Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL ILMIAH

WAYANG KULIT BALI SEBAGAI SUMBER IDE


PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

Oleh :

A. A. PUTU ADI SEMARA JAYA


NIM :2006.04.007
Program Studi : Seni Murni
Minat : Seni Lukis

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2012

i
ABSTRAK

WAYAN KULIT BALI SEBAGAI SUMBER IDE


PENCIPTAAN KARYA TULIS SENI LUKIS

Skrip karya ini mengangkat tema Wayang Kulit Bali Sebagai Sumber Ide
Penciptaan Karya Seni Lukis. Disini ide tersebut dituangkan pencipta dalam
bentuk wayang sebagai symbol fenomena kehidupan. Bentuk wayang dengan
berbagai karakter sarat dengan makna-makna dan simbol-simbol yang berkaitan
dengan fenomena yang terjadi di sekitar kita, maka berdasarkan hal tersebut
pencipta berkeinginan mewujudkannya ke dalam karya seni lukis yang nantinya
diharapkan mampu menjadi panutan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Penerapan dalam karya ini yang menyangkut tema melalui pengamatan
karya-karya terdahulu yang kemudian diteruskan pada proses penciptaan karya
melalui tahap perpanjangan, eksperimen, dan pembentukan, sehingga terwujud
dua belas karya seni yang sesuai dengan tema yang diinginkan.
Pencipta menyimpulkan bahwa wayang terutama wayang Bali memiliki
makna yang terkait dengan fenomena kehidupan saat ini terutama dalam hal
karakteristik dari masing-masing individu yang memiliki sifat yang berbeda-beda,
sehingga pencipta terdorong untuk menjadikan wayang sebagai tema dan
mewujudkannya ke dalam karya seni lukis dengan teknik dan pengolahan bahan
dari pencipta sendiri.

Kata kunci : Wayang, Makna, Fenomena.

ii
ABSTRACT

BALI AS A SOURCE OF SKIN PUPPET IDE


CREATION PAINTINGS

This script works with the theme Puppet Bali as a Source of Idea
Creation Art Work Painting. Here the idea is expressed in the form of the creator
of the puppet as a symbol of the phenomenon of life. With various forms of
poppet characters laden with meanings and symbols associated with the
phenomena that occur around us, it follows that the creators wanted to make it
happen into works of art that would expected to be role models in living their
daily lives.
This application of this work concerning the themes through the works of
previous observations, which passed on through the works of creation of
assessments, experimentation, and the formation, so it will bring twelve paintings
that match the desired theme..
Concluding that the creator of Balinese puppets have meaning primarily
associated with the phenomenon of life today, especially in terms of the
characteristics of each individual who has different properties, so the creators are
encouraged to make puppets as a theme and make it into a work of art with the
techniques and processing of materials from the creators themselves.

Key words: Puppet, Meaning, Phenomenon

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Bali menjadi sangat terkenal tidak hanya keindahan alamnya,

melainkan juga karena keanekaragaman seni budayanya. Dengan

keanekaragaman seni budayanya, adalah memberi warna tersendiri, oleh karena

antara seni, budaya, adat dan agama lebur menjadi satu kesatuan yang utuh dan

saling memberikan makna baik secara fisik maupun spirit. Hal itu dapat dilihat

melalui berbagai bentuk kesenian baik seni rupa, seni kerawitan, seni tari, seni

pewayangan, seni suara dan lain-lainnya, selalu terlibatkan dalam prosesi upacara

keagamaan di Bali, sehingga keberadaannya memiliki keunikan dibandingkan

dengan daerah-daerah lain di Indonesia bahkan di Dunia. Dengan keunikan itulah

membuat daya tarik para wisatawan baik domestic maupun wisatawan

mancanegara untuk berlibur ke Bali.

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang

digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.

Secara umum kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Manusia mengabadikan pengalaman estetisnya dalam berbagai bentuk kesenian.

Dalam berkesenian, seniman mempunyai kebebasan berkreativitas yang

hampir tidak terbatas, dengan demikian para seniman melalui gagasan-gagasan

barunya, berupaya untuk memberikan ciri sebagai wujud identitasnya sebagai

seorang pencipta seni, dan apapun bentuk kesenian yang dilahirkan. Sebagai

seniman Bali tentu akan berusaha dalam kreativitasnya selalu memunculkan nilai-

nilai kebaliannya, karena lingkungan alam Bali yang mempengaruhinya.

1
Wayang sudah dikenal sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar 1500 tahun

sebelum Masehi (Lukman Pasha, 2011 : 17). Saat itu, bangsa Indonesia memeluk

kepercayan animisme. Karena itu roh dipuja-puja dengan sebutan hyang atau

dahyang.

Wayang adalah salah satu unsur kebudayaan Indonesia yang mengandung

nilai pendidikan moral dan spiritual. Efos Mahabharata dan Ramayana

memberikan motivasi bagi para seniman mengembangkan serta mendorong

kreativitasnya untuk melahirkan lakon-lakon baru dan tokoh-tokoh wayang yang

menarik untuk dinikmati.

Istilah Mahabharata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu sebuah karya

sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa atau Wyasa

Kresna Dipayana dari India.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa

lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus korawa, mengenai sengketa hak

pemerintahan tanah Negara Astina. Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita),

Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk

lainnya.

Ide Penciptaan

Ide adalah gagasan, pikiran-pikiran yang artinya (pemusatan) angan-

angan, pikiran. Penciptaan adalah peristiwa yang merupakan proses bertahap

diawali der timbulnya sesuatu dorongan yang dialami oleh seorang seniman.

2
Pencipta terinspirasi dari bentuk-bentuk wayang kulit dan cerita

pewayangannya yang sarat dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang

divisualisasikan dengan mixed media melalui teknik-teknik campuran seperti

teknik goresan, sapuan dan airbrush.

Rumusan Masalah

Dalam proses penciptaan seni lukis yang pencipta lakukan, muncul

beberapa permasalahan yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk dan nilai apa saja yang dapat diekpresikan sebagai ide

penciptaan lukisan yang bersumber dari wayang kulit?

2. Bagaimana mewujudkan lukisan terutama di dalam mengolah dan

mengekplorasi dari momen-momen estetis ke dalam gaya ekspresionis?

3. Pendekatan dan metode apa yang dapat dilakukan di dalam menolah dan

mengekplorasi sekaligus mengekpresikan momen-momen estetik yang

direspon dari bentuk wayang kulit?

Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan penciptaan karya seni yang akan dicapai adalah sebagai

berikut :

1. Dapat mengasah dan meningkatkan kepekaan terutama dalam mengolah dan

mengeksplorasi bentuk-bentuk wayang kulit dan nilai-nilai ceritanya.

2. Meningkatkan dan mematangkan konsep penciptaan terutama dalam

membetuk struktur karya dari momen-momen estetik bentuk wayang kulit.

3. Meningkatkan pemahaman melalui pendekatan suatu metode tertentu terutama

dalam mengolah dan mengeksplorasi bentuk-bentuk wayang kulit.

3
Manfaat Penciptaan

1. Untuk pencipta sendiri, dapat memberikan kepuasan di dalam berkreativitas

atau berkarya, juga mendapat pengalaman, pengetahuan dalam teori maupun

prakteknya.

2. Lahirnya karya ini diharapkan dapat meningkatkan daya kreativitas dalam

berkesenian khususnya di bidang seni lukis, daya pikir, dan ketrampilan dalam

bidang disiplin ilmu yang didapatkan di bangku kuliah.

3. Bagi lembaga, karya seni lukis ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

mahasiswa ISI Denpasar pada umumnya dan khususnya bagi kalangan seni

lukis, sebagai bahan perbandingan baik dalam pengemgangan ilmu

pengetahuan di bidang seni lukis.

4
PROSES PENCIPTAAN

Dalam penciptaan karya seni ada beberapa tahapan yang mendukung

proses kreativitas, yaitu : proses eksplorasi, eksperimen, dan pembentukan. Ada

kalanya sebuah karya seni dapat diselesaikan dalam waktu singkat dengan proses

yang tidak terlalu sulit.

Mewujudkan karya tugas akhir ini pencipta juga mengalami tahapan-

tahapan sebagai berikut:

Proses Eksplorasi (Penjajagan)

Proses Eksplorasi menyangkut berbagai pengalaman yaitu mengenai

pengamatan, penggalian ide atau dasar pemikiran serta gagasan untuk

menciptakan karya seni lukis. Dalam proses pengamatan pencipta mengunjungi

berbagai tempat seperti Kerta Gosa, Art Centre, Kamasan dan tempat-tempat

lainnya yang dapat menunjang proses penciptaan karya seni lukis yang

berhubungan dengan wayang.

Proses Eksperimen (Percobaan)

Dalam proses eksperimen ini pencipta terlebih dahulu melakukan berbagai

macam percobaan dari hasil pengamatan terhadap obyek yang menjadi ide dalam

penciptaan seperti :

- Membuat sket pada kertas sebanyak mungkin dengan menggunakan pensil,

pena, tinta cina, tujuan untuk melatih tangan dan sebagai penyemangat dalam

proses berkarya.

5
- Permainan warna dengan teknik bervariasi hingga menghasilkan komposisi

warna yang matang, dan tekstur semu.

- Pembuatan tekstur dengan menggunakan tisyu yang dicampur lem Fox yang

menimbulkan tekstur nyata.

Dari proses eksperimen pencipta tidak lepas dari penggunaan alat dan

bahan serta teknik di antaranya :

Alat-alat melukis.

Alat-alat yang digunakan pencipta dalam proses melukis:

- Palet

Merupakan alat sebagai tempat untuk pencampuran warna.

- Botol bekas pelembut pakaian.

Alat yang dipakai membuat tekstur semu.

- Kuas.

Alat yang dipakai membuat sket dan alat yang dipakai menggoreskan warna.

Bahan melukis

Bahan atau material dalam melukis mempunyai peran yang sangat penting

dalam menentukan kualitas karya yang akan dihasilkan. Bahan-bahan yang

digunakan pencipta dalam melukis, antara lain :

- Tisyu

Merupakan bahan tekstur dalam karya pencipta.

- Kanvas

Merupakan media lukis.

- Cat minyak dan cat air

6
Merupakan bahan yang memberikan kesan, gelap dan terang pada obyek lukis.

Foto Alat dan Bahan :

Proses Pembentukan

Pembentukan karya lukis pencipta diawali dengan pemilihan sket yang

terbaik dan tentunya yang berkaitan dengan tema, pencipta yaitu Wayang Kulit

Bali Sebagai Sumber Ide Penciptaan Karya Seni Lukis. Dalam proses ini perlu

adanya pertimbangan bahan dan alat seperti kanvas, cat, kuas, serta sket-sket dan

hasil dari eksperimen, yang memancing keinginan dan semangat untuk berkarya.

Dalam hal ini akan diterangkan beberapa tahap mengawali pembuatan karya seni

lukis, antara lain:

- Beberapa kanvas disiapkan untuk diberi tekstur tisyu, membuat sket obyek.

- Kanvas berstekstur yang sudah diberi goresan obyek diblok dengan warna

transparan yang sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan bidang warna

dan komposisi warna. Dalam proses ini pencipta menggunakan cat air acrelic

untuk warna transparan, cat minyak yang encer untuk memberikan efek.

7
- Selanjutnya mempertimbangkan teknik-teknik yang akan dipergunakan dalam

pewarnaan yang diinginkan pencipta adalah efek-efek warna transparan,

dengan efek-efek cat minyak yang tak menyatu yang menimbulkan kesan

pecah-pecah, dan mulai merespon sket dengan teknik dusel.

- Pendetailan dilakukan pada figur-figur wayang dengan goresan-goresan

kontur yang menghasilkan kematangan warna menjadi kesatuan dengan figur

sebagai pusat perhatian.

Foto Saat Berkarya :

Proses Penyempurnaan atau Finishing

Pada proses ini dilakukan setelah proses pendetailan dengan melakukan

perenungan mencari bagian-bagian yang dirasakan kurang untuk ditambahkan

warna atau goresan pada obyek hingga menjadi sempurna sesuai kehendak yang

diinginkan. Memberikan kontur untuk memberikan penekanan-penekanan pada

obyek secara spontan.

8
WUJUD KARYA

Wujud karya adalah kombinasi visual karya seni yang menyajikan

hubungan estestis antara sumber ide yaitu wayang dengan keartistikan seni lukis

itu sendiri yang diolah dengan kreativitas.

Wujud karya yang ditampilkan disini adalah suatu bentuk penyajian karya

seni yang mampu menceritakan tentang wayang dengan karakter dan makna yang

dikandungnya. Dalam wujud karya akan dijelaskan tentang aspek ideoplastis dan

aspek fsikoplastis karya.

Aspek Ideoplastis

Aspek ideoplastis merupakan hal yang mendasari yang meliputi ide,

konsep, dasar pemikiran yang melandasi sebuah karya seni lukis. Lebih jelasnya

aspek ideoplastisnya akan diuraikan lebih rinci antara lain:

1. Perwujudan ekspresi untuk memberikan kesan, melukiskan gerak pada

bentuk- bentuk wayang sehingga wayang-wayang hidup.

2. Perwujudan karakter, untuk memberikan ciri pada satu bentuk wayang

melalui kombinasi dengan ekspresi maka karakter ini akan memberikan

getaran bentuk yang mampumengundang imajinasi terhadap suatu irama dan

dinamika bentuk wayang.

Aspek fisikoplastis

Aspek fisikoplastis merupakan suatu gambaran real dari ide dengan tema

wayang kulit bali yang mempergunakan teknik yang dikuasi dalam karya seni

lukisyaitu airbrush dan dusel.

9
Unsur-unsur dan prinsip penyusunan yang menjadi pendukung dalam

terwujudnya karya seni lukis meliputi:

1. Garis

Garis merupakan dua titik yang dihubungkan, pada dunia seni rupa

kehadiran garisbukan sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis,

atau lebih tepat disebut goresan. Goresan yang dibuat seorang seniman akan

memberikan kesan fsikologis berbeda (Kartika, 2004 : 40). Garis pada bidang

seni memiliki kekuatan yang berbeda (tersendiri), peranan garis dalam seni

lukis sangat penting sebab garis merupakan unsur utama dalam sketsa.

2. Ruang

Ruang dalam unsur seni rupa merupakan wujud trimatra yang

mempunyai panjang, lebar, dan tinggi (bervolume). (Kartika, 2004 : 53).

Ruang juga mempunyai keluasan yang dibatasi oleh suatu batas diperlukan

suatu susunan bentuk yang sempurna dari bagian sekecil-kecilnya sampai

bagian yang sebesar-besarnya hingga membentuk kesatuan.

3. Bentuk

Bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga

dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang diantara yang dibatasi oleh garis

sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang yang bervolume dibatasi oleh

permukaan. Kedua bentuk ini memiliki sifat yaitu bentuk yang bersifat

geometri (Jana, 2005 : 22). Bentuk yang diterapkan dalam karya seni lukis

nantinya diwujudkan dalam bentuk geometris, bentuk yang merupakan unsur

senirupa dicapai melalui penyinaran dan warna, (gelap terang).

10
4. Tekstur

Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukan rasa permukaan bahan

yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk

rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang

karya seni rupa secara nyata atau semu. (Kartika, 2004 : 47). Dari uraian

diatas dapat dinyatakan bahwa tekstur sebagai elemen dalam seni lukis yang

memberikan sifat terhadapsuatu permukaan dalam karya.

5. Warna

Newton menemukan hubungan antara cahaya matahari dan warna

cahaya matahari dapat diurai dengan prisma yang didasarkan atas hukum

snellius menjadi beberapa warna yang menunjukan rangkaian Bianglala,

yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, sugoise, ungu, (Bastomi, 1992 : 63)

Warna sebagai elemen seni lukis yang berperan memberikan intensitas, serta

memberikan kesan adanya greget, serta gelap terang dalam karya.

Berikut uraian dari karya pencipta beserta penjelasannya:

11
Karya 1

Judul : Menceritakan Kehidupan


Ukuran : 120 x100 cm
Media : mix media
Tahun : 2012

Dalam karya ini pencipta menampilkan kekayonan sebagai symbol alam,

dimana alam memberikan suatu kehidupan. Karya yang berjudul Menceriterakan

Kehidupan. Disini pencipta menuangkan warna hijau kegelapan dan terang pada

latar belakang yang disimbolkan sejuknya suasana, sedangkan tualen dan merdah

sebagai obyek yang berdialog tentang baik buruknya dalam kehidupan. Ide

pencipta timbul dari keseimbangan dalam kehidupan. Dalam hidup jalani saja dan

berusaha untuk menyikapi sesuatu hal yang ada. Komposisinya kekayonan

ditempatkan secara diagonal guna memanfaatkan ruang yang ada.

12
Karya 2

Judul :Kekuatan Yang Terkendalikan


Ukuran : 150 x 100 cm
Media : mix media
Tahun : 2012

Dalam karya yang berjudul Kekuatan Yang Terkendalikan pencipta

menampilkan obyek Bima setengah robot, obyek Bima menyimbolkan kekuatan

sedangkan robot menyimbolkan sesuatu yang terkendalikan, karena robot

merupakan rakitan. Warna dalam karya pencipta warna panas dan dingin, warna

panas menyimbolkan keberanian, sedangkan warna dingin persaan yang tidak bisa

diungkapkan seperti ingin bertindak sesuatu tapi tidak bisa. Ide dalam karya

pencipta ketika pandawa kalah di meja judi oleh kelicikan sakuni.

13
Karya 3

Judul : Minum Malam


Ukuran : 150 x 150 cm
Media : mix media
Tahun : 2012

Dalam karya yang berjudul Minum Malam pencipta menampilkan

suasana berpesta, dimana suatu kehidupan loyar atau bersenang-senang. Pencipta

menampilkan obyek korawa sebagai salah satu yang menjalani tindakan

bersenang-senang tersebut di sebuah ruangan di astina pura , warna merah dengan

aburan warna gelap pada latar belakang menyimbolkan suasana saat minum dan

obyek yang kelihatan kabur sebagai pendukung adanya suasana bersenang-

senang.

14
Karya 4

Judul : Angkuh
Ukuran : 150 x 150 cm
Media : mix media
Tahun : 2012

Dalam karya yang berjudul Angkuh pencipta menampilkan obyek

bertangan lebih dari dua yang menyimbolkan suatu keinginan untuk memiliki

segalanya. Warna gelap pada latar belakang menyimbolkan suram akibat sifat

tersebut, ide dalam karya pencipta dari tokoh pewayangan korawa (Duryodana)

yang ingin menguasai kerajaan Astina Pura.

15
Kesimpulan

Berdasarkan proses yang dilakukan pencipta mulai dari pencarian ide,

pencarian sumber gagasan, eksperimen, eksplorasi teknik serta pemanfaatan

bahan dalam proses tersebut dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran

sebagai berikut:

1. Dalam karya pencipta wayang sebagai sumber ide untuk mengangkat

fenomena-fenomena sosial seperti karya yang berjudul Angkuhobyek yang

bertangan lebih dari dua yang bersifat pribadi yang mengarah pada

keartistikan karya itu sendiri.

2. Pencipta memilih alat dan bahan yang telah dipilih berdasarkan kegiatan

dalam bereksperimen, seperti penerapan pada teknik sebagai berikut yaitu

teknik lelehan , tenik dusel, dan penerapan warna secara bertahap untuk

mendapatkan ketebalan warna.

3. Aspek yang terkandung dalam karya seni lukis pencipta meliputi aspek

ideoplastis sebagai sumber ide dan aspek fisikoplastis hasil dari ide yang

diwujudkan melalui pengolahan media dengan pemanfaatan elemen-elemen,

unsur-unsur, serta prinsip-prinsip penyusunan seni rupa yang mendukung

terciptanya karya yang bertema wayang sebagai sumber ide.

Saran-saran

Sebelum mengakiri penulisan karya ini, penulis ingin memberikan

beberapa saran antara lain:

16
1. Bagi seluruh mahasiswa ISI Denpasar supaya tetap mengekspresikan ide-

idenya dan berkreativitas, sehingga menghasilkan karya yang menjadi

identitas pribadi bagi setiap mahasiswa.

2. Penulis berharap karya tulis ini bisa menjadi pedoman untuk menjalani proses

berkesenian.

3. Bagi masyarakat umum, bahwa wayang tidak hanya sebagai pergelaran atau

tontonan yang mengandung makna dan karakter menarik dari masing-masing

tokoh.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1999. Filsafat Seni. Yogyakarta : Pusat Belajar Ilmu Berguna
(PUBIB).

J. Syahban Yasasusastra. 2011. Mengenal Tokoh Pewayangan. Jakarta : Pustaka


Mahardika.

Kartika Darsono Sony. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains.

Koenjaraninggrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Lukman Pasha. 2011. Buku Pintar Wayang. Cetakan I, Yogyakarta : In Azna


Books.

Soedarso.1990. Tinjauan Seni. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Solochin. 2010. Wayang Masterpiece Seni Budaya Dunia. Cetakan Pertama,


Jakarta : Sinergi Persadatama Foundation.

Suryadi. 1994. Pembangunan Kreativitas Melalui Karya Seni Rupa.Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta :
Kanisius.

Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ). Jakarta : Balai
Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai