Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESENIAN

Disusun Oleh :

Pertiwi Yuliska (21591156)

Selsa Bella Putri Utami (21591190)

Dosen Pengampu :

Jauhari Kumara Dewi M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalmu’alaikum Wr.Wb

Curup, 27 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................4


B. Rumusan Masalah ...........................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................6

A. Ide ......................................................................................................6
B. Tema ..................................................................................................7
C. Kreativitas ........................................................................................8
D. Prinsip Bentuk Seni Rupa .............................................................10

BAB III PENUTUP ....................................................................................13

A. Simpulan .........................................................................................13
B. Saran ...............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni merupakan salah satu hasil kreativitas dan ekspresi
manusia. Seni menjadi salah satu identitas budaya dan eksistensi suatu
bangsa. Eksistensi kesenian suatu bangsa merupakan akumulasi dari
eksistensi individu-individu dan kelompok-kelompok warga yang
berkesenian atau berkarya seni. Eksistensin seniman dibangun dengan
senantiasa berkarya dan menyosialisasikan karyanya ke publik.
Untuk meciptakan karya-karya yang inovatif dan mempunyai
nilai orisinalitas diperlukan ide atau gagasan sebagai titik tolak
penciptaan berkarya. Tanpa didahului ide, seniman tidak akan bisa
berkarya. Itulah arti penting ide atau gagasan dalam berkarya seni,
namun dalam penciptaan karya seni banyak seniman sering kali
terkendala dalam menemukan ide atau gagasan yang akan dituangkan
menjadi karya.
Ide adalah pokok isi yang dibicarakan oleh seniman atau
desainer melalui karya-karyanya (Susanto, 2011: 187). Padahal dalam
membuat karya seni persoalan penting yang pertama adalah
mendapatkan ide kreatif yang akan dijadikan titik tolak penciptaan.
Kreatif berarti memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk
berkreasi, sedangkan kreasi berarti hasil daya cipta manusia baik yang
berupa hasil seni maupun hasil otak atau pikiran (Badudu, 1996: 723).
Untuk itulah dalam tulisan ini dikaji berbagai metode pembangkitan
ide kreatif dalam penciptaan karya seni. Penciptaan karya seni yang
dimaksudkan di sini adalah bisa penciptaan karya secara individual
maupun secara berkelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mendapatkan ide dalam menciptakan suatu karya seni?
2. Bagaimana menentukan tema untuk menciptakan karya seni?
3. Kreativitas apa yang harus dimiliki agar dapat menciptakan karya seni?

4
4. Apa saja prinsip bentuk seni?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana untuk mendapatkan ide dalam menciptakan
suatu karya seni.
2. Mengetahui cara menentukan tema untuk menciptakan karya seni.
3. Mengetahui kreativitas apa yang dimiliki sehingga dapat menciptakan
suatu karya.
4. Mengetahui prinsip bentuk seni.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ide
Ide menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
rancangan yang tersusun di dalam pikiran; atau perasaan yang benar-benar
menyelimuti pikiran. Ide merupakan konsep pemikiran yang akan
diwujudkan menjadi karya, tanpa ide seniman tidak akan bisa menciptakan
karya seni. Ide menjadi penting karena merupakan titiktolak menciptakan
suatu karya seni, namun dalam mengeksplorasi ide, banyak seniman
terkendala dalam menemukan ide yang akan dituangkan menjadi karya.
Maka perlu dikaji berbagai metode pembangkitan ide kreatif dari
berbagai sumber yang dapat diaplikasikan guna membangkitkan ide-
ide baru dalam penciptaan seni.
Metode yang dikaji adalah: membaca, observasi, curah
gagasan, berpikir lateral, serta bersosialisasi dan berdiskusi, Membaca
meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan. Observasi
merupakan upaya mendapatkan pengetahuan baru yang mendalam
dengan pengamatan, sehingga seniman mendapatkan ide-ide baru. Bila
mengalami ketiadaan ide, seniman dapat melakukan curah gagasan yang
dilakukan secara bebas sehingga dapat terhindar dari kebuntuan ide.
Berpikir lateral merupakan cara penyegaran pikiran dengan mencoba
keluar dari kotak kemapanan, rutinitas, atau dari penjara idiologi,
agar menemukan ide inovatif dalam penciptaan seni. Bersosialisasi dan
berdiskusi memperbanyak teman untuk bertukar pikiran serta
mendapatkan pengalaman yang inspiratif.
Dapat disimpulkan bahwasanya dalam mendapatkan ide kreatif
terdapat beberapa metode yang harus seniman kaji observasi, curah
gagasan, berpikir lateral, serta bersosialisasi dan berdiskusi, Membaca
meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan.

6
B. Tema
Aminuddin (1987:91) menyatakan bahwa tema ialah ide yang
mendasari suatu cerita berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memapaparkan karya fiksi yang diciptakanya. Tema dalam karya
seni rupa adalah gagasan, ide, ataupun isi yang terkandung di dalam karya
seni rupam baik karya seni rupa dua dimensi, tiga dimensi, maupun relief.
Dengan memahami tema dalam karya seni rupa berarti kita mengetahui
tujuan penciptaan karya seni yang dimaksudkan.
Tujuan penciptaan karya bisa kita pahami dari tema yang ada pada
karya seni rupa murni tersebut. Tema dalam sebuah karya seni ruma murni
bisa menyampaikan tujuan penciptaan karya seni.
Tema Seni Rupa Murni
Berikut ini adalah tema-tema pada pembuatan karya seni murni,
yaitau:
1. Hubungan antara Manusia dengan Dirinya
Seni rupa merupakan media yang bisa menuangkan ide dari
seseorang, hal ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa
keindahan melalui ekspresi. Nah, dalam pengungkapannya,
seorang seniman bisa menggunakan potret dirinya untuk
dijadikan sebagai objek lukisan.
2. Hubungan antara Manusia dengan Alam Khaya
Khayalan, imajinasi, atau ide sering ada di dalam pikiran,
baik itu secara sadar ataupun tidak sadar. Khayalan yang
muncul di dalam pikiran seniman bisa diwujudkan ke dalam
sebuah karya seni yang bisa disebut sebagai karya seni
surealisme.
3. Hubungan antara Manusia dengan Manusia Lain
Seorang seniman terkadang menggunakan objek orang lain
untuk mengekspresikan keindahan. Ide tersebut muncul karena
adanya hubungan antarmanusia dengan manusia lainnya,
seperti anak, keluarga, teman, dan sebagainya. “Tema seni rupa

7
murni sangat beragam, salah satunya hubungan manusia
dengan dirinya sendiri.”
4. Hubungan antara Manusia dengan Benda
Bagi para pelukis, benda-benda yang berada di sekitar kita
memiliki keunikan sendiri, seperti bentuk selindris, kubistis
organis atau bentuk lainnya. Keunikan itulah yang menjadikan
benda-benda tersebut sebagai objek lukisan.
5. Hubungan antara Manusia dengan Alam Sekitar
Alam yang berada di sekitar bisa menjadi objek untuk
mengungkapkan ekspresi bagi para pelukis.
Seni rupa murni dijadikan sebagai sarana bagi seniman untuk
mengekspresikan kesenangannya dengan alam.
6. Hubungan antara Manusia dengan Aktivitasnya
Aktivitas yang dilakukan pada kehidupan sehari-hari
menjadi salah satu objek bagi seorang seniman. Lukisan
menjadi salah salah satu yang menarik jika mengambil objek
aktivitas dan disertai komposisi, proporsi, serta gelap terang
yang pas. Aktivitas pada kehidupan sehari-hari tersebut dapat
berupa aktivitas bertani, aktivitas pasar, dan lain sebagainya.1

C. Kreativitas
Kreativitas Seniman dalam Berkarya
Menurut Jakob Sumardjo dalam buku Filsafat Seni (2000)
menjelaskan kreativitas muncul kalau muncul obsensi dalam diri manusia
kreatif. Obsensi muncul kalau yang diinginkan individu tak sesuai dengan
kenyataan di luar dirinya. Manusia kreatif bukanlah manusia kosong
mental. Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki gambaran suatu
sikap baru, pandangan baru, konsep baru, sesuatu yang sifatnya esensial.
Semua merupakan gambaran invidual bertabrakan dengan kenyataan yang
tak sesuai. Maka terjadilah kondisi gelisah, tak nyaman, tak sesuai, tidak

1
Buku seni budaya kelas 9 SMP bab 1

8
senang. Ketenangan jiwa akan tercapai apabila ada kesesuian, di sinilah
orang yang kreatif menemukan apa yang dicarinya, disingikan secara
intuisi, nalar dan rasa indrawi. Kreatifitas muncul tidak hanya dorongan
perasaan tetapi melibatkan kebenaran intuitif. Jadi kreatifitas selalu
dimulai dengan ketidakpuasan batin.
Proses kreatif dimulai dari dalam diri manusia berupa pikiran,
perasaan atau imajinasi kreatif manusia kemudian dituangkan
menggunakan media dan teknik tertentu, sehingga melahirkan karya-karya
kreatif . Utami Munandar menyatakan bahwa secara luas kreativitas bisa
berarti sebagai potensi kreatif, proses kreatif dan produk kreatif. Proses
kreativitas melalui kegiatan seni adalah jalan sebaik-baiknya yang dapat
dilakukan sebab melakukan kegiatan seni berarti terjadi suatu proses
kreatif (Eny Kusumastut, 1990).
Dorongan kreatifitas pada dasarnya berasal dari tradiisi itu sendiri
atau masyarakat lingkungannya. Setiap seniman dilahirkan dalam
masyarakat tertentu dengan tradisi tertentu. Tradisi seni telah ada sebulum
adanya seniman. Setiap karya merupakan kekayaan tradisi seni atau
masyarakat pada mulanya juga karya yang kreatif pada zamannya.
Seniman kreatif adalah seniman yang peka terhadap lingkungan hidunya.
Baik tradisi budaya maupun kekayaan fakltual lingkungan (Jakob
Sumardjo, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas menurut Herman Von Helmholtz
(dalam Winardi dalam Bastomi 1990) proses kreasi melalui tiga tahapan,
yaitu : Pertama, tahap saturation yaitu pengumpulan fakta-fakta, data-data
serta sensasi-sansasi yang digunakan oleh alam pikiran sebagai bahan
landasan untuk melahirkan ide-ide baru. Hal ini, semakin banyak
pengalaman atau informasi yang dimiliki oleh seniman mengenai masalah
atau tema yang digarapnya semakin memudahkan dan melancarkan
dirinya dalam proses menciptakan karya seni.
Kedua, tahap incubation yaitu tahap pengendapan. Semua data
informasi serta pengalaman-pengalaman yang telah terkumpul kemudian

9
diolah dan diperkaya dengan masukan-masukan dari alam prasadar seperti
intuisi, di sinilah seniman berimajinasi tinggi untuk mendapatkan karya
yang baru.
Ketiga, tahap illumination, merupakan tahap terakhir dalam kreasi,
apabila informasi dan pengalaman sudah lengkap, penyusunan sempurna.
Maka tahap ini mengekpresikan wujud karya seni yang diinginkan.
Menciptakan karya seni dalam konteks kreasi baru tidak selalu adanya
perubahan sedemikian radikal. Perubahan itu harus merupakan suatu
perubahan yang mendasar, yang prinsipil. Perubahan itu bias berupa
perubahan komposisi, bentuk, penampilan, konsep atau tujuan karya (A.A.
M Djelantik, 1999).
Jadi proses kretifitas dalam melahirkan karya seni tidak selamanya
harus melahirkan sesuatu yang belum ada. Aka tetapi kreatifitas menuntut
seniman menciptkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Pada
dasarnya karya seni berangkat dari realitas sosial. Begitu juga dengan
kreatifitas seniman dalam berkarya, mewujudkan karya berangkat dari
realita, lingkungan, budaya yang telah dialami akan tetapi dalam kreasi
yang baru. Kreasi yang baru merupakan proses kreatif seniman dalam
mencari ide dan mewujudkan karya seni.
D. Prinsip Bentuk Seni Rupa
Seni Rupa dapat juga disebut asas seni rupa, yang menekankan
prinsip desain seperti: kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,
proporsi dan keselarasan. Desain atau yang dulu diistilahkan dengan
sebutan nirmana sebenarnya secara meteri tidak ada perubahan yang
mendasar, karena semua prinsip tersebut masih seperti semula.
1. Prinsip Kesatuan
Untuk mendapatkan suatu kesan kesatuan yang lazim
disebut unity memerlukan prinsip keseimbangan, irama,
proporsi, penekanan dan keselarasan. Antara bagian yang satu
dengan yang lain merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling
mendukung dan sistematik membentuk suatu karya seni. Dalam

10
penerapannya pada bidang karya seni rupa/kriya prinsip
kesatuan menekankan pada pengaturan obyek atau komponen
obyek secara berdekatan atau penggerombolan unsur atau
bagian-bagian. Dalam kekriyaan pengaturan ini bisa dilakukan
atau dapat dilakukan dengan cara permainan teknik pahatan,
memformulasikan obyek, subyek, dan isian-isian pada suatu
bidang garapan.
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan berkaitan dengan bobot. Pada karya
dua dimensi prinsip keseimbangan ditekankan pada bobot
kualitatif atau bobot visual, artinya berat – ringannya obyek
hanya dapat dirasakan. Pada karya tiga dimensi prinsip
keseimbangan berkaitan dengan bobot aktual (sesungguhnya).
Keseimbangan ada dua yaitu: Simetris dan asimetris. Selain
dua keseimbangan itu ada juga yang namanya keseimbangan
radial atau memancar yang dapat diperoleh dengan
menempatkan pada pusat-pusat bagian. Pencapaian
keseimbangan tidak harus menempatkan obyek secara simetris
atau di tengah-tengah. Keseimbangan juga dapat diperoleh
antara penggerombolan dengan obyek-obyek yang berukuran
kecil dengan penempatan sebuah bidang yang berukuran besar.
Atau mengelompokkan beberapa obyek yang berwarna ringan
(terang) dengan sebuah obyek berwarna berat (gelap).
3. Prinsip Irama
Irama dalam karya seni dapat timbul jika ada pengulangan
yang teratur dari unsur yang digunakan. Irama dapat terjadi
pada karya seni rupa dari adanya pengaturan unsur garis, raut,
warna, teksture, gelap-terang secara berulang-ulang.
Pengulangan unsur bisa bergantian yang biasa disebut irama
alternatif. Irama dengan perubahan ukuran (besar-kecil) disebut
irama progresif. Irama gerakan mengalun atau Flowing dapat

11
dilakukan secara kontinyu (dari kecil ke besar) atau sebaliknya.
Irama repetitif adalah pengulangan bentuk, ukuran, dan warna
yang sama (monotun).
4. Prinsip Penekanan
Pada seni rupa bagian yang menarik perhatian menjadi
persoalan/masalah prinsip penekanan yang lebih sering
disebut prinsip dominasi. Dominasi pada karya seni rupa dapat
dicapai melalui alternatif melalui memggerombolkan beberapa
unsur, pengaturan yang berbeda, baik ukuran atau
warnanya. Seperti misalnya gambar orang dewasa pada
sekelompok anak kecil, warna merah di antara warna kuning.
Penempatan dominasi tidak mesti di tengah-tengah, walaupun
posisi tengah menunjukkan kesan stabil.
Penekan atau pusat perhatian atau juga disebut obyek suatu
karya/garapan adalah karya yang dibuat berdasarkan prioritas
utama. Karya yang diciptakan paling awal tersebut lebih
menonjol dari berbagai segi obyek pendukungnya seperti
ukuran, teknik, dan pewarnaannya.
Dalam seni kriya, penciptaan suatu karya dinominasi
menjadi tiga bagian;
a. obyek ciptaan.
Obyek ciptaan mendapat perhatian yang prioritas
dan dominan karena akan dijadikan pusat perhatiannya.
b. obyek pendukung
Obyek pendukung yang dimaksudkan adalah
bentuk-bentuk yang dibuat agar tidak sama persis
dengan obyek ciptaan, karena sifatnya sebagai
pendukung.
c. isian-isian.
Sedangkan isian-isian adalah obyek yang
memberikan aksen terhadap kedua obyek ciptaan. Atau

12
memberi pola/motif pada bidang-bidang tertentu untuk
memunculkan obyek ciptaan.
5. Prinsip Proporsi
Proporsi adalah perbandingan antara bagian-bagian yang
satu yang lainnya dengan pertimbangan seperti: besar-kecil,
luas-sempit, panjang-pendek, jauh –dekat dan yang lainnya.
Dalam seni rupa kriya, perbandingan ini mempertimbangkan
seperti bidang gambar dengan obyeknya. Yang juga memjadi
perbandingan dalam seni rupa kriya adalah skala maupun
riil/aktual. Berdasarkan kondisi riil, botol lebih tinggi dari pada
gelas atau piring lebih lebar dari pada mangkok. Proporsi juga
digunakan untuk membedakan obyek utama (tokoh),
pendukung (figuran), dan isian-isian (pendukung/latar).
6. Prinsip keselarasan
Prinsip ini juga disebut prinsip harmoni atau keserasian.
Prinsip ini timbul karena ada kesamaan, kesesuaian, dan tidak
adanya pertentangan. Selain penataan bentuk, teksture, atau
warna-warna yang berdekatan (analog). Kalau dalam karya ada
warna-warna yang berlawanan (komplementer) harus dicarikan
warna pengikat/sunggingan seperti warna putih.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Ide merupakan konsep pemikiran yang akan diwujudkan menjadi
karya, tanpa ide seniman tidak akan bisa menciptakan karya seni. Ide
menjadi penting karena merupakan titiktolak menciptakan suatu karya
seni, namun dalam mengeksplorasi ide, banyak seniman terkendala dalam
menemukan ide yang akan dituangkan menjadi karya. Maka perlu dikaji
berbagai metode pembangkitan ide kreatif dari berbagai sumber yang
dapat diaplikasikan guna membangkitkan ide-ide baru dalam
penciptaan seni.
Aminuddin (1987:91) menyatakan bahwa tema ialah ide yang
mendasari suatu cerita berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memapaparkan karya fiksi yang diciptakanya. Tema dalam karya
seni rupa adalah gagasan, ide, ataupun isi yang terkandung di dalam karya
seni rupam baik karya seni rupa dua dimensi, tiga dimensi, maupun relief.
Dengan memahami tema dalam karya seni rupa berarti kita mengetahui
tujuan penciptaan karya seni yang dimaksudkan.
Menurut Jakob Sumardjo dalam buku Filsafat Seni (2000)
menjelaskan kreativitas muncul kalau muncul obsensi dalam diri manusia
kreatif. Seni Rupa dapat juga disebut asas seni rupa, yang menekankan
prinsip desain seperti: kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,
proporsi dan keselarasan. Desain atau yang dulu diistilahkan dengan
sebutan nirmana sebenarnya secara meteri tidak ada perubahan yang
mendasar, karena semua prinsip tersebut masih seperti semula.
B. Saran
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Seni Budaya Kelas IX SMP/MTs terbitan Kemdikbud, Senin (5/12/2022).


Vol 2 (2): 187-. 204. Asmani, Jamal Ma'mur. 2011. Buku panduan Internalisasi
Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jakob Sumardjo dalam buku Filsafat Seni (2000)
Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.
Bastomi, S. (1985). Wawasan Seni. IKIP Semarang. Bestari, A.G. (2011).
Estetika: sebuah pengantar ; Pengarang, A. A. M. Djelantik ; Penerbit,
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999 ; ISBN, 9799577322,
9789799577320
Herman Von Helmholtz (dalam Winardi dalam Bastomi 1990) buku filsafat seni
ETK Sudjono, E Kusumastuti. Jurnal Seni Tari 6 (2), 2017

15

Anda mungkin juga menyukai