Anda di halaman 1dari 9

JSI 8 (2) (2019)

Jurnal Sastra Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

Perlawanan Perempuan terhadap Dominasi Patriarki dalam Novel Geni Jora


Karya Abidah El Khalieqy Kajian Feminisme Psikoanalisis Karen Horney

Bayu Aji Nugroho 

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman, Indonesia


Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini berjudul “Perlawanan Perempuan Terhadap Dominasi Patriarki dalam Novel Geni
Diterima November 2018 Jora Karya Abidah El Khalieqy Kajian Feminisme Psikoanalisis Karen Horney. Konflik perlawanan
Disetujui Mei 2019 yang dilakukan oleh tokoh perempuan di analisis menggunakan teori psikoanalisis feminisme Karen
Dipublikasikan Juli 2019 Horney. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara karakter perempuan dalam novel
Kata kunci: dengan perlawanan terhadap dominasi patriarki yang dialami perempuan. Metode dalam penelitian
Perlawanan; dominasi ini adalah metode Deskriptif Kualitatif, di mana peneliti berupaya mendeskripsikan hasil dari
patriarki, psikoanalisis, bacaan terhadap sumber data primer dan sekunder kemudian mengolah dalam bentuk data
feminisme kualitatif. Secara teoretis peneliti menggunakan teori feminisme psikoanalisis Karen Horney yang
menyatakan bahwa perlawanan perempuan didasarkan atas pola asuh dan lingkungan sosial di
Keywords: mana perempuan tersebut tinggal. Perlawanan perempuan secara psikoanalisis dibagi dalam tiga
resistance; patriarchal bentuk perlawanan antara lain, pergerakan mendekati orang lain, melawan orang lain, dan menjauhi
domination; psychoanalysis orang lain. Dampak dari perlawanan tersebut, mengakibatkan perempuan mengalami berbagai
feminism. macam mekanisme pertahanan diri seperti, pemindahan, sublimasi, identifikasi, represi, dan
____________________ proyeksi.

Abstract
___________________________________________________________________
This research is entitled "Women's Resistance to Domination of Patriarchy in Geni Jora's Novel by Abidah El
Khalieqy Study of Feminism in Psychoanalysis Karen Horney. Conflicts of resistance carried out by female
figures were analyzed using Karen Horney's psychoanalytic theory. This research aims to find the correlation
between female characters in the novel with resistance to patriarchal domination experienced by women. The
method used in this research was a Qualitative Descriptive method, where the researcher attempted to describe
the results of the reading of the primary and secondary data sources then processed them in the form of qualitative
data. Theoretically, the researcher used the theory of psychoanalytic feminism Karen Horney who stated that
women's resistance is based on parenting and the social environment where the woman lives. Psychoanalytic
resistance of women was divided into three forms of resistance, among others, the way of approaching others,
against others, and away from others. The impact of this resistance has resulted in women experiencing a variety
of self-defense mechanisms such as transfer, sublimation, identification, repression and projection.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: P-ISSN 2252-6315
Jalan Pulau Flores No 1 Samarinda 75112
E-ISSN 2685-9599
E-mail: bayuajinugroho@fib.unmul.ac.id

148
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

PENDAHULUAN sastra Indonesia secara sepintas, terlihat bahwa


para tokoh perempuan dalam karya sastra
Sastra merupakan hasil pemikiran dan Indonesia tertinggal dari laki-laki. Ketiga, masih
perenungan pengarang terhadap berbagai peristiwa ada resepsi pembaca karya sastra Indonesia yang
yang terjadi di dunia nyata. Karya sastra yang menunjukan bahwa hubungan antara laki-laki
dihasilkan tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial dan perempuan hanyalah merupakan hubungan
budaya yang melatarbelakanginya. Sebagai anggota yang didasarkan pada pertimbangan biologis dan
masyarakat, pengarang tentunya memiliki pendapat sosial-ekonomis semata. Keempat, penelitian
tersendiri mengenai situasi dan masalah yang terjadi sastra Indonesia telah melahirkan banyak
di lingkungannya. Berbagai pendapat dan perubahan analisis dan metodologinya, salah
pengalaman tentang kehidupan dimaknai lalu satunya adalah penelitian sastra berperspektif
dituangkan dalam bentuk karya sastra yang tentunya feminis.
sudah dibumbui dengan peristiwa imajinatif dan Menurut Salden dalam Pradopo (2002:
kreatif dari pengarang. (Nurgiyantoro, 1995: 19-20) 137) pengkajian sastra berspektif feminis terdiri
Penyerapan keadaan sosial melalui karya atas lima fokus (1) biologi, yang sering
sastra merupakan hal yang harus diperhatikan menempatkan perempuan lebih inferior, lembut,
pengarang, sebab pengarang menulis berdasarkan lemah, dan rendah, (2) pengalaman, seringkali
peristiwa faktual kemudian diubah ke dalam bentuk wanita dipandang memiliki pengalaman terbatas,
yang bersifat imajinasi. Hal ini sesuai dengan fungsi masalah mentruasi, melahirkan, menyusui, dan
karya sastra yaitu berguna dan memberikan hiburan seterusnya, (3) wacana, biasanya wanita lebih
bagi pembaca (dulce et utile). Begitu pun ketika di rendah penguasaan bahasa, sedangkan laki-laki
berbagai belahan dunia terjadi arus gelombang memiliki “tuntutan kuat”. Akibat dari semua ini,
perlawanan, khususnya pemberontakan terhadap akan menimbulkan steorotip yang negative para
sistem patriarki yang dipelopori kaum feminis. diri wanita, wanita sekedar kanca wingking, (4)
Dalam berbagai wilayah kehidupan baik proses ketidaksadaran, secara diam-diam penulis
sosial, politik, ekonomi, agama, maupun budaya, feminis telah meruntuhkan otoritas laki-laki.
posisi perempuan selalu dimarjinalkan di bawah Seksualitas wanita bersifat revolusioner,
dominasi superioritas kaum laki-laki. Kondisi yang subversif, beragam, dan terbuka. Walaupun
telah mapan inilah yang hendak diubah oleh para demikian, hal ini masih kurang disadari oleh laki-
aktivis perempuan yang merasa peduli dengan nasib laki, (5) pengarang feminis biasanya sering
kaum sesamanya yang pada akhirnya memunculkan menghadirkan tuntutan sosial dan ekonomi yang
gerakan feminisme. Feminisme muncul sebagai berbeda dengan laki-laki. Dari berbagai focus
upaya perlawanan dan pemberontakan atas berbagai tersebut, peneliti sastra yang berhaluan feminis
kontrol dan dominasi kaum laki-laki terhadap kaum dapat memusat pada beberapa pilihan saja agar
perempuan yang dilakukan berabad-berabad lebih mendalam.
lamanya. Gerakan feminisme ini pada awalnya Pemikiran tentang gerakan pembebasan
berasal dari asumsi yang selama ini dipahami bahwa perempuan ini turut pula berimbas pada berbagai
perempuan bisa ditindas dan dieksploitasi dan ranah kehidupan sosial, politik, budaya, dan
dianggap makhluk kelas dua. Maka feminisme termasuk karya sastra yang notabene merupakan
diyakini sebagai langkah untuk mengakhiri salah satu wujud kebudayaan. Hal ini dapat
penindasan tersebut (Tong, 2006 : 97). dimaklumi karena sebuah karya sastra bisa
Dasar pemikiran dalam penelitian sastra dikatakan wadah untuk menanggapi berbagai
berspektif feminis adlah upaya pemahaman peristiwa yang berkecamuk dalam kehidupan
kedudukan dan peran perempuan seperti nyata yang sekaligus sebagai kritik sosial dari
tercermin dalam karya sastra. Pertama, sang pengarang. Seperti yang dikemukakan oleh
kedudukan dan peran para tokoh perempuan Wellek dan Austin (1989: 109), sastra
dalam karya sastra Indonesia masih didominasi menyajikan kehidupan, dan arti kehidupan
oleh laki-laki. Kedua, dari resepsi pembaca karya sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial

149
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

walaupun karya sastra juga meniru alam dan mengembangkan rasa permusuhan dasar (basic
subjektif manusia. hostility) terhadap orang tua mereka dan sebagai
Kehidupan Kejora dan budaya patriarki akibatnya mengalami kecemasan dasar (basic
yang didapat dari keluarga, teman, dan anxiety). Pengalaman masa kanak-kanak awal
saudaranya membuat Kejora menjadi sosok mempunyai peranan penting dalam membentuk
perempuan yang mampu menunjukan eksistensi kepribadian manusia menjadi kepribadian sehat
dirinya sebagai sosok perempuan tangguh. (Horney dalam Feist, 2010 : 192).
Kejora telah melawan berbagai bentuk Konflik neurotik dapat muncul dari
diskriminasi yang dialaminya dengan cara yang hampir semua tahapan perkembangan, tetapi
cerdas. masa kanak-kanak adalah masa di mana sebagian
Kejora merupakan satu di antara tipikal besar masalah timbul. Peristiwa traumatis yang
perempuan Indonesia dengan latar yang berbeda. berbeda-beda, seperti pelecehan seksual,
Ikatan kesepian masa kecil dalam tembok pemukualan, penolakan atau pengabaian, dapat
kolaborasi feodalisme gaya Timur Tengah dan mempengaruhi perkembangan anak di masa
Jawa Timur yang menjeratnya, menjadikannya depan. Pengalaman-pengalaman yang merusak
subordinat dari komunitas kaum lelaki. Geni ini hampir selalu ditimbulkan oleh kurangnya
Jora sebagai novel juga sangat menarik untuk kehangatan dan kasih sayang yang tulus (Horney
dinikmati atau pun dikaji sebagai pembelajaran dalam Feist, 2010 : 197-198).
dalam khasanah kehidupan. Manusia membutuhkan kondisi-kondisi
Nilai-nilai feminisme terhadap dominasi yang mendukung untuk berkembang. Kondisi ini
budaya patriarki yang terdapat dalam novel Geni harus mencakup lingkungan yang hangat dan
Jora karya Abidah El Khalieqy dalam saling mencintai. Anak-anak perlu merasakan
menghadapi penguasaan dari tokoh lelaki dalam cinta yang tulus dan kedisiplinan yang baik.
novel tersebut membuat peneliti berkeinginan Kondisi-kondisi seperti ini akan memberikan
untuk meneliti “Perlawanan Perempuan perasaan aman dan puas kepada mereka dan
Terhadap Dominasi Patriarki Dalam Novel Geni memungkinkan mereka tumbuh sesuai dengan
Jora Karya Abidah El Khalieqy Kajian diri mereka sebenarnya (real self). Namun,
Feminisme Psikoanalisis Karen Horney”. sejumlah pengaruh buruk dapat menggangu
Berdasarkan latar belakang masalah yang kondisi-kondisi yang mendukung tersebut.
dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam Menurut Horney dalam Feist (2010 : 143),
penelitian adalah mengkaji bentuk perlawanan manusia memerangi kecemasan dasar dengan
perempuan terhadap Dominasi Patriarki dalam mengadopsi satu dari tiga jenis relasi dengan
Novel Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy orang lain, bergerak menuju orang lain (moving
dengan menggunakan analisis Feminisme toward people), bergerak menentang orang lain
Psikoanalisis Karen Horney dan faktor-faktor apa (moving against people), dan bergerak menjauh
saja yang mempengaruhi perempuan untuk dari orang lain (moving away from people).
melakukan perlawanan dalam Novel Geni Jora
Karya Abidah El Khalieqy dengan menggunakan METODE
analisis Feminisme Psikoanalisis Karen Horney.
Landasan teori dalam penelitian ini adalah Metode penelitian yang digunakan dalam
teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney yang pendekatan penelitian ini adalah deskriptif
dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi kualitatif. Pengkajian deskriptif menyarankan
sosial dan kultural, terutama pengalaman- pada pengkajian yang dilakukan semata-mata
pengalaman masa kanak-kanak, sangat besar hanya berdasarkan pada fakta atau fenomena
pengaruhnya dalam membentuk kepribadian yang secara empiris hidup pada penuturnya
seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan (sastrawan). Artinya, yang dicatat dan dianalisis
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang adalah unsur-unsur dalam karya sastra seperti
cukup selama masa kanak-kanak apa adanya. Penelitian yang akan dibahas

150
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

bertujuan untuk mengurai benang kusut antara laki-laki dan perempuan. Semua itu
permasalahan perlawanan perempuan yang menimbulkan berbagai macam bentuk perlawanan
selama ini berkembang di masyarakat secara dari perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan
spesifik, kemudian disertai dengan bukti yang gender. Begitupun yang dilakukan tokoh
menunjukan faktor-faktor penyebab perlawanan perempuan dalam novel Geni Jora karya Abidah El
perempuan dalam Novel Geni Jora karya Abidah Khalieqy.
El Khalieqy. Bentuk representasi nilai-nilai feminisme
Dalam menganalisis data pada novel Geni yang dilakukan oleh Kejora yang berusaha
Jora karya Abidah El Khalieqy adalah teknik memperjuangkan kesetaraan gender dengan
analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif melakukan perlawanan terhadap konstruksi gender,
digunakan untuk mengungkapkan bentuk yaitu berupa perlawanan terhadap ketidakadilan
feminisme, dan bentuk dominasi patriarki di gender. Berikut bentuk representasi nilai-nilai
dalam teks, kemudian dianalisis dengan feminisme tokoh perempuan dalam novel Geni Jora
menggunakan teori feminis dan setelah itu karya Abidah El Khalieqy yang meliputi
ditentukan bentuk dominasi serta ungkapan perlawanan mendekati orang lain (moving forward
femin. Teknis analisis data yang digunakan people), melawan orang lain (against people), dan
dalam menganalisis data pada novel Geni Jora menjauhi orang lain (moving away from people).
karya Abidah El Khalieqy adalah teknik analisis
deskriptif. Mendekati Orang lain (Moving Forward People)
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk Dalam novel Geni Jora tokoh Kejora
mengungkapkan bentuk feminisme, dan bentuk melakukan perlawanan yaitu mendekati orang lain
dominasi patriarki di dalam teks, kemudian terhadap salah satu bentuk ketidakadilan gender
dianalisis dengan menggunakan teori feminis yang dialaminya yaitu perlawanan terhadap
dan setelah itu ditentukan bentuk dominasi serta ketidakadilan gender dalam bentuk marginalisasi
ungkapan feminis. Adapun prosedur analisis data terhadap perempuan yang tergambarkan oleh sosok
pada penelitian dalam ini adalah sebagai berikut Kejora. Kejora adalah perempuan tangguh yang
: berusaha menentang berbagai bentuk pemiskinan
1. Membaca teks sastra (dalam hal ini terhadap perempuan. Bentuk pemiskinan tersebut
adalah novel Geni Jora). terlihat di dalam novel Geni Jora melalui cerita, di
2. Menganalisis perlawanan perempuan mana perempuan di dalam novel dibatasi haknya
yang terdapat di dalam novel Geni Jora dalam urusan publik. Salah satu bentuk representasi
terhadap dominasi patriarki kajian nilai-nilai feminisme dalam melawan bentuk
feminisme psikoanalisis. marginalisasi terlihat dalam kutipan berikut.
3. Menganalisis faktor-faktor penyebab “Siapa ibumu, Jora?”
perlawanan perempuan dalam novel Ibumu seorang perempuan sederhana yang
Geni Jora. mengelola rumahnya menjadi sebuah kastil indah
4. Membuat simpulan hasil analisis. bagi anak-anak dan suaminya. Ia tidak pernah pergi
kemana-mana. Ia melangkahi pintu besar hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN diwaktu takziah, pesta pernikahan atau menjadi
imam shalat Jumat di langgar (musala) yang khusus
Representasi Perlawanan Perempuan Dalam untuk perempuan. Hampir seluruh waktu ibuku
Novel Geni Jora. habis untuk anak-anaknya. Kamilah putra-putrinya,
Adanya ketidakadilan gender yaitu hiburan terbesar baginya (Khalieqy, 2004 : 79).
dikotomi antara perempuan dan laki-laki yang Bentuk marginalisasi di mana perempuan
disejajarkan dengan dikotomi peran domestik- diposisikan sebagai makhluk domestik sebagai ibu
publik, dan masih adanya kekerasan terhadap rumah tangga. Dalam melawan bentuk
perempuan dari kaum laki-laki, menyebabkan marginalisasi tersebut tokoh Kejora berupaya
masih dirasakan adanya perlakuan yang berbeda

151
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

mendekati tokoh ayah dengan selalu bersikap manis Perlawanan Melawan Orang Lain (Against
dan menjadi anak penurut. People)
Bangun dalam sepertiga, itu sangat bagus, Dalam upaya melakukan perlawanan
tetapi bukan untuk sensasi. Bangun malam adalah terhadap orang lain tokoh utama Kejora dalam novel
qiyamullail, tahajud! Tafakur! Tadarus! Bukan Geni Jora melakukan perlawanan terhadap berbagai
keluyuran membikin berita heboh, mengganggu bentuk penempatan perempuan sebagai kelas kedua
para tetangga, menggangu saudara-saudaranya yang yang sangat tampak dalam kehidupan Kejora.
tengah nyenyak tidur. Itu namanya merusak malam Kejora sebagai anak perempuan selalu ditempatkan
(Khalieqy, 2004 : 74). sebagai kelas kedua dibanding adik laki-lakinya.
Pola didikan orang tua yang keras Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut.
menjadikan Kejora sebagai anak yang tampak patuh “Dengar, Nenekku sayang. Sebuah rahasia
terhadap perintah ayahnya, meskipun dalam hati akan kubeberkan di hadapanmu. Nenek mau?”
dan pikiran Kejora selalu berseberangan dengan “Sebuah rahasia? Rahasia apa itu, Cucu?”
pemikiran dan pendapat ayahnya. Hal tersebut “Bahwa Prahara bukanlah ranking kesatu,
dikarenakan adanya konstruksi gender yang bersifat tetapi aku. Kejora” (Khalieqy, 2004 : 62).
patriarkis yang menempatkan perempuan sebagai Bentuk penempatan perempuan sebagai
kelas kedua, inferior, dan harus selalu mengalah kelas kedua yang membuat Kejora melakukan
dalam hubungannya dengan laki-laki. Bentuk perlawanan secara langsung. Perlawanan langsung
patriarki yang muncul dalam kutipan di atas tersebut ditunjukan dengan sanggahan terhadap
menunjukan bentuk marginalisasi di mana ucapan nenek mengenai penempatan perempuan
penguasaan atas wilayah publik didominasi oleh sebagai kelas kedua di dalam keluarga Kejora.
laki-laki. “Akulah sang juara itu. Nenek mau bukti?”
Dampak dari perlawanan Kejora terhadap “Mana?Mana buktinya?”
bentuk marginalisasi secara psikologis adalah Lalu kubentangkan nilai raportku
tindakan pemindahan atau displacement di mana dihadapannya berikut raport Prahara dan surat
Kejora berusaha meredakan ketegangan yang peringatan dari Bu Guru.... ‘Inikan nilai raport
muncul di dalam dirinya dengan melampiaskan sekolahan, Cucu. Berapa pun nilai Prahara di
kepada orang lain. Dalam novel Geni Jora, tokoh sekolahan, sebagai laki-laki, ia tetap ranking
Kejora melampiaskan bentuk pemindahan atau pertama di dunia kenyataan. Sebaliknya kau.
displacement terhadap tokoh Wak Girun pembantu Berapapun rangkingmu, kau adalah perempuan dan
yang berkerja di rumah Kejora. akan tetap sebagai perempuan (Khalieqy, 2004 :
“Hai Gendut! Apa yang lucu dari durian 62).
hingga buncitmu berguncang-guncang?” aku Adanya sterotip yang melabeli dirinya dan
melengking dari bawah. perempuan pada umumnya tidak membuat Kejora
Wak Girun yang memiliki perut diam dan menerima. Kutipan tersebut juga
menggelembung itu kaget, untung tidak sampai menunjukan adanya perlawanan terhadap orang lain
lepas pegangan, begitu menyadari aku berada di (against people) di mana tokoh Kejora melakukan
bawahnya, tengah memperhatikan dia (Khalieqy, perlawanan secara langsung terhadap tokoh nenek
2004 : 75-76). dengan menentang argumen nenek tentang
Bentuk displacment dikarenakan terdapat tingkatan gender dalam keluarga Kejora. Kejora
pemindahan pelampiasan ketegangan atau adanya tetap selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya
proses kateksis dari amarah Kejora kepada objek selalu menjadi nomer satu dari adik laki-lakinya.
yang lebih rendah kedudukannya, yaitu kepada Wak Untuk membuktikan dan lebih menyakinkan
Girun sebagai pembantu rumah tangga. bahwa Prahara memiliki rangking di bawahku, aku
telah mampu menunaikan salat lima waktu saat
usiaku genap tujuh tahun. Aku juga rajin puasa
sunnah Senin-Kamis dan tengah bulan Qamariah
(Khalieqy, 2004 : 63)

152
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

Upaya Kejora dalam membuktikan bahwa cara membalas perlakuan poligami dengan
dirinya mampu menjadi lebih baik dari adiknya mengkhulu (menuntut cerai). Kemampuan Kejora
Prahara merupakan sebuh bentuk perlawanan secara dalam membalas ketimpangan yang berlaku di
langsung. Dalam usianya yang baru sembilan tahun, masyarakat merupakan bentuk perlawanan terhadap
digambarkan Kejora sudah mencoba untuk persepsi masyarkat yang selama ini berkembang
merefleksikan posisi dirinya dan kaum perempuan bahwa yang boleh memiliki kekasih lebih dari satu
di masyarakatnya yang selalu dinomorduakan. adalah laki-laki saja. Keberanian Kejora
menunjukan bahwa perempuan juga dapat
Menjauhi Orang Lain (Moving Away From melakukan hal yang sama dengan laki-laki, bahkan
People) memiliki suami lebih dari satu.
Perempuan bukan makhluk lemah yang bisa
diperlakukan sesuai hasrat seksual pria. Perempuan Faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan
dapat melawan apabila terancam harga dirinya. untuk melakukan perlawanan dalam Novel Geni
Kejora sosok perempuan yang menunjukkan Jora Karya Abidah El Khalieqy
perlawanan terhadap konstruksi gender yaitu,
sterotip publik yang menimpa dirinya. Kejora merupakan perempuan yag memiliki
Perlawanan itu menunjukkan bahwa pemikiran kritis terhadap pandangan perempuan di
perempuan dapat keluar dari bentuk konstruksi masyarakat. Semangatnya dalam menunjukan
gender yang tidak adil selama ini, yang telah eksistensi perempuan yang agar setara dengan laki-
berkembang di masyarakat. Secara istilah diksi laki membuat dirinya mengalami konflik psikologis
perempuan terbentuk dari kata wanita (wani ditata) dengan lingkungannya. Konflik tersebut membuat
yang berarti perempuan dapat dikendalikan dan kejora mengalami pertentangan dalam dirinya. Hal
diperlakukan sesuai dengan keinginan kaum pria. tersebut tersirat dalam kutipan di bawah ini.
Dalam upaya melakukan perlawanan yaitu “Siapakah perempuan? Barisan kedua yang
menjauhi orang lain (moving away from people) menyimpan aroma melati kelas satu? Semesta alam
tokoh Kejora melakukan perlawanan terhadap terpesona ingin meraihnya, memiliki dan mencium
kekerasan yang dialaminya baik berupa kekerasan wanginya. Tetapi kelas dua? Siapakah yang
fisik, psikis, dan seksual. Kejora juga menunjukkan menentuka kelas-kelas? Sehingga laki-laki adalah
bahwa perempuan bukan makhluk yang lemah yang kelas pertama? Sementara Rabi’ah al Adawiyah
hanya dapat menangis dan menerima nasib yang laksana roket melesat mengatasi rangking dan kelas.
terjadi padanya. Sebenarnya, kelas berapakah Hitler? George W.
Perlawanan menjauhi orang lain bukan Bush? Mana lebih tinggi rankingnya, Ariel Sharon
berarti tidak melawan atau diam. Kejora atau Fatimah Mernissi? Bukankah selain Abu Jahal,
menunjukkan sudut pandang perempuan yang Fir’aun, Musailamah al Khadzdzab, Adam
berbeda. Kejora adalah perempuan yang tidak Wizehobart terdapat juga Maryam al Bathul, Balqis,
lemah dan menerima begitu saja ketidakadilan yang Aisyah dan Fatimah az Zahra?” (Khalieqy, 2004 :
dialaminya dari tokoh pria di dalam novel. 60).
“Jika misalnya Zakky poligami, apa reaksi Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam
Kak Jora,” tanya Najwa. diri Kejora. Hal tersebut dijadikan landasan berpikir
“Aku poliandri, pakai cara-cara yang legal.” Kejora sebelum Kejora mempertanyakan posisi
“Seperti apa?” dirinya dalam struktur keluarganya. Kutipan di atas
“Pertama mengkhulu’nya. Lalu nikah lagi menunjukan kecemasan dalam diri Kejora
dengan bintang film yang ganteng melebihi Zakky. mengenai hakikat keberadaan perempuan di dalam
Poliandri atau tidak, yang penting kan rasa adilnya. keluarganya dan perempuan di dunia ini.
Sama-sama dua” (Khalieqy, 2004 : 115). Kecemasan dalam diri Kejora bertambah ketika
Kutipan di atas menunjukan bentuk Kejora mengalami konflik dengan saudara laki-
perlawanan menjauhi orang lain, di mana Kejora lakinya.
lebih memilih menghindar atau menjauh dengan

153
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

“Kamu pasti nyontek, kata Prahara, adik laki- Kupikir Ibuku tertekan menjadi istri kedua.
lakiku. Itu bisa kubaca dari ekspresi wajahnya yang
“Seluruh kampung tahu, kamulah ahlinya senantiasa masam saat melihat Ibu Fatmah pulang
nyontek,” jawabku. dari luar kota bersama ayah. Sekalipun banyak
“Tetapi nenek tidak tahu.” hadiah untuknya, tak dapat menghapus kesedihan
“Akan kubeberkan semua rahasiamu, yang memancar dari perasaan jiwanya yang
termasuk surat peringatan dari Bu Guru” tertekan.
“Sepertinya kau belum perah merasakan Ibu pasti cemburu pada Ibu Fatmah,” suatu
bogem-ku?” kali aku bertanya.
Pyarr... segelas susu ambyar (Khalieqy, 2004 “Apa Ibu Fatmah pantas dicemburui?”
: 60-61). “Ia begitu cantik, bukan?”
Kutipan di atas menunjukan bahwa Kejora “Apa Ibu kurang cantik dari dia?”
berusaha menunjukkan eksistensi dirinya dalam hal “Tetapi Ibu kurang bahagia?”
akademis yang lebih baik daripada Prahara adik Ibuku tertawa, ringan.
laki-lakinya. Konflik kedua bersaudara berbeda “Tahu apa kau tentag bahagia, anakku?”
jenis kelamin tersebut menyebabkan nenek Kejora (Khalieqy, 2004 : 79-80).
memberikan nasehat yang menyebabkan Petikan di atas menunjukan bahwa Kejora
munculnya konflik psikologis dalam diri Kejora. mengalami konflik psikologis tentang arti
Dari atas kursinya, nenekku mulai ceramah. kebahagiaan, bagaimana laki-laki mendapatkan
Bahwa perempuan harus selalu mau mengalah. Jika kebahagiaan di atas penderitaan batin perempuan.
perempuan tidak mau mengalah, dunia ini akan Konflik psikologis yang dialami Kejora menjadikan
jungkir balik berantakan seperti pecahan kaca. kejora sadar bahwa budaya patriarki telah dialamiya
Sebab tidak ada laki-laki yang mau mengalah. Laki- bahkan di dalam lingkungan keluarganya sendiri.
laki selalu ingin menang dan menguasai Konflik Psikologis Kejora juga didapatkan
kemenangan. Sebab itu perempuan harus siap me- dari pamannya. Paman yang dianggapnya sebagai
nga-lah (pakai awalan ‘me’) (Khalieqy, 2004 : 61). pelindung ternyata menyimpan hasrat terhadap
Konstruksi gender yang bersifat patriarkis di tubuh Kejora. Pengalaman masa kecil Kejora
atas menimbulkan kecemasan dalam diri Kejora, tersebut menyebabkan konflik psikologis dalam diri
yaitu kecemasan akan masa depan dirinya dan Kejora mengenai peran laki-laki bagi perempuan.
kecemasan akan masa depan perempuan. Kejora Setelah kalung kugenggam dengan
yang menentang budaya patriarki di dalam gemetar, ternyata paman tidak melepas tanganku, ia
keluarganya mendapat pertentangan dari anggota tetap memegangnya, bahkan lebih erat. Ditariknya
keluarganya sendiri seperti Nenek dan Adiknya. jemariku untuk diciumnya berulang-ulang. Tangan
Konflik psikologis Kejora juga didapatkan kanannya hendak meraih leherku saat kudengar
dari Ayahnya. Dibesarkan dengan dua orang Ibu sebuah langkah tersendat-sendat. Pastilah itu
membuat Kejora merasakan pergolakan batin antara langkah nenek (Khalieqy, 2004 : 86).
rasa kasihan dengan Ibu kandungnya dan rasa marah Kutipan di atas meunjukan kecemasan
karena Ibunya mau menerima menjadi istri kedua Kejora terhadap Pamannya sendiri, kecemasan yang
Ayahnya. Kejora merasa bahwa perempuan tidak muncul tersebut mengakibatkan konflik psikologis
layak untuk diperlakukan tidak adil, karena dalam diri Kejora di mana trauma akan laki-laki
poligami bagi Kejora adalah sebuah penindasan membuatnya terjerumus dalam percintaan sesama
terhadap perempuan. jenis dengan teman satu pondoknya Elya.
Dengan harta yang melimpah, Kejora merasa “Aku mencintai-Mu dengan dua macam
bahwa laki-laki telah menindas perempuan. Cinta
Kepedihan yang dialami Ibunya membuat Kejora Cinta rindu dan Cinta karena Engkau layak
mengalami konflik psikologis antara dirinya dan dicinta
Ayahnya. Hal tersebut tersirat dalam kutipan di Dengan Cinta rindu
bawah ini.

154
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

Kusibukan diriku dengan mengingat-ingat – Konflik psikologis Kejora juga didapatkan


Mu selalu dari Zakky kekasih Kejora, Sebelum menjadi
Dan bukan selain-Mu kekasih Kejora, Zakky adalah kekasih dari Elya
Sedangkan Cinta karena Kau layak dicinta sahabatnya. Konflik psikologis tokoh Kejora
Di sanalah Kau menyingkap hijab-Mu memberikan pengaruh terhadap hubungan antara
Agar aku dapat memandang-Mu” (Khalieqy, Kejora dan Zakky. Perasaan cinta Kejora terhadap
2004 : 90). Elya dibenturkan terhadap rasa cintanya kepada
Puisi di atas merupakan puisi ungkapan cinta Zakky. Kejora merasa cemas akan hubungannya
Elya kepada Kejora, perasaan cinta yang lebih dari dengan Zakky dapat merusak hubungannya dengan
sekedar sahabat. Dalam menghadapi perasaan cinta Elya sebagai sahabatnya.
dari Elya, Kejora juga mengalami koflik psikologis Namun kini Zakky memelukku.
dalam dirinya, yaitu perasaan nyaman saat dirinya Membisikan anggur ditelingaku sembari
berada di samping Elya yang berhadapan dengan merampakan bunyi genderang cinta mengelilingi
cibiran dari lingkungan pondok saat hubungannya sanubariku. Air matamu menetes haru? Atau kau
mulai diketahui oleh orang yang ia benci yaitu cemburu? Di tengah musim di mana anak manusia
Sonya. mencari hangat dari pasangannya, ayo, Elya
“Ternyata sedang dimabuk kepayang, to. bacakan lagi syair-syair Rabiah. Ke mana syair-
Mesra benar. Ketua majelis tahkim tengah bercinta syair itu menguap kini? Melaut ke dalam atmosfer
dengan aak buahnya . benar-benar sensasional”. bumikah? Atau terkapar bagai puing-puing
Sesosok dari kegelapan tiba-tiba muncul. kejayaan silam, di antara kalbu dan ruh kita, ia
Sonya. Ia tengah membuntuti langkah kami. tenggelam di tengah bising gelombang permukaan
Pastilah untuk memata-mataiku bersama Elya. dunia (Khalieqy, 2004 : 124).
(Khalieqy, 2004 : 92). Kutipan di atas meunjukan bentuk luapan
Kecemasan yang muncul dalam diri Kejora psikologis Kejora yang di benturkan oleh konflik
merupakan benturan-benturan Id yang batin di dalam dirinya. Pertentangan yang
merepresentasikan nafsu seks sejenis tokoh utama mengakibatkan konflik psikologis dalam diri Kejora
perempuan Kejora dan Super Ego di dalam pondok dan kekasihnya Zakki. Sehingga dapat disimpulkan
pesantren yang dirasakan Kejora tidak sesuai bahwa tokoh Kejora mengalami berbagai konflik
dengan keadilan menurut pandangannya. Rasa psikologis yang diakibatkan dari relasi hubungan
cemas dan ketakutan tokoh utama senantiasa dirinya dengan Elya dan Zakky kekasihnya.
muncul dalam batin Kejora. “Aku begitu tertekan Konflik psikologis Kejora disebabkan karena
dan membiarkan Elya pergi sendiri menemui Sonya. perbedaan sudut pandang perempuan dalam budaya
Perasaanku teraduk-aduk dan pikiranku demikian patriarki yang muncul dikarenakan sterotip atau
ruwet. Kubayangkan jika fitnah itu menyebar, apa pelabelan terhadap sosok perempuan yang dianggap
yang bakal terjadi? Tidak!” (Geni Jora, 2004 : 93). lemah, emosional, dan sebagai pekerja di ranah
Kecemasan dalam diri Kejora diakibatkan domestik dalam masyarakat yang keliru.
oleh konflik psikologis yag dialaminya. Dalam Sterotip yang muncul dalam kehidupan
menghadapi konflik tersebut Kejora melakukan Kejora megenai perempuan ditemui dari kehidupan
perlawanan dengan merepresi ingatannya mengenai Kejora dan interaksinya dengan lingkungan, baik
kecemasan yang dialaminya. Hal tersebut tersirat keluarga, teman dan kekasihya. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan di bawah ini. dalam kutipan berikut.
Kututup wajahku dan kutulikan Dengan bermacam pergolakan yang
pendengaranku. Kurasakan kengerian dari hantu- dibawa dari negara masing-masing, mengenai
hantu fitnah, seperti monster, puluhan monster, kondisi kaum yang disayanginya, yang ternyata
yang mengiringiku melompati jurang yang dalam lemah dan terpinggirkan, yang menghuni pojok-
dan gelap, di mana belukar segala ular dan belatung, pojok sejarah, menempati baris-baris di luar pagina,
bersatu memperebutkan kehidupanku, kesegaran yang kelaparan dan buta aksara, ditempeleng para
jasad dan kemilau nuraniku. (Khalieqy, 2004 : 93). suami dan diperkosa laki-laki. (Khalieqy, 2004 : 20)

155
Bayu Aji Nugroho / Jurnal Sastra Indonesia 8 (2) (2019)

Kutipan di atas menunjukan berbagai SIMPULAN


ketidakadilan yang dialami perempuan yang Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat
mengakibatkan munculnya berbagai konflik di disimpulkan hal sebagai berikut. Perlawanan
dalam diri mereka. Berbagai bentuk konflik yang perempuan secara psikoanalisis dibagi dalam tiga
dialami Kejora turut dalam membentuk karakter bentuk perlawanan antara lain, pergerakan
Kejora. Karakter tokoh Kejora yang berani mendekati orang lain, melawan orang lain, dan
melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan menjauhi orang lain. Dampak dari perlawanan
gender tersebut didasari pengalaman dan berbagai tersebut, mengakibatkan perempuan mengalami
konflik yang membuat Kejora menjadi perempuan berbagai macam mekanisme pertahanan diri
yang tangguh dan pantang menyerah. Hal tersebut seperti, pemindahan, sublimasi, identifikasi,
dapat dilihat dalam kutipan berikut. represi, dan proyeksi.
Kala itu usiaku menginjak sembilan tahun,
duduk di kelas lima sekolah dasar. Nenek telah DAFTAR PUSTAKA
menorehkan luka di hatiku. Dan luka itu terus Feist, J.G. 2010. Teori Kepribadian, Edisi 7. Jakarta :
menganga, setiap waktu. Fisik nenekku terus ber- Salemba Humanika.
evolusi, tetapi pikirannya tidak pernah ber-evolusi. Khalieqy, Abidah. 2004. Geni Jora. Bandung:
Ia tetap duduk di atas kursinya dengan perintah- Matahari.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi.
perintahnya, sementara aku terus berlari
Yogyakarta : Gadjah Mada Univercity Press.
menyongsong masa depan. Sekalipun sering
Pradopo, Rachmad Djoko, 2002. Kritik Sastra Indonesia
terpukul oleh mulut jahatnya, pada dasarnya, jiwa Modern. Yogyakarta: Gama Media.
dan semangatku mewarisi petualangan ayah. Itulah Tong, Rosemarie Putnam. 2006. Feminist Thought
sebabnya, posisiku selalu berada di garis depan dan Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus
rankingku terus bertahan, sekalipun nenek Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta:
senantiasa menghadang (Khalieqy, 2004 : 62) Jalasutra.
Kutipan di atas menunjukan sifat pantang Wellek, Rene dan Austin Warren. 1963. Theory of
menyerah Kejora dalam menghadapi berbagai Literature. Harcourt Brace Javanovich,
konflik yang muncul. Selain itu Kejora juga Publisher, San Diego. New York. London.
Wellek, Rene & Austin Wareen. 1989. Teori
memiliki sifat teguh pada pendirian dan mandiri
kesusastraaan (diterjemahkan oleh Melani
dalam menghadapi masalah atau konflik yang
Budianta). Jakarta : Gramedia.
dihadapinya yang diceritakan melalui tokoh lain
yaitu Asaav Muscovich.
Kau begitu konsisten dengan keyakinanmu.
Inspirasimu merdeka dan kau berjalan di atas
pijakan sangat kuat, tidak mudah hanyut bahkan
oleh prahara kenikmatan. Bahkan di samping
kekasihmu, kau terlihat sangat mandiri. Dari mulut-
mu, aku mendengar kumandang ayat suci menjadi
begitu segar. Sangat lain (Khalieqy, 2004 : 141).
Kutipan tersebut menunjukan narasi yang
menjelaskan keteguhan dan kemandirian tokoh
Kejora dalam menghadapi konflik dan masalah
yang dihadapinya. Kata “konsisten” dan “mandiri”
menunjukan sikap tokoh Kejora dalam menghadapi
berbagai kesulitan di dalam hidupnya.

156

Anda mungkin juga menyukai