BAB IV
VISUALISASI DAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS
Pengalaman dan rasa empati dapat dirasakan pada setiap manusia. Kondisi isu
sosial yang dirasakan oleh penulis menjadi pencetus terciptanya ide berkarya dengan tema
gender. Lebih tepatnya terkhusus para perempuan yang lebih banyak dirugikan selama
tatanan kuasa patriarki. Penulis sebagai yang berjenis kelamin perempuan memiliki
hubungan interaksi antar sesama perempuan. Apalagi bagi kaum perempuan yang memiliki
keterbatasan dalam beraktivatas diluar. Penulis sadar akan adanya reaksi emosional apabila
mendengar streotipe-sterotipe mengenai perempuan yang dianggap lemah tak berdaya
yang seharusnya diam dirumah mengurusi beberapa pekerjaan rumah.
Sejak kecil penulis selalu mendekap di dalam rumah karena dilarang ke luar rumah
untuk bermain. Penulis sejak dini diharuskan mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu juga
beberapa kalimat yang selalu tergiang-giang terungkap oleh orang-orang tua dulu yang
selalu menceramahi seperti,
“Anak gadis harus bisa beberes”
“Anak perawan gadis harus bisa masak, nanti suaminya seneng”
“Anak perempuan mah gak usah main keluar, nanti hitam kulitnya”
“Anak perempuan mah nanti kerjanya cuma dirumah aja”
“Buat apa atuh cewe cape-cape belajar, dah nanti mah jadi ibu rumah tangga juga”
Kalimat itu muncul Kembali diingatan saat penulis melihat poster film berjudul
“Yuni” dimana kalimat-kalimat yang sudah dianggap kuno tertulis pada poster film
tersebut. Selain dari itu, tugas akhir dari penelitian sebelumnya memberikan gambaran bagi
penulis dalam pembuatan karya seni lukis bergagasan gender. Selain itu berita-berita yang
didominasikan dengan perempuan dalam bentuk-bentuk ketidakadilan gender. Hal terebut
memberikan dorongan bagi penulis untuk menjadikan tema isu gender ini menjadi karya
seni lukis. Ide tersebut lalu di petakan dengan mind mapping yang bertujuan sebagai
penguraian tema agar dapat tergambarkan sebuah alur dari suatu ide ke bentuk visual yang
dapat dipahami. Mind mapping ini sendiri merupakan Teknik gabungangan dari
penggunaan otak bagian kanan dan kiri dari berbagai sumber ide yang diterima otak.
Penulis menggunakan aliran surealis dalam pembuatan karya seni lukis yang
Christine Magdalena Mandalahi, 2022
BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS
Universitas pendidikan indonesia l repository.upi.edu l perpustakaan.upi.edu
54
55
Tahun : 2022
4.3.1 Deskripsi Visual Karya I
Karya yang berjudul “Aku, Rumah, dan Sangkar” memiliki ukuran 150 cm x 155
cm dengan menggunakan cat minyak pada permukaan kanvas yang dibuat pada tahun
2022. Menampilkan sesosok perempuan dan manusia setengah berkepala burung. Manusia
disangkar burung memegang rumah lalu di sebelah kanannya manusia setengah burung
memegang sangkar. Kepala manusia berukuran tidak sewajarnya dengan ukuran kepala
manusia. Warna hijau pada baju kedua figur serta warna putih pada kepala burung lalu
rambut perempuan berwarna cokelat. Sangkar yang dipegang manusia setengah burung dan
sangkar yang memenjarakan sosok manusia berwarna putih bergradasi dengan warna abu-
abu hingga ke hitam. Manusia berkepala besar sedang duduk dibangku sedangkan manusia
berkepala burung sedang berdiri disebelah kiri perempuan. Ruangan yang gelap dengan
adanya jendela yang memberikan sedikit penerangan pada ruangan. Lantai berwarna
cokelat dan dinding yang kusam dengan suasana gelap pencahayaan yang minim.
Pengambaran dengan sangkar burung dan perwujudan burung terinspirasi dari film
yang berjudul “Kartini” dari rekaman kejadian pada menit ke 09.43 yang mengambarkan
scene dimana Kartini dikurung dalam kamar dalam menjalani pingitan, lalu Kartini
memandang seekor burung yang tersangkar pula. Dalam analisis semiotika film kartini dari
skripsi Rahmawati (2018, hlm. 65) menyebutkan adengan film “Kartini” dalam scene
tersebut berkonotasikan nasib Kartini yang tidak ada bedanya dengan burung dara tersebut,
yaitu dikurung didalam kamar. Kartini yang dirawat merupakan seorang Raden Ayu.
Namun, ia tidak bisa terbang bebas menggapai cita-cita yang diinginkanya.
c. Bentuk
Bentuk hasil dari goresan kuas yang dibaluti dengan cat minyak
menciptakan bentuk figur manusia, manusia berkepala burung, jendela,
sangkar besi. Ada bentuk yang dilakukan beberapa proses perubahan
bentuk, yaitu deformasi bentuk kepala manusia menjadi kepala burung dan
distorsi pada kepala manusia menjadi besar.
d. Tekstur
Tekstur halus yang semu yang terlihat terdapat pada baju, tangan,
muka manusia, kursi, lipatan baju, dan bulu burung. Tekstur kasar semu
pada bagian kaca jendela yang kusam.
e. Warna
f. Ruang
b. Proporsi
kedua objek manusia tersebut agak berjauh. Proporsi ruang dibuat vertical
sesuai dengan letak objek sesungguhnya.
c. Kesatuan
f. Komposisi
Warna hijau pada baju diberikan pada dua figure sebagai kontras
antara warna dinding dan objek. Serta kepala burung kontras dengan warna
dinding yang hitam.
4.1. Analisis Karya II
Tahun : 2022
4.1.1. Deskripsi Visual Karya II
digambarkan warna cokelat tua. Kepala figure yang lebih besar dari pada badan.
Lukisan karya II ini menggambarkan tentang sebuah imajinasi sebagai bentuk
pengontrolan perempuan dalam bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada perempuan.
Objek-objek yang menjadikan simbolik seperti tangan besar yang sedang menggerakan dua
perempuan yang dijadikan boneka tali. Marrionate merupakan sebuah permainan yang
menggerakan benda mati dengan jari-jari tangan dengan tali yang dipasangnya pada bagian
tangan dan badan. Berhubungan dengan bentuk karya yang menggambarkan bentuk-bentuk
ketidakadilan gender terhadap perempuan. Perempuan diibaratkan sebagai marrionate
yang mengartikan bahwa perempuan ada di bawah kuasa laki-laki. Warna yang
background dipakai warna gelap yang merupakan warna yang menyimbolkan sebuah rasa
kesedihan, kemuraman, ketidakadilan, dan penderitaan.
4.1.2. Deskripsi Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip Karya II
4.1.2.1. Aspek Unsur-Unsur Karya II
a. Titik
Mata pada karya terdapat titik putih yang merupakan kilauan cahaya
mata. Pemberian titik pada mata memberikan tatapan hidup.
b. Garis
Bentuk yang dihasilkan oleh pewarnaan dari cat minyak serta ada
efek pencahayaan sehingga menciptakan suatu wujud yang ditampilkan
yaitu sosok dua gadis yang tenggah duduk dikursi dan terdapat bentuk
kedua tangan besar. Kepala manusia di deformasi menjadi besar juga tangan
Tekstur maya yang halus terdapat pada bagian kulit pada wajah dan
bagian mata. Lipatan kulit pada kedua tangan besar bersifat semu, yang
terlihat kasar dan nampak tekstur kulit.
e. Warna
chrome yellow medium, dan titanium white menghasilkan warna kulit. Mata
menggunakan perpaduan warna lamp black, burnt umber, vandyke brown,
cadmium red medium, ultramarine, chrome yellow medium, dan titanium
white. Warna yang digunakan pada lantai adalah burnt umber serta pada
garis lantai menggunakan warna lamb black. Pada dua tangan besar
didasarkan dengan warna burnt umber dan titanium white, lalu dilakukan
percampuran warna burnt umber, cadium red medium, chrome yellow
medium, ultramarine, dan zink titanium white. Warna pada baju
menggunakan percampuran warna ultramarine, titanium white, dan burnt
umber. Terakhir warna yang digunakan pada dinding yaitu warna lamb
black yang digradasikan dengan vandyke brown.
b. Proporsi
d. Irama
Dominasi dengan dua figure dan dua tangan dengan warna yang
lebih menonjol daripada bagian warna dinding dan lantai.
f. Komposisi
Figur manusia serta tangan diberi warna yang lebih terang dari pada
warna dinding dibelakang yang memberikan kontras.
Tahun : 2022
Stereotip sebagai konsep terkait peran gender dapat digambarkan sebagai gambaran
bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, emosional, dan pasif yang terlukiskan dari
karya berupa simbol jantung. Sedangkan pada laki-laki adalah makhluk yang kuat, garang,
jantan, dan rasional. Hal itu digambarkan dari figur laki-laki yang berkepala otak.
posisi yang tidak penting dan terjadi karena adanya label budaya stereotipe yang
menganggap perempuan tidak rasional dan emosional, sehingga tidak pantas untuk berkarir
tinggi karena akan berakhir di dapur.
4.2.2. Deskripsi Unsur-Unsur dan Prinsip-Prinsip Karya III
4.2.2.1. Aspek Unsur-Unsur Karya III
a. Titik
Unsur seni rupa yang berikutnya berupa garis, pada karya ketiga ini
terdapat garis lurus pada bagian pembatas antara tembok dan lantai, serta
jendela dan juga terdapat garis lurus pada bagian base podium. Terdapat
juga garis lengkung pada bagian drapery atau lipatan kain pada pakaian
baju, bagian kepala, tubuh, jantung, otak. Garis terjadi karena dihasilkan
oleh goresan yang dibuat secara sengaja ataupun tidak disengaja.atau
drapery.
c. Bentuk
Unsur tekstur dalam karya ketiga terdapat tekstur maya yang dapat
dirasakan melalui indra pengelihatan saja yang terjadi karena kesengajaan
maupun karena sifat dari media yang dipakai penulis. Yaitu terdapat pada
bagian lipatan pakaian baju yang memperlihatkan kesan drapery. Selain itu
terdapat juga teksur yang terlihat kasar agar terlihat seperti aslinya pada
bagian lantai. pada umumnya tekstur digunakan untuk keperluan substansi
atau ekspresi seniman. Serta tekstur semu pada organ dalam yaitu jantung
dan otak dilukiskan.
e. Warna
Pemberian warna lamb black pada bagian lipatan kain sebagai area gelap.
Warna pada dinding diberi warna biru muda yang merupakan pencampuran
warna ultramarine blue dengan warna titanium white.
Lalu warna pada jendela dan podium merupakan perpaduan warna
titanium white yang diturunkan warnanya dengan burnt umber lalu diberi
warna sedikit lamb black dan raw siena. Setelah itu pada podium beri efek
bayangan dengan warna lamb black yang diberi campuran warna titanium
white (untuk menaikan kadar warna dari hitam) sehingga menjadi
bervolume. Bagian lantai diberi warna coklat bergaris hitam. Warna kulit
merupakan percampuran warna burnt umber, cadium red medium, cadium
yellow medium, yellow ochke dan titanium white. Warna pada mata diberi
warna lamb black, vandyke brown, burnt umber, titanium white,
ultramarine blue, dan cadium red medium.
f. Ruang
Pada karya ketiga ini terdapat ruang semu atau khayalan yang hanya
dapat dirasakan melalui pengelihatan saja biasanya terjadi pada karya-karya
dua dimensi, karena adanya prespektif, adanya sisi gelap terang serta
perbedaan intensitas warna yang menghasilkan ruang semu.
4.2.2.2. Aspek Prinsip-Prinsip Karya III
a. Keseimbangan
geometris dengan menempatkan figure laki-laki berada pada atas dan diberi
figure lainnya untuk memberikan proporsi yang harmonis.
c. Kesatuan
Repetisi atau irama pada karya ketiga ini terdapat pada bagian
ukuran serta warna pada objek lukisan, irama yang terdapat pada karya
ketiga ini merupakan jenis irama repetitip yaitu adanya pengulangan pada
bentuk, ukuran dan warna yang sama baik disengaja ataupun ketidak
sengajaan. Pada karya terdapat pengulangan bentuk jendela dan garis pada
lantai.
e. Aksentuasi
g. Kontras
Kontras pada karya ketiga ini terdapat pada warna yang digunakan
oleh penulis yaitu warna komplementer yang terkesan berlawanan. Contoh
warna yang berlawanan pada karya ini adalah merah dengan hijau, hitam
dengan putih. Kontras warna dalam karya seni sangat berperan untuk
dimanfaatkan sebagai penarik perhatian khalayak atau masyarakat. dinding
dibelakang yang memberikan kontras. Juga pemberian warna biru muda
pada dinding memberikan kontras terhadap figure yang memakai pakaian
yang gelap.
Tahun : 2022
Beban ganda adalah beban kerja yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak
dibandingkan jenis kelamin lainnya. Bebadn ganda meliputi pekerjaan domestic (mencuci,
memasak, mengasuh anak dan lain-lainnya) dan pekerjaan public (mencari nafkah). Beban
ganda ini merupakan bentuk ketidakadilan gender sebagai korbannya adalah perempuan
yang dalam konteks ini adalah perempuan pekerjan (Hidayati, 2015, hlm.118-119).
Perempuan saat ini tidak hanya terkurung di rumah dan melakukan pekerjaan
rumah tangga, tetapi juga bekerja di luar rumah (public) untuk bekerja dan mendapatkan
penghasilan. Masuknya perempuan ke sector public didorong oleh sejumlah faktor, antara
lain: Pendidikan tinggi, yang meningkatkan kemampuan mereka bersaing di sekotor public
a. Titik
a. Keseimbangan
Repetisi atau irama pada karya keempat ini terdapat pada bagian
ukuran serta warna pada objek lukisan, irama yang terdapat pada karya
keempat ini merupakan jenis irama repetitip yaitu adanya pengulangan pada
bentuk, ukuran dan warna yang sama baik disengaja ataupun ketidak
sengajaan yang terdapat pada bagian tangan dan kaki. Irama yang diulang
berupa tangan figure utama. Motif garis-garis belang hitam putih pada
pakaian figure sebelah kiri dan lingkaran pada celemek.
Christine Magdalena Mandalahi, 2022
BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS
Universitas pendidikan indonesia l repository.upi.edu l perpustakaan.upi.edu
54
93
e. Aksentuasi