Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

Beauty and the beast merupakan salah satu film animasi yang di produksi oleh waada

Beauty and the Beast ("Cantik dan Buruk Rupa") adalah sebuah film animasi tahun Amerika
Serikat diproduksi oleh Walt Disney Feature Animation dan dirilis ke bioskop oleh Buena Vista
Pictures pada 22 November 1991. Film ini disutradarai oleh Gary Trousdale dan Kirk Wise. Film ini
merupakan film ke-30 dalam rangkaian film animasi klasik Walt Disney. Film ini merupakan adaptasi
dari cerita Beauty and the Beast, yang berkisah tentang cinta seorang gadis cantik bernama Belle
dapat mengubah Beast menjadi manusia.
lah salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek dengan
kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari dua
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar
(setting). Sudut pandang (point of view), tokoh dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya
bahasa, dsb. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi
pengarang dsb.
Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen terdapat watak tokoh
cerpen, amanat, serta sejumlah permasalahan yang dihadapi tokoh cerpen merupakan potret
kehidupan nyata disajikan oleh pengarang melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi
cerpen, kita akan mendapat banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di
dalamnya.
Mengapresiasikan cerpern ada banyak sekali macamnya, salah satunya yaitu dengan
cara menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik.
Berdasarkan uraian diatas, kami akan menyusun makalah yang berjudul “ Analisis Unsur
Intrinsik Cerpen Peristiwa Pagi Hari “.

Tidak dapat di pungkiri, diera post-modern saat ini, karya sastra tidak terlepas dari

kehidupan umat manusia. Sadar atau tidak, setiap orang pasti sering menikmati karya sastra.

Beberapa contoh karya sastra yang sering kita nikmati yaitu cerpen, puisi, novel, film, drama,

dan lain-lain. Menurut Dirgantara (2012, hal. 122) karya sastra adalah karya imajinatif

pengarang yang menggambarkan kehidupan masyarakat pada waktu karya sastra itu
diciptakan sedangkan menurut Rosyana dan Dewi (2012, hal. 1) karya sastra merupakan

sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Lebih lanjut lagi Rosyana dan Dewi

menyatakan bahwa sebuah karya sastra juga dianggap sebagai bentuk ekspresi dari sang

pengarang, dapat berupa kisah rekaan melalui pengalaman batin (pemikiran dan

imaginasinya), maupun pengalaman empirik (sebuah potret kehidupan nyata baik dari sang

penulis ataupun realita yang terjadi disekitarnya) dari sang pengarang. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan karya seni yang imajinatif yang merupakan

cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang

berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau

mereka alami yang dituangkan dalam bentuk bahasa. Karya sastra terbagi menjadi beberapa

bentuk salah satunya adalah film animasi.

Pada makalah kali ini penulis akan membahas film animasi. Dalam film animasi,

pengarang

Pada awalnya, film dan sastra merupakan media yang memiliki unsur-unsur tertentu

untuk mencapai maksud dan tujuan si pencipta karya dalam berekspresi dan berapresiasi.

Ketika film diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang hiburan, sastra

pun mengalami perkembangan yang sama. Dengan demikian, ada keterkaitan antara sastra

dan film dalam industri yang sama, yakni industri hiburan. Awalnya, film dan sastra berdiri

sendiri-sendiri karena dianggap memiliki kapasitas yang berbeda dalam proses produksinya.

Pada perkembangan selanjutnya, keduanya mengadakan kerja sama untuk memenuhi tuntutan

hiburan yang jauh lebih berkembang pula.

Kemunculan sastra dalam dunia film merupakan salah satu perkembangan di bidang

sastra yang pada awalnya tidak disangka-sangka. Sastra bisa berubah menjadi film, begitu
juga dengan film yang bisa berubah menjadi karya sastra. Dalam kehidupan media massa,

penggabungan antara dua kreativitas yang berbeda bahkan dianggap sebagai nuansa baru

dalam bidang hiburan. Hal ini bisa dilihat dengan munculnya film-film yang dibuat

berdasarkan kisah dalam sebuah karya sastra.

Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan aspek

pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, sedangkan aspek sastra film berupa

skenario. Rosari (2009) berpendapat bahwa, film merupakan media komunikasi sosial yang

terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang memiliki inti

atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar

lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Sebagai ide, sastra menjadi pijakan dasar dalam penulisan cerita film. Naskah puisi,

novel, dan drama telah lama dipakai untuk merangsang imajinasi para penulis skenario dalam

memuat film baru. Dalam konteks ini, sastra dapat diperlakukan sebagai radar yang bisa

menunjukkan adanya inspirasi dan perkembangan baru dalam keperluan pembuatan film

yang saat ini dikenal dengan sebutan Ekranisasi. Istilah Ekranisasi dimunculkan pertama kali

oleh Bluestone (1957:5) yang berarti proses pemindahan atau perubahan bentuk dari sebuah

novel ke dalam bentuk film. Berdasarkan asal katanya, Eneste (1991:60) mengartikan

ekranisasi sebagai pelayarputihan (ecran dalam bahasa Prancis berarti layar). Lebih jauh,

Eneste menyatakan bahwa ekranisasi merupakan proses perubahan pada alat yang dipakai,

proses penggarapan, proses penikmatan, dan waktu penikmatan (1991:60-61).

Cerita yang dituturkan dalam film bisa berasal dari banyak sumber, namun pada

hakikatnya dibagi menjadi dua, yakni cerita asli dan cerita adaptasi. Cerita asli maksudnya

film tersebut lahir dari buah pikiran penulisnya, sedangkan cerita adaptasi yakni sebuah film

bersumber dari media lain yang kemudian dibuat menjadi sebuah film (Ade, 2009:42), salah

satu media sumbernya adalah novel.


Salah satu cerita asli yang dimaksudkan diatas adalah dalam film Yang berjudul

“Children of Heaven”. Disebut cerita asli karena cerita dalam film ini tidak diadaptasi dari

media manapun dan cerita ini lahir dari buah pikiran penulisnya. Children of Heaven adalah

sebuah film dari Iran pada tahun 1997 menggunakan Bahasa Persia yang ditulis dan

disutradarai oleh Majid Majidi. Film ini dinominasikan dalam Academy Award untuk

kategori Film Berbahasa Asing Terbaik pada tahun 1998.

Di dalam film ini, ada 2 tokoh utama yang menonjol dalam cerita, yaitu tokoh utama

pria yaitu Ali (Amir Farrokh Hashemian) dan tokoh utama wanita yaitu Zahra (Bahare

Seddiqi). Ali dan Zahra adalah sepasang adik kakak yang berasal dari keluarga yang sangat

sederhana atau keluarga miskin. Ketika sepatu sekolah satu-satunya milik Zahra hilang,

disitulah awal dari semua permasalahan terjadi.

Film-film seperti ini memang tidak pernah lepas dari konflik-konflik yang terjadi

pada alur ceritanya. Ada 3 macam konflik yang melibatkan manusia dalam kehidupan sehari-

hari, yaitu konflik melawan alam, konflik antar manusia, dan konflik batin. Dalam hal ini,

penulis tertarik untuk menulis proposal penelitian yang berjudul “Konflik-Konflik yang

Dialami Oleh Tokoh-Tokoh Utama dalam film Children of Heaven Karya Majid Majidi”.

Pada pembahasan selanjutnya, penulis hanya akan membahas tentang konflik antar manusia

dan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama, karena memang di dalam cerita tidak

mengandung konflik antara tokoh utama melawan alam.

1.2 Perumusan Masalah


Di dalam film Children of Heaven karya Majid Majidi, dapat dilihat bahwa banyak

sekali konflik-konflik yang harus dialami oleh kedua tokoh utama Ali dan Zahra.

Perumusan masalah dalam penulisan proposal ini dapat dibagi menjadi 3 buah pertanyaan,

yaitu sebagai berikut :

· Konflik yang dialami tokoh utama dengan orang lain termasuk ke dalam konflik antar

manusia. Dan konflik seperti apakah yang terjadi antara Ali dengan Zahra, Ali dengan

ayahnya, Ali dengan gurunya, Ali dengan teman sekolahnya, dan Zahra dengan teman

sekolahnya?

· Konflik batin seperti apakah yang dialami oleh Ali dan Zahra kepada dirinya sendiri?

· Dengan cara seperti apakah Ali dan Zahra mengatasi konflik-konflik yang terjadi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian proposal ini adalah untuk mengetahui konflik seperti apakah

yang terjadi antara Ali dengan Zahra, Ali dengan Ayahnya, Ali dengan Gurunya, Ali dengan

teman sekolahnya, dan Zahra dengan teman sekolahnya. Serta untuk mengetahui konflik

batin seperti apakah yang dialami oleh Ali dan Zahra kepada dirinya sendiri dan dengan cara

apakah mereka mengatasi konflik-konflik tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk orang lain, baik manfaat

secara praktis maupun secara teoritis.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Penelitian dari film Children of Heaven karya Majid Majidi ini dapat menambah referensi

penelitian karya sastra dan membuka wawasan baru bagi para pecinta film anak-anak yang

bernafaskan Islam.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan masalah atau

konflik yang terkandung dalam film Children of Heaven.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan

pemikiran dan pengetahuan khususnya dibidang sastra.

2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra

secara teknik analisis terhadap karya sastra.

BAB 2

ISI

2.1 Kajian Pustaka


Kajian Pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan. Kajian terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya

akan dipaparkan beberapa penelitian sejenis yang berkaitan dengan permasalahan konflik-

konflik yang terjadi dalam cerita.

1. Agustina Artalia Putri (2010)

Dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam Kayoi No

Guntai Karya Tsutsui Yasutaka”. Penelitian tersebut berkesimpulan berdasarkan analisis

struktural, pendapat yang dikemukakan Thomas dan Kilmann (1974) digunakan untuk

mengatasi konflik yang ada di dalam cerita, seperti competing (bersaing), collaboration

(bekerja sama), compromising (berkompromi), avoiding (menghindari) dan accommodating

(mengalah). Pengatasan konflik seperti ini sangat tepat digunakan dalam skripsi ini karena

setting di dalam cerita terjadi di kantor dan di medan perang, cerita ini juga memiliki unsur

kekerasan, dimana yang pada akhir cerita tokoh utama dimatikan perannya atau meninggal di

medan perang.

2. Imas Ratnasih Kusumawardhani (2010)

Dalam skripsinya yang berjudul “Marriage Conflicts of Maggie Walsh in Marian Keye’s

“ANGELS” ”. Skripsi ini menjelaskan tentang masalah-masalah atau konflik yang terjadi di

dalam kehidupan berumah tangga. Dimana konflik-konflik tersebut bermunculan tidak jauh

karena masalah ego antara setiap pasangan, perbedaan pendapat, dan sebagainya.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Konflik

Konflik adalah suatu unsur sebagai hasil dari interaksi antarkarakter atau tokoh-tokoh

yang dikisahkan. Interaksi antarkarakter memang tidak perlu menghasilkan konflik, tetapi

penggawatan dan komplikasi tidak mungkin tercapai tanpa adanya konflik antartokoh. Justru

unsur konfliklah yang menciptakan ketegangan, dan konfliklah yang memberikan peranan

terbesar dalam menimbulkan keingintahuan pembaca atau penonton. Karena terdapat konflik

antartokoh dalam narasi, maka usaha untuk menyelesaikan konflik itu memperoleh makna

yang sesungguhnya. Peleraian terjadi bila semua konflik yang timbul sejak situasi awal

sampai puncak penggawatan dapat diselesaikan dengan memuaskan.

Telah dikemukakan bahwa sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-tanduk yang

bertalian dengan sebuah makna. Makna ini hampir selalu muncul dari suatu pertikaian atau

konflik kekuatan-kekuatan yang merangsang perhatian kita untuk melihat bagaimana situasi

itu akan diselesaikan. Motivasi kemanusiaan kita dalam semua tipe pertikaian atau konflik

merupakan dasar narasi yang sangat kuat, dengan demikian juga mengandung tenaga yang

kuat untuk menarik perhatian pembaca. Semua hal menarik karena mengandung konflik,

mengandung pertikaian yang mewarnai dan menjadi dasar pokok permasalahan itu.

2.2.2 Jenis-Jenis Konflik

Konflik yang berkaitan dengan manusia menjadi faktor utama pertimbangan untuk

mengangkat permasalahan itu dalam sebuah narasi yang dapat dibagi menjadi 3 macam :

1. Konflik Melawan Alam


Konflik melawan alam adalah suatu pertarungan yang dilakukan oleh seorang tokoh atau

manusia secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam

hidup manusia itu sendiri.

2. Konflik Antar Manusia

Konflik antar manusia adalah pertarungan seseorang melawan seorang manusia yang lain,

seseorang melawan kelompok yang lain yang berkuasa, dan suatu kelompok melawan

kelompok yang lain.

3. Konflik Batin

Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau

keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah

laku. Permasalahan hidup manusia biasanya timbul karena adanya pertentangan, baik yang

timbul dari dalam diri pribadi manusia itu sendiri atau yang berasal dari luar dirinya.

Pertentangan yang terjadi di dalam dirinya disebut juga dengan konflik batin. Konflik batin

yang berlangsung lama bisa berdampak kepada perubahan sifat dan sikap manusia yang

mengalaminya.

2.2.3 Unsur-Unsur Ekstrintik

Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri.

Salah satu unsur ekstrinsik dalam film Children of Heaven ini adalah masalah ekonomi.

Dimana dalam film ini, tokoh utama berasal dari keluarga miskin yang hidupnya pas-pasan

dan hanya mengandalkan upah dari penghasilan ayahnya yang hanya bekerja sebagai buruh

serabutan. Jika tokoh utama tidak berasal dari keluarga miskin, mungkin tidak akan pernah
ada konflik di dalam cerita, karena konflik di dalam cerita yang sebenarnya adalah dimulai

dari hilangnya sepatu Zahra di pasar ketika Ali sedang memilih-milih kentang pesanan

ibunya. Orang tua mereka tidak punya cukup uang untuk membelikan sepatu baru untuk

Zahra, jadi mereka terpaksa harus bergantian memakai sepatu untuk pergi ke sekolah.

Selain itu masalah sosial juga terdapat di dalam film ini, dimana lingkungan sekitar

tidak terlalu memperhatikan soal pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak

mampu. Ali yang merupakan murid cerdas dan pintar di sekolahnya tidak mendapatkan

perhatian khusus dari pihak sekolah dan juga tidak mendapatkan bantuan peralatan sekolah.

Kalau untuk biaya sekolahnya, mendapat beasiswa atau tidak, penulis tidak dapat

mengklarifikasikannya karena memang tidak disebutkan di dalam cerita tersebut. Bahkan

ketika Ali sering terlambat datang kesekolah karena harus bergantian sepatu dengan Zahra,

pihak sekolah tidak mau mempedulikannya dan pernah hampir mengusirnya dari sekolah

karena alasan sering terlambat. Alasan tentang Ali harus bergantian sepatu dengan Zahra

memang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Ali dan Zahra. Oleh karena itu, pihak sekolah

memperlakukannya dengan tidak adil.

2.2.4 Unsur-Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang

mewujudkan struktur sebuah karya sastra. Unsur-unsur intrinsik dibagi dalam enam

komponen, yaitu tema, alur cerita, latar cerita, tokoh, sudut pandang, serta amanat.

1. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah

satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap penulisan pasti memiliki sebuah tema, baik

itu cerpen, novel, puisi, karya tulis, dan sebagainya. Tema juga hal yang paling utama dilihat

oleh para pembaca sebuah tulisan, jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih

pada tulisan tersebut.

Film Children of Heaven ini mengangkat tema “Kesabaran dan tanggung jawab anak-

anak”. Film yang memfokuskan pada dunia anak-anak yang bernafaskan islam ini

mengangkat tema yang sederhana namun penuh penyampaian pesan pendidikan dan moral

yang tidak dibuat-buat.

2. Alur Cerita

Alur cerita atau peristiwa adalah rangkaian peristiwa yang dijalin untuk

menggerakkan jalan cerita.

Jenis-jenis alur, yaitu sebagai berikut :

· Alur maju adalah alur yang disusun berdasarkan urutan waktu (naratif) dan urutan peristiwa

(kronologis).

· Alur mundur adalah alur atau jalan cerita yang mengembalikan cerita ke masa atau waktu

sebelumnya.

· Alur campuran (flashback) adalah perpaduan alur maju dan alur mundur. Cerita bergerak

dari bagian tengah, menuju ke awal, dilanjutkan ke akhir cerita.

Alur yang digunakan dalam film Children of Heaven adalah alur maju yang dikemas dengan

beberapa segmen yang divisualisasikan secara tepat sesuai dengan alur ceritanya.

3. Latar Cerita
Latar (setting) adalah elemen fiksi yang menunjukkan tempat dan waktu

berlangsungnya cerita. Latar cerita dibagi menjadi 3, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar

suasana.

· Latar tempat dalam film ini adalah di rumah keluarga Karim, sekolah Zahra, sekolah Ali,

tempat sol sepatu, pasar, masjid, sirkuit lari marathon.

· Latar waktu yang digunakan adalah pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.

· Latar suasana yang mendukung film ini adalah sedih, takut, dan cemas.

4. Tokoh

Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam

cerita tersebut.

Tokoh-tokoh yang terlibat di dalam film Children of Heaven adalah sebagai berikut :

· Ali, anak sulung dari 3 bersaudara di keluarga Karim.

· Zahra, anak kedua dari 3 bersaudara atau adik Ali.

· Karim, seorang ayah dari 3 orang anak.

· Ibunda Ali dan Zahra.

· Guru-guru Ali di sekolah.

· Pemulung buta.

5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang

dipaparkan, Aminudin (1995:90). Sudut pandang di dalam film Children of Heaven

menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal yaitu “dia dan sebutan nama tokohnya”.

6. Amanat atau Pesan

Banyak hal positif yang dapat diperoleh dalam film Children of Heaven, seperti

tingkah laku dan sifat para tokoh-tokoh utamanya dalam menghadapi kehidupan yang tidak

lebih dari cukup, namun mereka tidak pernah berhenti berharap, sabar, tidak mudah

menyerah, tidak mengeluh, bertanggung jawab, mampu mengusir rasa ego masing-masing,

lapang dada, berani berkorban, dan saling mengasihi.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penulisan proposal penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut

Ratna (2004:5), metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis. Metode ini dipilih oleh penulis agar dapat menjelaskan

konflik yang terjadi di antara kedua tokoh utama dengan orang-orang disekelilingnya, yaitu

tokoh Ali dengan Zahra, Ali dengan ayahnya, Ali dengan gurunya, Ali dengan teman

sekolahnya, dan Zahra dengan teman sekolahnya, serta konflik batin yang di alami Ali dan

Zahra terhadap dirinya sendiri.

Setelah menonton filmnya dan membaca sinopsisnya melalui internet, penulis mulai

mengumpulkan dan meneliti bagian-bagian yang mendukung hipotesa. Penulis juga mencari

referensi teori yang dapat dibuktikan melalui adegan-adegan dalam cerita tersebut. Kemudian

data-data yang ada ditelaah lebih jauh untuk kemudian dicocokan dengan teori yang

digunakan sebagai acuan.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah buku-buku yang terdapat di Perpustakaan

Kampus H, Universitas Gunadarma. Selain itu beberapa referensi pelengkap juga penulis

dapatkan atau unduh dari internet.

3.3 Sistematika Penulisan


Proposal penelitian ini terbagi menjadi tiga bab. Bab 1 adalah bagian pendahuluan

yang berisi latar belakang pemilihan judul penelitian oleh penulis, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab 2 adalah bagian Isi yang terdiri dari kajian pustaka dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang memiliki judul atau tema penelitian yang hampir menyerupai dengan judul

atau tema penelitian penulis. Bab 2 juga berisi landasan teori yang menjelaskan teori-teori

yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis. Teori tersebut yang akan

mendukung penelitian penulis.

Bab 3 adalah bagian metodologi penelitian, dimana bagian ini berisi metode

penelitian yang menjelaskan tentang metode apa yang akan penulis gunakan untuk meneliti

penelitiannya. Sumber data yang menjelaskan tentang darimana saja referensi yang penulis

dapatkan untuk bahan-bahan penelitiannya. Selain itu, bab tiga juga berisi sistematika

penulisan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam pembuatan penelitian ini, yaitu :

1. Menonton film Children of Heaven melalui kaset DVD secara berulang-ulang supaya dapat

memahami keseluruhan dari isi cerita. Hal ini penulis lakukan sebelum memutuskan masalah

apa yang akan penulis teliti.

2. Membuat sinopsis dari film Children of Heaven.


3.5 Teknik Analisis Data

1. Menentukan tokoh mana saja yang menonjol atau tokoh utama dalam cerita tersebut. Untuk

membatasi tokoh-tokoh yang akan diteliti secara mendalam sesuai dengan topik penelitian.

2. Mencatat dalam adegan mana tokoh utama mengalami berbagai macam konflik. Hal ini

dapat membantu penulis untuk mempermudah dalam menganalisis data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, MPd. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. PT Sinar Baru Algensindo : Bandung.

Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. PT Gramedia Pustaka Umum : Jakarta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar :

Yogyakarta.

Sutrisno, Hadi. 1991. Metodologi Research, Jilid 1, Edisi ke 23. Andi Offset : Yogyakarta.
Subiyanto, Ibnu. 1993. Metodologi Penelitian. Gunadarma : Jakarta.

BEAUTY and THE BEAST

Di sebuah pedesaan pinggiran, hiduplah seorang ilmuwan tua bernama Maurice. Dia

sangat berambisi untuk memenangkan nobel penghargaan penemuan paling bergengsi. Dia

tidak hidup sendiri, melainkan dia hidup berdua bersama putri tunggalnya, Belle. Belle

adalah gadis tercantik di desa itu. Tak ayal, banyak pria berniat meminangnya. Tak

terkecuali, preman desa, Gaston. Gaston mencintai Belle karena kecantikannya semata, bukan

karena hatinya. Belle tidak seperti gadis pada umumnya, meskipun dia cantik, Belle tidak

menghabiskan waktunya hanya untuk berdandan, dia menghabiskannya di dalam

perpustakaan. Membaca dan bersenandung adalah kesenangan Belle. Di dalam perpustakaan,

ada satu buku yang membuatnya tergila-gila, yaitu buku dongeng tentang pangeran yang

dikutuk karena tidak mengenal kasih sayang. Semuanya berawal saat Maurice pergi ke luar

kota untuk mengikuti lomba penemuan terbesar. Ditengah jalan, Maurice tersesat dan

dikepung sekawanan serigala. Kemudian, Philip, kuda yang ditunggangi Maurice ketakutan

dan hampir masuk kedalam jurang. Karena spontan kaget, Philip berbalik sehingga Maurice

pun terjatuh di hutan gelap. Maurice yang ketakutan berlari tak tentu arah. Sampailah ia

didepan gerbang sebuah kastil tua. Diapun segera memasukinya untuk meloloskan diri dari
kejaran serigala lapar.

Tak disangka, kastil tua itu milik seorang pangeran yang dikutuk menjadi monster buruk rupa

karena kesombongannya. Seluruh penghuninya pun berubah menjadi benda-benda, bukan

lagi manusia. Maurice langsung saja dijebloskan kedalam penjara menara yang

menyeramkan.

Philip kembali ke rumah Belle. Belle sangat khawatir karena Philip pulang tanpa ayahnya.

Diapun menyusul ayahnya dan kembali ke kastil menyeramkan itu. Saat Belle memasukinya,

penghuni yang berupa benda-benda itu senang bukan main. Mereka berharap, dengan

datangnya Belle, maka kutukan itu bisa berakhir. Mereka juga semakin khawatir karena

mawar ajaib akan segera layu dan rontok, jika itu terjadi, maka mereka tidak akan bisa

kembali semula dan tetap terkutuk selamanya. Maka, mereka menuntun Belle menuju penjara

ayahnya. Saat Beast tahu, dia marah bukan main. Namun, dia menawarkan 2 pilihan kepada

Belle. Ayahnya bebas dan dia ditawan selamanya, atau ayahnya yang menjadi tawanan

selamanya. Belle memilih opsi pertama, dia menggantikan ayahnya. Dia menangis dan sedih

karena dia tahu dia tak bisa lagi bertemu ayahnya. Dia membayangkan akan disiksa dan

dipenjara.
Bayangan Belle seutuhnya salah. Didalam kastil, dia sangat bahagia. Hari-hari berlalu,

banyak hal baru yang ia lalui bersama Beast. Walau mulanya ia takut kepada Beast yang

tempramen, akhirnya hati Beast luluh oleh kebaikan dan keteguhan hati Belle yang

mengajarinya tentang kasih sayang. Bulan berganti. Hari berlalu. Cinta tumbuh diantara

mereka. Sejak Beast menyelamatkan Belle dari serangan kawanan serigala, Belle semakin

mencintai Beast. Namun, suatu hari Belle melihat ayahnya terpuruk diterpa hujan salju

melalui cermin ajaib Beast. Belle tak sanggup melihat ayahnya menderita. Dengan berat hati,

Beast merelakan Belle pergi, dan tak lagi menjadi tawanannya. Beast terpukul dan hanya bisa

melamun memikirkan Belle sepanjang hari. Belle pulang dengan membawa cermin ajaib

Beast sebagai penghubung mereka.

Gaston, yang telah berambisi menikahi Belle, berniat memasukkan Maurice kedalam rumah

sakit jiwa. Maurice yang telah bercerita tentang Beast kepada Gaston dan seluruh warga desa,

dianggap gila karena tidak mungkin ada makhluk seperti Beast. Kemudian, Gaston mendesak

Belle. Jika dia mau menikah dengannya, ayahnya akan bebas. Tetapi, Belle tidak mau

menerima pinangan Gaston yang memaksa. Gaston marah dan menarik ayah Belle kedalam

kereta untuk diangkut. Belle tidak mau semua ini terjadi. Dia kemuadian mengambil cermin
ajaib dan menunjukkan bahwa Beast benar-benar ada dan dia sangat menyayanginya. Gaston

yang cemburu kemudian mengajak warga berbondong-bondong untuk menyerbu kastil Beast

dan memprovokasi bahwa Beast bisa memangsa warga jiga terus dibiarkan. Belle kemudian

membela Beast. Karena Gaston tidak terima, Belle dan Maurice dikurung didalam gudang

bawah tanah. Untung saja, Chips, putra Mrs.Potts diam-diam menyelinap kedalam tas Belle.

Kemudian dia menyelamatkan Belle serta Maurice dan segera menyusul ke kastil.

Kastil sudah berhasil diporak-porandakan oleh warga. Namun, pihak Beast menang dalam

pertarungan spektakuler itu. Anak buah Beast berpesta pora atas kemenangan mereka.

Mereka tidak tahu bahwa Gaston sudah menyelinap ke menara sisi barat, tempat Beast

berada. Pertarungan berlangsung. Beast hanya bisa diam saja karena telah patah hati dan

putus asa ditinggal orang yang dicintainya. Gaston menguasai Beast sepenuhnya. Tepat saat

Gaston akan menghunus Beast, seketika itu Belle bersama Maurice dan Phillip datang.

Kekuatan dan semangat Beast kembali. Beast pun memenangkan pertarungan. Nahas, saat

Beast berusaha meraih tangan Belle, punggung Beast ditusuk oleh Gaston. Karena kesakitan,

Beast menepis Gaston dan Gastonpun terlempar ke jurang.


Hujan semakin deras. Beast tak sanggup lagi bertahan. Belle menangis sambil

memegang tangan Beast. Tepat saat helaian mawar ajaib terakhir rontok, Beast sudah tak

bernapas lagi. Belle pun menangis histeris dan berkata bahwa dia mencintai Beast. Keajaiban

terjadi. Perlahan, kutukan itu sirna. Seluruh istana kembali menjadi istana yang menawan,

anak buah Beast menjadi manusia lagi. Dan... Beast kembali menjadi manusia, pangeran

yang tampan dan gagah, yang mengerti akan arti cinta dan kasih sayang. Akhirnya, Beast dan

Belle menikah dan hidup bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai