Anda di halaman 1dari 8

MARGINALISASI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL “TERUSIR” KARYA

HAMKA (ANALISIS KRITIK SASTRA FEMINIS)


Salsa Qirana Al-Zahra Program Studi Sastra Indonesia salsakirana1102@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan marginalisasi atau bisa disebut juga
perbedaan gender pada tokoh perempuan. Penyebab terjadinya peristiwa ini terhadap tokoh
perempuan, dan perjuangan yang dilakukan olehnya untuk menghadapi sebuah peristiwa
dalam novel Terusir karya Hamka. Hasil penelitian ini berupa. Pertama, macam-macam
marginalisasi pada tokoh perempuan yang terdiri dari ranah privat dan publik. Marginalisasi
di ranah privat terdiri dari daya produktif perempuan yang dipinggirkan dan kontrol atas
seksualitas perempuan. Marginalisasi di ranah publik yaitu ketika perempuan melakukan
suatu hal maka banyak sekali batasan-batasan yang diterima olehnya serta sumber daya
ekonominya juga dibatasi seperti pembatasan pekerjaan perempuan yang dimana pada
sekarang ini sangat bergantung kepada laki-laki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya
produktif perempuan yang dibedakan dilihat dari dibatasinya gerak perempuan (adanya
peminggiran perempuan atas kuasa laki-laki). Kedua, penyebab dari peristiwa marginalisasi
juga meliputi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang masih menganut sistem patriarki
terhadap perempuan, serta adanya perbedaan kelas sosial antara sekelompok orang dan adat
istiadat berupa sistem matrilineal yang menyebabkan perempuan banyak dibedakan. Ketiga,
perjuangan untuk menghadapi sebuah peristiwa ini yang dilakukan oleh tokoh perempuan
dalam novel ini berupa sebuah protes untuk mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan,
mendapatkan kehidupan yang lebih baik (sejahtera) serta pasangan hidup yang dapat
membimbing dirinya hingga jauh lebih baik dari sebelumnya, dan yang terakhir memutuskan
untuk melanjutkan kehidupannya sendiri.
Kata Kunci: Marginalisasi, Perempuan, Kritik Sastra Feminis.
abstract
This research aims to describe the marginalization of female characters. The causes of
the marginalization of female characters, and the struggles of female characters to deal with
marginalization in Hamka's novel Terusir. The research results are as follows. First, the form
of marginalization of the main character includes private and public. Marginalization in the
private sphere includes marginalized women's productive power and control over women's
sexuality. Marginalization in the public sphere includes restricted movement of women and
limited economic resources. The productive power of women who are marginalized is seen
from the limited movement of women (there is marginalization of women over the power of
men). Restricted women's movements are marked by the existence of restrictions on
movement and behavior determined by men, while limited economic resources include work
restrictions. women who depend heavily on men to meet their basic needs. Second, the causes
of marginalization include culture in a patriarchal society, differences in social class and
customs in the form of a matrilineal system which causes many women to be marginalized.
Third, the struggle to deal with the marginalization of female characters in the novel includes
protests to obtain their rights as women, to find other partners who can guarantee their
welfare, and to choose to live alone to continue their lives.
Keywords: Marginalization, Women, Feminist Literary Criticis
PENDAHULUAN
Manusia pasti memiliki kebebasan dan hak yang sama, akan tetapi tidak jarang bahwa
dalam tatanan masyarakat yang terjadi saat ini adalah bahwa kaum laki-laki lebih
mendominasi dari pada kaum perempuan. Dalam berbagai bidang perempuan selalu dianggap
kurang mampu. Entah itu dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, politik, pekerjaan, dsb.
Menurut Suroso dan Suwardi (dalam Karim 2005: 4), sastra Indonesia memandang
wanita menjadi dua bagian kategori. Kategori pertama adalah peran wanita dilihat dari segi
biologisnya (istri, ibu, dan objek seks) atau berdasarkan tradisi lingkungan. Kedua, bahwa
peranan yang didapat dari kedudukannya sebagai individu dan bukan sebagai pendamping
suami. Tokoh wanita seperti kategori kedua di atas, biasanya disebut sebagai perempuan
feminis yaitu perempuan yang berusaha mandiri dalam berpikir, bertindak serta menyadari
hak-haknya
Marginalisasi juga didefinisikan sebagai suatu posisi dan kondisi yang tidak disengaja
dari individu atau kelompok yang berada di pinggir suatu sistem sosial, politik, ekonomi,
ekologi dan bio-fisik sistem, mencegah mereka dari akses pada sumber daya, aset, layanan,
membatasi kebebasan memilih, serta mencegah perkembangan kemampuan (Gatzweiler,
2011: 3) Marginalisasi juga diartikan sebagai wujud keterpinggiran. Marginalisasi biasanya
tampak pada bentuk pengecualian dari kehidupan sosial, interpersonal, dan tingkat sosial.
Orang-orang yang terpinggirkan tidak memiliki kontrol penuh atas hidup mereka dan tidak
memiliki akses ke fasilitas-fasilitas umum sehingga kaum marginal juga disebut memiliki
kontribusi yang terbatas di dalam masyarakat (Shrirang, 2015: 1).
Dalam suatu karyanya yang berjudul Terusir ini. Hamka menggambarkan bagaimana
perjalanan seorang perempuan yang bernama mariah, yang dimana mariah ini merupakan
seorang perempuan yang termarjinalkan. Hamka adalah seorang wartawan, penulis, editor,
dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa surat kabar seperti
Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan sangat banyak lagi karya beliau yang
lainnya. Hamka juga merupakan sastrawan terkenal di Indonesia. Beliau sebelumnya juga
sudah menulis beberapa novel salah satunya berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Karya sastra yang dibahas pada penelitian ini yaitu novel Terusir karya Hamka. Novel
ini dipilih untuk dikaji karena menyajikan konflik sosial yang menarik untuk digali lebih
dalam yakni tentang kesetaraan gender pada perempuan, mengangkat konflik sosial masalah
perempuan yang terusir karena memaparkan masalah-masalah sosial yang sangat menarik
untu di telusuri lebih dalam, yakni berupa kesetaraan gender perempuan membahas masalah
sosial terutama masalah yang terjadi pada perempuan sehingga perempuan ini terusir oleh
fitnah yang tidak jelas kebenarannya. Novel yang berlatar tahun 1930-1940an ini
menggambarkan kehidupan sosial pada masa itu dan menunjukkan bagaimana peran
masyarakat yang lebih muncul untuk membuat konflik semakin menarik.
Novel Terusir merupakan novel yang sangat unik karena menampilkan tokoh utama
yang memiliki konflik batin yang penuh dinamika sehingga membuat novel ini memiliki
keunikan untuk dipahami para pembacanya. Susunan kata - kata yang terhadap dalam novel
ini bisa di pahami siapa saja yang senang dengan suatu karya sastra yaitu novel, meskipun
dibeberapa bagian sangat menonjolkan bahasa Sumatra didalamnya.
Keistimewaan Hamka dalam novel Terusir salah satu di antaranya adalah bahwa
tokoh- tokoh yang berada pada novel ini dapat disampaikan dengan mudah dalam setiap
alur cerita nya, sehingga alur cerita tersebut dapat terjaga dari awal cerita sampai akhir cerita.
Konflik yang disajikan Hamka sangat mengalir seperti halnya dalam konflik-konflik
yang dialami sebagian masyarakat di negeri ini. Ia sangat memiliki ciri khas, dapat
menggambarkannya denga rasa simpati dan empati sehingga kisah-kisah itu memperlua
imajinasi pembaca .Hal yang menjadi dasar dilakukan penelitian ini karena melihat konflik
sosial yang terjadi pada tokoh utama dalam novel ini, terutama tentang peran perempuan dan
pengaruh marginalisasi dalam konflik tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk studi kasus yang difokuskan pada analisis dokumen. Jenis
penelitian ini secara keseluruhan memanfaatkan analisis terhadap isi dokumen yang
berbentuk karya sastra (novel) secara deskriptif, yaitu memberikan perhatian terhadap data
alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaan data itu sendiri. Berdasarkan
karakteristik masalah yang dikaji, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan dengan pertimbangan bahwa jenis data yang dibutuhkan
tidak dimaksudkan untuk menjawab hipotesis, tetapi untuk melukiskan sifat dan karakteristik
"apa yang ada" (bentuk ketidak adilan gender) dalam novel Terusir Karya Hama.
Pada penelitian ini adalah marginalisasi perempuan yang terdapat dalam novel Terusir
karya Hamka. Sumber data dalam penelitian ini ,berupa teks dalam bentuk novel dengan
judul Terusir karya Hamka yang diterbitkan oleh Gema Insani: Jakarta, pada tahun 2016
setebal 129 halaman. Novel tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1940 oleh firman
pustaka antara, akan tetapi novel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan novel yang
diterbitkan oleh penerbit Gema Insani pada bulan Januari tahun 2016.Teknik pengambilan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, pembacaan, dan pencatatan.
Tahap awal yang dilakukan yaitu dengan membaca berulang-ulang novel tersebut, dilanjutkan
dengan pencatatan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam teknik pendeskripsiannya
digunakan cara kerja analisis struktural dan dilanjutkan dengan inferensi melalui pendekatan
feminisme sastra.
Langkah yang digunakan dalam teknik ini adalah pertama, dilakukan perbandingan
antar data terhadap data-data yang diperoleh. Kedua, adalah mengkategorikan data-data
tersebut sesuai dengan permasalahan hasil identifikasi. Ketiga, data-data yang telah
dikategorikan selanjutnya adalah dilakukan inferensi data, yaitu melakukan pemaknaan dan
penyimpulan dari bentuk-bentuk marginalisasi perempuan, sebab-sebab terjadinya
marginalisasi perempuan, dan perjuangan perempuan terhadap marginalisasi tersebut yang
diperoleh dengan membandingkan data yang ditemukan dalam buku novel Terusir karya
Buya Hamka dengan kategori feminisme sosial yang ada.
PEMBAHASAN
1. Bentuk Marginalisasi Perempuan dalam Novel Terusir Karya Hamka
Marginalisasi yang terdapat pada novel Terusir karya Hamka terdapat bentuk privat
dan publik. Bentuk marginalisasi privat meliputi pembatasan daya produktif perempuan dan
kontrol atas seksualitas perempuan. Tokoh perempuan yang dimarginalkan dalam bentuk
privat adalah Mariah, Emi dan Flora. Mariah dimarginalkan oleh Azhar, mertua dan Istri
Pakciknya dalam produktivitasnya sebagai perempuan. Seseorang yang termarginalisasi
dapat diamati tidak hanya sekadar dari aspek penghasilannya yang rendah, tetapi termasuk
juga pada seberapa besar kapasitasnya untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, dengan melihat seberapa besar pula penghormatan orang lain atas
pendapat dan keputusannya di lingkungan masyarakat. Artinya, marginalisasi tidak hanya
dilihat dari segi ekonomi karena kemiskinan semata. Namun, dilihat pula pada
penghormatan, pengakuan, dan penerimaan masyarakat atas dirinya atau kelompoknya
(Jenson, 2000: 3).
Proses marginalisasi bermula dari sikap Azhar yang mengusir Mariah dari rumah
tanpa ada klarifikasi apapun dan membuat nya terluntang- lanting di jalanan, ia tidak
mendapatkan haknya sebagai perempuan di rumah (privte). Ia tidak dapat melaksanakan
perannya baik menjadi seorang ibu maupun seorang istri. Pembatasan daya produktif ini
merupakan bentuk yang mendominasi dalam novel Terusir, tokoh yang mengalami
marginalisasi bentuk ini selain Mariah adalah Flora. Marginalisasi bentuk privat berupa
kontrol seksualitas perempuan dalam Terusir tidak terlalu banyak kemunculannya. Bentuk
ini terlihat saat tokoh Mariah dan Flora menjadi pelacur, hubungan seksual yang mereka
jalani adalah berpatok pada laki-laki. Demikian pula dalam ruang privat yaitu rumah tangga,
semuanya diatur oleh suami ata laki-laki.
Selanjutya, bentuk marginalisasi publik berupa pembatasan gerak-gerik perempuan
dan sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh laki-laki. Dalam novel Terusir bentuk ini
mengalami kemunculan yang banyak setelah pembatasan produktifitas perempuan.
Emi mengalami bentuk marginalisasi berupa pembatasan geraknya dalam ruang
public karena Emi sangat menggantungkan keberlangsungan hidupnya kepada Sofyan. Flora
dimarginalkan oleh ayahnya dan Wirja dalam hal gerak-geriknya. Hal ini terlihat pada
pekerjaan Flora yang terkesan terpaksa karena ayahnya tidak berpenghasilan cukup dan ia
diperbudak Wirja untuk melakukan hal-hal yang tidak layak. Selanjutnya Mariah, ia
mengalami pembatasan gerak dalam ruang publik untuk mendapatkan pekerjaan sehingga
harus memilih menjadi pelacur sebagai jalan terakhir.
Marginalisasi publik yang terakhir adalah dominasi ekonomi yang dikuasai laki-laki.
Marginalisasi dalam bentuk ini bisa dilihat dari mendominasinya Azhar dalam setiap
memiliki penghasilan, pun Sofyan terhadap Emi. Dalam novel ini ditunjukkan meskipun
perempuan mendapatkan penghasilan tetap yang menguasainya laki-laki, seperti pekerjaan
Mariah dan Flora sebagai pelacur.
2. Penyebab Marginalisasi Perempuan dalam Novel Terusir Karya Hamka
Penyebab marginalisasi dalam novel Terusir karya HAMKA ditemukan tiga sebab,
yakni budaya dalam masyarakat patriarki, kelas sosial dan adat istiadat. Kelas sosial
merupakan faktor penyebab terjadinya marginalisasi paling dominan dalam novel tersebut.
Marginalisasi yang disebabkan oleh kelas sosial meliputi perbedaan kelas secara ekonomi
maupun pendidikan dan keseharian hidup antara laki-laki dan perempuan. Dalam novel
Terusir tokoh Mariah mengelami hal demikian, ia termarginalkan karena ia memiliki status
sosial yang rendah hingga sang mertua tidak bisa menyikapi dengan baik akan hal tersebut.
Fredinan Tonny Nasdian (2015) meerangka bahwa perbedaan - perbedaan gender
ini(distinction)bukan jadi masalah di kehidupan masyarakat, tetapi perbedaan gender ini
(discrimination) akan bermasalah jikaadanya ketidak-adilan antra laki-laki dan perempuan.
Perbedaan identitas ini contohnya laki - laki gagah perkasa serta penakluk segalanya ,
sedangkan perempuan contohnya bersikap lemah lembut dan bergantung pada siapa saja
yang terdekatnya.Contoh lainnya yaitu adanya peran gender yang dibedakan misalnya laki-
laki menjadi kepala keluarga, dan perempuan mengasuh anak dan mengurus rumah tangga,
itu semua tidak menjadi masalah dan tak perlu digugat.
Adapun budaya dalam novel tersebut terdiri hal-hal yang berkaitan terhadap
pembentukan sistem patriarki, adanya ideologi familialisme, serta pelabelan sifat pada
perempuan.
Penyebab selanjutnya adalah adat istiadat. Latar tempat dalam novel tersebut tidak
hanya satu, akan tetapi yang paling menonjol adalah Minangkabau
Para pakar membedakan struktur susunan kekeluargaan suatu masyarakat atau etnis
dalam tiga bentuk atau pola. Pertama dengan istilah parental, yakni garis keturunan
berdasarkan garis keturunan kedua orang tua. Seperti yang kita dapati pada etnis Jawa dan
lain-lain. Kedua patrinilial, yakni garis keturunan berdasarkan garis keturunan bapak seperti
yang ditemui pada etnis Batak, Tionghoa dan lain-lain, dan ketiga adalah matrilinial, yakni
garis keturunan berdasarkan garis keturunan ibu seperti yang berlaku pada etnis
Minangkabau (Latief, 2002:42-43). Dalam novel Terusir adat istadat Minang berupa budaya
matrilinial sangat menonjol, hal ini dilihat dri bagaimana Azhar lebih mendahulikan sanak
saudaranya dari pada istrinya. Hal tersebut yang menjadi bakal terjadinya marginalisasi
terhadap Mariah.
3. Perjuangan Marginalisasi Perempuan dalam Novel Terusir Karya Hamka
Perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan tokoh perempuan dalam novel ini.
Peneliti menemukan 3 cara yang akurat untuk melawan adanya peristiwa marginalisasi yang
di lakukan pada pihak perempuan. Hal tersebut meliputi protes atas kesewenangan kekuasaan
laki-laki yang dilakukan tokoh perempuan Mariah dan Istri Pakcik. Kedua tokoh ini
menggugat kekuasaan laki-laki dua cara yang berbeda, yakni tindakan dan protes lewat surat-
surat yang dikirimkannya.. Mariah protes atas seluruh kebijakan Azhar yang mengusir secara
tidak hormat hingga mengakibatkan haknya perempuan dipinggirkan. Sedangkan Istri Pakcik
protes dengan tindakannya yang tidak menyenangkan kepada Mariah.
Perjuangan selanjutnya dilakukan dengan cara mencari pasangan hidup lain, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak setelah dipinggirkan hak-haknya
sebagai perempuan. Mencari pasangan hidup lain ini dilakukan oleh Mariah. Setelah diusir
oleh Azhar dan selsai ditinggalkan majikannya keluar negeri Mariah memutuskan menikah
dengan Yasin untuk menjamin kesejahteraan hidupnya setelah itu. Perjuangan yang terakhir
adalah dengan memilih untuk hidup sendiri. Hal ini dilakukan oleh Mariah dan Flora.
Mereka memilih hidup sendiri di dunia luar karena sudah tidak ada yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga memilihhidup sendiri dengan segala keterbatasan sebagai
jalan hidupnya.
D. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka diperoleh simpulan sebagai
berikut.
Marginalisasi yang terdapat dalam novel Terusir karya Hamka terdapat bentuk privat
dan publik. Bentuk marginalisasi privat meliputi pembatasan daya produktif perempuan dan
kontrol atas seksualitas perempuan, sedangkan bentuk marginalisasi publik berupa
pembatasan gerak-gerik perempuan dan sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh laki-laki.
Penyebab marginalisasi dalam novel Terusir karya Hamka ditemukan tiga sebab,
yakni budaya dalam masyarakat patriarki, kelas sosial dan adat istiadat. Kelas sosial adalah
faktor utama terjadinya marginalisasi yang paling banyak pada novel ini . Marginalisasi yang
disebabkan oleh kelas sosial meliputi perbedaan kelas secara ekonomi maupun pendidikan
dan keseharian hidup antara laki-laki dan perempuan. Adapun adat istiadat yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah adanya sistem matrilinial dalam masyarakat Minang dan budaya
patriarki dalam novel tersebut terdapat hal-hal yang berkaitan oleh pembentukan sistem
patriarki, munculnya ideologi familialisme, serta pemahaman sifat pada perempuan.
b. Saran
Pada kesimpulan yang telah di terangkan sebelumnya, akan di bahas mengenai
beberapa saran antara lain. Untuk pembaca, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan
bacaan dalam memahami suatu karya sastra dengan menggunakan perspektif feminis,
khususnya pada kritik sastra feminis ideologis.
Peneliti berharap para pembaca dapat memperluas pemahaman dan mengetahui teori
feminis terhjadap suatu karya sastra. Untuk membaca hasil penelitian ini, hendaknya para
pembaca memperhatikan aspek- aspek yang mungkin saling berhubungan pada identitas
peneliti sebagai perempuan..
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2006. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan
(PPK) Universitas Gadjah Mada.
____________. 2006. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bhasin, Kamla. 1996. Menggugat Patriarki.Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Dyayadi. 2008. Misteri Penciptaan Hawa. Jakarta Selatan: PT. Buku Kita.
Murniati, Nunuk. 2004. Getar Gender; Buku Pertama. Magelang: Indonesia Tera.
Latief dan Bandaro. 2002. Etnis dan Adat Minangkabau. Bandung: Angkasa.
Fredian Tonny Nasdian. 2015. Sosiologi Umum, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta
hasil Turnitin
100-78% =22%

Anda mungkin juga menyukai