Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ariq Maulana Nawiruddin

NIM : 21/479755/SA/21069

Tugas : Resume Kritik Sastra Feminis

Sumber Buku : Sugihastuti dan Suharto. (2002). Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wiyatmi, 2012. K. S. F. . Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Feminisme secara sederhana mengacu pada aliran pemikiran atau ideologi yang
menginginkan adanya keadilan dan kesetaraan gender. Karena cita-citanya tersebut, maka
feminisme dianggap sebagai ideologi pembebasan perempuan, yang berangkat dari keyakinan
bahwa perempuan telah mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya. Sastra feminis adalah
genre sastra yang mengusung pemikiran (ideologi) kesetaraan gender dan model penulisan
perempuan. Melalui karya yang ditulisnya sastrawan menggambarkan dunia yang diwarnai
dengan kesetaraan dan keadilan gender, yang menghargai eksistensi perempuan seperti halnya
eksistensi laki-laki. Selain itu, sastra feminis juga melakukan kritik terhadap dominasi patriarki
dan ketidaksetaraan, serta ketidakadilan gender dalam penulisan sejarah sastra dan kritik sastra.

Sastra Feminis juga mencakup pemahaman tentang gynocritics, di manapengarang


atau penulis mampu mengarang sebagai perempuan dan menafsirkan karya sastra sebagai
perempuan (Sugihastuti, 2002:6). Istilah gynocritics dipopulerkan oleh Showalter untuk merujuk
kepada tulisan perempuan. Sementara sebagai pendekatan disebut gynosentric, yaitukeyakinan
bersama terhadap perspektif yang berpusat pada perempuan danorganisasi sosial yang
"perempuan-sentris". Aktivitas gynosentric meliputiserangkaian kekuatan perempuan yang bisa
diekplorasi dan digali sepertikekuatan erotisme perempuan, karena pada prinsipnya teks sastra
dan karyasastra yang dilahirkan dari tangan pengarang laki-laki dan perempuanmemang sering
kali berbeda. Hal tersebut disebabkan karena perbedaanpengalaman masing-masing individu
dalam menilai dan mengungkapkangagasan dan ide dajam tulisan dan karya sastra.

Penggambarkan sexism sebagai sistem sosial yang terdiri dari hukum,tradisi,


ekonomi, pendidikan, lembaga keagamaan, ilmu pengetahuan, bahasa,media massa, moralitas
seksual, perawatan anak, pembagian kerja daninteraksi sosial sehari-hari. Agenda tersembunyi
dari sistem sosial itu adalahmemberi kekuasaan melebihi wanita.Sistem sosial yang dibangun
dalammasyarakat lokalisasi tidak mampu menyamakan kedudukan antara wanita dan laki-
laki.Hal tersebut terjadi karena wanita pada posisi membutuhkanpekerjaan untuk mendapatkan
materi, namunketrampilan dan pendidikanyang miliki wanita tersebut rendah.Menjadi pelayan
seks merupakanpembagian pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh wanita dalam sebuah
institusi keluarga.Perspektif feminisme memandang bahwa pekerjaan disektor seks harus di beri
gaji yang layak dan mendapatkan jaminan kesehatan dankeamanan.Prostitusi melanggar undang-
undang, namun dalam beberapakebijakan malah cenderung melegalkan prostitusi.

Pada Bagian VII, buku tersebut membahas fenomena poligami dalam konteks
Indonesia, terutama dalam karya sastra modern yang ditulis oleh sastrawan perempuan. Poligami
menjadi perbincangan karena beberapa tokoh masyarakat dan selebritis terlibat dalam praktik ini,
termasuk Aa. Gym dan Puspo Wardoyo yang memberikan "Poligami Award" kepada pria
berpoligami. Kontroversi seputar poligami memunculkan reaksi pro dan kontra, seperti yang
diungkapkan oleh LBH APIK Jakarta.

Penulis mencatat bahwa praktik poligami tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata tetapi juga
tergambar dalam karya sastra Indonesia modern. Sastrawan perempuan, seperti Fira Basuki,
Djenar Maesa Ayu, Evi Idawati, Abidah El-khalieqy, dan Dewi Sartika, menggambarkan
fenomena poligami dalam karya-karya mereka. Terdapat asumsi bahwa sastrawan perempuan
mungkin menggambarkan poligami sebagai respons terhadap budaya patriarkat, baik sebagai
bentuk penggambaran realitas atau sebagai upaya menolaknya.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan pola poligami
dalam novel Indonesia modern karya sastrawan perempuan, melihat pandangan mereka terhadap
poligami yang tercermin dalam karya sastranya, serta menjelajahi ideologi feminisme yang
mendasari pandangan mereka. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada
pengembangan kritik sastra feminis dan memberikan masukan praktis untuk masyarakat dan
pemerhati masalah perempuan dalam menghadapi kasus poligami dan permasalahan perkawinan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai