Anda di halaman 1dari 15

GURU DAN PENGACARA DALAM CERPEN “GURU” DAN “PERADILAN

RAKYAT” KARYA PUTU WIJAYA: ANALISIS MORAL

Teacher and Lawyer in short story ‘‘Guru‘‘ (Teacher) and “Peradilan Rakyat”
(People Justice) by Putu Wijaya: Moral Analyst

NURWENI SAPTAWURYANDARI
Pusat Pembinaan Bahasa
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
wenisaptawuryandari@yahoo.com

Naskah masuk: 1 Juli 2015, disetujui: 26 November 2015, revisi akhir: 4 Desember 2015

Abstrak: Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana nilai moral
diungkapkan dalam cerpen “Guru” dan “Pengadilan Rakyat” karya Putu Wijaya. Selain itu,
juga untuk mengetahui nilai moral apa saja yang diungkapkan dalam cerpen tersebut.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang memaparkan tulisan berdasarkan
isi karya sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam cerpen “Guru” dan “Peradilan
Rakyat”, terdapat nilai-nilai moral yang diungkapkan melalui sikap, watak, dan perbuatan
para tokoh. Melalui cerpen “Guru”, Putu Wijaya menggambarkan bagaimana kegigihan dan
keteguhan tokoh Taksu untuk menjadi guru. Meskipun cita-citanya menjadi guru ditentang
oleh ayah dan ibunya, Taksu tetap gigih dan konsekuen. Cerpen “Peradilan Rakyat” juga
menggambarkan kegigihan dan konsekuennya tokoh pengacara muda dengan
profesionalisme sebagai pengacara.

Kata kunci: profesionalisme, gigih, dan konsekuen

Abstract: The aim of this written is to know how moral value discribed was in short story
“Guru (Teacher)” and “Peradilan Rakyat (People Justice)” by Putu Wijaya. Also we want
to know what moral value discribed was. We used qualitative descriptive method in this
research. This method described written based on lecture content. Result of this research
showed that in short sory “Guru (Teacher)” and “Peradilan Rakyat (People Justice)” we
found moral values. The moral values shown in person by attitude, character, and what
person did. By short short story “Guru (Teacher)” Putu Wjaya draw person Taksu became
a teacher with persistently beside his father and his mother did not agree. But Taksu was still
consistently. “Peradilan Rakyat (People Justice)” also drawn young lawyer did professional
with persistently and consistently.

Keywords: professional, persistently, consistently

PENDAHULUAN yang lainnya, termasuk dengan alam


sekitarnya, dan (c) persoalan manusia
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2009: 323)
terdapat banyak persoalan kehidupan. Sejalan dengan itu, sebagai
Persoalan itu dalam kenyataannya tidak sebuah karya sastra, karya sastra
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. mencerminkan nilai-nilai kehidupan
Persoalan-persoalan dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, seperti nilai
dapat digolongkan menjadi tiga hal: (a) moral masyarakat, nilai keagamaan, dan
persoalan manusia secara personal, (b) nilai budaya dari sebuah peradaban
persoalan antarmanusia yang satu dengan masyarakat. Nilai-nilai yang diungkap

91
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

dalam karya sastra itu ditulis oleh serta sumber inspirasi dan motivasi
pengarang dengan menawarkan model kekuatan moral bagi perubahan sosial
kehidupan yang diidealkannya. Misalnya, budaya dari keadaaan yang terpuruk
sebuah karya sastra mengungkapkan menjadi keadaan yang mandiri dan
penerapan moral melalui sikap dan merdeka.
tingkah laku para tokohnya. Sejalan dengan itu, Putu Wijaya
Penerapan moral dalam karya adalah salah seorang penulis yang dalam
sastra merupakan produk ciptaan seorang menuliskan karya sastranya ingin
sastrawan, dimaksudkan ada sesuatu yang mengajak pembaca untuk mendapatkan
ingin disampaikan kepada pembacanya. hal-hal baru yang bermanfaat. Putu
Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh mengungkapkan karya sastra selalu
sastrawan bukan untuk dibaca sendiri, “bertolak dari yang ada” . Kata-kata
melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, “bertolak dari yang ada” adalah kata-kata
dan amanat yang ingin disampaikan yang selalu menjadi dasar pijakan Putu
kepada pembaca. Dengan harapan, apa Wijaya dalam berkreativitas
yang disampaikan itu menjadi masukan mengungkapkan karya-karyanya, baik
sehingga pembaca dapat mengambil dalam bentuk tulisan seperti cerpen,
kesimpulan dan menginterpretasikannya novel, drama, maupun pertunjukan
sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi monolog atau drama.
perkembangan hidupnya. Hal ini Putu Wijaya merupakan
membuktikan bahwa karya sastra dapat sastrawan yang pernah meniti karier di
mengembangkan kehidupan dan majalah Tempo dia mendapat beasiswa
kebudayaan manusia. belajar drama (Kabuki) di Jepang (1973)
Sebuah karya sastra akan selama satu tahun. Pada tahun 1974, dia
dianggap bernilai dan bermanfaat, jika mengikuti International Writting Program
karya sastra itu isinya mengungkapkan di Iowa, Amerika Serikat. Sebelum
nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi pulang ke Indonesia, mampir ke Perancis,
pembacanya. Suryaman mengatakan ikut main di Festival Nancy. Selain itu,
(2010:18), sastra tidak hanya memberikan dia juga pernah meniti karier di majalah
kemenarikan dan hiburan serta mampu Zaman (1979—1985), dan dia tetap
menanamkan dan memupuk rasa produktif menulis cerita pendek, novel,
keindahan, tetapi juga mampu lakon, dan mementaskannya lewat Teater
memberikan pencerahan mental dan Mandiri, yang dipimpinnya. Di samping
intelektual. Selain itu, karya sastra dapat itu, dia pernah mengajar pula di Institut
dipandang sebagai bentuk dari Kesenian Jakarta (IKJ)
perwujudan keinginan seorang pengarang Beragam pengalaman yang
untuk dan menyampaikan sesuatu. pernah dialaminya menjadikan seorang
Sesuatu itu dapat berupa pandangan Putu Wijaya dengan mudah dan apik
tentang suatu hal, gagasan, moral atau mengungkapkan masalah politik, sosial,
amanat yang dapat bermanfaat bagi dan ekonomi dalam karya sastranya,
pembaca. Penulisan karya sastra juga seperti novel, cerpen, dan naskah drama.
memiliki banyak tujuan, seperti sastra Karya sastra yang ditulisnya juga
ditulis dapat untuk menyampaikan nilai mempunyai ciri khas dan nilai-nilai
moral, agama dan lain sebagainya. tertentu yang banyak menyiratkan pesan-
Herfanda (dalam Suryaman, pesan moral. Pesan-pesan tersebut tidak
2008: 31), sastra secara tidak langsung secara langsung diungkapkan atau ditulis
memiliki potensi yang besar untuk sehingga harus dipahami lebih dahulu.
membawa masyarakat ke arah perubahan, Pesan-pesan itu diselipkan melalui
termasuk perubahan karakter. Sastra dapat simbol-simbol yang tak terduga. Jadi,
menjadi spirit bagi munculnya gerakan karya sastra dapat digunakan untuk
perubahan masyarakat, bahkan menyampaikan tujuan tertentu kepada
kebangkitan suatu bangsa ke arah yang pembaca.
lebih baik, penguatan rasa cinta tanah air,

92
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

“Guru” adalah karya cerpen sangat baik dan kuat, kemudian diakhiri
Putu Wijaya yang mengungkapkan sosok dengan anti klimaks yang terkesan sangat
dan gambaran kehidupan manusia yang sederhana.
ingin dan berprofesi sebagai guru. Selanjutnya, berdasarkan
Alasan-alasan klasik yang mengemuka pengalaman yang dilihat dan dialaminya
mengenai profesi guru diungkapkan berkaitan dengan maraknya kasus politik
secara gamblang dalam cerpen tersebut. yang terjadi di Indonesia sehingga
Orang tua Taksu beranggapan bahwa berdampak terhadap peradilan Indonesia.
menjadi guru itu bukanlah sebuah cita-cita Akibat dari kasus politik tersebut,
dan tidak menjanjikan apa-apa. Menjadi keadilan moral menjadi tumbal politik
guru itu terpaksa agar tidak menganggur. yang belum tentu bersih. Akibat lain lagi
Gaji sedikit yang tidak sesuai dengan adalah degradasi moral yang sangat tajam.
pekerjaannya yang menguras pikiran, Hal ini menunjukkan bahwa peradilan
tenaga dan waktu. Ibarat kasta, guru ini moral di Indonesia goyah akibat adanya
berada pada urutan yang paling bawah. kasus suap menyuap dalam kegiatan
Namun, di sisi lain, guru digambarkan politik. Oleh sebab itu, salah satu hal yang
mempunyai arti dan makna yang luas. menggelisahkan adalah masalah moral.
Guru, bukanlah sekadar mengajar di Terlebih moral yang dijadikan kedok
depan kelas terhadap anak didik. Guru peradilan. Untuk itu, masalah keadilan
juga dapat dianggap sebagai suatu profesi moral dalam kehidupan di masyarakat
yang membina dan membimbing orang- sangat penting untuk diperhatikan.
orang yang ada di sekelilingnya. Guru Atas dasar pengalaman itulah,
dapat dijadikan sebagai seseorang yang Putu Wijaya melalui cerpen “Peradilan
menjadi inspirasi untuk orang lain. Rakyat”, mengungkapkan masalah
Menjadi motivasi untuk semangat hidup intergritas moral dalam peradilan di
orang lain. masyarakat. Cerita dikemas dalam sebuah
Gambaran lain yang digambarkan konflik secara singkat dan lugas, tetapi
dalam cerpen “Guru” adalah gambaran memiliki unsur-unsur sastra yang
tokoh yang sangat konsekuen akan pilihan menarik. Ada dua tokoh, yaitu tokoh
hidupnya, yaitu memilih profesinya pengacara muda dan tua. Pengacara muda
sebagai guru. Profesi guru, digambarkan sangat profesional dan pengacara tua
sudah menjadi pilihan hidup tokoh Taksu. sangat terkenal dan dihormati sebagai ahli
Guru yang dicita-citakan Taksu adalah hukum. Dalam cerpen itu juga, Putu
guru bukan dalam kapasitasnya sebagai Wijaya mengungkapkan profesionalisme
guru yang mengajar kepada murid-murid pengacara muda ketika menghadapi
di sekolah, tetapi guru yang membina dan tawaran dan tindakan yang harus diambil
membimbing orang-orang yang dalam menjalani tugasnya. Pengacara tua
melakukan suatu pekerjaan sehingga yang dijuliki “singa lapar” karena ia tidak
memberikan dampak yang lebih baik dan pernah berhenti memburu pencuri-pencuri
bermanfaat bagi masyarakat. yang banyak bersarang di lembaga-
Dalam cerpen ini, Putu Wijaya lembaga tinggi negara dan gedung-
menjadikan konflik untuk memaparkan gedung-gedung bertingkat.
nilai sosial seorang guru. Dengan Yang menarik dari cerpen ini
menggunakan konflik sebagai senjata adalah adanya pergulatan batin para
dalam cerpennya, dipaparkan disepanjang tokohnya, yaitu pengacara tua dan muda.
alur cerita dengan lugas dan apik. Alur Meskipun mereka adalah seorang bapak
yang digunakan adalah alur maju dan dan anak, tetapi dalam kapasitasnya
flasback. Melalui kedua alur itu, Putu sebagai pengacara, mereka berdiskusi dan
Wijaya berhasil membuat pembaca terus mengemukakan pendapat sangat
ingin membaca dan penasaran. Alur maju profesional. Pengacara muda menganggap
dengan klimaks perlahan-lahan bahwa membantu memberikan pembelaan
digambarkan dalam pertengkaran antara kepada seorang penjahat kelas kakap
ayah dan Taksu. Klimaks yang disajikan adalah hal yang sulit dan pasti akan

93
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

menimbulkan masalah bagi dirinya dan terkumpul berbentuk kata-kata atau


masyarakat. Namun, tawaran itu tetap gambar, bukan angka-angka. Tulisan hasil
harus diterima karena menganggap dia penelitian berisi kutipan-kutipan dari
harus konsekuen dengan profesi yang kumpulan data untuk memberikan
disandangnya. Meskipun pengacara tua ilustrasi dan mengisi materi laporan.
mengingatkan agar hati-hati dan kalau Moleong (2005:6) mengatakan
bisa tawaran itu ditolak karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berdampak dan berisiko besar. Pengacara bermaksud untuk memahami fenomena
muda tetap menerima untuk membela tentang apa yang dialami oleh subjek
penjahat tersebut karena dia menganggap penelitian, misalnya perilaku persepsi,
harus konsekuen dengan profesinya. tindakan, motivasi, secara holistik dan
Ketika pengadilan memutuskan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
memenangkan penjahat itu, rakyat marah kata dan bahasa. Karena penelitian ini
dan pengacara muda menjadi sasaran bersifat deskriptif, data-data dan analisis
kemarahan masyarakat yang tidak setuju isi pada cerpen ini adalah berupa kata-kata
dengan hasil sidang yang memenangkan atau kalimat, bukan deretan angka, dan
penjahat itu. Pengacara tua bingung dan yang dianalisis adalah data asli.
bersedih dengan hilangnya pengacara Untuk memperoleh data tersebut
muda, yang juga anak kandungnya diperoleh dari paparan bahasa berupa
sendiri. Pengacara muda diculik, disiksa kutipan cerpen “Guru” dan “Peradilan
dan dikembalikan sesudah menjadi mayat. Rakyat” dalam bentuk dialog antar tokoh,
Selanjutnya, digambarkan juga dalam penjelasan atau komentar tokoh lain yang
cerpen ini betapa ironis dan bobroknya menunjukan sikap, perilaku, pikiran, dan
peradilan, hukum, moral, dan mental tindakan tokoh yang mengandung nilai-
birokrasi yang berada di Indonesia ini. nilai moral.
Dari paparan di atas, secara Nilai moral dalam cerpen “Guru”
selintas tergambar bahwa kedua cerpen dan “Peradilan Rakyat” mengutamakan
Putu Wijaya, yang berjudul “Guru” dan tingkah laku, sikap hidup manusia yang
“Peradilan Rakyat” adalah karya sastra berinteraksi dengan lingkungan serta
yang menggambarkan cermin keadaan melaksanakan perannya sebagai anggota
atau kejadian sosial budaya suatu masyarakat. Membicarakan nilai moral
masyarakat atau bangsa Keadaan atau tidak lepas dari mentalitas manusia dalam
kejadian itu berupa masalah moral dan bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan para
etika yang diungkapkan melalui tokohnya. Melalui cerita, sikap, dan
gambaran, sikap, dan perilaku para tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca
tokohnya. diharapkan dapat mengambil hikmah dari
Metode penelitian tulisan ini pesan-pesan moral yang disampaikan dan
dilakukan melalui langkah-langkah diamanatkan. Moral dalam karya sastra
sistematis, yang diterapkan melalui tiga dapat dipandang sebagai amanat dan
tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis pesan. Moral merupakan sesuatu yang
data, dan penyajian hasil analisis data. ingin disampaikan oleh pengarang kepada
Pengumpulan data diperoleh melalui studi pembaca, merupakan makna yang
pustaka. Setelah data diperoleh, teknik terkandung dalam sebuah karya sastra.
selanjutnya adalah membaca, menyimak, Makna tersebut disampaikan lewat cerita.
dan mencatat (Ratna, 2010:196). Moral kadang-kadang diidentikkan
Selanjutnya, dalam menganalisis data pengertiannya dengan tema walau
harus disesuaikan dengan objek sebenarnya tidak selalu menyaran pada
penelitian. Pendekatan yang digunakan maksud yang sama (Nurgiyantoro,
adalah kualitatif deskriptif. Artinya, data 2007:320)
yang dianalisis dan hasil analisisnya Berdasarkan latar belakang dan
berbentuk deskripsi fenomena, tidak paparan tersebut, tulisan ini akan
berupa angka-angka atau koefisien mengkaji dan mengungkapkan bagaimana
tentang hubungan antarvaribel. Data yang nilai moral diungkapkan dan nilai moral

94
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

apa yang diungkapkan dalam cerpen sikap para tokoh. Dengan cara seperti
“Guru” dan “Peradilan Rakyat”. itu, diharapkan pembaca dapat
menangkap pesan-pesan moral yang
KAJIAN TEORI disampaikan oleh pengarang dalam
Sebuah karya sastra, seperti cerpen karya sastranya. Pesan moral yang
dapat digunakan sebagai sarana untuk ditawarkan selalu berhubungan dengan
menyampaikan tujuan tertentu kepada sifat luhur manusia dalam
pembaca. Tujuan tersebut dapat memperjuangkan hak dan martabat
berupa tujuan politik, pendidikan, manusia (Nurgiyantoro, 2007:322).
moral, agama, atau tujuan lainnya. Norma moral adalah tolak ukur yang
Penelitian ini akan menggunakan teori dipakai oleh masyarakat untuk
sosiologi sastra. Sosiologi sastra mengukur kebaikan seseorang.
adalah penelitian terhadap karya Dengan norma-norma moral itulah
sastra yang mempertimbangkan segi- kita betul-betul dinilai.
segi kemasyarakatan. Welleck dan Kenny (dalam Nurgiyantoro,
Warren (1990:111) mengungkapkan 2009: 321) menyatakan moral dalam
bahwa sosiologi sastra yang cerita sebagai suatu sarana yang
mempermasalahkan suatu karya sastra berhubungan dengan ajaran moral
yang menjadi pokok telaah adalah apa tertentu yang bersifat praktis yang
yang tersirat dalam karya sastra dapat diambil dan ditafsirkan lewat
tersebut dan apa tujuan yang hendak cerita yang bersangkutan oleh
disampaikan. Tujuan yang hendak pembaca. Moral merupakan petunjuk
disampaikan dapat berupa nilai moral. yang sengaja diberikan oleh pengarang
Nilai moral disampaikan melalui sikap tentang berbagai hal yang
tokoh terhadap peristiwa dan konflik berhubungan dengan masalah
yang diungkapkan dalam sebuah karya kehidupan, seperti sikap, tingkah
sastra. laku, dan sopan santun dalam
Moral dalam karya sastra pergaulan. Moral bersifat praktis
biasanya mencerminkan pandangan sebab petunjuk itu dapat ditampilkan
hidup pengarang yang bersangkutan atau ditemukan modelnya dalam
dan pandangan lain tentang nilai-nilai kehidupan nyata, sebagaimana model
kebenaran yang ingin disampaikan yang ditampilkan dalam cerita lewat
kepada pembaca (Nurgiyantoro, sikap dan tingkah laku tokoh-
2009:321). Selain itu, Semi (1993:49) tokohnya.
menyatakan bahwa karya sastra
dianggap sebagai medium yang paling PEMBAHASAN
efektif membina moral dan
kepribadian dalam suatu kelompok Cerpen “Peradilan rakyat”,
masyarakat. Moral dalam karya sastra menggambarkan pergulatan batin para
dipandang sebagai amanat dan pesan. tokohnya yaitu pengacara tua (ayah)
Bahkan, unsur amanat itu sebenarnya yang sangat terkenal dan dihormati
merupakan gagasan yang mendasari oleh para penegak hukum serta
diciptakannya karya sastra sebagai pengacara muda (anak) yang cerdas
pendukung pesan. dan profesional. Putu Wijaya melalui
Selanjutnya, cerpen sebagai tokoh pengacara muda
bentuk karya sastra dapat mengungkapkan kritikannya terhadap
mengandung penerapan moral yang mafia peradilan yang telah
diungkapkan melalui tingkah laku dan membudaya. Keadaan negeri yang

95
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

peradilannya sangat carut marut Negara hendak menjadikan


membuat para pelaku mafia kasus bisa aku sebagai pecundang.”
menghindari jeratan hukum. Keadaan
Kutipan di atas menggambarkan
itu makin parah, jika mereka (para
pengacara muda mendapat tugas dari
pelaku mafia peradilan) bisa menyewa
negara yang memintanya untuk
pengacara terkenal dan menyuap
membela penjahat besar di negara ini,
aparat negara, seperti yang terdapat
tetapi ditolaknya karena pengacara
dalam kutipan cerpen berikut.
muda sadar bahwa itu hanyalah
"Terima kasih. Begini. sandiwara yang sengaja dibuat oleh
Belum lama ini negara negara untuk mempercundanginya.
menugaskan aku untuk Namun, negara terus mendesak
membela seorang penjahat pengacara muda untuk membela
besar, yang sepantasnya
mendapat hukuman mati.
penjahat itu. Melalui pengacara muda,
Pihak keluarga pun datang penulis cerpen ini secara tidak
dengan gembira ke rumahku langsung mengungkapkan kritikan dan
untuk mengungkapkan sindiran tentang mafia kasus yang
kebahagiannya, bahwa pada sedang melilit di negeri ini. Putu
akhirnya negara cukup adil,
karena memberikan seorang
Wijaya juga menggungkapkan bahwa
pembela kelas satu untuk penjahat besar yang seharusnya
mereka. Tetapi aku tolak mendapat hukuman mati, dengan
mentah-mentah. Kenapa? taktik yang dibuatnya dapat
Karena aku yakin, negara memperdaya pengadilan sehingga
tidak benar-benar
menugaskan aku untuk
bisa menghindari jeratan hukum dan
membelanya. Negara hanya merayakan kegembiraan yang
ingin mempertunjukkan seharusnya bukan miliknya. Nilai
sebuah teater spektakuler, moral yang dapat ditangkap dari
bahwa di negeri yang sangat kutipan tersebut adalah kejujuran dan
tercela hukumnya ini, sudah
ada kebangkitan baru.
keadilan, bahwa seseorang yang salah
Penjahat yang paling kejam, seharusnya mendapat hukuman dan
sudah diberikan seorang orang yang benar hendaknya
pembela yang perkasa seperti mendapat keadilan atas kebenaran.
Mike Tyson, itu bukan Lihat juga kutipan berikut ini.
istilahku, aku pinjam dari apa
yang diobral para pengamat “Apa yang ingin kamu
keadilan di koran untuk tentang, pengacara muda?”
semua sepak terjangku, sebab Pengacara muda tertegun.
aku selalu berhasil “Ayahanda bertanya
memenangkan semua perkara kepadaku”
yang aku tangani. Aku ingin “Ya kepada kamu, bukan
berkata tidak kepada negara sebagai putraku, tetapi kamu
karena pencarian keadilan tak sebagai ujung tombak pencari
boleh menjadi sebuah teater, keadilan di negeri yang
tetapi mutlak hanya pencarian sedang dicabik-cabik korupsi
keadilan yang kalau perlu ini.”
dingin dan beku. Tapi negara Pengacara muda itu
terus juga mendesak dengan tersenyum.
berbagai cara supaya tugas “Baik kalau begitu, Anda
itu aku terima. ...Walhasil, mengerti maksudku”
kesimpulanku, negara sudah
memainkan sandiwara.
Percakapan atau dialog di atas
menggambarkan wajah peradilan di

96
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

negeri ini yang dilanda korupsi. "Sama sekali tak dibicaraka


Tokoh pengacara tua mengingatkan n berapa kan membayarmu?
"Tidak."
pengacara muda untuk bersikap adil "Wah! Itu tidak profesional!"
dan menghargai orang. Dari kutipan Pengacara muda itu tertawa
tersebut dapat ditangkap atau ."Aku tak pernah mencari
diungkapkan nilai moral agar dalam uang dari kesusahan orang!"
menjalankan pekerjaan hendaknya "Tapi bagaimana kalau dia
sampai menang?"Pengacara
bersikap adil dan menghargai orang. muda itu terdiam.
Keadilan hendaknya dilakukan dengan
baik dan seadil-adilnya. Keadilan Percakapan atau dialog di atas
bukan merupakan barang yang dapat menunjukkan bahwa tokoh pengacara
diperjualbelikan. Keinginan dan muda merupakan orang yang
harapan itu juga terungkap melalui profesional dan konsekuen dalam
karakter atau watak pengacara muda pekerjaanya. Pengacara muda
dalam kutipan berikut ini. membela kliennya bukan karena
ancaman atau uang. Pengacara muda
"Jangan dulu mempersoalkan
kebenaran. Tapi kau telah
membela penjahat itu karena memang
menunjukkan dirimu sebagai tugasnya membela orang yang
profesional. Kau tolak membuthkaan bantuan hukum dan
tawaran negara, sebab di tidak peduli jika orang yang dibelanya
balik tawaran itu tidak hanya adalah seorang penjahat besar. Dia
ada usaha pengejaran pada
kebenaran dan penegakan
membela karena ingin menunjukan
keadilan sebagaimana yang bahwa sebelum pengadilan
kau kejar dalam profesimu memutuskan bersalah, manusia di
sebagai ahli hukum, tetapi di mata hukum adalah sama. Selain itu,
situ sudah ada tujuan-tujuan pengacara muda juga ingin
politik. Namun, tawaran yang
sama dari seorang penjahat,
menunjukkan bahwa dia adalah
malah kau terima baik, tak seorang pengacara yang profesional
peduli orang itu orang yang karena tidak membeda-bedakan orang
pantas ditembak mati, karena yang membutuhkan bantuan atau
sebagai profesional kau tak pertolongan hukum, apakah dia
bisa menolak mereka yang
minta tolong agar kamu
mampu membayar imbalan dengan
membelanya dari praktik- tarif besar atau kecil, tidak
praktik pengadilan yang kotor dipedulikan.Intinya dia memberikan
untuk menemukan keadilan bantuan hukum secara profesional.
yang paling tepat. Asal semua Pengacara muda mengatakan, "Aku
itu dilakukannya tanpa
ancaman dan tanpa sogokan
tak pernah mencari uang
uang! Kau tidak membelanya dari kesusahan orang!"
karena ketakutan, bukan?" Nilai moral yang dapat
"Tidak! Sama sekali tidak!" diungkap dari kutipan itu adalah
"Bukan juga karena uang?!" bahwa pekerjaan yang sudah menjadi
"Bukan!"
“Jumlah uang yang terlalu
tanggung jawab hendaknya dilakukan
besar, pada akhirnya juga dengan konsisten dan senantiasa di
adalah sebuah ancaman. Dia jalan yang benar, jujur dan
tidak memberikan angka- mengutamakan keadilan. Ketika
angka?" pengadilan memutuskan penjahat itu
"Tidak.” Pengacara tua itu ter
kejut.
tidak bersalah dan pengacara berhasil
memenangkan perkara maka penjahat

97
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

itu lolos dari jeratan hukum. Namun, melindungi rakyatnya sesuai aturan
akibat dari diputuskan dan dan norma hukum. Selain itu, rakyat
dibebaskannya penjahat itu, rakyat juga hendaknya harus patuh pada
marah karena menganggap negara aturan atau norma yang dibuat oleh
tidak adil. Mereka melampiaskan negara serta jangan bersikap brutal.
kemarahannya dengan cara yang liar Pengacara tua yang mendengar
dan tidak terkendali. Pengacara muda pengacara muda disiksa dan
tidak berpikir kalau akhir dari meninggal dunia karena kemarahan
tugasnya membela penjahat, dia harus rakyat, menjadi sedih dan merasa
mengorbankan nyawanya. Pengacara kehilangan. Dia menganggap bahwa
muda juga tidak peduli jika orang itu anaknya telah melakukan
nanti orang akan menembaknya pekerjaannya dengan sangat
dengan cara yang tidak manusiawi. profesional. Kejujuran dan keadilan
Selanjutnya, pengacara muda diculik, yang dibelanya secara profesional
disiksa, dan dikembalikan sesudah membuahkan hasil yang menyedihkan
menjadi mayat kepada orang tuanya. dan yang diterimanya juga tidak
sesuai dengan harapan. Sebagai orang
“Rakyat pun marah. tua (ayah), pengacara tua dihinggapi
Mereka terbakar dan
mengalir bagai lava panas ke
rasa kangen dan kehilangan terhadap
jalanan, menyerbu dengan pengacara muda, yang juga anak
yel-yel dan poster-poster kandungnya sangat besar. Kutipan
raksasa. Gedung pengadilan berikut menggambarkan kasih sayang
diserbu dan dibakar. orang tua terhadap anaknya.
Hakimnya diburu-buru.
Pengacara muda itu diculik, "Setelah kau datang
disiksa dan akhirnya baru sebagai seorang pengacara
dikembalikan sesudah jadi muda yang gemilang dan
mayat. Tetapi itupun belum meminta aku berbicara
cukup. Rakyat terus sebagai profesional, anakku,"
mengaum dan hendak rintihnya dengan amat sedih,
menggulingkan pemerintah "Aku terus membuka
yang sah”. pintu dan mengharapkan kau
datang lagi kepadaku sebagai
Emosi rakyat yang meluap sangat seorang putra. Bukankah
besar karena negara dianggap tidak sudah aku ingatkan, aku rindu
dapat bersikap adil membuat kepada putraku. Lupakah
pengacara muda menjadi sasaran kamu bahwa kamu bukan
saja seorang profesional,
kemarahan rakyat. Meskipun tetapi juga seorang putra dari
pengacara muda sudah bersikap ayahmu. Tak inginkah kau
profesional dan bertanggung jawab mendengar apa kata seorang
sesuai norma yang ada, tetapi rakyat ayah kepada putranya, kalau
menganggap bahwa pembelaan yang berhadapan dengan sebuah
perkara, di mana seorang
dilakukan tidak adil. Penjahat yang penjahat besar yang
jelas-jelas melakukan kejahatan terbebaskan akan menyulut
dibebaskan. Akibatnya, pengacara peradilan rakyat seperti
muda menjadi amukan rakyat hingga bencana yang melanda negeri
dia diculik dan disiksa hingga kita sekarang ini?"
meninggal dunia. Nilai moral yang
Kutipan tadi mengungkapkan
diungkap melalui kutipan tadi adalah
kesedihan dan penyesalan seorang
sebaiknya negara bersikap adil dan
ayah kepada anaknya seorang

98
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

pengacara muda profesional yang gagal, kenapa kamu jadi


hilang dan menjadi korban amukan putus asa begitu?!"
"Tapi saya mau jadi guru."
rakyat karena meloloskan penjahat
besar di negeri ini. Dia sangat
merindukan kedatangan anaknya, Suasana awal yang membuka
bukan sebagai seorang pengacara cerita menggambarkan orang tua
muda profesional melainkan sebagai Taksu sangat memaksakan kehendak
anak kandungnya. Nilai Moral yang agar anaknya tidak atau jangan
dapat ditangkap dari kutipan tadi menjadi guru, bahkan berbagai cara
adalah kasih sayang orang tua dilakukan untuk membuat anaknya
terhadap anak sepanjang masa. mengubah cita-citanya menjadi guru.
Cerpen “Guru” diawali dengan Namun, keinginan Taksu sangat kokoh
kekhawatiran orang tua karena dan kuat untuk menjadi guru. Ayah
anaknya yang bernama Taksu bercita- taksu menganggap menjadi guru
cita menjadi guru. Orang tua Taksu adalah sia-sia dan dianggap sebagai
berpendapat bahwa menjadi guru suatu pekerjaan pura-pura daripada
tidak menjanjikan apa-apa, masa menganggur. Kegigihan dan tekad
depannya suram dan kehidupannya yang sangat kuat membuat orang tua
tidak akan sukses. Berikut kutipan Taksu melakukan berbagai usaha dan
dialog yang menggambarkan sikap upaya agar Taksu mengubah
orang tua Taksu dan Taksu. pendiriannya, tetapi Taksu tetap tidak
bergeming. Dia tetap ingin menjadi
“Anak saya bercita-cita guru. Nilai moral dari kutipan di atas
menjadi guru. Tentu saja saya terungkap melalui dialog Taksu dan
dan istri saya jadi shok. Kami
kedua orangnya, yaitu sikap anak yang
berdua tahu, macam apa masa
depan seorang guru. Karena mempunyai prinsip yang kuat dengan
itu, sebelum terlalu jauh, pendirian dan cita-citanya. Meskipun
kami cepat-cepat ngajak dia ayah dan ibunya mengharapkan Taksu
ngomong... untuk mengubah cita-citanya, tetapi
"Taksu, dengar baik-baik.
Taksu tetap pada pendiriannya.
Bapak hanya bicara satu kali
saja. Setelah itu terserah Berikut kutipan dialog ayah
kamu! Menjadi guru itu Taksu yang terus mengupayakan agar
bukan cita-cita. Itu spanduk Taksu mengubah cita-citanya menjadi
di jalan kumuh di desa. Kita guru.
hidup di kota. Dan ini era
milenium ketiga yang "Kenapa? Apa nggak ada
diwarnai oleh globalisasi, pekerjaan lain? Kamu tahu,
alias persaingan bebas. Di hidup guru itu seperti apa?
masa sekarang ini tidak ada Guru itu hanya sepeda tua.
orang yang mau jadi guru. Ditawar-tawarkan sebagai
Semua guru itu dulunya jadi besi rongsokan pun tidak ada
guru karena terpaksa, karena yang mau beli. Hidupnya
mereka gagal meraih yang kejepit. Tugas seabrek-abrek,
lain. Mereka jadi guru asal tetapi duit nol besar. Lihat
tidak nganggur saja. Ngerti? mana ada guru yang naik
Setiap kali kalau ada Jaguar. Rumahnya saja rata-
kesempatan, mereka akan rata kontrakan dalam gang
loncat ngambil yang lebih kumuh. Di desa juga guru
menguntungkan. Ngapain hidupnya bukan dari
jadi guru, mau mati berdiri? mengajar tapi dari tani.
Kamu kan bukan orang yang Karena profesi guru itu

99
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

gersang, boro-boro sebagai orang-orang pada guru itu


cita-cita, buat ongkos jalan ya?!" damprat istri saya.
saja kurang. Cita-cita itu "Mentang-mentang mereka
harus tinggi, Taksu. Masak bilang, guru pahlawan, guru
jadi guru? Itu cita-cita sepele itu berbakti kepada nusa dan
banget, itu namanya bangsa. Ahh! Itu bohong
menghina orang tua. Masak semua! Itu bahasa
kamu tidak tahu? Mana ada pemerintah! Apa kamu pikir
guru yang punya rumah betul guru itu yang sudah
bertingkat. Tidak ada guru menyebabkan orang jadi
yang punya deposito dollar. pinter? Apa kamu tidak baca
Guru itu tidak punya masa di koran, banyak guru-guru
depan. Dunianya suram. Kita yang brengsek dan bejat
tidur, dia masih saja utak-atik sekarang? Ah?"
menyiapkan bahan pelajaran
atau memeriksa PR. Kenapa Segala macam alasan dan dokrin
kamu bodoh sekali mau tentang gambaran kehidupan guru
masuk neraka, padahal kamu
masih muda, otak kamu
diucapkan ibu dan ayah Taksu.
encer, dan biaya untuk Namun, Taksu sangat paham dengan
sekolah sudah kami siapkan. prinsip seorang guru. Karena itulah,
Coba pikir lagi dengan dia tidak mau menuruti ucapan dan
tenang dengan otak dingin!" kehendak orang tunya. Taksu tetap
"Sudah saya pikir masak-
tenang dan tidak membantah. Semua
masak." ucapan yang keluar dari mulut ayah
Saya terkejut. dan ibunya didengarkan dengan baik.
"Pikirkan sekali lagi! Taksu sangat menghormati kedua
Bapak kasi waktu satu orang tunya. Taksu tetap menolak
bulan!"
Taksu menggeleng.
dengan cara yang halus. Kutipan
"Dikasih waktu satu tahun berikut menunjukkan nilai moral,
pun hasilnya sama, Pak. Saya yaitu bagaimana seorang anak
ingin jadi guru." bersikap hormat dan menghargai
orang tuanya.
Berbagai upaya dilakukan Ayah
Taksu, seperti memberikan gambaran "Kamu kan bukan jenis
bahwa hidup menjadi guru sangat orang yang suka dipuji kan?
susah dan memprihatinkan. Guru Kamu sendiri bilang apa
gunanya puji-pujian, yang
dianggap ayah taksu tidak mempunyai penting adalah sesuatu yang
masa depan yang baik. Dengan konkret. Yang konkret itu
gambaran seperti itu, ayah Taksu adalah duit, Taksu. Jangan
berharap agar Taksu berubah pikiran. kamu takut dituduh
Namun, Taksu tetap pada materialistis. Siapa bilang
meterialistik itu jelek. Itu kan
pendiriannya dan tidak bergeming. kata mereka yang tidak punya
Taksu masih dengan pendiriannya duit. Karena tidak mampu
yaitu tetap ingin mewujudkan cita-cita cari duit mereka lalu
mulianya menjadi guru. Nilai moral memaki-maki duit. Mana
terlihat dari sikap dan ucapan Taksu mungkin kamu bisa hidup
tanpa duit? Yang bener saja.
yang sangat tegas dan kuat pada Kita hidup perlu materi. Guru
pendiriannya untuk menjadi guru. itu pekerjaan yang anti pada
materi, buat apa kamu
"Taksu! Kamu mau jadi menghabiskan hidup kamu
guru pasti karena kamu untuk sesuatu yang tidak
terpengaruh oleh puji-pujian berguna? Paham?"

100
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

Taksu mengangguk. “Lalu saya letakkan


"Paham. Tapi apa kembali kunci itu di depan
salahnya jadi guru?" hidungnya. Taksu berpikir.
Kemudian saya bersorak
Kutipan tadi sangat jelas gegap gembira di dalam hati,
menggambarkan bahwa Taksu tidak karena ia memungut kunci itu
lagi.
berkomentar dan menjawab kasar
terhadap pertanyaan ayah dan ibunya. "Terima kasih, Pak.
Pertanyaan, seperti “paham, tapi apa Bapak sudah memperhatikan
salahnya jadi guru?” Kalimat tersebut saya. Dengan sesungguh-
merupakan jawaban atas pertanyaan sungguhnya, saya hormat atas
perhatian Bapak."
orang tua Taksu. Taksu menjawab Sembari berkata itu,
dengan sopan dan balik bertanya Taksu menarik tangan saya,
kembali kepada orang tuanya, yang lalu di atas telapak tangan
kemudian dibuat pertanyaan, seperti saya ditaruhnya kembali
jawaban Taksu berikut ini. ‘Jadi guru. kunci mobil itu.
Kan sudah saya bilang berkali-kali?’’ "Saya ingin jadi guru.
Berikut ini kutipan yang Maaf."
mempertegas gambaran di atas.
Mendengar ucapan Taksu, ayah
"Tiga bulan Bapak rasa Taksu mengancam akan menghentikan
sudah cukup lama buat kamu
untuk memutuskan. Jadi,
uang kiriman bulanan. Namun, Taksu
singkat kata saja, mau jadi tidak takut dan diam. Taksu tidak
apa kamu sebenarnya?" takut, apalagi kuatir dengan ancaman
ayahnya. Dia menganggap ancaman
Taksu memandang saya. ayahnya hanya emosi sesaat.Taksu
"Jadi guru. Kan sudah
saya bilang berkali-kali?"
tetap dengan prinsip hidupnya yang
kuat dan kokoh. Kutipan berikut
Sikap yang kuat dan teguh mengungkapkan dialog Taksu dan
menunjukkan bahwa Taksu dalam ayahnya.
menggapai cita-citanya dilakukan
"Aku bunuh kau, kalau
dengan pantang menyerah. Prinsip
kau masih saja tetap mau jadi
yang dianutnya membuat dia dapat guru."
mencapai keinginan yang dicita- Taksu menatap saya.
citakan. Taksu sama sekali tidak "Apa?"
tergoda dengan materi. Dia berjalan "Kalau kamu tetap saja
mau jadi guru, aku bunuh kau
lurus sesuai harapannya sendiri. Taksu
sekarang juga!!" teriak saya
tetaplah Taksu, dia adalah manusia kalap.
yang teguh dan konsekuen pada Taksu balas memandang
pendiriannya. Usaha apapun yang saya tajam.
dilakukan kedua orang tuanya tidak "Bapak tidak akan bisa
membunuh saya."
membuatnya goyah dan berubah
"Tidak? Kenapa tidak?"
sikap, pikiran, dan cita-citanya. "Sebab guru tidak bisa
Bahkan, ketika ayahnya datang dengan dibunuh. Jasadnya mungkin
membawa hadiah mobil mewah, saja bisa busuk lalu lenyap.
Taksu tetapa menolak keinginan orang Tapi apa yang diajarkannya
tetap tertinggal abadi. Bahkan
tuanya.
bertumbuh, berkembang dan
memberi inspirasi kepada
generasi di masa yang akan

101
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

datang. Guru tidak bisa mati, penting dalam kehidupan manusia.


Pak."... Nilai moral yang diungkapkan melalui
"O… jadi narkoba itu
yang sudah menyebabkan
gambaran sosok guru adalah bahwa
kamu mau jadi guru?" hendaknya dalam menuntut ilmu
"Ya! Itu sebabnya saya dilakukan dengan sungguh-sungguh.
ingin jadi guru, sebab saya Ilmu akan abadi sepanjang masa dan
tidak mau mati." ilmu bisa berkembang dan memberi
inspirasi bagi generasi yang akan
Dialog di atas menggambarkan bahwa
membawa bangsa ini menuju
menjadi guru adalah prinsip Taksu
kesuksesan.
yang tidak dapat diubah lagi. Taksu
Taksu akhirnya memilih
menganggap bahwa ayahnya tidak
hidupnya sendiri, dia pergi dan hidup
dapat membunuhnya karena guru tidak
dengan caranya sendiri. Sementara
dapat dibunuh. Jasad dan peninggalan
kedua orang tuanya terkejut dengan
guru tidak akan lenyap, apalagi busuk.
keputusan anaknya. Taksu hanya
Semua yang diajarkan guru akan tetap
meninggalkan secarik kertas yang dia
abadi dan selalu memberi inspirasi
sobek dari buku hariannya. Isinya “
serta pencerahan bagi generasi muda.
maaf, tolong relakan saya menjadi
Meskipun ayah taksu sangat emosi,
guru”.
tetapi Taksu menjawab ucapan
Di akhir cerita, penulis (Putu
ayahnya dengan cerdas dan terpuji.
Wijaya) mencoba mencari solusi atas
Taksu menanggapi dengan ucapan
konflik anak dan orang tua tersebut.
yang sopan dan bijak bahwa dia tetap
Konflik tesebut yang menjadikan
ingin menjadi guru. Taksu adalah
kedua orang tua Taksu sadar akan
Taksu, seorang anak yang kuat pada
keputusan anaknya dan mereka sadar
pendiriannya, cerdas, dan menjawab
juga bahwa cara memperlakukan
pertanyaan ayahnya dan selalu sopan
keinginan Taksu adalah salah.
dan hormat.
Dengan usaha dan kegigihan
Secara tersirat, penulis (Putu
yang pantang menyerah Taksu pergi
Wijaya) melalui tokoh Taksu
untuk menggapai cita-citanya. Taksu
mengungkapkan bahwa ilmu yang
pergi bukan benci pada orang tuanya.
diajarkan guru akan tetap abadi
Taksu melakukan itu karena ingin agar
meskipun sang guru jasadnya telah
keinginan dan cita-citanya berhasil.
tiada. Ungkapan tersebut mengandung
Akhirnya, Taksu pulang menjadi
nilai pendidikan berupa pembelajaran
seorang guru yang sukses dan dia
bagi manusia bahwa ilmu adalah yang
sama sekali tidak melupakan orang
utama, sedang materi menyusul
tuanya.
kemudian. Secara tidak langsung,
digambarkan juga nilai religiusitas, “Waktu telah memproses
berupa keyakinan tokoh Taksu yang segalanya begitu rupa,
meyakini bahwa orang pasti akan sehingga semuanya di luar
mati dan kembali pada Tuhan yang dugaan. Sekarang Taksu
sudah menggantikan hidup
Maha Kuasa. Namun, ada hal yang saya memikul beban
tetap hidup dan sudah diberikannya keluarga. Ia menjadi salah
kepada sesama yaitu ilmu. Di sisi lain, seorang pengusaha besar
kehidupan duniawi akan terasa indah yang mengimpor barang-
jika manusia dapat memberikan barang mewah dan
mengekspor barang-barang
sesuatu yang berharga bagi manusia kerajinan serta ikan segar ke
lainnya yaitu ilmu. Ilmu sangatlah

102
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

berbagai wilayah seorang pengarang untuk menawar


mancanegara.” dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu
"Ia seorang guru bagi
itu dapat berupa pandangan tentang
sekitar 10.000 orang suatu hal, gagasan, moral atau amanat
pegawainya. Guru juga bagi yang dapat bermanfaat bagi pembaca.
anak-anak muda lain yang Demikian pula halnya dengani cerpen.
menjadi adik generasinya. Sebagai genre dari karya sastra, cerpen
Bahkan guru bagi bangsa dan
negara, karena jasa-jasanya
merupakan suatu medium untuk
menularkan etos kerja," ucap mempropagandakan ide-ide moral
promotor ketika Taksu yang ditulis oleh pengarangnya.
mendapat gelar doktor Melalui karya sastra (cerpen) kita
honoris causa dari sebuah dapat mengetahui bagaimana manusia
pergurauan tinggi bergengsi.”
harus bersikap menghadapi
Pilihan hidup Taksu kokoh dan kuat permasalahan kehidupan sehari-hari,
untuk menjadi guru. Taksu memilih seperti ekonomi, teknologi, hukum,
menjadi guru Guru bukan sekadar pendidikan, dan moral. Bagaimana
mengajar, tetapi guru juga dapat juga sebuah bangsa harus bertindak
berupa guru bagi orang-orang yang dan bersikap untuk memelihara
bekerja pada perusahaan yang perdamaian dan persoalan yang di
dipimpinnya. Guru yang menjadi kemudian hari di dunia membutuhkan
pembimbing dan berada di garda nilai moral.
terdepan bagi ribuan orang yang Nilai-nilai moral dalam karya
memerlukan bimbingan, semangat, cerpen yang ditulis oleh seorang
dan dorongan hidup dari Taksu. sastrawan, dapat diketahui melalui
Sebagai anak, Taksu tidak melupakan perbuatan, tingkah laku, nasihat, dan
orang tuanya. Dia menganggap bahwa sikap para tokohnya. yang
bukankah seharusnya orang tua itu diungkapkan baik secara tersirat
selalu mendukung keputusan anaknya, maupun tersurat.
apalagi jika keputusan itu adalah hal Hal inilah yang coba dilakukan oleh
mulia yang dipilih dan diyakini sang Putu Wijaya dalam cerpen “Guru” dan
anak. “Paling tidak”, orang tua ikut “Peradilan Rakyat. Namun demikian,
mendukung dan memberi semangat. tulisan di atas hanya sedikit penafsiran
Nilai moral yang dapat diungkap dari mengenai cerpen “Guru” dan
paparan tadi adalah tugas orang tua “Peradilan Rakyat”, masih ada
sebaiknya bukan menentukan jalan kemungkinan penafsiran lain yang
apa yang harus dipilih sang anak, bisa dilakukan.
tetapi mendukung, mengarahkan, dan Kajian atau analisis moral
mengawasi jalan pilihan sang anak dalam kedua karya cerpen karya Putu
agar keinginan atau cita-citanya Wijaya ini memberikan gambaran
tercapai. Hal yang penting dan utama kehidupan moral masyarakat.
tugas orang tua adalah mendorong dan “Peradilan Rakyat” merupakan cerpen
memberi semangat agar pilihan yang menggambarkan sikap dan
hidupnya tercapai dan sesuai dengan tindakan tokoh pengacara muda yang
norma dan etika kehidupan. konsekuen dengan profesinya sebagai
pengacara. Meskipun ragu-ragu ketika
SIMPULAN menerima pekerjaan sebagai pembela
Karya sastra dapat dipandang sebagai penjahat yang dicap sangat jahat,
bentuk dari perwujudan keinginan tetapi dia beranggapan bahwa itu

103
Guru dan Pengacara: … (Nurweni Saptawuryandari)

sudah menjadi tanggung jawabnya. etika dalam cerpen ini adalah seorang
Cerpen ini juga menggambarkan anak sangat menghargai, hormat, dan
keadaan hukum yang buruk karena sopan menghadapi kedua orang tuanya
tidak ada keadilan dan kejujuran. yang emosi dan arogan. Sebaliknya,
Banyaknya mafia peradilan orang tua juga sebaiknya bersikap
merupakan bukti kebrobrokan moral bijak terhadap pilihan hidup anak.
dan hukum. Selain itu, diungkapkan Keinginan dan cita-cita anak harus
juga beberapa nilai moral yang didukung.
terkandung dalam cerpen “Peradilan Dari kedua cerpen “Guru” dan
Rakyat”. “Peradilan rakyat”, karya Putu Wijaya,
Nilai moral yang terungkap dapat ditarik benang merah bahwa
dalam cerpen “Peradilan Rakyat” karya sastra, cerpen mengungkapkan
adalah bahwa dalam bersikap dan suatu ide, gagasan, atau pandangan
bertindak seharusnya adil, konsekuen pengarang, dapat berupa pesan atau
serta jujur dalam melakukan suatu amanat moral yang bermanfaat
pekerjaan Dengan cara dan sikap sehingga dapat digunakan untuk
seperti itu, tergambar profesionalisme kehidupan sehari-hari.
tugas dan kewajiban seseorang dalam
pekerjaannya. Nilai moral lainnya
adalah bersikap hormat dan santun DAFTAR PUSTAKA
terhadap orang tua karena kasih
Moleong, J. 2005. Metodologi
sayang orang tua terhadap anak
Penelitian Kualitatif. Bandung:
sepanjang masa dan tidak mengenal
Remaja Rosda.
waktu.
Melalui cerpen “Guru”, Putu Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori
Wijaya berusaha menggambarkan Pengkajian Fiksi. Yogyakarta :
perjalanan kehidupan manusia dengan Gadjah Mada University Press
usaha dan keteguhan dalam
berpendirian. Semua tuduhan yang --------------------------. 2009. Teori
dilontarkan kedua orang tua Taksu Pengkajian Fiksi. Yogyakarta :
tentang masa depan guru mungkin ada Gadjah Mada University Press.
benarnya benar. Namun, guru tetaplah
Putu, Wijaya. 2006. Peradilan Rakyat.
guru yang selalu hidup karena ilmu
Jakarta: Kompas
yang diajarkan. Inilah yang
digambarkan pengarang melalui tokoh Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori,
Taksu dengan dialog-dialognya yang Metode, dan Penelitian Sastra.
sederhana dan mengena di hati Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembaca.
Cerpen “Guru” Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian
menggambarkan perjalanan kehidupan Sastra. Bandung: Angkasa
manusia (tokoh Taksu) yang gigih,
Siswoyo, Dwi, Sidharto, Suryati,
teguh, dan kokoh akan prinsip
Sulistyono, T, dkk. 2008. Ilmu
hidupnya untuk menjadi guru. Alasan-
pendidikan. Yogyakarta : UNY
alasan yang dikemukakan orang
Press.
tuanya agar tidak menjadi guru
dijawabnya dengan sopan. Dia selalu Suryaman, Maman. 2010. Diktat Mata
menjawab bahwa pendiriannya tetap Kuliah Strategi Pembelajaran
untuk menjadi guru. Nilai moral dan

104
BÉBASAN, Vol. 2, No. 2, edisi Desember 2015: 91—105

Sastra. Yogyakarta: Jurusan


PBSI. FBS.UNY
Welleck dan Warren. 1990. Teori
Kesusastraan. Diterjemahkan
oleh Melani Budianta. Jakarta:
Gramedia
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.

Sumber Internet:
Abeedee. Blogspot. Com/2011/12.
Cerpen Guru karya Putu Wijaya.
Html.

105

Anda mungkin juga menyukai