Anda di halaman 1dari 13

Perempuan dalam Naskah Drama Loka Poma

Karya Maskirbi
Herman R.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Syiah Kuala

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang feminisme yang ada dalam naskah
drama Luka Poma karya Maskirbi. Hal yang dikaji adalah unsur perempuan di
mata pengarang laki-laki. Unsur yang ditinjau meliputi (1) peran perempuan, (2)
citra perempuan dalam pandangan pengarang, dan gender mainstreaming dalam
naskah drama Luka Poma. Penelitian ini berdasarkan asumsi bahwa perempuan
Aceh dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan di Nusantara. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan pen-
dekatan hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dalam
naskah drama Luka Poma memiliki peran kodrati dan peran teknis. Secara
umum, naskah Luka Poma mengangkat fenomena sosial konflik Aceh versus
Indonesia dengan gaya simbolis absurd.

Kata kunci: perempuan, naskah drama, luka poma, Aceh.

Abstracts: This study is to discuss feminism in the drama script Maskirbi’s Luka
Poma. It discusses the female element through the eyes of the male authors. In
this case, the element that is reviewed with regard to (1) the role of women (2)
the image of women in the view of the author, and gender mainstreaming in the
script of Luka Poma. This study is based on the assumption that women in Aceh
is known as a pioneer of women movement in the archipelago. The method used
in this study is descriptive qualitative with hermeneutic approach. The results of
this study shows that women in the script of Luka Poma have both, the natural
and technical role. In general, the script of Luka Poma lifts the social
phenomenon of conflict in Aceh versus Indonesia with symbolic absurd style.

Keywords: woman, drama script, luka poma, Aceh

1. Pendahuluan atau secara sederhana dapat disebutkan


Dalam ranah sastra, kajian gender sebagai citra perempuan yang tergambar
erat kaitannya dengan kehadiran tokoh melalui karya sastra. Selain itu, telaah
dan penokohan. Kajian ini kemudian feminisme juga dapat ditinjau dari
menjadi titik tolak terhadap karya sastra pengarang perempuan yang
yang digolongkan ke dalam jenis membicarakan sekitar dunia perempuan
feminisme. Teori ini mulanya muncul di dalam karyanya. Teori ini disebut dengan
dunia Barat yang kemudian merambah ke ginokritik.
wilayah lain, termasuk Nusantara (Sikana, Fenomena-fenomena ini telah
2008:279). Dalam perkem-bangannya, memunculkan pendapat perlunya
banyak ahli sepakat bahwa feminisme pembahasan kesetaraan hak antara
berkaitan erat dengan tokoh dan perempuan dan laki-laki dalam segala
penokohan perempuan dalam karya sastra bidang, yang belakangan dikenal dengan

30
sebutan penyetaraan gender atau gerakan naskah drama atau sering disebut dengan
feminisme. Munculnya teori feminisme naskah lakon.
berawal dari anggapan bahwa perempuan Pembelaan hak bagi kaum
mesti dibela. Ada anggapan bahwa perempuan dalam karya sastra modern
perempuan telah dijadikan stereotipe oleh semakin meluas dan merambah ke dunia
kaum laki-laki. Beberapa penilaian naskah (drama). Munculnya pembagian
menyebutkan bahwa kaum lelaki lebih peran ter-hadap tokoh perempuan dan
meletakkan kaum perempuan dalam tokoh laki-laki dalam naskah drama di-
stereotipe negatif atau rendah. Hal inilah upayakan agar dapat memberikan
yang mendasari lahirnya upaya pemahaman kepada publik tentang relasi
pembelaan bagi kaum Hawa agar gender. Oleh karena itu, tidak tertutup
diberikan kesetaraan hak serta peran yang kemungkinan kajian feminisme dapat
sama dengan kaum laki-laki. dilakukan terhadap naskah drama atau
Kolodny yang dikutip oleh sering disebut dengan naskah lakon.
Djajanegara (2000:19) menyebutkan Kajian feminisme dalam naskah
bahwa kaum laki-laki yang menulis drama masih jarang di-lakukan sehingga
tentang perempuan, termasuk dalam penelitian ini sangat penting. Sejauh ini,
karya tulis sastra, cenderung kajian feminisme dalam karya sastra
menampilkan stereotipe perempuan cenderung hanya menyentuh novel.
sebagai istri dan ibu yang mesti berbakti, Kajian ini berusaha menelaah perempuan
manja, lacur, dan yang hal-hal lainnya di mata laki-laki melalui naskah drama.
yang merendahkan kaum perempuan. Lebih spesifik, penelitian ini melihat
Oleh karena itu, bagaimanapun juga, perempuan Aceh di mata pengarang lelaki
pembicaraan tentang perempuan akan Aceh. Untuk itu, diambil naskah Luka
selalu me-narik apalagi di tengah gembar- Poma karya Maskirbi. Melalui kajian ini
gembornya pembelaan hak terhadap kaum akan didapati konsep perempuan dalam
Hawa tersebut dari berbagai perspektif. kaca mata pengarang lelaki (Maskirbi).
Kehadiran perempuan dalam Tentu saja hal ini tidak bermaksud
karya sastra Indonesia sebenarnya sudah menggeneralisasikan perempuan dalam
ada sejak zaman penjajahan. Untuk sastra karya sastra yang ditulis oleh pengarang-
jenis novel, tokoh utama perempuan pengarang lainnya.
mulai dikenal sejak tahun 1920. Banyak Diambil naskah Luka Poma
novel yang ditulis oleh pengarang berdasarkan asumsi bahwa naskah ini
Indonesia kala itu berpusat pada memiliki nuansa lokal keacehan yang
pegembangan tokoh perempuan. Hal ini sangat kental. Di samping itu, naskah ini
terus berlanjut hingga tahun 1940-an dan ber-setting-kan ke-budayaan dan sejarah
mungkin juga hingga sekarang. Aceh. Artinya, penelitian ini juga akan
Harus diakui, pembelaan hak bagi meninjau ulang perjalanan sejarah
kaum perempuan dalam karya sastra kebangkitan perempuan Aceh. Dengan
modern semakin meluas dan merambah kata lain, penilitian ini melihat feminisme
ke dunia naskah (drama). Munculnya terhadap naskah drama yang kental
pembagian peran terhadap tokoh bernuansa lokal Aceh, dengan tokoh
perempuan dan tokoh laki-laki dalam utamanya perempuan Aceh.
naskah drama diupayakan agar dapat Kajian ini semakin menarik
memberikan pemahaman kepada publik karena sejauh ini belum ditemukan
tentang relasi gender. Oleh karena itu, penelitian tentang feminisme dalam karya
tidak tertutup kemungkinan kajian sastra yang terbit di Aceh apalagi untuk
feminisme dapat dilakukan terhadap naskah drama. Dengan demikian,

31
penelitian ini dapat disebut sebagai puan selalu di bawah lelaki. Dari sisi
penelitian eksploratif yang bersifat kritis- bahasa, pengarang lelaki disebutkan
interpretatif (Harun, 2006:18). Kajian ini cenderung menyentuh hal-hal sensitif
menggunakan telaah semistruktural perempuan sehingga kaum perem-puan
dengan pendekatan sosiologi sastra, yakni patut dibela. Sebagai contoh, disebutkan
telaah penokohan perempuan yang di- bahwa jika lelaki menulis tentang kaum
sesuaikan dengan dunia perempuan yang perempuan, sebelum, saat, dan sesudah
sesungguhnya, yang berlaku dalam melahirkan, tidak akan pernah
masyarakat (Damono, 1979:1). Kajian ini mendapatkan hasil maksimal dengan
berperspektif historis pula dengan melihat alasan lelaki tidak pernah mengalami hal
awal mula kebangkitan perempuan di yang dialami kaum perempuan tersebut.
Aceh sehingga pergerakan feminis-me di Dalam dunia sastra modern,
tanah Serambi Mekkah semakin nyata gerakan feminisme menjalar sejak
terlihat nantinya. Permasalahan dalam bermunculan pengarang-pengarang
penelitian ini adalah sebagai berikut. perempuan dalam prosa dan roman
1) Bagaimanakah peran perempuan Indonesia. Untuk sastra jenis novel, tokoh
dalam naskah drama Luka Poma utama diangkat dari kalangan perempuan
karya Maskirbi? mulai dikenal sejak tahun 1920-an, yakni
2) Bagaimanakah citra perempuan melalui tradisi penulisan novel pertama di
dalam pandangan pengarang Indonesia, Azab dan Sengsara (1920)
naskah Luka Poma? karya Merari Siregar. Tradisi ini
3) Bagaimana gender mainstreaming kemudian disusul dengan terbitnya novel
dalam naskah Luka Poma? kedua di Indonesia, Sitti Nurbaya (1922)
karya Marah Rusli. Novel yang judulnya
2. Kajian Pustaka diangkat langsung dari nama tokoh
Pendekatan feminisme dalam utamanya ini kemudian dalam perkem-
karya sastra dapat dianggap sebagai teori bangannya menjadi mitos perjuangan
modern dalam telaah karya sastra, kaum perempuan Indonesia. Setelah itu,
meskipun pendekatan ini merupakan disusul terbitnya novel Salah Asuhan
“kembang-biak” dari empat telaah teks (1928) karya Abdul Muis. Pada tahun
sastra yang pernah ditawarkan Abrams yang sama, Nur Sutan Iskandar juga
dalam bukunya The Mirror and the Lamp menerbitkan novel perdana dengan judul
(1953). Dari empat pendekatan terhadap Salah Pilih (1928) yang juga bertemakan
teks sastra Abrams, muncul teori-teori perempuan. Dalam rentang tiga tahun
berikutnya, di antaranya teori feminisme kemudian, Merari Siregar kembali
yang apabila ditelusuri lebih jauh menerbitkan novelnya dengan judul
merupakan penjabaran dari pendekatan Binasa kerna Gadis Priangan (1931).
ekspresif dan objektif. Karena pandangan Langkah sastrawan angkatan Balai
di-titikberatkan pada kondisi sosial Pustaka ini yang mengangkat perempuan
masyarakat yang tercermin dalam karya sebagai sentral cerita diikuti oleh
sastra dimaksud, pendekatan ini disebut beberapa sastrawan angkatan Pujangga
dengan istilah sosiologi sastra. Baru. Hal ini ditandai dengan hadirnya
Teori feminisme awalnya muncul Layar Terkembang (1936) karya Sutan
di Amerika. Teori ini men-cuat ke Takdir Alisyahbana, Tenggelamnya
hadapan publik pertama sekali dengan Kapal Van Der Wijck (1939) karya
kesan bahwa lelaki yang menulis tentang Hamka, dan Belenggu (1940) karya
perempuan cenderung tidak maksimal, Armijn Pane.
me-rendahkan, memposisikan perem-

32
Secara lebih sepesifik, penelitian orang yang bisa hamil, melahirkan anak,
tentang feminisme dalam karya sastra dan menyusui.
Indonesia yang sudah pernah dilakukan Perempuan cenderung pula
sebelumnya antara lain Citra Wanita dimaknai sebagai makhluk feminine,
dalam Hikayat Panji Melayu (Mu’jizah, yakni yang memiliki sifat keibuan,
2002), Ringkasan Peran dan Perlakuan kemayu, suka dandan, suka mencuci, dan
Tokoh Perempuan dalam Novel Tahun suka di dapur. Penamaan ini
2000-an (Santosa, 2004), Tokoh Wanita menyebabkan muncul anggapan
dan Novel-novel Karya Titis Basino P.I. stereotipe bagi kaum perempuan yang
(Riesa Utami Meithawati, dkk., 2004), mengakibatkan timbulnya gerakan
Tokoh Utama Wanita, dalam Pandangan feminisme. Sikana (2008:279)
Gender pada Novel Wajah Sebuah menyebutkan bahwa feminisme adalah
Vagina Karya Naning Pranoto perjuangan kaum perempuan untuk
(Aprilianto, 2005), Citra Perempuan mendapatkan status yang sama dengan
dalam Novel Atap: Sebuah Analisis Kritik lelaki dan meminta hak-hak yang telah
Sastra Feminisme (Syamsurizal, 2006), lama dipinggirkan oleh sejarah. Konsep
Novel Saman dan Larung Karya Ayu dasar yang dipakai dalam melihat hal ini
Utami dalam Perfektif Feminisme Radikal adalah feminis, female, dan feminine.
(makalah Banita, tanpa tahun), Peran Dalam pengantar buku Leela
Karya Sastra dalam Memper-kenalkan Gandhi “Teori Poskolonial” yang
Wacana Gender pada Siswa di Sekolah diterbitkan oleh Penerbit Qalam (2006)
Dasar (Istimurti, 2008), Analisis disebutkan bahwa ada konsep
Keberpihakan Pramoedya terhadap keseimbangan antara perempuan dan
Tokoh Perem-puan dalam Tiga lelaki. Lelaki tidak boleh lagi
Karyanya: Suatu Pendekatan Sosiologis menempatkan dirinya sebagai the first sex
(Shaidra, 2008). Akan tetapi, penelitian yang berada di atas perempuan.
tentang perempuan (feminisme) dalam Sebaliknya, perempuan jangan berusaha
naskah drama, sejauh ini masih sangat menggantikan dominasi kaum laki-laki
kurang bahkam hampir tidak ada. Dalam dengan dominasi perempuan. Gandhi
perkembangan sastra di Aceh, penelitan menyebutkan upaya gerakan feminis
tentang naskah drama secara umum jangan sampai menimbulkan kekacauan
sangat sulit didapati. penafsiran terhadap teks-teks agama yang
Dalam KBBI (2005:856) selama ini dianggap cenderung
disebutkan bahwa perempuan merupakan mendominasikan kaum lelaki sehingga
orang (manusia) yang dapat mengalami persoalan agama dan budaya harus
menstruasi (haid), hamil, melahirkan dipisahkan dalam menganalisis gender.
anak, dan menyusui. Tentu saja definisi (Gandhi, 2006:xvi).
ini terkait kodrati perempuan sebagai
makhluk Tuhan, yang merupakan lawan 3. Metode Penelitian
atau pasangan dari laki-laki. Kata lain Metode yang digunakan adalah
untuk perempuan biasanya digunakan deskriptif-kualitatif, yakni metode yang
orang dengan sebutan “wanita”. Istilah berusaha memberikan gambaran secara
wanita, dalam KBBI (2005:1268) sitematis dan cermat tentang fakta-fakta
dikatakan sebagai perempuan dewasa. yang terdapat dalam kedua naskah drama
Istilah yang sederhana tentang perempuan yang diteliti (Zaidan, 2002).
tertuang dalam Kamus Pelajar Dalam penafsiran, digunakan
(2006:492), bahwa permpuan adalah pendekatan hermeneutik. Hal ini sesuai
dengan fungsi teori hermeneutik yang

33
dipaparkan Palmer (2003), yakni: (1) ke-munculan bangunan dan gedung-
sebagai teori penafsiran kitab suci, (2) gedung “menjilat” langit.
sebagai metode filologi, (3) sebagai ilmu Masih pada pembuka kisah,
pemahaman linguistik, (4) sebagai disebutkan tiba-tiba di tengah hutan ada
metodologi geisteswissenschafi yaitu guman syair duka dan dendam oleh
berusaha memperoleh makna kehidupan sekelompok orang. Orang-orang tersekap
manusia secara me-nyeluruh, (5) sebagai dalam gundukan hitam. Mereka bergerak
fenomenologi dasein dan pemahaman perlahan dan be-berapa tangan menjulur
eksistensial, dan (6) sebagai sistem disusul pemilik tangan tersebut lambat
interpretasi (dalam Harun, 2006). laun. Saat itu juga muncul sumpah
Data dalam penelitian ini berupa serapah entah dari sesiapa menyaksikan
data verbal yaitu paparan bahasa dari ben-cana. Lalu orang-orang itu me-
pernyataan tokoh berupa dialog dan nyimpan dendam dalam kesaksian mereka
monolog serta narasi yang dipaparkan terhadap kehancuran. Mereka bersumpah
penulis naskah. Sumber data berupa data untuk balas dendam.
primer, yakni naskah drama Luka Poma Babak II naskah Luka Poma
karya Maskirbi. menceritakan suasana di sebuah pos
aparat. Dua prajurit baru saja berhasil
4. Hasil Penelitian menangkap seorang masyarakat biasa
4.1. Gambaran Umum Naskah Luka yang diduga komplotan pemberontak.
Poma Masyarakat yang bernama Tabeu
Luka Poma (Luka Ibu Kita) diinterogasi oleh pemimpin aparat yang
adalah sebuah naskah drama yang ditulis bernama Ulee Balang. Pada babak III
oleh Maskirbi, seorang sastrawan Aceh diperlihatkan Poma yang sedang mencari
bernama sebenarnya Mazhar. Naskah anaknya. Dalam babak ini, Poma bertemu
drama ini men-ceritakan kehidupan pasukan Ulee Balang. Dikisahkan bahwa
seorang tokoh perempuan “Poma” yang Ulee Balang mengaku sebagai anak
sedang mengembara mencari-cari Poma. Akan tetapi, Poma menampik.
anaknya “In”. Dalam cerita tersebut Poma hanya mengaku memiliki seorang
disebutkan bahwa “In” adalah anak anak kandung, yakni “In”. Usai babak ini,
kandung Poma yang dilahirkannya dalam babak IV kembali mengambil latar tengah
susah payah. hutan, tempat pasukan Keujruen yang
Kekuatan pada naskah ini secara disebut-sebut sebagai kelompok
umum terlihat dalam teknik pemaparan pemberontak. Pada babak ini ketengangan
alur dan pembangunan karakter tokoh diciptakan dengan saling bunuhnya
yang simbolis. Hal ini seperti tertulis pada Keujruen dengan wakilnya sendiri, Ceh
prakata naskah Luka Poma bahwa drama Gam. Ceh Gam mati di tangan Keujruen,
yang dipaparkan di sana “bersifat non- bukan karena berperang. Suasana
konvensional dengan harapan dapat kemudian berubah panik dengan hadirnya
memberikan warna baru bagi pekerja pasukan aparat Ulee Balang. Ulee Balang
panggung teater kontemporer”. Cerita mengancam pasukan Keujruen agar
dimulai dari traktor/buldozer yang menyerah. Namun, Keujruen malah
menghancurkan rumah-rumah penduduk, menyambut an-caman tersebut dengan
kebun, ladang, dan sawah. Dalam mengajak perang. Kedua pasukan
pemaparan awalnya, di-gambarkan terbunuh. Tak ada yang tersisa. Cerita
adanya kata-kata makian, cacian, protes, ditutup dengan pertemuan Poma dengan
umpatan, tangis bayi dan perempuan. In, tetapi tidak ada penyelesaian dalam
Setelah sejenak hening, digambarkan pula kisah tersebut. In terus saja bertanya pada

34
Pomanya, mengapa ada perang, mengapa “Aku masih ada, aku masih punya
ada saling bunuh, sedang-kan si Poma kekuatan, meski saat ini aku kalah.
menjawab dengan sangat diplomatis, Aku tidak akan membiarkan kaum
“Hanya sejarah yang mampu Hatee lenyap dengan sia-sia. Aku
menjawabnya.” ingin mengembalikan negeri kaum
Hatee dan kemanusiaan kembali
kaum kita sampai benar-benar ada
4.2. Penafsiran terhadap “Poma” keseimbangan…” (hlm.10).
Poma jelas sekali merupakan (2) Apalah
kisah tentang konflik Aceh, terutama saat- Sulit mendeskripsikan watak
saat mulai memanasnya gejolak konflik Apalah, karena sepanjang cerita ia hanya
Aceh-Jakarta (antara Gerakan Aceh sekali bercakap. Namun demikian, dari
Merdeka dan TNI/Polri atau dalam perkataannya dapat disimpulkan bahwa
bahasa beberapa media disebutkan Apalah juga menyimpan dendam dan
konflik antara Aceh-Indonesia). Namun, penyesalan bahkan kekhawatiran terhadap
kisah pada naskah Luka Poma tidak masa depan negerinya.
disebutkan diawali sejak 1973 atau (3) Aman Mude
setelah diikrarkan Gerakan Aceh Merdeka Sama seperti Apalah, Aman Mude
oleh Tgk. H. M. Hasan Di Tiro. Kisah juga tak memiliki peran besar dalam
Poma langsung dimulai kala memanasnya naskah Luka Poma sehingga dialognya
gejolak konflik di Aceh, dalam rentang cuma satu. Dari dialognya terkesan Aman
1980-2000. Hal ini seperti diungkapkan Mude memiliki jiwa motivator, terutama
pada awal kisah bahwa cerita dibuka bagi Keujruen sang pemimpin mereka.
“ketika traktor/buldozer meruntuhkan (4) Ceh Gam
rumah-rumah”. Tokoh ini dibangun dengan
Suasana konflik Aceh sudah karakter sedikit berbeda dengan rekan-
diperlihatan dengan kehadiran beberapa rekannya. Ceh Gam dalam dialog-
tokoh pada babak I. Mereka berjumlah dialognya selalu bertentangan dengan
enam orang yang muncul dari balik hutan Keujruen padahal ia adalah wakil
dan memiliki karakter masing-masing Keujruen. Menurut dia, langkah
yang sangat kuat. Tokoh-tokoh itu adalah kelompoknya yang mem-bentuk
Keujruen, Apalah, Aman Mude, Ceh kelompok Kaum Hatee dan memberontak
Gam, Wen Chou, dan Lem Park. tidak sepenuhnya benar. Bahkan, ia
Kemunculan enam orang ini diawali sempat menilai perjuangan mereka hanya
dengan konflik kecil sesama mereka. Dari sebuah kesia-siaan.
dialog-dialog yang dikembangkan oleh (5) Wen Chou dan Lem Park
penulis naskah, terlihat bahwa keenam Kedua tokoh ini adalah pengikut
tokoh ini adalah kelompok dari Kaum Kaum Hatee di kelompok Keujruen. Saat
Hatee, sebuah kelompok yang sedang Ceh Gam me-nyampaikan maksudnya
berjuang untuk kampung mereka. Berikut agar ke-lompok mereka menyerah saja,
ini dipaparkan keenam tokoh tersebut. Wen Chou dan Lem Park mulanya
(1) Keujruen sepakat bahkan sempat membenarkan
Sebagai pemimpin kelompok, pen-dapat Ceh Gam. Akan tetapi,
Keujruen dideskripsikan memiliki kerasnya watak Keujruen membuat
kemauan yang kuat, terutama dalam mereka akhirya diam dan menurut saja.
mempertahankan kelompok kaum Hatee.
Hal ini seperti terlihat dalam petikan (6) Poma
dialog Keujreun berikut. Poma adalah tokoh kunci dalam
cerita ini. Seperti dijelaskan pada bab

35
sebelumnya bahwa hermeneutik Luka Poma. Hal ini dijumpai hampir
berkenaan dengan penafsiran terhadap dalam setiap dialog Poma yang berperan
sebuah karya, dapat ditafsirkan bahwa sebagai ibu. Beberapa dialog yang
Poma adalah Aceh. Ia menjadi simbol menegaskan bahwa Poma sebagai ibu di
terhadap sebuah daerah yang terus- antaranya:
menerus tertindas. Poma digambarkan In…In…kemana engkau nak. Nak… In
sedang mencari In yang dalam cerita itu ibu di sini. Kesinilah sayang. Jangan
disebut sebagai anak kandungnya. Hal ini tingalkan ibu, In. engkaulah harapanku.
terdapat dalam dialog ketujuh babak III. Engkaulah jantungku. Engkaulah
darahku. In…engkaulah yang
menyelamatkan aku. Engkaulah yang
4.3. Peran Perempuan dalam Naskah menjaga aku. In… ibu di sini. Jangan
Luka Poma pergi sayang… Jangan pergi In.
Pembicaraan peran perem-puan Mendekatlah In. Dekaplah ibumu In.
dalam perspekstif Aceh tidak dapat (hlm. 32)
dilepaskan dari konteks Islam. Hal ini Aku bukan ibumu! Jangan ganggu aku!
dikarenakan masyarakat Aceh dibina dan Aku mencari anak kandungku. Jangan
dibesarkan dalam keadaan Islam. Oleh rintangi aku jalanku…
karena itu, peran perempuan yang terlihat (hlm. 33)
dalam karya-karya sastra yang ditulis oleh
orang Aceh dan bernuansa Aceh Poma sebagai ibu juga ditegaskan dalam
cenderung mengedepankan perem-puan dialog tokoh lainnya, di antaranya adegan
dalam kaca mata ureueng Aceh. Adapun Keujruen dan Ceh Gam.
persoalan persamaan hak atau gender, Keujruen : Dialah Poma kita. Dialah ibu
masyarakat Aceh berpandangan pada kita yang melahirkan kita dengan
ajaran Islam yang menyatakan bahwa cintanya. Dialah ibu kita yang
sedang nestapa. Bahkan sekarang
perempuan dan lelaki itu derajatnya sama,
dia gagap. Dia linglung. Dia
yang berbeda hanyalah soal hak dan tidak mengenali lagi siapa anak
tanggung jawab. kandungnya.
Soal peran perempuan Aceh masa Ceh Gam: Tidak mungkin dia ibu kita. Tidak
lalu dalam kehidupan ber-masyarakat dan mungkin dia ibu kita. Tidak
berbangsa, Zentgraff (1983:78) mungkin begitu dukanya. Dia
mengungkapkan bahwa “Rasanya tak ada bukan ibu kita. (hlm. 12)
seorang penulis roman mana pun yang Kendati Poma di sini dapat
sanggup dan berhasil mengungkapkan ditafsirkan sebagai ibu, ibu yang
daya khayal yang segila-gilanya seperti dimaksudkan oleh pengarang bersifat
telah dibuktikan oleh perempuan Aceh simbolis. Poma sebagai ibu karena sifat
dalam kenyataannya.” Artinya, peran yang diemban tokoh tersebut
perempuan Aceh dalam membangun keperempuanan, di samping kata Poma
bangsa ini sangat kuat. Persoalannya dalam bahasa Aceh bermakna ‘ibu’. Ibu
kemudian di mana posisi perempuan yang dimaksudkan di sini adalah simbolis
Aceh tersebut masa sekarang. Hal sebuah daerah yang mendapat perlakukan
semacam inilah yang dilihat dalam tidak adil oleh negara padahal negara itu
naskah Luka Poma. Peran perempuan menjadi sebuah kesatuan wilayah yang
yang terlihat dalam naskah Luka Poma dinamakan negara karena bantuan daerah
dapat dirincikan sebagai berikut. bernama “ibu”. Oleh karena itu, ada
1) Perempuan sebagai ibu sejumlah pemberontakan dari “ibu” pada
Peran perempuan sebagai ibu dialog-dialognya yang mengarah pada
sangat kental dan dominan pada naskah

36
pemahaman “si anak” telah durhaka, telah Beberapa nama tersebut, lima di
menipu “ibunya” sendiri. antaranya sudah dibahas di atas, yakni
Poma : Jangan coba-coba menipu aku. Aku Keumalahayati, Safiatuddin Syah, Cut
sudah sering tertipu. Jangan Nyak Dhien, Pocut Meurah Intan, dan
tukarkan kemunafikan kepadaku. Pocut Baren.
Jangan panggil aku Poma. Aku tidak Masih tercatat nama-nama
punya anak kandung selain yang perempuan Aceh yang lainnya, mereka
baru saja aku lahirkan. In…In,
ada yang digolongkan oleh para ahli
kemana engkau, Nak… (hlm. 33)
Poma : Aku tidak melahirkan anak yang sebagai srikandi di bindang politik atau
membedakan nasib sesamanya. Aku pemerintahan, ada pula sebagai srikandi
tidak melahirkan anak yang di bidang militer atau perang.
membuat janji, tapi suka Srikandi politik ada-lah pejuang
mengingkarinya. Aku tidak Aceh yang berhasil me-mimpin Aceh di
melahirkan anak yang suka bidang pe-merintahan dengan sukses atau
membangun tembok-tembok pemisah yang memiliki pengaruh besar terhadap
dan menggali jurang nasib semakin pemerintah Aceh masa itu, baik sebagai
dalam… (hlm.34) pendamping sultan maupun sebagai
sultanah langsung. Tercatat sejumlah
2) Perempuan dalam konteks nama untuk ini, di antaranya Putri
jihad/perang Lindung Bulan, Ratu Nur Ilah, Ratu
Konsep jihad ureueng Aceh yang Nuhrasiyah, Safiatuddin Syah,
tersirat dalam hadih maja cap di batèe Naqiatuddin Syah, Inayat Syah, Kamalat
labang di papeuen, lagèe ka lôn kheun Syah, Putroe Phang, Pocut Baren, dan
hajeut meutuka terpatri dalam pencarian Pocut Meurah Intan. Srikandi bidang
Poma. Oleh karena itu, ia hanya militer adalah mereka, para perempuan
mengakui In sebagai anak kandungnya, Aceh, yang berjuang secara langsung
sedangkan Ulee Balang dan lainnya yang mengusir penjajah. Nama-nama itu antara
pernah mendekati Poma, tidak dianggap lain Laksamana Keumalahayati,
sebagai anak. Alasan demikian sangat Laksamana Muda Cut Meurah Inseun,
politis. Sejarah mencatat bahwa Aceh Jenderal Keumala Cahaya, Cut Nyak
sudah lama ada, jauh sebelum nama Dhien, dan Cut Meutia.
Indonesia di-munculkan di Jakarta.
Banyak sejarah yang ditulis oleh orang 4.4. Ideologi Pengarang LukaPoma
Aceh, orang Indonesia, bahkan orang luar
Eropa, yang menyebutkan nama “Aceh” Ideologi atau logika pe-mikiran
sudah ada sejak belasan abad silam. Maskirbi yang terlihat pada karyanya,
Bahwa perempuan-perem-puan Poma, Luka Ibu Kita, didasari simbolis
Aceh masa lalu adalah orang-orang jihat, yang sangat kuat terhadap peran Poma
srikandi perang, tercatat kekal dalam sebagai ibu. Maskirbi sengaja
lembaran sejarah. Bahkan, Zentgraaf menghadirkan cerita simbolis karena
(1983:78) menilai bahwa jihad dan sepanjang dunia perteaterannya, ia
semangat perang perempuan Aceh tiada mengaku masih langka menemukan
bandingnya di dunia ini. Dalam beberapa naskah simbolis yang dipentaskan di
sisi, perempuan Aceh memiliki sifat lebih Aceh bahkan Indonesia. Maskirbi hendak
militan dari suami-suami mereka yang menyebutkan bahwa Aceh telah
juga “penjihad”. Ada banyak kisah melahirkan dan menghidupkan Indonesia
perjuangan perempuan Aceh masa lalu sehingga sejatinya Aceh adalah “ibu” dan
yang pantang menyerah, meskipun suami Indonesia adalah “anak”. Hasil
mereka telah gugur di medan perang.

37
interpretasi me-negaskan pula bahwa Poma tergambar pada dialog pemimpim
Ulee Balang adalah tentara Indonesia kelompok Kaum Hatee yakni Keujruen
terlihat pada adegan yang diperankannya. dengan anggotanya.
Dikisahkan bahwa Ulee Balang memiliki “Lihatlah Ceh Gam, dia mengundang
dua anak buah Pang Ulee I dan Pang kita untuk diperkosa. Lihatlah Ceh
Ulee II yang baru saja menangkap Gam. Dia memanggil kita. Ah…
seorang masyarakat biasanya bernama betapa indahnya tubuh ibu kita.”
Tabeu. Pada adegan ini banyak dialog …….
yang menyiratkan bahwa mereka adalah
Penggunaan kata-kata “diperkosa”
tentara Indonesia. Apalagi, setelah
dan “betapa indahnya tubuh ibu kita”
penjelasan bahwa Tabeu dituduh sebagai
adalah simbol kekerasan di Aceh
kelompok Kaum Hatee yang dicap
sekaligus untuk menyatakan bahwa Aceh
sebagai pemberontak. Kaum Hatee dapat
itu “indah; cantik” untuk dinikmati. Hal
ditafsirkan sebagai kelompok Hasan Tiro
inilah yang mengundang orang-orang
(HT). Artinya, Tabeu ditangkap atas
untuk suka pada Aceh. Dalam konteks
tuduhan kalau dirinya merupakan
kenegaraan, hal itu menjadi penyebab
kelompok kaum HT.
Indonesia tidak mau melepaskan Aceh
“Saya Tabeu, pekerjaan petani, tapi
tidak ada lagi sawah. Anak saya lima, berdiri sendiri sebagai sebuah negara
semuanya tidak tamat SD. Umur saya tetangga. Selain itu, dua dialog Keujruen
40 tahun. Saya ditangkap karena ini memiliki simbolis yang sangat kuat
dicurigai sebagai pengacau. terhadap Aceh dan masyarakatnya pula,
Kebetulan saya terlanjur melihat terutama kelompok GAM.
pengamanan terhadap ayah dan Menurut pengarang Luka Poma,
paman saya. Mereka menembak ayah kelompok GAM memperkosa tanahnya
dan paman saya itu Pak (menangis). sendiri karena dendam dan benci. Selain
Ayah saya seorang Imam Surau dan itu, juga disebabkan oleh iri dan dengki
paman saya petani miskin seperti saya dengan anggapan selama ini Indonesia
Pak. Mereka jeka saya Pak. Mereka
tangkap saya di rumah saya Pak.
saja yang memperkosa Aceh, sedangkan
Bagaimana saya ini Pak (menambrak GAM yang dipimpin oleh putra Aceh asli
Ulee Balang dan memeluk kakinya. tidak melakukannya. Di sisi lain, juga
Pikiran dan perasaan Ulee Balang karena keindahan Pomanya sendiri. Sifat
membentur dinding-dinding ini tercantum dalam bait lagu yang
kemanusiaannnya. Dadanya dinyanyikan oleh para tokoh setelah
bergelombang, ada badai di adegan pemerkosaan Poma.
kepalanya). Telah mati perasaan
(hlm. 27-28) Oleh dendam dan benci
Telah lepas kemanusiaan
Melalui pembebasan Tabeu, Oleh iri dan dengki
penulis melukiskan bahwa pimpinan Tiada lagi mata hari
prajurit cenderung bertindak lebih bijak. Tiada lagi hati nurani
Hanya prajurit di lapangan saja yang suka
salah tangkap demi me-menuhi kuantitas Dengan demikian, citra
laporan pe-nangkapan. Tabeu pada perempuan yang hendak di-sampaikan
akhirnya di-bebaskan dan Ulee Balang oleh Maskirbi yang ke-mudian dapat
me-nyampaikan pesan perdamaian me- diduga sebagai ideologinya bahwa
lalui dialognya kepada prajuritnya. perempuan sebagai (1) makhluk yang
Hermeneutik simbolik lain-nya lemah, tetapi memiliki semangat yang
yang diperlihatkan pada naskah Luka sangat kuat, (2) ibu yang memiliki

38
kemauan keras dan cinta yang sangat kebengkokan,” (H.R. Bukhari Muslim).
dalam, terutama untuk menemukan anak Beberapa landasan inilah yang jadi alasan
kandungnya kembali, (3) insan cinta gender mainstreaming pada naskah drama
damai. Selain tiga hal ini, yang dapat Luka Poma. Berikut adalah jenis gender
ditangkap secara tersirat pada naskah atau feminis yang terdapat dalam naskah
Luka Poma, perempuan dalam ideologi Luka Poma.
Maskirbi juga tidak berbeda seperti citra
perempuan umumnya, yakni memiliki Gender Difference
anak, penyayang, dan memiliki birahi. Dalam naskah Luka Poma, jenis gender
difference paling menonjol pada adegan
4.5. Gender Mainstreaming Keujruen dan kelompoknya tatkala akan
Jenis gender di sini mengacu pada memperkosa Poma. Di sana di-sebutkan
pemerian klasifikasi oleh Hubies. Namun, sikap Keujruen sebagai lelaki yang akan
seperti dijelaskan sebelumnya, gender menyetubuhi perempuan. Ada harapan
yang dijelaskan dalam naskah yang pula dari perlakuan tersebut bahwa yang
diteliti ini tetap berperspektif lokal, bukan diperkosa menginginkan anak. Meskipun
perspektif Barat yang terlalu menonjolkan sifatnya simbolis, gender differece yang
perempuan sehingga tanpa disadari telah berbicara pada tataran sikap dan harapan
terjadi “deskriminasi” terhadap kaum menurut jenis kelamin terlihat jelas pada
lelaki. Gender berperspektif lokal adegan di halaman 14-15 tersebut. Dalam
dimaksud mengacu pada pandangan Islam peran perempuan sebagai ibu, sifat yang
dan kultur Aceh. Hal ini sesuai ayat ditonjolkan adalah menemukan anaknya
Alquran yang sudah terlebih dahulu yang hilang. Sikap ini merupakan
memuliakan posisi perempuan dengan kelaziman para ibu. Hal ini terjalin
menyebutnya dengan nisa’. dengan apik hingga akhir kisah. Beberapa
Hal ini menegaskan bahwa tidak perilaku harapan yang dirumuskan
ada perbedaan antara lelaki dan pengarang di sana bahwa perempuan
perempuan dari sisi hak dan kewajiban. cenderung diperkosa, sedangkan lelaki
Perbedaan hanya ditunjukkan dengan bakal memperkosa. Artinya, ada perilaku
taqwanya kepada Allah swt. Karena itu, subjektif terhadap birahi kodrati
tatkala ada yang menganggap atau seseorang menurut jenis kelaminnya. Hal
memandang bahwa Islam tidak ini terlihat pada beberapa adegan dan
berperspektif gender, dapat di-simpulkan dialog, di antaranya:
itu pandangan feminis radikal asing. Keujruen : Lihatlah Ceh Gam, dia
Secara kodrati, meskipun di atas sudah mengundang kita untuk
dijelaskan bahwa manusia diciptakan ber- diperkosa. Lihatlah Ceh Gam, dia
pasang-pasangan, dalam sebuah hadis memanggil kita, ah…betapa
indahnya tubuh ibu kita (hlm. 13)
disebutkan bahwa perempuan diciptakan
dari tulang rusuk lelaki yang paling Dia membutuhkah kita Ceh Gam,
bengkok (lihat Al-Thabari dalam kitab cuma dari kita dia harapkan bisa
tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Tafsir al- melahirkan bayinya yang
Quran. “Sesungguhnya wanita diciptakan didambakannya itu. Jangan
dari tulang rusuk dan bagian tulang banyak bertanya lagi Ceh Gam.
rusuk yang paling bengkok adalah yang Lihatlah! Dia mengudang kita,
paling atas. Jika kamu ingin bersiaplah.(hlm. 14)
meluruskannya, maka akan patahlah ia,
dan jika kamu ingin memperoleh manfaat,
lakukanlah. Sementara ia tetap memiliki

39
Gender Gap Ulee Balang : Oh… ibu aku juga anak
Tidak ada perbedaan yang mencolok kandungmu… aku lahir 50 tahun
dalam berpolitik bagi tokoh perempuan lalu. Ibu ingat kan kita sama-
maupun lelaki dalam naskah yang sama mengungsi. Aku anakmu…
dianalisis ini. Persoalan dimisalkan saja aku putramu bu…
(hlm. 14 dan 32)
pada naskah Luka Poma yang disebutkan
Gender Identity
secara simbolis bahwa Poma tidak
Secara kodrati, perempuan memiliki sifat
menyukai orang-orang yang tidak tahu
lebih lemah-lemah lembut dibanding
berterima kasih padahal ia sudah
lelaki. Karena itu, perempuan dilekatkan
dibesarkan. Hal yang sama dipastikan
karakter keibuan. Namun, mereka yang
terjadi bagi laki-laki dan perempuan.
sekarang ini mengaku sebagai pejuang
Artinya, perempuan dan lelaki tidak jauh
gender merasa tersinggung jika dikatakan
berbeda dalam ranah politik. Tatkala
bahwa perempuan lebih feminim daripada
lelaki dapat berdiri sebagai panutan
lelaki atau lelaki lebih maskulin daripada
(pemimpin), perempuan pun demikian.
perempuan. Penggunaan kata “lebih”
Akan tetapi, sulit melihat peran politik
sebenarnya sudah mengacu pada
pada tokoh Poma karena ia masih bersifat
perbandingan. Bukan berarti perem-puan
simbolis dan simbol tersebut bermakna
selalu berada di bawah lelaki. Hal-hal
sebagai sebuah daerah, bukan manusia
semacam inilah yang hendak dipaparkan
sesungguhnya.
Maskirbi melalui naskah drama Luka
Poma. Maskirbi berhasil mengungkapkan
Genderization
bahwa perempuan juga memiliki sifat
Konsep gender pada jenis kelamin dalam
pantang menyerah.
naskah Luka Poma akan sulit ditebak
karena menggunakan gaya simbolis.
Gender Role
Nama-nama tokoh yang digunakan pun
Dalam kebudayaan Aceh, perempuan
semuanya merupakan simbol, seperti
biasanya selalu di rumah. Tukang cari
telah dijelaskan di atas. Hanya saja bagi
nafkah adalah lelaki. Perempuan
tokoh lelaki mudah ditebak karena sesuai
umumnya bersama ibu, sedangkan lelaki
kenyataan dalam sosial masyarakat Aceh,
ikut ayah ke ladang atau ke pasar. Hal ini
Keujruen dan Ulee Balang misalnya,
bukan berarti Aceh tidak mengenal
mereka adalah seorang lelaki. Sebaliknya,
gender. Namun, inilah yang disebut
sebutan poma mengacu pada ibu yang
dengan gender role, penyetaraan yang
berarti perempuan. Akan tetapi, apakah
disesuaikan dengan adat atau budaya
ibu yang dimaksudkan di sini adalah ibu
suatu daerah, dalam hal ini budaya Aceh.
sesungguhnya, yakni seorang perempuan
Kendati anak lelaki tidak
yang telah memilih suami dan anak? Hal
‘bertempat’ di rumah, bukan berarti ia
ini sulit ditemukan, karena makna “ibu”
tidak dekat dengan ibu. Bahkan, kalau
di sana bukan seperti realita kesungguhan.
Keujruen : … Mari kita bantu Poma kita
ayah tidak ada lagi, anak lelakilah yang
agar bisa melahirkan anak menjadi tulang punggung, di rumah dan
kandungnya lagi. Agar kelak di luar rumah. Hal-hal semacam ini sulit
menjadi saudara-saudara kita ditemukan pada naskah Luka Poma.
yang telah lenyap, pengganti Kalaupun hendak ditemukan pengabdian
orang-orang yang telah anak lelaki pada ibunya sesuai budaya
melenyapkan saudara-saudara Aceh, hanya terlihat pada upaya dan
kita itu dan pengganti kita Ceh usaha Keujruen agar berhasil membuat
Gam… Poma bahagia dengan mengabulkan
permintaan si Poma. Sayangnya,

40
keinginan anak lelaki membahagiakan melalui peran dan dialog para tokoh.
ibunya di-gambarkan pengarang pada Nama tokoh utama “Poma” menjadi
tokoh Keujruen dengan tega memperkosa simbol terhadap Aceh itu sendiri.
ibunya sendiri. Kendati tujuan perlakukan Pengarang naskah Luka Poma, Markirbi,
itu untuk mem-bahagiakan si ibu, mengungkapkan bahwa Aceh se-
memenuhi ke-inginan si ibu, tetap sungguhnya induk (ibu) yang
perlakuan ini tidak dapat diterima dalam mewujudkan kelahiran Indonesia.
budaya Aceh. Budaya Aceh tidak mem- Namun, dalam perjalanan zaman,
benarkan anak memperkosa ibunya, Indonesia sebagai anak mengkhianati
meskipun dengan alasan kebahagiaan si ibunya sendiri. Ulee Balang menjadi
ibu atau alasan apa pun. simbolisme pemerintah daerah yang
5. Simpulan merupakan perpanjang-tanganan
Berdasarkan hasil analisis, pemerintah pusat. Di sisi lain, Ulee
disimpulkan bahwa Luka Poma Balang bisa sebagai simbolis
mengangkat fenomena sosial konflik tentara/polisi. Adapun kelompok Kaum
Aceh dengan gaya simbolisme absurditas. Hatee merupakan simbol kelompok
Pemaparan dalam naskah Luka Poma dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang
segi tema cerita adalah kehidupan sosial juga turut memperkosa negerinya sendiri.
masyarakat Aceh yang disimbolkan

Daftar Pustaka

Bleicher, Josef. 2007. Hermeneutika Kontemporer. Yogyakarta: Fajar Pustaka.


Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis; Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia.
Gandhi, Leela. 2006. Teori Poskolonial; Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat.
Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Harymawan, RMA. 1993. Drama Turgi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Harun, Mohd. 2006. Struktur, Fungsi, dan Nilai Hadih Maja: Kajian Puisi Lisan Aceh.
Disertasi. Malang: Departeman Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
Maskirbi. 2007. Luka Poma. Banda Aceh: Aliansi Sastrawan Aceh.
Moleong, J. Lexy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Pusat Bahasa. 2006. Kamus Pelajar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Rosa, Helvy Tiana. 2009. Tanah Perempuan. Banda Aceh: Lapena.
Sikana, Mana. 2008. Teori Sastera Kontemporari. Singapore: Pustaka Karya.
Tambajong, Japi. 1981. Dasar-dasar Drama Turgi. Bandung: Pustaka Prima.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Karya Nusantara.
Waluyo, Herman J. 2002. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.

41
Zaidan, Abdul Rozak. 2002. Pedoman Penelitian Sastra Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Zentgraaff, A.C. 1983. ACEH. Jakarta: Penerbit Beuna.

42

Anda mungkin juga menyukai