Anda di halaman 1dari 11

FORMAT PEMETAAN RENCANA JUDUL SKRIPSI MAHASISWA PRODI

BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN


RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2023

Nama : Oktalia Pratama


NIM : 1930401041
Judul : Analisis Unsur-unsur intrinsik dalam novel ‫ سنونوات كابول‬karya yasmina khadra
(kajian struktural robert stanton)

A. Rumusan Masalah
1. Unsur-unsur intrinsik apa saja yang terdapat pada novel " ‫ "سنونوات كابول‬karya yasmina
khadra?
2. Bagaimana struktur dan keterkaitan antar unsur yang membangun novel ‫سنونوات كابول‬
karya yasmina khadra?

B. Kajian Pustaka
1. Konflik ideologis antara komitmen intelektual dan otoritas hegemoni budaya dalam
novel ‫ سنونوات كابول‬karya yasmina Khadra sebagai oleh, Hawas, pot, salsabil bunga,
ghanami. Penelitian ini membahas masalah konflik ideologis dan hegemoni budaya
dalam novel ‫ سنونوات كابول‬dan setelah mempelajari novel tersebut secara ekstensif,
hasil penelitian ini mencoba mengungkap beberapa aspek hegemoni budaya dari
gerakan Taliban. novel ini penuh dengan konflik ideologis antara Timur dan Barat,
iman dan ketidakpercayaan, komitmen dan sekularisme.
2. Konflik Sosial Ralph Dahrendorf Dalam Novel “ ‫ ” سنونوات كابول‬Karya Yasmina Hadra
(Kajian Sosial dan Sastra) oleh, Ninik Puji Astutik. Peneliti memilih novel Burung
Camar dari Kabul karya Yasminah Khadra karena terinspirasi dengan perjuangan 4
tokoh yang sangat gigih dalam mempertahankan kehidupan mereka di Kabul dimana,
disana kesenangan tidaklah ada dan dianggap sebagai dosa. Sehingga muncullah
rumusan masalah apa penyebab konflik sosial dalam novel Burung camar dari Kabul
karya Yasminah Khadra dan bentuk-bentuk konflik sosial menurut teori konflik Rafl
Dahrendrof dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode kualitatif. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan sebab konflik sosial serta mendeskripsikan
bentuk konflik sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya 2 penyebab
konflik yaitu adanya negoisasi prinsip dan adanya kebutuhan manusia. Disini Atiq
shaukat dan tokoh-tokoh lain mengalami konflik dengan tentara Taliban. Mereka
patuh dengan aturan yang diterapkan oleh Taliban. Sedangkan bentuk konflik sosial
Rafl Dahrendrof hanya ada 2 jenis yaitu konflik peran dengan konflik sosial. Konflik
peran disini yaitu peran Atiq Shaukat ketika menjadi seorang sipir menjadikan
sifatnya semakin berubah dan dia menjadi seorang yang kasar dan rapuh
3. Implikasi Budaya dalam Novel “ ‫ "سنونوات كابول‬karya Yasmina Khadra oleh Atmy,
Mahjoub, Petrish, Karima, Karima. Novel " ‫ " سنونوات كابول‬adalah salah satu karya
sastra modern yang mengangkat tema sastra feminis, dan yang terakhir inilah yang
menjadi dasar dan pusat yang mendorong peneliti untuk mempelajari jenis sastra ini.
Oleh karena itu, peneliti menyajikan di dalamnya berbagai konsep yang termasuk
dalam kritik budaya, sistem, konsep, budaya, dan mekanisme kritik dan
menerapkannya pada teks novel dan mendukung kami dengan contoh dan bukti
realitas. Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban Wanita dan dominasi pria.
4. Ekologi dan Masyarakat analisis novel “ ‫ ” سنونوات كابول‬karya Yasmina Khadra, oleh
Namita Singh. Ekologi memainkan peran penting dalam kehidupan sosial. Tujuan
ekologi adalah untuk memberikan pengetahuan tentang cara dunia bekerja dan
memberikan bukti tentang saling ketergantungan antara alam dan manusia.
Pemahaman yang lebih baik tentang sistem ekologi memungkinkan masyarakat untuk
memprediksi konsekuensi aktivitas manusia terhadap lingkungan. Makalah ini
bertujuan untuk mengeksplorasi isu-isu lingkungan yang diangkat oleh penulis yang
memengaruhi kehidupan pribadi dan sosial para tokoh. Selain itu juga mengkaji
sejauh mana perubahan lingkungan telah menjadi isu sentral baik dalam wacana sosial
maupun dalam strategi politik. Secara khusus, ini berusaha untuk menjawab
pertanyaan apakah perubahan lingkungan mampu diserap melalui adaptasi atau
apakah itu memprovokasi cara yang sama sekali baru atau berbeda untuk mengatur,
mengelola dan hidup dalam masyarakat. Implikasi sosial dari perubahan lingkungan
sedang diangkat di koran untuk menggambarkan hubungan antara ekologi dan
masyarakat melalui studi novel yang intensif.
5. kesetaraan gender, spiritualitas dan seksualitas yang terpinggirkan dalam novel “
‫ابول‬DDD‫نونوات ك‬DDD‫ "س‬karya yasmina khadra oleh Susi Anton. Tulisan ini mencoba
menyelidiki isu-isu kesetaraan gender dan seksualitas yang dilatarbelakangi oleh pola
pikir yang sempit. Novel ini mengeksplorasi cara-cara di mana keadaan fisik di
Afghanistan yang dilanda perang memengaruhi kerangka berpikir dari empat karakter
utama. Narasi dibuka dengan rajam terhadap 'perempuan lepas'. Pihak berwenang
dengan cepat menolak haknya untuk hidup. Mohsen berpartisipasi dalam rajam
bersama orang lain dalam manifestasi histeria kolektif di tempat eksekusi, yang
mereda dengan kematian terdakwa. Ketika dia memberi tahu istrinya Zunaira tentang
keterlibatannya, dia ditarik kembali karena dia tidak mengharapkan perilaku kasar
seperti itu dari seorang pria terpelajar. Masyarakat Afghanistan yang konservatif
tidak memaafkan pergaulan bebas pada seorang wanita. Meski demikian, Zunaira
berharap suaminya lebih peka dan pengertian daripada pria Afghanistan pada
umumnya. Keterasingan mereka dimulai pada titik ini. Atiq, kepala sipir yang
bertugas menyerahkan narapidana terpidana kepada algojo, mengalami gangguan
mental pada usia empat puluh dua tahun. Bertentangan dengan teman masa kecilnya
Mirza, yang memilih untuk mengikuti arus, “dia lebih memilih binasa secara bertahap
dalam kehidupan fana daripada menderita siksaan untuk selama-lamanya” (Swallows
24). Atiq juga resah dengan kesehatan Musarrat, istrinya.
6. Analisis Struktural Dalam Cerita Rakyat Mandar Melalui Pendekatan Robert Stanton
oleh Sulihin Azis, Andriani Andriani. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan
mendeskripsikan struktur cerita rakyat mandar dalam buku kumpulan cerita hasil
sayembara penulisan cerita rakyat mandar oleh Opy MR. Metode penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita hasil
sayembara penulisan cerita rakyat mandar oleh Opy. MR. Sumber data yang lain
adalah dari jurnal, dokumentasi dan lain-lain. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan adalah tehnik catat. Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan
berdasarkan struktur karya sastra. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu memilih dan
menentukan objek penelitian, mengidentifikasi, membatasi pokok permasalahan,
mengumpulkan data, menganalisis data dan mencari kesimpulan. Berdasarkan
penelitian tersebut, peneliti memperoleh hasil, yakni dalam ketiga cerita rakyat
tersebut terkandung unsur intrinsik yang terdiri dari tema, alur, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Unsur tersebut saling
melengkapi sehingga terbangun sebuah cerita yang utuh.
7. Unsur Intrinsik Dalam Novel Gitnjali Karya Febrialdi R Berdasarkan Teori Struktural
Robert Stanton oleh Riska Ayu Nengsih. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur intrinsik pada novel Gitanjali Karya Febrialdi R yaitu tema,
fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra. Data yang dihasilkan berupa data
deskriptif. Fokus penelitian adalah Analisis unsur intrinsik dalam novel Gitanjali
karya Febrialdi R berdasarkan teori struktural Robert Stanton. Data penelitian ini
adalah data tertulis yang berwujud kata, ungkapan, dan kalimat. Sumber data yang
digunakan ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data
ada dua yaitu tehnik baca dan tehnik catat. Tehnik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tema yang
terdapat pada novel yaitu perjuangan dan persembahan cinta. Terdapat fakta-fakta
cerita yang terbagi menjadi tiga yaitu alur, karakter dan latar, dan sarana-sarana sastra
yang menghasilkan judul, sudut pandang, gaya Bahasa, Tone, dan simbolisme.
8. Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis: Analisis Struktur Novel Robert Stanton oleh Laili
Maulidiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana unsur
pembangun pada novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis dengan kajian
strukturalisme Robert Stanton. Berdasarkan teori Robert Stanton, mendeskripsikan
tiga unsur dalam membangun cerita pada novel. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini yaitu
novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Metode yang dipakai dalam pengumpulan
data pada penelitian ini adalah metode simak. Metode tersebut dilaksanakan dengan
memakai teknik dasar yang lazim disebut teknik sadap. Metode ini ditempuh melalui
penyimakan dan pengamatan untuk mendapatkan data penelitian. Data tersebut
berupa kata-kata, kalimat, dan wacana yang merupakan ragam bahasa tulis pada novel
Salah Asuhan. Pada proses penelitian, teknik lanjutan yang digunakan yakni teknik
simak bebas libat cakap. Teknik lain yang dipakai pada penelitian ini, yaitu teknik
teknik catat. Data pada penelitian ini berbentuk tulis sehingga digunakan teknik catat.
Penelitian dilakukan dengan cara menyimak novel Salah Asuhan, selanjutnya
melakukan analisis data dengan teori struktural Robert Stanton. Langkah terakhir
yaitu mencatat data hasil analisis.

C. Teori
1. struktural
Struktural Secara etimologis kata struktur berasal dari bahasa Latin structura, dari
akar kata struo dan türa yang artinya bentuk atau bangunan. Sebagaimana definisi
novel menurut Kutha ( 2004 : 91 ) bahwa strukturalisme berarti paham mengenai
unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan hubungan antara unsur yang satu dengan
unsur lainnya. Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia
yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur - struktur . Pandangan
dalam teori ini , karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur
yang saling terkait satu sama lain.

Pengertian Teori Strukturalisme Menurut Para Ahli:


1). Ferdinand de Saussure
Meletakkan dasar bagi linguistik modem melalui mazhab yang didirikannya, yaitu
mazhab Jenewa. Menurut Saussure prinsip dasar linguistik adalah adanya perbedaan
yang jelas antara signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang ditandakan),
antara parole (tuturan) dan langue (bahasa), dan antara sinkronis dan diakronis.
Dengan klasifikasi yang tegas dan jelas ini ilmu bahasa dimungkinkan berkembang
menjadi ilmu yang otonom, di mana fenomena bahasa dapat dijelaskan dan dianalisis
tanpa mendasarkan dirt atas apa pun yang letaknya di luar bahasa. Saussure membawa
perputaran perspektif yang radikal dart pendekatan diakronik ke pendekatan
sinkronik. Sistem dan metode linguistik mulai berkembang secara ilmiah dan
menghasilkan teori-teori yang segera dapat diterima secara luas. Keberhasilan studi
linguistik kemudian diikuti oleh berbagai cabang ilmu lain seperti antropologi,
filsafat, psikoanalisis, puisi, dan analisis cerita.
2). Jan Mukarovsky
Memperkenalkan konsep kembar artefakta-objek-estetik. Sastra dianggap sebagai
sebuah fakta semiotik yang tetap. Teks-teks sastra dianggap sebagai suatu tanda
majemuk dalam konteks luas yang meliputi sistem-sistem sastra dan sosial.
3). Sklovsky
Mengembangkan konsep otomatisasi dan deotomatisasi, yang serupa dengan konsep
Roman Jakobson tentang familiarisasi dan defamiliarisasi. Dasar anggapan mereka
adalah bahwa bahasa sastra sering kali memunculkan gaya yang berbeda dari gaya
bahasa sehari-hari maupun gaya bahasa ilmiah. Struktur bahasa ini pun sering kali
menghadirkan berbagai pola yang menyimpang dan tidak biasa.
4). Yoseph (1997:38)
Menjelaskan bahwa teori strukturalisme sastra merupakan sebuh teori pendekatan
terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur
teks.

2. Teori structural robert stanton


Robert Stanton membagi struktur karya sastra menjadi tiga bagian, yaitu faktacerita,
sarana kesastraan, dan tema.
A. Fakta-fakta Cerita
Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi
sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkummenjadi satu,
semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktualcerita.
Struktur faktual bukanlah jalan terpisah dari sebuah cerita Struktur faktual merupakan
salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot darisatu sudut
pandang (Stanton, 2007:22).
1. Alur
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuahcerita.
Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secarakausal
saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadidampak
dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada
keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-halyang fisik saja seperti
ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikapkarakter, kilasan- kilasan
pandangannya, keputusan-keputusannya, dan segala yangmenjadi variabel pengubah
dalam dirinya (Stanton, 2007:26).Alur merupakan tulang punggung cerita. Sebuah
cerita tidak akan pernahseutuhnya dimengerti tanpa danya pemahaman terhadap
peristiwa- peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan
keberpengaruhannya. Sama halnyadengan elemen-elemen lain, alur memiliki hukum-
hukum sendiri; alur hendaknyamemiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata,
meyakinkan dan logis, dapatmenciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan
sekaligus mengakhiriketegangan- ketegangan (Stanton, 2007:28).Dua elemen dasar
yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.Konflik utama selalu bersifat
fundamental, membenturkan sifat- sifat dankekuatan-kekuatan tertentu. Konflik
semacam inilah yang menjadi inti strukturcerita, pusat yang pada gilirannya akan
tumbuh dan berkembang seiring dengan aluryang terus-menerus mengalir (Stanton,
2007:31).Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending
tidakdapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan kekuatan-
kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat
terselesaikan(Stanton, 2007:32).
2. Karakter
Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, kartaktermerujuk
pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karaktermerujuk
pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral
dari individu-individu tersebut (Stanton, 2007:33).Karakter utama yaitu karakter yang
terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwa-
peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita
terhadap karakter tersebut(Stanton, 2007:33).Alasan seorang karakter untuk bertindak
sebagaimana yang ia lakukandinamakan motivasi (Stanton, 2007:33).
3. Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,semesta yang
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.Latar dapat
berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan, dan
tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Meski tidak langsungmerangkum sang
karakter utama, latar juga dapat merangkum orang-orang yangmenjadi dekor dalam
cerita (Stanton, 2007: 35).Latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mood
emosional yang melingkupi sang karakter. Tone emosional ini disebut dengan istilah
atmosfer.Atmosfer bisa jadi merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa
sangkarakter atau sebagai salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang
karakter(Stanton, 2007: 36).

B. Sarana-sarana Kesastraan
Sarana kesastraan (literary devices) adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang
untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian)menjadi pola
yang bermakna (Burhan Nurgiyantoro, 2007:25).
1. Judul
Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanyamembentuk
satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul mengacu padasang karakter
utama atau satu latar tertentu. Akan tetapi, bila judul tersebutmengacu pada satu detail
yang tidak menonjol. Judul semacam ini acap menjadi petunjuk makna cerita
bersangkutan (Stanton, 2007:51).
2. Sudut Pandang
Pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita,dinamakan
sudut pandang. Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empattipe utama, yaitu
(1) orang pertama-utama, sang karakter utama bercerita dengankata-katanya sendiri,
(2) orang pertama- sampingan, cerita dituturkan oleh satukarakter bukan utama
(sampingan), orang ketiga-terbatas, pengarang mengacu padasemua karakter dan
memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanyamenggambarkan apa yang dapat
dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orangkarakter saja, orang ketiga-tidak
terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakterdan memosisikannya sebagai orang
ketiga (Stanton, 2007:53−54).
3. Gaya dan Tone
Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.Meski dua
orang pengarang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasiltulisan keduanya
bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan
menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang- pendek kalimat,
detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Disamping itu, gaya
juga bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita.Seorang pengarang mungkin
tidak memilih gaya yang sesuai bagi dirinya akan tetapi gaya tersebut justru pas
dengan tema cerita (Stanton, 2007:61−62).Satu elemen yang amat terkait dengan gaya
adalah tone. Tone adalah sikapemosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita.
Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis,
misterius, senyap, bagai mimpi,atau penuh perasaan (Stanton, 2007:63).
4. Simbolisme
Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuanuntuk
memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca (Stanton, 2007:64).Dalam
fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang masing-masing bergantung pada
bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama,sebuah simbol yang muncul
pada satu kejadian penting dalam ceritamenunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua,
satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa
elemen konstan dalam semestacerita. Tiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks
yang berbeda-beda akanmembantu kita menemukan tema (Stanton, 2007:64−65).
5. Ironi
Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwasesuatu
berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton, 2007:71).Dalam
dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu ’ironi dramatis’ dan ’tone
ironis. ”Ironi dramatis’ atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melaluikontras
diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan seorangkarakter
dengan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi(Stanton,
2007:71).’Tone ironis’ atau ’ironi verbal’ digunakan untuk menyebut cara
berekspresiyang mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan (Stanton,
2007:72).

C. Tema Cerita
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia
sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Sama seperti makna
pengalaman manusia, tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan
sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita.Tema membuat
cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir
cerita akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema
merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita
( Stanton , 2007 : 36-37 ). Tema hendaknya memenuhi beberapa kriteria: (1 ) selalu
mempertimbangkan berbagai detail menonjol dalam sebuah cerita, (2) tidak
terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang saling berkontra diksi, (3) tidak
sepenuhnya bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya
disebut secara implisit ). ( 4 ) diujarkan secara jelas oleh cerita bersangkutan Stanton,
2007 : 44-45 ) .

3. Hubungan Antar Berbagai Unsur


Karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling
terkait satu sama lain. Setelah mengidentifikasi dan mengkaji unsur-unsur pembangun
karya fiksi, tahap selanjutnya dalam analisis struktural adalah mendeskripsikan
hubungan antar berbagai unsur intrinsik karya fiksi yang bersangkutan. Tujuan
analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan dengan cermat hubungan
semua unsur karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Untuk
menganalisis novel, sebaiknya dilihat terlebih dulu prinsip kepaduan sebuah novel.
Kepaduan di sini berarti koheren, saling berhubungan antara unsur yang satu dengan
yang lain, dan segala sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung
tujuan utama atau tema. Mengenai hubungan antarunsur dalam karya fiksi, Stanton
(2012:47) menjelaskan sebagai berikut:
a. Hubungan Antara Penokohan dan Latar
Latar dengan penokohan mempunyai hubungan yang erat dan bersifat timbal balik.
Sifat-sifat latar terutama latar spiritual, dalam banyak hal, akan memengaruhi sifat-
sifat tokoh. Bahkan, barangkali tidak berlebihan jika dikatakan bahwa karakter
seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Hal ini akan tercermin, misalnya,
sifat-sifat umum orang kota. Cara berpikir dan bersikap orang desa berbeda dengan
orang kota. Masalah status sosial juga berpengaruh terhadap penokohan.
Pengangkatan tokoh dari kelas sosial rendah tentu menuntut perbedaan dengan tokoh
dari kelas tinggi, misalnya dari hal cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku
(Nurgiyantoro, 2013:312-313). Dalam berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar
memiliki daya untuk memunculkan tone dan mode emosional yang melingkupi sang
karakter. Tone emosional ini disebut dengan istilah “atmosfer”. Atmosfer bisa jadi
merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter (Stanton,2012:35-
36).
b. Hubungan Antara Alur dan Latar
Latar dalam kaitannya dengan hubungan waktu, langsung tidak langsung, akan
berpengaruh terhadap cerita dan pemplotan, khususnya waktu yang dikaitkan dengan
unsur kesejarahan. Peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel, jika berhubungan
dengan sejarah, harus tidak bertentangan dengan kenyataan sejarah itu. Pengaluran
memang tidak hanya ditentukan oleh latar, namun setidaknya peranan latar harus
diperhitungkan. Jika terjadi ketidakseimbangan latar dengan penokohan, cerita
menjadi kurang wajar, dan menjadi kurang meyakinkan (Nurgiyantoro, 2013:313-
314). Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung
(Stanton, 2012:35).
c. Hubungan Antara Alur dan Penokohan
Penokohan dan pemplotan merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan
menggantungkan satu dengan yang lain. Plot adalah apa yang dilakukan tokoh dan
apa yang menimpanya. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan, konflik, dan
sampai ke klimaks yang sampai notabene kesemuanya merupakan hal-hal yang
esensial dalam plot (Nurgiyantoro, 2013:255). Tokoh-tokoh cerita itulah yang sebagai
pelaku sekaligus penderita kejadian, dan karenanya tokoh menjadi penentu dalam
mengembangkan plot/alur. Melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel, masalah dan
konflik akan berkembang. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu “tokoh
utama‟ yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam
cerita (Stanton, 2012:33).
d. Hubungan Antara Tema dan Alur
Tema dalam sebuah karya sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah
unsur pembangun cerita yang lain yang secara bersama membentuk sebuah
kemenyeluruhan (Nurgiyantoto, 2013:122). Untuk menyampaikan ide atau gagasan
pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin
dalam hubungan sebab akibat (alur). Adanya sebab akibat tersebut haruslah mutlak,
supaya cerita lebih jelas dan tema mudah di temukan. Sebaliknya, untuk menentukan
tema dapat dilihat dari konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari alur.
Sedangkan, menurut Stanton (2012:37) tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu,
mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai, dan
memuaskan berkat keberadaan tema.
e. Hubungan Antara Tema dan Penokohan
Tema merupakan dasar cerita, gagasan sentral, atau makna cerita. Dengan demikian,
dalam sebuah karya fiksi, tema bersifat mengikat dan meyatukan keseluruhan unsur
fiksi tersebut. Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema.
Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai tema, secara
terselubung atau terang-terangan. Adanya perbedaan tema akan menyebabkan
perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi” menyampaikannya
(Nurgiyantoro, 2013:255). Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan
“makna” dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman
begitu diingat (Stanton, 2012:36).
f. Hubungan Antara Tema dan Latar
Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh
melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar berfungsi memberikan “aturan” main
tokoh. Maka, latar akan mempengaruhi pemilihan tema. Atau sebaliknya, tema yang
(sudah) dipilih akan menuntut pemilihan latar (dan tokoh) yang sesuai dan mampu
mendukung (Nurgiyantoro, 2013:123). Latar juga terkadang menjadi contoh
representasi tema (Stanton, 2012:36).

Anda mungkin juga menyukai