraian

latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Citra Perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa

Alamsyah melalui pendekatan Psikologi”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada citra diri perempuan dan citra sosial

perempuan dalam kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa

Alamsyah melalui pendekatan psikologi.


8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah umum penelitian ini

adalah “Bagaimanakah citra perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikologi?”

Sedangkan rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah citra diri perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui aspek id, ego, dan super ego?

2. Bagaimanakah citra sosial perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui aspek id, ego, dan super ego?

3. Bagaimanakah hubungan antara citra perempuan pada kumpulan cerpen Istri

Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikologi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka secara umum tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan citra perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua

karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikologi.

Sedangkan tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan citra diri perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui aspek id, ego, dan super ego.

2. Mendeskripsikan citra sosial perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua

karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui aspek id, ego, dan super ego.

3. Mendeskripsikan hubungan antara citra perempuan pada kumpulan cerpen Istri

Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikologi.
9

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam dunia pendidikan serta

mengembangkan teori kajian karya sastra terutama yang berkaitan dengan citra

perempuan dan pendekatan psikologi pada kumpulan cerpen.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dengan baik

sebagai referensi dan sumber informasi atau pengetahuan mengenai citra

perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua melalui pendekatan psikologi.

b. Bagi peneliti, dapat memberi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain

itu dengan selesainya penelitian ini berharapnya dapat dijadikan motivasi bagi

peneliti untuk semkain aktif dalam berkarya ilmiah di bidang pendidikan dunia

sastra.

c. Bagi guru, menambah referensi cerpen yang dapat digunakan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kumpulan cerpen Istri kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah sebagai media pembelajaran, cerpen yang

mudah dipahami dan terkandung banyak citra perempuan.

d. Bagi siswa, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang ragam citra

perempuan dan membuka wawasan siswa yang berkaitan dengan pendalaman

materi keterampilan bersastra.

e. Lembaga STKIP-PGRI Lubuklinggau dapat memberikan pengetahuan bagi

mahasiswa khususnya pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


10

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan

kualitas mutu pendidikan.


11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian


1. Konsep Analisis
Analisis adalah kegiatan menguraikan sesuatu untuk mendapatkan makna

yang jelas. Menurut Derrida (dalam Siswantoro, 2016:10) kata analisis berasal

dari bahasa Yunani yaitu analyein yang berarti menyelesaikan, menguraikan.

Analisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, sebab kegiatan

menguraikan ini yaitu memisah-misahkan sesuatu menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil di dalam suatu entitas dengan cara mengidentifikasi, membanding-

bandingkan, menemukan hubungan berdasarkan parameter tertentu adalah suatu

upaya menguji atau membuktikan kebenaran.

Selain itu, Wiradi (dalam Tianingrum, 2017:442) berpendapat bahwa

analisis adalah aktivitas yang memuat kegiatan memilah, mengurai, membedakan

sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu

dicari ditaksir makna dan kaitannya. Begitu pula, menurut Satori dan Komariyah

(dalam Widyawan, 2019:30) Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu

masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga

susunan atau tatanan bentuk suatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan

karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih

dimengerti duduk perkaranya.

Berdasarkan definisi di atas, analisis adalah kegiatan yang dilakukan

dengan cara memilah, mengurai, membedakan sesuatu untuk digolongkan dan

11
12

dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu dicari makna dan kaitannya

sehingga susunan atau tatanan bentuk suatu yang diuraikan itu tampak dengan

jelas. Analisis yang dimaksud dalam penulisan ini adalah penelaahan pada

kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah untuk

mendeskripsikan citra perempuan yang terkandung di dalamnya dengan

pendekatan psikologi.

2. Citra Perempuan

a. Pengertian Citra Perempuan

Citra adalah ekspresi ataupun gambaran mengenai sesuatu. Menurut

Sugihastuti (Zulfadli, 2018:2) citra artinya rupa, gambaran, dan dapat berupa

gambar yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi atau kesan mental

(bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah, kata, frasa atau kalimat dan

merupakan dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Citra perempuan

merupakan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang

terekspresi oleh perempuan dalam berbagai aspeknya yaitu aspek fisik dan psikis

sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra

sosial perempuan. Begitu pula menurut Pradopo (Mawarni dan Sumartini,

2020:138) mengemukakan bahwa citra didefinisikan sebagai kesan mental atau

bayangan visual yang ditimbulkan oleh kata, frasa, atau kalimat yang merupakan

unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Citra merupakan kesan batin

atau gambaran visual yang timbul pada diri seseorang disebabkan oleh kata atau

ungkapan dalam karya sastra yang dibacanya pembentukan citra dalam karya
13

sastra. Citra perempuan dibedakan menjadi dua yaitu citra diri perempuan dan

citra sosial perempuan.

Demikian pula, Suhita dan Purwahida (Purwahida, 2018:35) mengatakan

bahwa citra perempuan sebagai semua wujud gambaran mental spritual dan

tingkah laku keseharian perempuan yang menunjukkan wajah dan ciri khas

perempuan. Sejalan dengan itu, menurut Heraty (2014:94) citra perempuan berarti

gambaran seseorang atau sekelompok orang tentang wanita. Unsur-unsur yang

lazim untuk membangun citra diri. Misalnya pendidikan, pekerjaan, kepribadian,

kehidupan keluarga, kehidupan sosial, lingkungan dan gaya hidup. Bangunan citra

ini dianggap penanda eksistensi manusia yang bisa difungsikan sebagai pemandu,

rujukan, tolak ukur ucapan dan tindakan manusia.

Berdasarkan pendapat tersebut, citra perempuan adalah semua wujud

gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan yang

terekspresi oleh perempuan dalam berbagai aspeknya yaitu aspek fisik dan psikis

sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra

sosial perempuan.

b. Aspek Citra Perempuan

Menurut Sugihastuti dan Suharto (Juanda dan Azis, 2018:72) citra

perempuan dibedakan menjadi dua, yaitu citra diri perempuan dan citra sosial

perempuan.
14

1) Citra Diri Perempuan

Citra diri perempuan merupakan gambaran tentang seorang perempuan

yang dilihat melalui aspek fisik dan psikis. Menurut Sugihastuti dan Suharto

(Mawarni dan Sumartini, 2020:138) citra diri perempuan terwujud sebagai sosok

individu yang mempunyai kemampuan untuk berkembang dan membangun

dirinya. Berdasarkan pola pilihannya sendiri perempuan bertanggung jawab atas

potensi diri sebagai makhluk individu. Citra diri perempuan memperlihatkan

bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku perempuan bergantung pada

bagaimana aspek fisik dan psikis diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat. Sebagai makhluk yang feminime ditunjukkan dengan caranya

berhias diri, berpakaian, dan bertingkah laku. Terdapat ciri-ciri feminime yang

meliputi tingkah laku, kelembutan sikapnya, perhatiannya, cara berpakaian, dan

merias diri semua itu menandai citra diri perempuan.

Begitu pula, menurut Susanto (Raman, dkk., 2019:97) citra diri merupakan

konsep yang kompleks, meliputi kepribadian, karakter, tubuh, dan penampilan

individu. Demikian pula, menurut Pradopo (Rahima, dkk., 2019:468) citra diri

perempuan secara tersirat meliputi citra fisik dan psikis perempuan. Citra fisik dan

psikis perempuan dikonkritkan dalam kerangka bahasa sebagai tanda yang

mempunyai arti dan makna.

Berdasarkan pendapat di atas, citra diri perempuan merupakan gambaran

atau ekspresi yang ditunjukkan oleh seorang perempuan berdasarkan aspek fisik

dan aspek psikis. Terdapat ciri-ciri feminime pada seorang perempuan yang
15

meliputi tingkah laku, kelembutan sikapnya, perhatiannya, cara berpakaian, dan

merias diri semua itu menandai citra diri perempuan.

a) Citra Diri Perempuan dalam Aspek Fisik

Citra perempuan dalam aspek fisik adalah gambaran tentang seorang

perempuan yang dilihat melalui ciri-ciri fisik. Menurut Sugihastuti (Mawarni dan

Sumartini, 2020:138) citra dapat dilihat dari aspek fisik, citra diri perempuan khas

dilihat melalui pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya dan tidak

dialami oleh kaum laki-laki seperti sobeknya selaput dara, melahirkan, dan

menyusui anak. Secara fisik, citra diri perempuan berbeda dengan laki-laki

ditunjukkan oleh fisik yang lincah, lemah lembut, berpenampilan menarik, dan

pandai merias diri.

Kajian mengenai tubuh atau fisik perempuan akan didasarkan pada

pendapat Foncaul dan Goffinan (Rahima, dkk., 2019:468) bahwa arti penting

tubuh ditentukan oleh struktur yang ada di luar jangkauan individu. Artinya citra

tubuh di dalam masyarakat tentu berhubungan erat dengan ideologi di dalam

masyarakat tersebut, karena keberadaan tubuh dimiliki oleh wacana. Citra

perempuan dari segi fisik adalah gambaran tentang perempuan yang dilihat

berdasarkan ciri-ciri fisik atau lahiriah, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh

dan ciri muka.

Begitu pula, menurut Rokhmansyah (2016:7) perempuan dikodratkan

memiliki organ tubuh untuk keperluan reproduksi. Dengan organ tubuh yang

dimilikinya itu, perempuan bisa melahirkan anak. Untuk merawat anak yang

dilahirkan diperlukan sifat-sifat halus, penyabar, penyayang, pemelihara dari


16

seorang perempuan. Secara biologis perempuan dan laki-laki adalah makhluk

yang berbeda. Perbedaan itu menghasilkan anggapan bahwa perempuan

merupakan makhluk yang lemah dan membutuhkan perlindungan.

Berdasarkan definisi di atas, citra diri perempuan dalam aspek fisik adalah

gambaran tentang perempuan yang dilihat melalui ciri-ciri fisik, seperti usia, jenis

kelamin, keadaan tubuh dan ciri muka. Citra diri perempuan dapat dilihat melalui

pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya dan tidak dialami oleh

kaum laki-laki seperti sobeknya selaput dara, melahirkan, dan menyusui anak.

Sehingga seorang perempuan memiliki sifat keibuan, lemah lembut dan selalu

membutuhkan perlindungan. Selain itu, secara fisik seorang perempuan

ditunjukkan oleh fisik yang lincah, berpenampilan menarik, dan pandai merias

diri. Contoh kutipan analisis citra perempuan dalam aspek fisik:

“Usia murni empat puluh enam tahun. Tidak muda lagi memang. Namun,
sosok ayunya yang terawat membuat penampilanku seolah tak sebanding
saat kami berdampingan. Sebagai tetangga kami terbilang akrab. Bukan
hanya aku dan dia, tapi suami, dan ketiga anakku pun menjalin hubungan
baik dengan kedua putranya.” (Cemburu pada Istri kedua, hal:5).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa Murni berusia empat

puluh enam tahun. Namun di usia yang tidak muda lagi ini keadaan tubuh Murni

masih terawat sehingga ia memiliki muka yang masih ayu. Hal tersebut

menandakan gambaran tentang perempuan yang dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik

atau lahiriah seperti usia dan ciri muka sehingga pada kutipan tersebut

menunjukkan citra diri perempuan dalam aspek fisik yang ditunjukkan melalui

usia dan ciri muka seorang perempuan.


17

b) Citra Diri Perempuan dalam Aspek Psikis

Menurut Sugihastuti (Mawarni dan Sumartini, 2020:138) bahwa aspek

psikis, perempuan juga makhluk psikologis, makhluk yang dapat berpikir,

berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis perempuan tidak dapat dipisahkan dari

apa yang disebut feminitas. Prinsip feminitas ini merupakan kecenderungan yang

ada dalam diri perempuan. Prinsip-prinsip itu antara lain menyangkut keterkaitan

hubungan perempuan dalam masyarakat, termasuk ke dalam hubungan orang-

seorang adalah hubungan perempuan dengan pria dalam masyarakat. Dilihat dari

aspek psikis perempuan dilahirkan secara biopsikologis berbeda dengan laki-laki,

hal tersebut mempengaruhi pengembangan dirinya. Pengembangan dirinya

bermula dari lingkungan keluarga kemudian di dalam masyarakat. Sejalan dengan

itu, menurut Sugihastuti dan Susanto (Raman, dkk., 2019:97) citra perempuan

dalam aspek psikis adalah perempuan yang baik, tabah, rapuh, disiksa, mandiri,

berjuang, rela berkorban dan penyayang.

Selain itu, menurut Suhita dan Purwahida (Purwahida, 2018:35) citra

perempuan ditinjau berdasarkan aspek psikis, terdiri atas mentalitas, ukuran

moral, dapat membedakan yang benar dan salah, keinginan, perasaan pribadi,

sikap, perilaku, dan tingkat kecerdasan. Dengan demikian, menurut Kartono

(Arzona, dkk., 2013:105) sifat khas dari perempuan yang banyak disorot dan

dituntut oleh masyarakat Indonesia adalah keindahan rohani, seperti kasih sayang

terhadap sesama manusia, sifat sabar, dan lemah lembut. Pengertian kasih sayang

adalah perasaan sayang yang diberikan kepada orang yang disayangi, perempuan

lebih terbuka hatinya untuk orang lain dan lebih perasa serta mengasihi diri.
18

Sedangkan sifat sabar perempuan cenderung menerima saja dan memilih pola

tingkah laku yang lebih mengalah. Selain itu, sifat lemah lembut adalah salah satu

unsur yang mengukur keindahan psikis perempuan. Orang yang lemah lembut

adalah orang yang memilki budi bahasa yang halus.

Berdasarkan pendapat di atas, citra perempuan dalam aspek psikis adalah

gambaran tentang seorang perempuan yang dapat berpikir, berperasaan, dan

beraspirasi sehingga seorang perempuan memiliki sifat yang baik, tabah, rapuh,

mandiri, berjuang, rela berkorban, penyayang dan lemah lembut. Selain itu, citra

perempuan dalam aspek psikis dapat dilihat dari mentalitas, ukuran moral, dapat

membedakan yang benar dan salah, keinginan, perasaan pribadi, sikap, perilaku,

dan tingkat kecerdasan. Contoh kutipan analisis citra perempuan dalam aspek

psikis:

“Seolah halilintar menyambar demikian dekat di telinga saat suami yang


mengajakku berbicara serius, menuturkan niatnya memperistri Murni.
Rasanya wajar jika aku merasa sedih, marah, sakit hati, dan dikhianati.
Suami sendiri tidak memaksa, sebaliknya cukup sabar memberi pengertian
dan menunggu kesiapanku.” (Cemburu pada Istri Kedua, hal:7).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa tokoh “Aku” merasa

sedih, marah, sakit hati, dan dikhianati apabila seorang suami berniat untuk

beristri lagi. Hal tersebut menandakan gambaran perempuan yang dapat berpikir

dan berperasaan yakni saat perempuan merasa sedih, marah, sakit hati, dan

dikhianati apabila seorang suami berniat untuk beristri lagi. Sehingga pada

kutipan tersebut menunjukkan citra diri perempuan dalam aspek psikis.


19

2) Citra Sosial Perempuan

Citra sosial perempuan menggambarkan tentang hubungan perempuan

dengan keluarga maupun masyarakat. Menurut Martha (Juanda dan Azis,

2018:72) citra sosial perempuan merupakan citra perempuan yang erat

hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok

masyarakat, tempat perempuan sebagai bagian dan berhasrat mengadakan

hubungan antar manusia. Kelompok masyarakat tersebut di atas termasuk

kelompok dalam keluarga dan masyarkat luas.

Begitu pula, Menurut Sugihastuti (Darwis dan Ismail, 2018:73) citra sosial

perempuan juga merupakan masalah pengalaman diri, seperti dicitrakan dalam

citra diri perempuan dan citra sosialnya, pengalaman-pengalaman inilah yang

menentukan interaksi sosial perempuan dalam masyarakat atas pengalaman diri

itulah maka perempuan bersikap, termasuk ke dalam sikapnya terhadap laki-laki.

Hal penting yang mengawali citra sosial perempuan adalah citra dirinya.

Selain itu, menurut Wolfman (Rahima, dkk., 2019:468) citra sosial

perempuan disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran perempuan dalam

keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat. Peran adalah bagian yang

dimainkan oleh seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk

menyelaraskan diri dengan keadaan.

Berdasarkan pendapat diatas, citra sosial perempuan adalah gambaran

tentang seorang perempuan yang dilihat berdasarkan pengalaman dirinya dan

melalui pengalaman inilah dapat dilihat bagaimana perempuan tersebut bersikap

baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.


20

a) Citra Sosial Perempuan dalam Keluarga

Perempuan dalam keluarga adalah gambaran perempuan yang berperan

sebagai ibu, sebagai istri maupun sebagai anggota keluarga. Menurut Khairuddin

(Darwis dan Ismail, 2018:73) citra perempuan dalam aspek keluarga, perempuan

berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota keluarga. Masing-masing

peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial, yang satu dengan lainnya

bergayutan. Sebagai istri misalnya, perempuan mencintai suami, memberikan

motivasi, dan sebagai pendamping dalam kehidupan suami. Menurut Subardini

(Rahima, dkk., 2019:469) kedudukan perempuan sebagai istri mempunyai

hubungan dengan kerumahtanggaan, misalnya merawat anak dan mendampingi

serta melayani suami. Istri juga melakukan kegiatan yang menunjang kehidupan

rumah tangganya dalam segi ekonomi harus bekerja diluar rumah.

Selain itu, menurut Harahap (Prayogi, 2020:3) peran ibu sungguh sangat

dibutuhkan untuk menjaga pondasi antara anak dengan keluarga. Hal tersebut

dikarenakan seorang wanita memiliki naluri sebagai ibu yang kuat terhadap

anaknya. Oleh karena itu, anak pun pada umumnya lebih sering berinteraksi

dengan ibunya. Kedekatan batin antara ibu dan anaknya didapat sejak sang ibu

mengandung, menyusui, dan menangani anak hingga sang anak dewasa. Peran ibu

sangat krusial karena ibu yang umumnya menjadi penengah saat terjadi

kesalahpahaman dalam keluarga.

Sedangkan peran perempuan sebagai anggota keluarga, menurut

Sugihastuti (Mawarni dan Sumartini, 2020:139) perempuan sebagai anggota

keluarga tercitrakan sebagai makhluk yang disibukkan dengan berbagai aktivitas


21

domestik rumah tangga, pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab

perempuan. Citra sebagai anak dalam keluarga harus menghormati dan mentaati

aturan-aturan yang diperintahkan oleh seorang ayah sebagai pemimpin keluarga.

Berdasarkan pendapat di atas, citra perempuan dalam keluarga yaitu

gambaran tentang seorang perempuan yang berperan sebagai istri, sebagai ibu,

dan sebagai anggota keluarga. Masing-masing peran memiliki keterkaitan antara

yang satu dengan yang lainnya. Sebagai seorang istri perempuan mendampingi

serta melayani suami, sedangkan sebagai seorang ibu perannya sangat krusial

yaitu menjadi penengah saat terjadi kesalahpahaman dalam keluarga dan sebagai

anggota keluarga pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.

Citra sebagai anak dalam keluarga harus menghormati dan mentaati aturan-aturan

yang ada dalam keluarga. Contoh kutipan analisis citra perempuan dalam

keluarga:

“Secara bertahap, Ifa menunjukkan bahwa dirinya bukanlah perempuan


yang hanya bisa menunggu nafkah. Ia juga berperan aktif membantu
usaha suami. Catatan keuangan usaha yang sebelumnya berantakan,
mulai dibenahi. Pegawai korup yang dulu dengan mudah meloloskan diri,
kini tidak bisa berkutik.” (Bahkan Bukan Istri Kedua, hal:93).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa Ifa berperan aktif dalam

membantu usaha suaminya sehingga sistem keuangan yang semulanya berantakan

kini mulai terbenahi. Hal tersebut menandakan bahwa sebagai seorang perempuan

dalam keluarga yang berperan sebagai seorang istri, perempuan harus bisa mandiri

dan mempunyai kemampuan berpikir secara cerdas sehingga ia bisa membantu

usaha suaminya serta suami merasa termotivasi untuk terus bekerja. Untuk itu
22

pada kutipan tersebut tergolong kedalam citra perempuan dalam aspek keluarga

yaitu sebagai seorang istri.

b) Citra Sosial Perempuan dalam Masyarakat

Makhluk sosial adalah makhluk yang membutuhkan manusia lain.

Menurut Udu (Rahima, dkk., 2019:469) sebagai makhluk sosial, seseorang

memerlukan manusia lain. Demikian juga perempuan, hubungan dengan manusia

lain dapat bersifat khusus atau umum, bergantung pada sifat hubungan tersebut.

Hubungan manusia dalam masyarakat dimulai dari hubungan antar pribadi dan

hubungan pribadi dengan masyarkat. Hubungan antar pribadi atau biasa juga

disebut sebagai hubungan antar manusia merupakan hubungan antar orang-orang

dalam berkomunikasi dengan mengundang unsur-unsur kejiwaan yang sangat

mendalam. Hubungan antar pribadi mengandung kegiatan untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku seseorang. Sedangkan hubungan pribadi dengan

masyarakat adalah upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk

menciptakan dan membina pengertian bersama antara masyarakat dengan pribadi

atau khalayaknya. Efek yang diharapkan dari hubungan pribadi dengan

masyarakat adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi

masyarakat dengan khalayaknya.

Demikian pula, menurut Sugihastuti (Prayogi, 2020:4) manusia sebagai

mahluk sosial dalam kehidupannya memerlukan manusia lain. Demikian juga bagi

wanita, hubungannya dengan manusia lain itu dapat bersifat khusus maupun

umum tergantung pada bentuk sifat hubungan itu. Hubungan manusia dalam
23

masyarakat dimulai dari hubungannya dengan sesama masyarakat termasuk

hubungan antara wanita dan pria.

Berdasarkan teori di atas, citra perempuan dalam masyarakat adalah

gambaran seorang perempuan yang dapat dilihat dari hubungan individu dengan

individu maupun hubungan individu dengan masyarakat. Oleh karena itu

hubungannya dengan manusia lain itu dapat bersifat khusus maupun umum

tergantung pada bentuk sifat hubungan itu. Hubungan manusia dalam masyarakat

dimulai dari hubungannya dengan sesama masyarakat termasuk hubungan antara

wanita dan pria. Contoh kutipan analisis citra perempuan dalam masyarakat:

“Tak jarang, Murni akan mengambil salah satu anakku ketika kerepotan
mendera. Sebaliknya, jika pesanan kue-kue sedang banyak, aku turut
turun tangan membantunya. Tetangga kian terbiasa melihat aku dan
Murni bolak-balik rumah masing-masing, pun anak-anak kami. Jadi tak
hanya ayah mereka yang terlihat mondar mandir di antara rumah istri
pertama dan kedua”. (Cemburu pada Istri Kedua, hal:10).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa tokoh “Aku” sebagai istri

pertama memiliki hubungan yang baik dengan tokoh yang bernama “Murni”

sebagai istri kedua. Hal ini ditunjukkan dengan usaha mereka untuk saling

membantu satu sama lain perihal pekerjaan dan juga mengasuh anak. Karena

sebagai makhluk sosial manusia saling memerlukan dan saling membantu satu

sama lain demikian pula sosok perempuan. Untuk itu pada kutipan tersebut

tergolong citra perempuan dalam masyarakat yaitu hubungan individu dengan

individu yakni hubungan baik antara istri pertama dan istri kedua.
24

3. Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah cerita pendek yang bisa dibaca dalam sekali duduk.

Menurut Priyatni (2012:126) cerita pendek adalah salah satu karya fiksi. Cerita

pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik

peristiwa yang diungkapakan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang

digunakan. Selain itu, menurut Sedgwick (Tarigan, 2011:179) cerita pendek

adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang

memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh

dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu.

Begitu pula, menurut Sayuti (Thereana, 2016:61) mengungkapkan bahwa

cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk

dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, cerpen merupakan karya prosa fiksi yang

ceritanya lebih ringkas dan lebih sederhana sehingga waktu yang diperlukan untuk

membaca cerpen tidak terlalu lama. Selain itu cerpen biasanya memiliki plot yang

diarahkan pada insiden atau peristiwa tunggal sehingga secara umum dengan

membaca cerpen, seorang pembaca akan memahami karakter tokoh cerita yang

dimiliki.

b. Unsur-Unsur Cerpen

Menurut Nurgiyantoro (Satinem, 2019:55) unsur pembangun dalam

sebuah karya sastra biasanya disebutkan sebagai unsur-unsur intrinsik yang dapat

ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk
25

prosa, seperti roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh. Yaitu

sebagai berikut:

1) Tema

Gagasan pokok atau ide utama disebut juga sebagai tema. Menurut Semi

(Satinem, 2019:56) tema adalah persoalan yang menduduki tempat utama dalam

karya sastra. Tema dibedakan menjadi tema mayor yaitu makna pokok cerita yang

menjadi dasar umum karya itu dan tema tambahan minor yaitu makna tambahan

yang hanya terdapat pada bagian bagian tertentu cerita.

2) Amanat

Pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita disebut sebagai amanat.

Menurut Satinem (2019:56) amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin

disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat

disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau

pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita

berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian

seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan yang berhubungan

dengan gagasan utama cerita.

3) Tokoh

Pelaku dalam sebuah cerita disebut sebagai tokoh. Menurut Satinem

(2019:56) tokoh adalah individu ciptaan atau rekaan pengarang yang mengalami

peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya

tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang

diinsankan.
26

4) Alur (Plot)

Tahapan dalam sebuah cerita disebut sebagai alur. Menurut Aminuddin

(Satinem, 2019:58) alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-

tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dhadirkan oleh para pelaku

dalam suatu cerita.

5) Latar (Setting)

Latar adalah sesuatu yang berhubungan dengan tempat, waktu, dan

suasana. Menurut Kurniawan dan Nurgiyantoro (Satinem, 2019:59) latar adalah

segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang,

suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita.

6) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara memandang pelaku dalam sebuah cerita.

Menurut Satinem (2019:59) sudut pandang adalah cara memandang dan

menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi-posisi

tertentu.

7) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa. Menurut

Sadikin (Satinem, 2019:61) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan bahasa

dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang

bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran pengarang.


27

4. Pendekatan Psikologi

a. Pengertian Psikologi

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia.

Menurut Minderop (Satinem, 2019:205) psikologi diartikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia

baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan

tempat tinggal. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat

psikomotor, meliputi berbicara, duduk, berjalan dan sebagainya, sedangkan

tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain

sebagainya.

Selain itu, menurut Branca (Rahman, dkk., 2016:11) psikologi merupakan

ilmu tentang tingkah laku dan merupakan ilmu tentang jiwa. Bahwa dalam

memahami psikologi itu tidak hanya memahami struktur jiwa manusia tersebut.

Tetapi bisa dari aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Karena ketiga hal

tersebut merupakan aspek yang sering terlihat ketika manusia tersebut bersosial

dengan masyarakat maupun melakukan kegiatan dengan dirinya sendiri.

Berdasarkan teori-teori diatas, psikologi merupakan ilmu pengetahuan

yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku

individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan tempat

tinggal, serta mempelajari tingkah laku manusia baik yang dapat dilihat secara

langsung maupun secara tidak langsung.


28

b. Aspek Psikologi

Menurut Freud (Satinem 2019:208) kepribadian kaitannya dengan

psikologi terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu id, ego, dan super ego.

1) Id

Id adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk

memenuhi kebutuhan atau kepuasannya. Menurut Freud (Satinem, 2019:211) id

adalah sumber segala psikis, id didorong oleh suatu prinsip kesenangan yang

berusaha untuk memenuhi keinginan seketika. Sebagai contoh, rasa lapar

meghasilkan upaya untuk makan dan minum. Pada bayi misalnya, jika ia merasa

lapar pasti ia merasa tidak nyaman dan menangis. Dalam realita tidak semua

keinginan dapat dipenuhi dan ini tentunya menjadi konflik. Id merupakan struktur

kepribadian paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan.

Ini dapat kita lihat pada fase kanak-kanak seseorang. Id banyak berhubungan

dengan nafsu semena-mena yang tidak sanggup membedakan realitas dan

khayalan. Begitu pula, Menurut Minderop (2018:21) id merupakan energi psikis

dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti makan,

seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman.

Selain itu, menurut Endraswara (2011:101) id adalah aspek kepribadian

yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak

kenal nilai dan agaknya berupa energi buta. Sejalan dengan itu, Walgito (Hamali,

2018:288) id adalah dorongan-dorongan, nafsu-nafsu terhadap sesuatu objek, di

mana ia menuntut untuk dapat memenuhi dorongan-dorongan atau nafsu-nafsu

tersebut.
29

Berdasarkan pendapat di atas, id adalah dorongan yang berasal dari dalam

diri seseorang untuk menunaikan prinsip kesenangan sehingga id berusaha

memenuhi kebutuhan atau kepuasaannya yaitu dengan menekan manusia agar

memenuhi dorongan-dorongan atau nafsu-nafsu tersebut. Kebutuhan dan

kepuasannya itu bisa seperti makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman.

Contoh kutipan psikologi aspek id:

“Secara bertahap, Ifa menunjukkan bahwa dirinya bukanlah perempuan


yang hanya bisa menunggu nafkah. Ia juga berperan aktif membantu
usaha suami. Catatan keuangan usaha yang sebelumnya berantakan,
mulai dibenahi. Pegawai korup yang dulu dengan mudah meloloskan diri,
kini tidak bisa berkutik.” (Bahkan Bukan Istri Kedua, hal:93).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa Ifa bukanlah perempuan

yang hanya bisa menunggu nafkah sehingga ia juga bekerja agar berperan aktif

membantu usaha suaminya. Hal tersebut menandakan adanya dorongan-dorongan

yang berasal dari dalam diri seseorang untuk menunaikan kepuasannya yaitu

dengan memenuhi kebutuhan yang merupakan konsep dari psikologi pada aspek

id, yaitu dibuktikan dengan keinginan Ifa untuk bekerja yang berasal dari dalam

dirinya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu pada kutipan

tersebut tergolong ke dalam psikologi yaitu aspek id.

2) Ego

Ego adalah aspek kepribadian yang dikendalikan oleh prinsip kenyataan.

Menurut Freud (Satinem, 2019:208) ego merupakan komponen kepribadian yang

bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego berkembang didasarkan

perkembangan id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan


30

dengan cara yang dapat diterima didunia nyata. Begitu pula, menurut Feist dan

Gregory (Waslam, 2015:144) ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang

memilki kontak dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi

satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego

dikendalikan oleh prinsip kenyataan yang berusaha menggantikan milik id.

Sebagai satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar,

maka ego pun mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari

kepribadian. Akan tetapi karena ego sebagian bersifat sadar, sebagian bersifat

bawah sadar, dan sebagian lagi bersifat tidak sadar, maka ego bisa membuat

keputusan di ketiga tingkat tersebut.

Sejalan dengan itu, menurut Jalaludin (Husin, 2017:51) ego berfungsi

untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara melakukan aktivitas

penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas)

sehingga ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan

buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin. Demikian pula,

menurut Endraswara (2011:101) ego merupakan sistem kepribadian yang

bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan

menjankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.

Berdasarkan pendapat di atas, ego adalah aspek kepribadian yang

dikendalikan oleh prinsip kenyataan yaitu untuk meredakan ketegangan dalam diri

seseorang dengan cara melakukan penyesuaian dorongan-dorongan yang ada

dengan kenyataan sehingga ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan

dorongan yang baik dan buruk. Contoh kutipan psikologi aspek ego:
31

“Kesimpulan seperti itu bukan tidak masuk di kepalaku, tapi tetap saja,
aku menghormati suami dengan semua kebaikannya selama ini yang
memutuskan berpoligami dengan gagah, tidak sembunyi-sembunyi atapun
memaksakan kehendak, tanpa menunggu kesiapan anak dan istri
pertamanya.” (Cemburu pada Istri Kedua, hal:9).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa tokoh “Aku” berupaya

menghormati suaminya yang berkeinginan untuk menikah lagi hal ini didasari atas

pertimbangan bahwa kebaikan suaminya selama ini yang memutuskan

berpoligami dengan gagah, tidak sembunyi-sembunyi ataupun memaksakan

kehendak. Seperti yang kita ketahui rata-rata lelaki yang mengambil istri kedua di

masa sekarang ini melakukannya secara sembunyi-sembunyi dan sebisa mungkin

tidak diketahui oleh istri dan anak-anak dari pihak pertama. Namun pada kutipan

ini seorang suami memiliki keberanian untuk berpoligami dengan gagah yaitu

dengan tidak sembunyi-sembunyi. Hal tersebut menandakan adanya aktivitas dari

dalam diri seseorang yang memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan

yang baik dan buruk yang merupakan konsep dari psikologi pada aspek ego.

3) Super ego

Super ego merupakan kepribadian yang berkaitan dengan pengendalian

diri. Menurut Freud (Satinem, 2019:209) super ego merupakan aspek kepribadian

yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang diperoleh

dari kedua orang tua dan masyarakat dari rasa benar dan salah. Super ego

memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Begitu pula, menurut

Endraswara (2011:101) super ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai

atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).


32

Selain itu, menurut Feist dan Gregory (Husin, 2017:53) super ego

mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh

prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari

id dan prinsip realistis dari ego. Super ego dipergunakan untuk menyempurnakan

dan membudayakan perilaku manusia, maksudnya segala perilaku manusia itu

dibuat supaya tidak melanggar norma-norma, adat, serta budaya yang ada

dimasyarakat. Super ego akan memberikan penilaian dan melakukan pilihan benar

salah, baik bermoral atau tidak. Pilihan ini merupakan solusi bagi ego dalam

memberikan keputusan atas tuntutan id.

Sejalan dengan itu, menurut Sumadi (Hamali, 2018:290) super ego lebih

tertuju ke arah kesempurnaan dari pada kesenangan hidup, selain itu super ego

dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian yang mempunyai fungsi

pokok dalam menentukan baik dan buruk sehingga individu menunjang tinggi

moralitas masyarakat. Super ego dalam kegiatannya selalu mendominasi unsur-

unsur moral dan keadilan dalam hidupnya serta pemegang referensi alam ideal.

Tujuan super ego adalah membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan

pertimbangan keadilan dan moral yang berkembang dalam masyarakat. Super ego

menuntut kesempurnaan dan idealitas perilaku dengan ketaatan kepada norma dan

aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat sehingga dikatakan bahwa pada

super ego berlaku “prinsip idealitas”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, super ego merupakan aspek moral

kepribadian yang mempunyai fungsi pokok dalam menentukan baik dan buruk

sehingga kepribadian ini dipergunakan untuk membudayakan perilaku manusia,


33

yaitu agar manusia tidak melanggar norma-norma, adat, serta budaya yang ada

dimasyarakat. Contoh kutipan psikologi aspek super ego:

“Sang pengacara sangat mencintaiku hinggau mau menceraikan istrinya.


Aku justru merasa bersalah mengikat suami orang. Aku tidak mau
menjadi pelakor, perebut suami orang. Lebih buruk lagi, sang istri mulai
curiga dan mencoba bunuh diri dengan minum obat tidur melebihi dosis.
Dari situ, aku tahu harus mengundurkan diri dan tak mau menjadi istri
kedua”. (Aku WIL, Bukan Pelakor, dan Aku Bangga, hal:144).

Pada kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa tokoh “Aku” sebagai

seorang perempuan merasa bersalah karena telah mengikat suami orang sehingga

istri sahnya mencoba untuk bunuh diri, untuk itulah perempuan tersebut

mengundurkan diri dan tak mau menjadi istri kedua karena termasuk perilaku

yang buruk dan tidak bermoral. Hal tersebut menandakan adanya kepribadian

yang bisa menentukan baik dan buruk sehingga individu menunjang tinggi

moralitas masyarakat. Untuk itulah pada kutipan tersebut tergolong ke dalam

psikologi yaitu aspek super ego.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Majid

(2019) yang berjudul citra perempuan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra

karya Habiburrahman El Shirazy. Hasil penelitian menyatakan bahwa terkandung

citra perempuan dalam aspek fisik dan citra perempuan dalam aspek psikis pada

novel tersebut. Penelitian lainnya yang mengangkat tentang analisis citra

perempuan juga pernah dilakukan oleh Prayogi (2020) dengan judul citra wanita

dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala sebagai alternatif bahan
34

pembelajaran di Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

terkandung citra perempuan dalam keluarga dan citra perempuan dalam

masyarakat pada novel tersebut.

Selain itu, penelitian yang mengangkat citra perempuan juga pernah

dilakukan oleh Darwis dan Ismail (2018) dengan judul citra perempuan dalam

iklan sabun media elektronik. Hasil penelitiannya yaitu ditemukan citra

perempuan dalam aspek keluarga pada iklan sabun lifebuoy dan ditemukan pula

citra perempuan secara fisik dan psikis pada iklan sabun lux.

Berdasarkan uraian dan fakta yang telah dikemukakan di atas, terdapat

persamaan dan perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti pada saat ini.

Persamaannya yaitu sama-sama menganalisis citra perempuan yang meliputi citra

diri perempuan dan citra sosial perempuan. Sedangkan perbedaannya yaitu

penelitian sebelumnya menggunakan novel dan iklan sabun sebagai objek untuk

menganalisis. Sedangkan pada penelitian ini objek yang akan dianalisis yaitu pada

kumpulan cerpen. Perbedaan lainnya yaitu pada penelitian sebelumnya hanya

menganalisis citra perempuan saja, tetapi pada penelitian ini menganalisis citra

perempuan melalui pendekatan psikologi.


35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan latar penelitian yaitu analisis citra

perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa

Alamsyah melalui pendekatan psikologi, sehingga pada kumpulan cerpen ini

ditemukan citra perempuan yang meliputi citra diri perempuan dan citra sosial

perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mempunyai tujuan

untuk mendeskripsikan kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang

tersedia. Data dalam penelitian ini diperoleh dari kumpulan cerpen Istri Kedua

karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah. Kumpulan cerpen Istri Kedua ini

diterbitkan oleh Republika. Cerpen ini merupakan cetakan pertama yang

diterbitkan pada April 2020 dengan ukuran 13,5 x 20,5 cm dan mempunyai

ketebalan sebanyak 266 halaman. Penelitian ini dilakukan dalam waktu beberapa

bulan, selama beberapa bulan peneliti mengumpulkan bahan atau data, mencatat

data dan menganalisis data.

B. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis

isi. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan setidaknya dari dua sumber, yaitu data

primer berupa karya sastra itu sendiri dan data sekunder atau data pendukung lain

yang berasal dari berbagai referensi yang mengandung proses pemaknaan atau

analisis karya sastra. Dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran.

35
36

Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang

padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi,

memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi.

Dalam penelitian ini, seorang peneliti harus memiliki data pendukung yang kuat

yaitu berupa sumber buku dan jurnal yang berkaitan dengan citra perempuan dan

pendekatan psikologi, sehingga proses pemaknaan analisis karya sastra dapat

dilakukan dengan tepat dan peneliti berusaha menemukan citra diri perempuan

dan citra sosial perempuan melalui pendekatan psikologi pada kumpulan cerpen

Istri Kedua ini.

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen (human

instrument) yang berusaha mendeskripsikan citra perempuan pada kumpulan

cerpen Istri kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan

psikologi. Hal yang dideskripsikan adalah kata-kata dalam keseluruhan kumpulan

cerpen yang mengandung citra perempuan melalui pendekatan psikologi. Pada

penelitian ini penulis berusaha menemukan citra diri perempuan dan citra sosial

perempuan melalui pendekatan psikologi.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa kata-kata bukan

angka-angka. Data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Dalam penelitian ini data primer nya yakni berwujud kata-kata yang berupa

kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah dianalisis

berdasarkan citra perempuan melalui pendekatan psikologi. Sedangkan, data


37

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku dan dokumen-

dokumen jurnal yaitu buku dan jurnal yang berkaitan dengan citra perempuan

melalui pendekatan psikologi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Istri Kedua

karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah yang diterbitkan oleh Republika di Jakarta

Selatan pada April 2020. Kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa

Alamsyah ini terdiri atas 266 halaman. Dalam kumpulan cerpen ini terdiri dari 15

judul cerpen dan dalam penelitian ini penulis menggunakan 8 judul cerpen saja.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability

sampling dengan jenis purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2018:218) nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Bisa

dikatakan teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri

oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar atau ahli yang cara penarikan

datanya menggunakan purposive sampling.

Selain itu, Sugiyono (2018:219) menyatakan bahwa purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut di anggap paling tahu tentang

apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.


38

Berikut adalah judul-judul cerpen yang ada pada kumpulan cerpen Istri Kedua

karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah.

No Judul Cerpen Keterangan


1. Cemburu pada Istri Kedua Sampel

2. Istri Kedua Ayahku Sampel

3. Mau poligami, Yakin? _

4. Haram _

5. Istri Kedua bagi Sang Mualaf _

6. Luka yang Digoreskan Bidadari Sampel

7. Bahkan, Bukan Istri Kedua Sampel


8. Beda Istri Kedua dengan Orang Ketiga _
9. Pattakilo
10. Aku WIL, Bukan Pelakor, dan Aku Bangga Sampel
11. Yang Lahir dari Rahim Istri Kedua _
12. Istri Kedua jadi Istri Pertama, Istri Pertama jadi Istri Sampel
Ketiga, Istri Ketiga jadi Istri Pertama
13. Ada Allah yang Menemani Sampel
14. Sebab, Aku Istri Kedua Sampel
15. Just The Two of Us _

Pertimbangan peneliti memilih delapan cerpen dengan judul: Cemburu

pada Istri Kedua, Istri Kedua Ayahku, Luka yang Digoreskan Bidadari, Bahkan,

Bukan Istri Kedua, Aku WIL, Bukan Pelakor, dan Aku Bangga, Istri Kedua jadi

Istri Pertama, Istri Pertama jadi Istri Ketiga, Istri Ketiga jadi Istri Pertama, Ada

Allah yang Menemani, Sebab, Aku Istri Kedua. Karena pada judul cerpen tersebut

terdapat gambaran mengenai citra diri perempuan yang dilihat melalui aspek fisik

dan psikis serta citra sosial perempuan yang hubungannya dilihat dalam keluarga

dan masyarakat.
39

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengambil data yang akan diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik pustaka dan catat. Teknik pustaka menjadi sebuah teknik

dengan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data, berarti

peneliti menggunakan atau mencari sumber-sumber tertulis untuk dijadikan objek

data. Teknik catat berarti seorang peneliti melakukan pencatatan untuk digunakan

dalam penyusunan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin

dicapai. Pengambilan data dilakukan dengan cara membaca kumpulan cerpen Istri

Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah selanjutnya diteliti dengan aspek

citra diri perempuan dan citra sosial perempuan melalui pendekatan psikologi

pada kumpulan cerpen tersebut. Adapun langkah yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Membaca secara berulang-ulang kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma

Nadia dan Isa Alamsyah.

2. Menganalisis citra perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma

Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikolgi.

3. Menyusun hasil analisis melalui tabel kerja mengenai analisis citra perempuan

pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah

melalui pendekatan psikologi.

E. Prosedur Analisis Data


40

Proses menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih

dahulu mengklasifikasi data yang telah terkumpul. Langkah mengklasifikasikan

data ini merupakan langkah selanjutnya setelah data dikumpulkan dengan teknik

studi pustaka dan catat. Klasifikasi itu dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan

analisis. Klasifikasi data ini mencakup citra diri perempuan dan citra sosial

perempuan di dalam kumpulan cerpen yang menjadi objek penelitian dengan

menggunakan pendekatan psikologi dalam sebuah karya sastra.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2018:246) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi

data.

Langkah-langkah menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2018:247) reduksi data adalah merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan kata lain data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Oleh sebab itu peneliti merangkum

kembali data-data untuk memilih dan memfokuskan pada bagian yang penting dan

gambaran yang jelas mengenai citra perempuan yang meliputi citra diri

perempuan dan citra sosial perempuan pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya

Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan psikologi.


41

b. Penyajian Data

Menurut Sugiyono (2018:249) penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Penyajian data merupakan proses dalam penyajian data dalam bentuk uraian

penjabaran dan mudah dimengerti mengenai citra perempuan yang meliputi citra

diri perempuan dan citra sosial perempuan pada karya sastra dimediasi oleh

pendekatan psikologi yang selanjutnya dilakukan penyajian data pada kolom yang

dianalisis. Penyajian data tersebut diuraikan dalam bentuk tabel kerja untuk

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Tabel Kerja 1.1


Tabel kerja Analisis Citra Perempuan pada kumpulan Cerpen Istri Kedua
karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah melalui pendekatan Psikologi

No Sub Kode Citra Diri Citra Sosial Analisis Ket


Judul Dan Perempuan Perempuan
kutipan

Fisik Psikis Keluarga Masyarakat


42

I E S I E S I E S I E S

1.

2.

Keterangan:

I : Id
E : Ego
S : Super ego

c. Verifikasi Data

Menurut Sugiyono (2018:253) kesimpulan dalam penelitian kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran umum suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif dan hipotesis atau teori. Pada bagian ini

Penarikan kesimpulan akan dilakukan secara deduktif yaitu dengan

mengumpulkan hal-hal yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan yang

bersifat khusus.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data penelitian, dilakukan pengecekan data

yang ditemukan. Keabsahan data bertujuan untuk meyakinkan bahwa temuan-

temuan dalam penelitian dapat dipertanggungjawabkan dari segala sisi. Penentuan

kualitas instrument analisis di dalam penulisan yang mempunyai kedudukan


43

penting adalah data kualitatif, karena data kualitatif adalah gambaran variabel

yang diteliti dan berfungsi alat pembuktiannya atau uji keabsahan data hasil

penulisan. Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses

penulisan. Untuk mendapatkan keabsahan data penulis menggunakan triangulasi

data.

Keabsahan data kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa

Alamsyah diperiksa dengan beberapa cara: 1) keabsahan data diperiksa dengan

cara membaca dan menelaah berkali-kali kumpulan cerpen Istri Kedua agar

diperoleh penghayatan dan pemahaman arti yang menandai dan mencakup sebagai

realisasi prinsip hermeneutic, 2) dalam praktiknya, kumpulan cerpen ini dibaca

terlebih dahulu sehingga peneliti bisa berinteraksi secara intensif dengan

kumpulan cerpen tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menghasilkan

penghayatan dan penafsiran yang memadai mengenai citra perempuan melalui

pendekatan psikologi, 3) data hasil dari proses penulisan ini diperiksa secara

berulang-ulang dengan melakukan pembacaan dan penelaahan yang bertujuan

memperoleh penghayatan dan pemahaman yang memadai sehingga data tersebut

sudah dipastikan kebenarannya.

1. Derajat kepercayaan (Credibility)

Uji credibility dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan

ketelitian dan kecermatan dalam membuat transkip berupa kutipan dan dalam

melakukan analisis data, proses ini dilakukan secara sistematis dan terus-menerus.

Melalui cara ini, maka kepastian data dan urutan dapat dicatat sebagai data yang

pasti dan sistematis.


44

2. Keteralihan (Transferbility)

Dalam penelitian kualitatif, seorang penulis dalam membuat laporannya

harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut,

sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil

penelitian tersebut ditempat lain. Selain itu dalam melakukan pengalihan data,

penulis bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya dan

ketepatannya sesuai teori penunjang perlu diperhitungkan jika ingin membuat

keputusan tentang pengalihan data tersebut.

3. Kebergantungan (Dependenbility)

Dalam penelitian kualitatif, uji dependenbility ini dilaksanakan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh

seorang auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan

aktivitas penulis dalam melakukan penelitian.

4. Kepastian (Confirmability)

Dalam penelitian ini, uji confirmability sebenarnya mirip dengan

pengujian dependenbility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan

dengan proses yang dilakukan oleh peneliti. Apabila hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi syarat dan standar confirmability.

5. Triangulasi
45

Dalam penelitian ini, triangulasi yaitu menggali kebenaran informasi

tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data dari berbagai sudut

pandang. Pada penelitian ini sumber perolehan data berasal dari dokumen tertulis

yaitu pada kumpulan cerpen Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah

dengan menganalisis citra perempuan melalui pendekatan psikologi. Untuk

menganalisis citra perempuan melalui pendekatan psikologi diperbanyaklah

sumber dari buku dan jurnal sehingga mempermudah pada saat melakukan

analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Arzona, R.D., Gani, E., & Arief, E. (2013). Citra Perempuan dalam Novel
Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 1 (2), 104-110.
Darwis, A. & Ismail, T. (2018). Citra Perempuan dalam Iklan Sabun Media
Elektronik (Kajian Feminisme). Jurnal Seminar Nasional Dies Natalis
UNM.

Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sastra. Epistemologi, Model,


Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.

Hall, C. S. (2019). Psikologi Freud. Yogyakarta: Ircisod.

Hamali, S. (2018). Kepribadian dalam Teori Sigmond Freud dan Nafsiologi


dalam Islam. Jurnal Al-Adyan, 13 (2), 285-302.

Husin. (2017). Id, Ego, dan Super Ego dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Al-
Qalam, 11 (23), 47-64.

Juanda & Azis. (2018). Penyingkapan Citra Perempuan Cerpen Media


Indonesia: Kajian Feminisme. Jurnal Lingua, 15 (2), 71-82.

Majid, H. (2019). Citra Perempuan dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra


karya Habiburrahman El Shirazy. Jurnal Prosiding Senasbasa, 3 (2), 390-
397.

Mawarni, H. & Sumartini. (2020). Citra Wanita Tokoh Utama Rani Novel Cerita
tentang Rani karya Herry Santoso Kajian Kritik Sastra Feminis. Jurnal
Sastra Indonesia, 9 (2), 137-143.

Minderop, A. (2018). Psikologi Sastra. Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Mulawarman, W. G. (2014). Analisis Ideologi Gender dan Citra Perempuan


dalam kumpulan Cerpen Perempuan Kaltim Badadai oleh 17 Perempuan
Cerpenis. Jurnal Ilmu Pendidikan, 8 (1), 87-108.

Prayogi, R. (2020). Citra Wanita dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala
sebagai Alternatif Bahan Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Kata, 1-6.

Priyatni, E. T. (2012). Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:


Bumi Aksara.
Purwahida, R. (2018). Citra Fisik, Psikis, dan Sosial Tokoh Utama Perempuan
dalam Novel Hujan Teduh karya Wulan Dewatra. Jurnal Pendidikan, 2 (2),
33-43.

Rahima, W., Ana, H., & Sulfiah. (2019). Citra Perempuan Dalam Novel
Perempuan Batih Karya A.r. Rizal. Jurnal Bahasa dan Sastra, 4 (3), 463-
479.

Rahman, A.A., Waluyo, H.J., & Suyitno. (2016). Analisis psikologis tokoh dan
nilai pendidikan karakter pada novel Amba karya Laksmi Pamuntjak serta
Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi. Jurnal S2
Pendidikan Bahasa Indonesia, 1 (1), 10-21.

Raman, R., Lewier, M., & Rutumalesy, M. (2019). Citra Perempuan dalam Buku
Kumpulan Cerpen Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye (Kajian
Feminsime). Jurnal Arbitrer, 1 (2), 95-108.

Rokhmansyah, A. (2016). Pengantar Gender dan Feminisme. Pemahaman Awal


Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca.

Satinem. (2019). Apresiasi Prosa Fiksi: Teori, Metode, dan Penerapannya.


Yogyakarta: CV Budi Utama.

Siswantoro. 2016. Metode Penelitian Sastra. Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tarigan, H. G. (2011). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Bandung.
Thereana, A. (2016). Peningkatan Keterampilan Membaca dengan Teknik
Brainstorm Sheet. Jurnal Ilmu Kependidikan, 14 (3), 55-67.

Tianingrum, R. & Sopiany, H.N. 2017. Analisis Kemampuan Pemahaman


Matematis Siswa SMP Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal
Prosiding Sesiomadika.
Waslam. (2015). Kepribadian dalam Teks Sastra: Suatu Tinjauan Teori Sigmund
Freud. Jurnal Pujangga, 1 (2), 138-154.
Wicaksono, A. (2017). Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca.

Widyawan, S. & Rukman. 2019. Analisis Kinerja Simpang Bersinyal untuk


meningkatkan keselamatan pada simpang Depok kota Depok. Jurnal
Airman, 2 (1).
Yanti, C. S. (2015). Religiositas Islam dalam Novel Ratu yang Bersujud karya
Amrizal Mochmad Mahdavi. Jurnal Humanika, 3 (15).

Zulfadli. (2018). Citra Perempuan dalam kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko
Damono. Jurnal Bahasa dan Sastra, 3 (9).
2

Anda mungkin juga menyukai