Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MAHABARATA DAN WAYANG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Sastra Lama
Dengan Dosen Irwansyah S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh:

Affifa Widya Zahra 211010700269

Khosmi Rosalia Nazika 211010700063

Salsa Qirana 211010700078

Enggar Prayoga 211010700070

Naufal Falah 211010700216

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PAMULANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat,
taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Wayang dan Mahabrata” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulis
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Satra Lama. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Fabel bagi para
pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Irwansyah S.Pd.,M.Pd. selaku dosen


mata kuliah Sastra Lama yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonribusi
lewat pikiran, moral maupun materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Kami menyadari, makalah yang telah ditulis ini masih sangat
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
akan kami nantikan demi kesempurnaan malakah ini.

Tangerang Selatan, November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
KAJIAN TEORI...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Wayang dan Mahabrata...............................................................................5
2.2 Asal-usul Wayang dan Mahabrata..................................................................................5
2.3 Ciri-ciri Wayang dan Mahabrata.....................................................................................6
2.4 Struktur Wayang dan Mahabrata...................................................................................6
2.5 Hubungan antara Wayang dan Mahabrata....................................................................6
2.6 Contoh Wayang dan Mahabrata....................................................................................8
BAB III........................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa pengertian wayang dan mahabarata ?
2. Bagaimana asal-usul wayang dan mahabarata?
3. Bagaimana ciri-ciri wayang dan mahabarata?
4. Bagaimana struktur wayang dan mahabarata?
5. Apa hubungan antar wayang dan mahabarata?
6. Apa saja contoh wayang dan mahabarata ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa pengertian wayang dan mahabarata.
2. Untuk mengetahui asal-usul wayang dan mahabarata.
3. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri wayang dan mahabarata.
4. Untuk mengetahui struktur wayang dan mahabarata.
5. Untuk mengetahui hubungan wayang dan mahbarata.
6. Untuk mengetahui contoh-contoh wayang dan mahabarata.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Wayang dan Mahabarata

Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang
adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena
penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya
bayangannya saja, yang memiliki maksud mempertontonkan sebuah lakon lewat
bayangan.
Jika dilihat dari arti filsafatnya, wayang merupakan bayangan atau cerminan dari
sejumlah sifat yang dimiliki manusia, misalnya saja sifat murka, serakah, pelit,
bijak, dan lain sebagainya. Secara umum, wayang diartikan sebagai boneka untuk
meniru orang. Wayang dibuat dari pahatan kulit atau kayu, dan digunakan untuk
menampilkan tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisional. Pemain
wayang dikenal dengan istilah dalang.
Mahabharata (Dewanagari: महाभारतम्;IAST: Mahābhāratam) adalah salah satu
dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang
satunya lagi adalah Ramayana. Mahabharata menceritakan kisah perang antara
Pandawa dan Korawa(Kurawa) memperebutkan takhta Hastinapura. Mahabarata
juga merupakan karya literatur berbentuk epos yang berasal dari India.

2.2 Asal-usul Wayang dan Mahabrata

Asal usul wayang dianggap telah hadir semenjak 1500 tahun sebelum
Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam.
Pada masa itu, wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang diikat
sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual
pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara adat Jawa. Pada periode
selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang buruan atau kulit
kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yang

5
pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi. Perkembangan
wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian berkembang.
Dari perkembangannya, pertunjukan wayang juga mulai diiringi dengan segala
perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap
ini dihadirkan Sunan Kalijaga untuk menambah semarak pertunjukan wayang
sehingga lebih menarik untuk di tonton.Dan pada masyarakat jawa wayang juga
digunakan sebagai sarana dalam berdakwah melalui pesan-pesan moral yang di
sampaikan lewat cerita.
Adapun asal – usul Mahabrata ialah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh
Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka
dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang
meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang
semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima
dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak
pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di
medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung
nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah
Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah
yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai
bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau
di Asia, termasuk di Asia Tenggara.

2.3 Ciri-ciri Wayang dan Mahabrata

Berikut ciri-ciri Wayang :

1.

2.4 Ciri Bahasa Fabel


Bahasa dalam fabel dimanfaatkan untuk menggambarkan sifat-sifat hewan
yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan sifat manusia. Adapun ciriciri
bahasa dalam fabel adalah:

6
1. Memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau
kepribadiannya.
2. Memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu,
tempat, dan suasana).
3. Memuat kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para
pelakMemahami Teks Cerita Fabel

2.5 Memahami Teks Cerita Fabel

Dalam kehidupan sehari-hari, nilai kejahatan dan kebaikan akan selalu hadir
di sekitar kehidupan manusia. Dalam teks cerita fabel ini menyajikan karakter
tokoh yang berperilaku baik dan jahat yang akhirnya tokoh yang baiklah yang
akan menang. Tentu saja atas apa yang digambarkan pada teks cerita fabel itu
pembaca tidak akan tergoda untuk melakukan tindakan tercela. Kita bisa
menunjukkan berbagai contoh tindakan yang mengandung nilai kejahatan dan
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beragamnya nilai kejahatan dan
kebaikan itu ternyata tersirat pula dalam berbagai jenis fabel. Pemahaman teks
cerita fabel dapat dilihat dari
1. Memahami struktur teks cerita fabel
Dahulu, ketika belum ada tradisi menulis, fabel dituturkan dalam tradisi lisan
secara turun temurun. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan pesan moral
pada anak cucu. Namun, seiring perkembangan zaman, fabel tidak lagi
dituturkan secara lisan. Akan tetapi, cerita jenis ini sudah banyak yang
dialihkan ke dalam bentuk tulisan. Cerita teks fabel memiliki struktur sebagai
berikut
• Orientasi adalah kalimat yang terdapat pada awal cerita yang
fungsinya untuk pengenalan waktu, tempat dan karakter/tokoh.
• Komplikasi adalah bagian, di mana, muncullah masalah atau konflik
cerita.
• Resolusi adalah bagian penyelesaian masalah atau pemecahan konflik
pada cerita.

7
• Koda adalah pesan moral dari pengarang (tidak semua pengarang
mencantumkan koda pada ceritanya) atau penyelesaian masalah.
2. Memahami unsur kebahasaan teks cerita fabel
• Mengidentifikasi kata kerja
• Verba transitif adalah verba yang membutuhkan kehadiran nomina
atau kata benda sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat
menjadi subjek dalam kalimat aktif. Contoh:
1) Bahkan sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar
dari tubuhnya.
2) Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman
yang indah
• Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek dalam
kalimat.
3. Penggunaan kata keterangan tempat dan waktu
Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat
dan kata keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan
tempat biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu biasanya
digunakan kata depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu.
4. Penggunaan kata hubung lalu, kemudian, dan akhirnya
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu
digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Kata akhirnya biasanya
digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragrap
atau dalam teks.

2.6 Contoh Fabel


KUPU-KUPU BERHATI MULIA
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan
di taman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang
indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang
erada di taman itu.

8
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek
bentuk kepompong yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana.
“Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa
menggantung diranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini.
Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat
yang ia suka. Bahkan sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari
tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah binatang yang paling
hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di
mana-mana terdapat genangan lumpur. Lumpur yang licin membuat semut
tergelincir ke dalam lumpur. Ia terjatuh ke dalam lumpur. Sang semut hampir
tenggelam dalam genangan itu. Semut berteriak sekencang mungkin untuk
meminta bantuan.
“Tolong, bantu aku! Aku mau tenggelam, tolong…, tolong…!”
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Kemudian,
kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.
“Semut, peganglah erat-erat ranting itu! Nanti aku akan mengangkat ranting
itu.”
Lalu sang semut memegang erat-erat ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat
ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
Kemudian, sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu
telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai binatang yang
hebat dan terpuji.
Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata kepada semut.
“Aku adalah kepompong yang pernah diejek,” kata si kupu-kupu.
Ternyata, kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya.
Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan
menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teks cerita fabel termasuk jenis dongeng yaitu cerita yang benar-benar tidak
terjadi, yang mana merupakan jenis dongeng yang menggunakan hewan

10
sebagai tokoh cerita untuk menggambarkan watak dan perilaku manusia.
Dalam fabel, tokoh hewan dapat bercakap-cakap dan bertingkah laku seperti
manusia.
Isi ceritanya biasanya mengandung pendidikan moral dan budi pekerti. Teks
ceritanya pada dasarnya dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan
moral kepada pembaca. Penyampaian pesan moral melalui teks cerita lebih
menarik karena dipadukan melalui rangkaian peristiwa yang seru dan
menegangkan.

3.2 Saran

Mengarang cerita fabel memang sangat menyenangkan apalagi pesan yang


kita maksudkan dapat dicerna pembaca dengan mudah. Jadi kita dapat
mengekspresikan kekreatifan kita melalui sebuah karangan cerita yang
menarik.
Adapun saran yang ingin saya sampaikan kepada pembaca adalah agar terus
berkarya melalui tulisan-tulisan kecil baik itu puisi, cerpen, dongeng ataupun
kisah fabel. Jangan malu bila karya kita dikritik oleh orang lain. Dan teruslah
belajar agar karya kita mudah diterima orang lain. Jangan menjadikan teks
cerita sebagai olokan ataupun sarana mengejek orang lain. Saya kira hanya itu
saran yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf. Semoga
makalah saya ini dapat memberikan informasi dan berguna kepada kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
W.S, Hasanuddin dan M. Abdullah. 2014. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Wahono, Sawali dan Drs. Mafrukhi. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Yasir, M. (2022). Fabel Dalam Sastra Banjar Dan Keterkaitannya Dengan
Pembelajaran IPS.
Harmawati, H. (2018). Kemampuan Menganalisis Struktur Fabel Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 5 Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Jurnal Onama: Bahasa dan Sastra,

11
2(2).

12

Anda mungkin juga menyukai