Anda di halaman 1dari 14

62 LOKABASA Vol. 5, No.

1 April 2014

KEPRIBADIAN MANUSIA SUNDA DALAM KUMPULAN


CERITA PENDEK TAHUN 1950-AN SAMPAI TAHUN 2000-AN

Nuraliawati
SMPN 4 Batujajar
Pos-el: nuraliawatia@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepribadian manusia Sunda yang ada dalam
Cerpen tahun 1950-an sampai tahun 2000-an, dengan menggunakan pendekatan psiko-logi
sastra yang bertitik tolak dari asumsi bahwa karya sastra itu sering membahas kejadian dan
tingkah laku manusia yang bermacam-macam. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Sedangkan tehnik yang digunakan meliputi telaah pustaka,
observasi, dan analisis wacana. Berdasarkan hasil penelitian, kepribadian manusia Sunda yang
ada dalam cerpen tahun 1950-an sampai tahun 2000-an meliputi beberapa sifat yang menjadi
kepribadiannya. Diantaranya penampilan dan perkataan yang baik, teguh pendirian, teguh
terhadap aturan agama, ramah, sabar, ikhlas, jujur, tidak pernah putus asa, tegas, mandiri,
tawakal, bijaksana, mencintai tanah leluhurnya, mempunyai rasa kemanusiaan, cepat marah,
sombong, dan suka menipu.

Kata kunci: kepribadian, manusia Sunda, cerita pendek

THE PERSONALITY OF SUNDANESE PEOPLE


IN A COMPILATION OF SHORT STORIES FROM 1950s TO 2000s

Abstract

This research aimed at describing the personality of Sundanese people in short stories from
1950s to 2000s by means a literary psychology approach. It departs from an assumption that
literary works often reveal a range of incidents and people’s behaviors. The method used in
this research is a descriptive method by employing techniques such as observation, document
analysis and discourse analysis. Results indicate that the personality of Sundanese people
depicted in short stories from 1950s to 2000s includes a number of characters, among others
good words and nice appearance, strong will, adherence to religious teachings, being courteous,
patient, sincere, honest, resilient, ¿rm, self-reliant, wise, humanist, succumb to God’s will and
love one’s homeland. Other characters include ill-tempered, arrogant and deceitful.

Keywords: personality, Sundanese people, short stories

PENDAHULUAN taun 2009. Dari beberapa orang Sunda yang


Kegiatan penelitian untuk menghimpun disusun dalam angket, masarakat Jawa
beberapa orang Sunda yang dianggap mampu Barat diharapkan dapat memilih beberapa
untuk memegang jabatan kenegaraan di orang diantara mereka untuk dirangking dan
tingkat pusat, pernah diadakan di tatar Sunda hasilnya akan diajukan menjadi calon dalam
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 63

pemilihan umum presiden dan wakil presiden. seminar dan penelitian yang dilaksanakan
Tujuannya agar beberapa orang Sunda yang oleh Rusyana dan teman-teman. Mengenai
dipilih oleh masyarakat Jawa Barat dijadikan pandangan hidup orang Sunda dari tradisi
calon untuk memegang jabatan menteri atau lisan, sastra Sunda dan kehidupan sehari-
jabatan-jabatan kenegaraan lainnya. Terlepas hari (tahun 1987-1989), walau tidak secara
dari pro dan kontra masyarakat Jawa Barat khusus menggambarkan kepribadian
(Sunda), kegiatan itu diadakan berdasar pada manusia Sunda, tapi bisa dijadikan bahan
stereotif bahwa orang Sunda itu mempunyai yang akan mengantarkan pemahaman
sifat selalu mengalah seandainya diminta terhadap bagaimana ciri dan karakter khas
untuk menjadi pemimpin, padahal dirinya kepribadian manusia Sunda.
mampu, baik itu secara intelektual maupun Ciri dan karakter manusia yang
secara politik. memperlihatkan kepribadian manusia Sunda
Stereotif manusia Sunda tidak bisa diteliti dari potensi dasar yang dimiliki
selamanya negatif sebagaimana di uraikan oleh manusia itu sendiri. Karena manusia
di atas, banyak sifat manusia sunda yang lahir ke dunia dibarengi oleh bermacam-
positif seperti jujur, teguh pendirian dan macam kemampuan atau potensi yang
mempunyai keyakinan yang tebal terhadap bisa dijadikan kekuatan untuk menjalani
satu hal. Sebagaimana yang di-gambarkan kehidupannya.
oleh (Rosidi, 2009:1-2) Bahwa ciri-ciri dan Potensi yang dimiliki manusia meliputi
karakter khas manusia sunda itu berdasar jasmani, akal dan roh. Setiap potensi
pada dua tokoh sastra dan tokoh sejarah. mempunyai posisi dan kekuatan yang sama
Beberapa tokoh sastra (lama dan baru) yang penting, diibaratkan satu bentuk bangunan
dijadikan sampel, diantaranya Sangkuriang, yang mempunyai tiga sisi yang sama panjang-
Si Kabayan, Mundinglaya Di Kusumah. nya. Kesempurnaan dan perkem bangan
Purba Sari Ayu Wangi, Raden Yogaswara, keribadian manusia sunda akan banyak
Dewi Pramanik (Ratna Suminar) dan tergantung pada kesesuaian tiga potensi
Karnadi. Sedangkan tokoh sejarah meliputi tadi. Dengan potensi dasar itulah manusia
Dipati Ukur, Ki Tapa, Pangeran Kornel, dapat menghadapi serta menyelesaikan
Haji Hasan Mustapa dan Dewi sartika. masa lah yang dihadapinya.
Ciri-ciri dan karakter khas beberapa Masalah yang sifatnya empiris, dihadapi
tokoh yang disebutkan di atas menu-rut manusia dengan potensi jasmani, sedangkan
Rosidi belum bisa menggambarkan ciri masalah yang sifatnya logis dihadapi
dan karakter khas manusia Sunda secara dengan potensi akal. Potensi roh digunakan
umum. Nilai-nilai dan sifat-sifat tertentu manakala manusia itu berhadapan dengan
yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut bisa jadi persoalan hidup yang tidak empiris dan
ada pada diri manusia Sunda secara umum, tidak logis.
tapi untuk menyimpulkan bahwa ciri dan Reaksi manusia terhadap potensi dasar
karakter khas manusia Sunda seperti yang yang ada pada diri manusia itu sendiri
terlihat pada diri tokoh-tokoh tersebut, menghasilkan bermacam-macam kegiatan.
memerlukan pemikiran dan representasi Salah satunya adalah kegiatan menggunakan
yang lebih luas. bahasa. Kegiatan kreatif manusia dalam
Walaupun penelitian tentang manusia menggunakan bahasa diantaranya bisa
sunda pernah dilaksanakan, tapi gambaran diekspresikan melalui kegiatan sastra.
tentang manusia Sunda belum ditelusuri Hal ini sesuai dengan pemikiran Rusyana
secara utuh. Selain Rosidi, penelitian (1987:311), bahwa sastra itu ada dalam dunia
terhadap manusia Sunda pernah dijelaskan ¿ksi, yang merupakan hasil kreatif manusia,
dalam beberapa makalah di seminar- hasil penelitian, tanggapan, fantasi, pikiran,
64 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014

perasaaan dan keinginan yang berbaur satu ada hubungannya dengan masalah yang
sama lain, lalu diwujudkan menggunakan diteliti. Dengan menggunakan tehnik analisis
bahasa. wacana, bahan yang sudah dikumpulkan,
Sastra menjelma karena adanya lalu dianalisis serta dipahami isinya sampai
dorongan-dorongan dari rasa dan keinginan ditemukan korelasinya atau hubungannya
manusia untuk menjelaskan isi hati, dengan masalah yang diteliti.
pengalaman, dan keinginan untuk saling
mempengaruhi satu sama lain. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan karya sastra tidak lepas Kumpulan cerpen dalam penelitian ini
dari perkembangan ilmu pengetahuan yang adalah karangan ¿ksi dalam bentuk prosa
ada di luar dunya sastra itu sendiri, termasuk yang pendek, dan mempunyai sifat naratif.
hubungannya dengan konsep kehidupan. Cerpen tersebut diciptakan dan diterbitkan
Sehubungan dengan itu, muncul sebuah dalam bentuk buku kumpulan cerpen tahun
konsep yang menjelaskan adanya hubungan 1950-an sampai tahun 2000-an.
yang sangat erat antara fenomena sastra dan Cerita pendek yang sering disingkat
cermin kehidupan. cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif dan
Manfaat dari penelitian ini secara ¿ktif yang cenderung padat dan langsung
keilmuan adalah 1) memperkuat atau menam- pada tujuan. Karena padatnya, cerpen sukses
bah wawasan pengetahuan tentang sastra mengandalkan tehnik-tehnik sastra seperti
Sunda, terutama dalam cakupan struktural tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara
dan psikologi sastra. 2) memperkuat atau lebih luas dibanding ¿ksi lainnya yang lebih
menambah wawasan pengetahuan tentang panjang.
aplikasi sastra menggunakan pendekatan Dalam sastra Sunda cerpen merupakan
psikologi sastra yang dihubungkan dengan istilah terjemahan dari bahasa Inggris short
konsep psikoanalisis. story, karena cerpen berasal dari sastra
Secara praktis, penelitian ini memberikan Eropa. Dilihat dari bentuknya, cerpen
manfaat untuk: 1) menentukan gambaran merupakan karangan prosa yang pendek.
kepribadian manusia Sunda dari hasil-hasil Ukuran pendek, belum bisa menggambarkan
karya orang Sunda. Hal ini dapat ditemukan satu cerita pendek, sebab dongeng juga
dari bermacam-macam karya sastra, biogra¿, merupakan prosa naratif yang pendek. Oleh
pemikiran-pemikirannya dan dari kehidupan sebab itu, perlu diperhatikan karakteristik
sehari-harinya, 2) dijadikan dokumentasi carpon dari sifat-sifat naratifnya. Tapi jika
tentang perkembangan manusia Sunda dari memperhatikan karya-karya dalam sastra
masa ke masa, 3) dijadikan alternatif bahan Sunda, akan terlihat bentuk cerpen yang
pelajaran di sekolah atau di masyarakat. pendek tersebut. Untuk membaca satu
buah cerpen, hanya menghabiskan waktu
METODE antara 10 sampai 30 menit. Jumlah kata
Metode yang digunakan dalam penelitian yang digunakan dalam cerpen umumnya
ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan tidak lebih dari 5000 kata. Tebalnya pun
untuk memberikan gambaran kepribadian lebih kurang antara 3 sampai 6 halaman
dalam cakupan struktur organisasi, dinamika (Nurgiyantoro, 2009:10).
dan perkembangannya dalam satu deskripsi Cerita pendek, dalam sastra Sunda
situasi. Tehnik penelitian dalam penelitian dimulai ada pada abad ke-20, yang lahir
ini mencakup telaah pustaka, observasi dan melalui media cetak majalah dan Koran.
analisis wacana. Tehnik telaah pustaka dan Beberapa media cetak yang lahir dalam
observasi digunakan untuk mencari dan rangka upaya menyalurkan karangan orang
menemukan bahan pustaka serta data yang Sunda adalah Papaes Nonoman (1951),
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 65

Padjadjaran (1918, tahun 1929 berubah (1952). Dalam tabel berikut adalah kumpulan
menjadi Parahyangan), Volsalmanak Sunda cerpen Sunda karya satu orang pengarang
(1919), Pustaka Sunda (1923) dan panghegar

Tabel 1: Perkembangan Buku Kumpulan Cerpen Sunda

No. Judul Buku Pengarang Tahun Terbit


1. Dogdog Pangréwong G.S. 1930
2. Carita Biasa R.A.F 1959
3. Papacangan R. Sutiasumarga 1960
4. Hujan Munggaran Ayatrohaédi 1960
5. 40 Dongéng Énténg ti Pasantrén R.A.F 1961
6. Néangan Caraka 1962
7. Jurig Tini Kartini 1963
8. Béja ti Manéhna Ki Umbara 1964
9. Parawan Yus Rusamsi 1964
10. Di Luhureun Jukut Reumis Yus Rusyana 1965
11. Tamiang Meulit ka Bitis Ermas 1965
12. Teu Tulus Paéh Nundutan Ki Umbara 1965
13. Paséa Tini Kartini 1965
14. Diwadalkeun ka Siluman Ki Umbara 1965
15. Heuay Eddy D. Iskandar 1980
16. Nu Teu Kungsi Kalisankeun Abdullah Mustapa 1981
17. Nu Tepung di Imah Dukun I. Asikin 1983
18. Nyi Karsih Tini Kartini 1984
19. Kanyaah Kolot Karna Yudibrata 1985
20. Jajatén Ninggang Papastén Yus Rusyana 1988
21. Halimun Peuting Iskandarwassid 1989
22. Jiad Ajengan Usép Romli 1991
23. Panggung Wayang Aam Amilia 1992
24. Ceurik Santri Usép Romli 1985, 1992
25. Mirah Dalima Kis W.S. 1992
26. Serat Sarwa Satwa Godi Suwarna 1995
27. Oknum Hadi A.K.S. 1998
28. Nu Harayang Dihargaan D. Ariawinangun 1998
29. Pantun Pangrajah Usman Supéndi 2002
30. Anak Jadah Cécép Burdansyah 2002
31. Koruptor O. Somara Dé Uci 2002
32. Anaking Jimat Awaking Wahyu Wibisana 2002
33. Ajalna Sang Béntang Pilem Duduh Durahman 2004
34. Rusiah Kaopatwelas D. Ariawinangun 2009
35. Layung Katumbiri Nunung Saadah 2010
36. Sapeuting di Cipawening Usép Romli H.M. 2010
37. Halis Pasir Us Tiarsa 2010

Sedangkan kumpulan cerpen yang berupa antologi bisa dilihat dalam tabel berikut ini.
66 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014

Tabel 2: Perkembangan Buku Antologi Kumpulan Carpon Sunda

No. Judul Buku Tahun Terbit


1. Kandjut Kundang 1963
2. Anting Pérak 1966
3. Carécét Sulam 1966
4. Demi Pasukan 1966
5. Sawidak Carita Pondok 1983
6. Petingan 1983
7. Guriang Tujuh 1984
8. Salumar Sastra 1989
9. Ti Pulpén tepi ka Pajaratan Cinta 2002
10. Kanagan 1 2003
11. Campaka Mangkak 2003
12. Heulang nu Ngajak Béngbat 2004
13. Surat keur ka Sawarga 2004
14. Kembang Kadengda 2007
15. Kanagan 2 2008

Jika memperhatikan produktivitas itu?” atau “ada berapa orang jumlah pelaku
lahirnya buku kumpulan cerpen Sunda cerita tersebut?”.
dalam tabel di atas, terlihat ada masa yang Tokoh yang tampil dalam sebuah cerita,
kosong selama 29 tahun atau kumpulan diberi watak sendiri-sendiri oleh pengarang.
cerpen tersebut tidak terbit dalam waktu Adanya watak inilah yang menyebabkan
lama. Pada dekade tahun 1940-an dan 1970- adanya konÀik, baik konÀik antara tokoh
an buku kumpulan cerpen itu tidak terbit. dengan tokoh, tokoh dengan lingkungannya
Ada kemungkinan pada tahun 1940-an, atau bahkan konÀik dalam diri tokoh tersebut.
orang Sunda yang merupakan bagian dari Cara menampilkan tokoh yang seperti itulah
bangsa Indonesia sedang menghadapi masa yang disebut dengan penokohan.
kesulitan karena perang, politik dan transisi Penokohan adalah bagaimana
kekuasaan. Sedangkan dekade 1970-an cara pengarang menggambarkan dan
belum diketahui penyebabnya (Koswara, mengembangkan watak tokoh-tokohnya
2010:72). dalam satu cerita rekaan. Jones dalam
Setiap kejadian dalam karya ¿ksi, sama Nurgiyantoro (2009:165), menyebutkan
halnya dengan kejadian dalam kehidupan bahwa penokohan merupakan gambaran
sehari-hari. Dalam karya tersebut, setiap yang jelas tentang satu tokoh yang
kejadian dilakukan oleh para pelaku tertentu. ditampilkan dalam sebuah cerita.
Dalam karya ¿ksi, sering dipakai istilah Menurut Pickering dan Hoeper dalam
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan Minderop (2005:6), dalam menampilkan
atau karakter dan karakterisasi yang sering watak atau karakter tokoh, pengarang
kali diartikan sama. Padahal istilah-istilah menggunakan cara atau metode dalam
tersebut sebenarnya mempunyai arti yang karyanya. Pertama menggunakan metode
berbeda. langsung (telling), kedua metode tidak
Menurut Nurgiyantoro (2009: 165), langsung (showing).
istilah tokoh, merujuk pada orangnya, Berkenaan dengan tehnik penokohan,
pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban dari Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro
pertanyaan; “Siapa tokoh utama dalam cerita (2009: 194-210), membagi tehnik penokohan
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 67

menjadi 2, yaitu tehnik ekspositori dan tehnik bahwa dalam menggambarkan pelaku,
dramatik. Dalam tehnik ekspositori, pelaku khususnya pelaku utama dalam cerpen
digambarkan langsung oleh pengarang. Sunda bisa dilakukan melalui tehnik sebagai
Sedangkan tehnik dramatik dibagi menjadi berikut: 1) deskripsi pengarang tentang
beberapa tehnik, diantaranya: 1) tehnik karakter tokoh; 2) percakapan tokoh; 3)
cakapan, adalah tehnik yang dipakai untuk tingkah laku tokoh; 4) gambaran ¿sik tokoh;
menggambarkan watak pelaku dalam sebuah 5) pendapat tokoh lain tentang tokoh utama
karya sastra; 2) tehnik tingkah laku, adalah atau sebaliknya.
tehnik yang terwujud dalam tindakan pelaku; Ibarat manusia dalam kehidupan sehari-
3) tehnik pikiran dan perasaan, watak tokoh hari, tokoh dalam karya sastra mempunyai
akan tergambar dalam perasaannya dan juga tingkah laku dan watak sendiri-sendiri.
jalan pikirannya; 4) tehnik arus kesadaran, Tingkah laku atau watak setiap orang dalam
adalah percakapan yang berlangsung dalam mereaksi setiap kejadian dalam kehidupan
diri pelaku, atau sering disebut dengan sehari-harinya sering disebut kepribadian.
monolog; 5) tehnik reaksi tokoh, adalah Sebab semua kebiasaan inilah yang
reaksi tokoh terhadap satu masalah atau akan digunakan oleh setiap orang dalam
satu kejadian dalam sebuah cerita; 6) tehnik mereaksi setiap kejadian dalam lingkungan
reaksi tokoh lain, adalah pendapat pelaku sekelilingnya. Robert Driscoll dalam
lain terhadap pelaku utama atau sebaliknya; Parengkuan (2010:7) menjelaskan bahwa
7) tehnik pelukisan latar, adalah tehnik yang kepribadian yang menjadi ciri khas setiap
dipakai menggambarkan pelaku melalui orang (life style), diformulasikan sejak orang
latar belakang tempat dan latar belakang itu belum mencapai usia 5 tahun. Artinya
keadaan lingkungan sekelilingnya; 8) tehnik karakteristik seseorang yang awalnya
pelukisan ¿sik, adalah tehnik yang dipakai terbentuk dalam pendidikan keluarga serta
oleh pengarang dalam menggambarkan pengaruh lingkungan sekitarnya, akan
pelakunya lewat gambaran ¿sik pelaku. menjadi karakter dasar seseorang, yang
Dari beberapa pendapat para ahli yang akan terbawa sampai seseorang itu dewasa.
dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan Seperti yang terlihat dalam bagan berikut ini.

Pendidikan Pengalaman
Karakter
Dasar
sebelum usia
5 tahun
Norma Kepercayaan

Bagan 1: Kepribadian

Menurut Hasan (2010:3), karakter, Kepribadian mencakup kebiasaan,


tokoh, akhlak atau kepribadian seseorang sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi bermacam- berkembang jika seseorang itu mengadakan
macam kebaikan (virtues) yang diyakini hubungan dengan orang lain diluar dirinya.
serta digunakan sebagai dasar berpikir, Selain itu, kepribadian juga menghubungkan
bersikap, serta bertindak. antara nilai-nilai, norma dan tingkah laku.
Seperti yang terlihat dalam bagan dibawah
ini.
68 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014


Nilai-nilai dan 

Kepribadian Tingkah laku


Norma

Bagan 2: Hubungan antara Nilai-Nilai, Kepribadian, dan Tingkah Laku

Tentang kepribadian, Koentjaraningrat Psikologi Kepribadian mempunyai


(2002: 102), memberikan pendapatnya fungsi deskriptif dan predikatif. Fungsi
sebagai berikut, Kepribadian adalah deskriftif merupakan fungsi untuk
ciri-ciri watak seseorang individu yang menjelaskan dan mengorganisasikan secara
konsisten yang memberikan kepadanya sistematis tingkah laku manusia atau
sesuatu identitas sebagai individu yang kejadian-kejadian yang dialami sesama
khusus, yang maksudnya adalah orang individu. Sedangkan fungsi predikatif
tersebut mempunyai beberapa ciri watak merupakan fungsi untuk meramal tingkah
yang diperlihatkan secara lahir, konsisten laku, kejadian, atau akibat yang akan terjadi
dan konsekwen dalam tingkah lakunya terhadap sesama individu.
sehingga tampak bahwa individu tersebut Konsep psikologi kepribadian yang
memiliki identitas khusus yang berbéda digunakan dalam penelitian ini adalah aliran
dari individu-individu lainnya. Dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung. Menurut
memahami kepribadian manusia seutuhnya, Carl Gustav Jung, perhatian ma-nusia dalam
tidak bisa lepas dari perkara ruh (inti) kehidupannya tertuju pada dua arah. Ke luar
manusia yang memberikan dampak terhadap dirinya, dan ke dalam dirinya. Atau sering
kepribadian itu sendiri. Sesuai dengan bentuk disebut dengan manusia yang berkepribadian
kejadiannya, manusia itu sudah dibekali ekstrovert dan introvert. Menurut Suryabrata
dengan kebaikan, keburukan, petunjuk dan (2008:162), manusia yang berkepribadian
kesesatan, serta mampu membedakannya ekstrovert biasanya mempunyai sifat-sifat
antara keempat bekal tersebut. Sesuai dengan yang lebih terbuka, lancar dalam bergaul
¿rman Alloh dalam Al-Qur’an surat Asy- dengan sesamanya atau lingkungannya.
Syams ayat 7-10, yang artinya “…dan jiwa Sedangkan manusia yang mempunyai
serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka kepribadian introvert cenderung mempunyai
Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) sifat kurang bisa bergaul, pendiam, lebih
kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya senang sendiri (individualistis), sangat susah
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa untuk ditebak hatinya.
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang Yang disebut orang Sunda dalam
mengotorinya”. penelitian ini adalah sebagaimana yang
Konsep kepribadian terus berkembang dijelaskan oleh Suryalaga (2010:69-72),
membentuk sebuah organisasi di-namis bahwa yang disebut orang Sunda itu berdasar
dalam diri individu yang merupakan respon pada 5 kategori: 1) Sunda Subjektif, adalah
terhadap sistem-sistem yang menentukan orang yang berdasarkan pertimbangan
cara-cara menyelaraskan diri secara khas subjektifnya merasa orang Sunda, maka
sesama individu terhadap lingkungannya bisa disebut orang Sunda. oleh sebab itu
(Najati, 2010:203). Sedangkan kepribadian dalam kehidupan sehari-harinya harus
menurut psikologi bisa diartikan selaku pola melaksanakan dan menggunakan norma-
karakteristik tingkah laku dan pola pikir norma atau nilai-nilai kesundaan; 2) Sunda
yang menentukan cara menilai seseorang Objektif, seandainya seseorang dianggap
terhadap lingkungannya. orang Sunda oleh orang lain, maka sudah
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 69

selayaknya orang tersebut kudu “nyunda”, kalungguhan”, “urang Sunda mah jembar
atau mengaktualisasikan anggapan haté”. Padahal dalam kenyataan sehari-hari,
tersebut. Dengan cara melaksanakan dan kita banyak menyaksikan banyak sekali
menggunakan norma-norma atau nilai-nilai orang Sunda yang mau dan akan melakukan
kesundaan; 3) Sunda Genetik, yaitu seseorang apa saja agar keinginannya tercapai, termasuk
yang secara genetik lahir dari orang tuanya untuk mendapatkan jabatan. Dari sikap
yang berketurunan Sunda asli; 4) Sunda seperti ini bisa disimpulkan bahwa orang
Sosiokultural, jika seseorang mempunyai seperti ini adalah muna¿k, ucapan tidak
orang tua yang salah satunya orang Sunda sama dengan tingkah lakunya. Sesuai dengan
asli dan tingkah lakunya “nyunda”, maka pendapat Hidajat dalam Rosidi (2009:51),
dia layak diebut orang Sunda; 5) Sunda bahwa sebelum mendirikan Pagoeyoeban
Geogra¿s-Demogra¿s, adalah setiap orang Pasoendan (1913), Edi S. Ekadjati
yang mendiami tatar Sunda secara geogra¿s merumuskan, bahwa yang menyebabkan
(secara administratip disebut provinsi Jawa orang Sunda tertinggal oleh orang lain adalah
Barat). “faktor mental dan pendidikan orang Sunda
Menurut Rosidi (2009: 1-5) yang disebut yang tidak memperlihatkan kreativitas,
manusia Sunda itu adalah manusia yang dinamika, keuletan, keberanian dan etos
sehari-harinya memahami serta menjalankan kerja yang tinggi”. Apakah benar demikian?
nilai-nilai budaya Sunda. Belum ada penelitian secara ilmiah tentang
Sebagai salah satu masyarakat budaya hal itu. Jadi belum bisa dibantah, dan juga
yang hidup diantara masyarakat dan belum bisa diterima.
budaya lain, sudah selayaknya orang Sunda Dengan menggunakan tehnik sampling,
mempunyai pandangan hidup yang berbeda peneliti menetapkan bahwa sumber data
dengan masyarakat lainnya. Menurut dalam dalam penelitian ini adalah 35 cerpen
menjalankan kehidupannya, etnis Sunda Sunda. Dengan pertimbangan cerpen yang
mendasari dirinya dengan citra insan yang terpilih mempunyai ciri-ciri karya sastra
akhlakul karimah, yaitu manusia yang yang baik. Karya sastra yang baik itu bisa
senantiasa memegang teguh antara agama, mengungkapkan aspek kejiwaan yang baik,
sosial dan ekonomi. isinya merupakan suatu ikatan yang utuh
Ciri lain yang dimiliki orang Sunda antara bentuk, bahasa dan isi, serta adanya
menurut Koentjaraningrat (2004:310) ajaran moral dan tingkah laku. Selain itu
adalah sangat bangga terhadap budayanya yang menjadi pertimbangan adalah selaku
serta pandangan-pandangan hidupnya yang karya sastra yang menjadi cermin kehidupan
mempunyai nilai tinggi. Menurut Suryalaga (mimetik), cerpen Sunda yang terpilih bisa
(2010:vii), dengan menjalankan pandangan menghibur dan besar sekali manfaatnya
hidupnya dalam tingkah laku sehari-hari, untuk pembaca. Sesuai dengan konsep
sifat dasar manusia Sunda menjelma dalam Horace berkenaan dengan dulce et etile,
sifat cageur, bageur, pinter, singer, pangger bahwa karya sastra itu mempunyai fungsi
dan cangker. menghibur sekaligus mengajarkan satu hal.
Sikap orang Sunda yang positif, tentu Hal ini bisa disimpulkan bahwa karya sastra
saja dibarengi juga dengan sikap yang yang baik itu selain indah, manfaatnya juga
negatif. Orang Sunda itu senang membodohi besar. Cerpen yang terpilih dalam penelitian
diri sendiri dengan menutup kenyataan ini adalah seperti terlihat dalam tabel berikut.
oleh ucapan yang membuat enak di hati.
Contohnya seperti: “Urang Sunda mah lemes
budina, resep ngéléhan, sok ngaheulakeun
batur”, “urang Sunda mah tara karooh ku
70 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014

Tabel 3: Cerpen Sunda yang Dianalisis

No. Judul Cerpen Pengarang Tahun


1. “Pacul” Caraka 1953
2. “Si Kabayan dina Poéan Lebaran” Utuy T. Sontani 1953
3. “Nini” J. Nirmala 1955
4. “Gotong Royong” Caraka 1963
5. “Mojang dusun Meledug” M. Rustandi K. 1964
6. “Tina Kahirupan Muhamad Insan” Saini KM. 1965
7. “Ruhak Pajajaran” Saleh Danasasmita 1966
8. “Pa Naib” Karna Yudibrata 1968
9. “Dina Mumunggang Pasir” Nana Darmana 1969
10. “Léngkah Lalaki” Sunarya PK. 1969
11. “Raraméan” Naneng Daningsih 1970
12. “Nu Butuh ku Pamuntangan” I. Asikin 1976
13. “Masjid Jami” Usep Romli 1979
14. “Hampura” I Asikin 1979
15. “Panto” Trisna Mansur 1980
16. “Mun Téa Manéhna Mulang” Ahmad Aman 1981
17. “Piring Dinasti Ming” Kis Ws. 1982
18. “Listrik” T. Syarif Mahmud 1982
19. “Rojali Bin Haji Sanip” Eson Sumardi 1983
20. “Bagus Jabin” Yoseph Iskandar 1989
21. “Bilatung” Cecep Burdansyah 1990
22. “Pajabat Manten” Hidayat Soesanto 1993
23. “Potrét Tilu Jelema dina Albeum Kuring” Cecep Burdansyah 1993
24. “Harga Kasatiaan” Tetty Suharti 1994
25. “Simpé di Makam” Yous Hamdan 1995
26. “Né Indung” Sukaesih Sastrini 1995
27. “Nini” Yus Fitradireja 1995
28. “Sintung Kalapa” Iskandarwassid 2000
29. “Mulang” Usep Romli HM. 2002
30. “Si Éta” Ahmad Aman 2003
31. “Kanyaah Indung” Tetty Hodijah 2005
32. “Bah Oyot” Hidayat Soesanto 2005
33. “Nini Asmi” Annisa Wulandari 2006
34. “Lokét Hideung” Supriatna 2006
35. “Péngkolan Katilu” Sin Soekarsono 2007

Setelah dianalisis berdasarkan gambaran dan 5) pandangan tokoh lain. Maka watak
1) deskripsi pengarang, 2) omongan tokoh, tokoh dalam cerpen terpilih akan muncul
3) tingkah laku tokoh, 4) penampilan tokoh, seperti dalam tabel berikut ini.
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 71

Tabel 4: Munculnya Kepribadian Pelaku Utama dalam Cerpen Sunda

Munculnya Kepribadian Tokoh Utama


Deskripsi Omongan Tingkah Penampil- Pandangan
No. Judul Cerpen
Pengarang Pelaku lakunya annya tokoh lain
(1) (2) (3) (4) (5)
1. “Pacul” - 7 2 - -
2. “Si Kabayan dina Poéan Lebaran” 3 4 2 - 1
3. “Nini” - 2 - - 13
4. “Gotong Royong” 5 7 - 2 2
5. “Mojang dusun Meledug” - 13 5 - 10
6. “Tina Kahirupan M. Insan” 1 12 5 - 2
7. “Ruhak Pajajaran” 14 14 8 3 6
8. “Pa Naib” 3 8 4 - 7
9. “Dina Mumunggang Pasir” 6 3 2 - 1
10. “Léngkah Lalaki” - 9 3 - 13
11. “Raraméan” 7 3 1 - 5
12. “Nu Butuh ku Pamuntangan” - 11 - - -
13. “Masjid Jami” 3 4 2 - 1
14. “Hampura” 1 4 5 - 9
15. “Panto” 8 7 7 - 8
16. “Mun Téa Manéhna Mulang” 5 17 2 1 18
17. “Piring Dinasti Ming” 1 15 2 - 5
18. “Listrik” - 18 2 - 3
19. “Rojali Bin Haji Sanip” - 23 2 1 20
20. “Bagus Jabin” 6 13 11 - 4
21. “Bilatung” 5 8 11 - 5
22. “Pajabat Manten” 22 12 2 1 3
23. “Potrét Tilu Jelema dina Albeum 2 10 2 - 1
Kuring”
24. “Harga Kasatiaan” 1 7 2 - 1
25. “Simpé di Makam” 3 13 3 1 4
26. “Né Indung” 5 9 - - 4
27. “Nini” 2 14 - - 12
28. “Sintung Kalapa” 10 22 17 - 19
29. “Mulang” 9 6 1 - 8
30. “Si Éta” 14 5 6 - 11
31. “Kanyaah Indung” - 6 - - 2
32. “Bah Oyot” 9 6 1 - 3
33. “Nini Asmi” 9 12 3 - 1
34. “Lokét Hideung” - 5 8 - -
35. “Di Péngkolan Katilu” - 15 4 - 10

Berikut adalah beberapa contoh analisis sudah menjadi simbol jati diri manusia
cerpen berdasarkan unsur intrinsik dan teori Sunda secara budaya. Tokoh Si kabayan
psikologi Karl Gustav Jung. akan menjadi sosok manusia Sunda yang
berbeda, apabila diceritakan oleh orang yang
1. Cerpen Si Kabayan dina Poéan Lebaran berbeda.
Si Kabayan merupakan tokoh imajinatif Sosoknya seakan tak pernah mati,
masyarakat Sunda. Tokoh Si Kabayan juga karena ia mampu berganti peran secara
72 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014

ekstensial. Ia pun bisa menyesuaikan diri 2. Cerpen Ruhak Pajajaran


sesuai perkembangan jaman yang semakin Tokoh utama dalam cerpen Ruhak
kompleks. Pajajaran adalan Nyi Puun Purnamasari
Tokoh utama dalam cerpen Si Kabayan (Putri Purnamasari). Dari deskripsi
dina Poéan Lebaran, adalah Si Kabayan pengarang, omongan tokoh, tingkah laku
yang hidupnya di jaman sekarang. Si dan penampilannya, serta reaksi tokoh lain
Kabayan digambarkan oleh pengarang terhadapnya, bisa disimpulkan bahwa Putri
sebagai manusia yang jalan pikirannya Purnamasari itu seorang pemimpin (puun)
agak beda dengan cara berpikir kebanyakan di sebuah dusun yang bernama Cidadap,
orang berpikir. Tingkah lakunya membuat mempunyai watak yang tegas, pemberani
orang tertawa tapi sekaligus membuat orang dan mempunyai rasa tanggung jawab yang
berpikir. Dalam cerpen ini, tergambar jati besar terhadap masyarakat yang dipimpinya.
diri manusia Sunda pada jaman sekarang Selain itu dia juga mempunyai watak
yang tidak merasa repot dengan adanya hari penyayang. Watak inilah yang menyebabkan
raya lebaran. Baginya, hari lebaran sama dia bisa memimpin rakyatnya dengan
saja dengan hari-hari lainnya. Si Kabayan penuh kasih, sabar dan bijaksana. Nalurinya
merasa bahwa yang namanya silaturahmi sebagai ibu begitu nyata terlihat ketika ia
itu tidak harus pada hari raya saja, tapi kehilangan anaknya. Hatinya begitu sakit
harus dilaksanakan setiap saat dimana ada dan pedih. Namun demikian dia tetap tegar
kesempatan. Ketika hari lebaran diajak ke dan tak pernah putus asa.
kuburan untuk mendo’akan mertuanya, Si Sebagai manusia Sunda, Nyi Puun juga
Kabayan pun menolak, karena mendo’akan seorang wanita yang menjadi pemimpin
orang tua itu termasuk mertua tidak harus mempunyai sifat bijaksana atau dalam
pada hari lebaran saja. Tapi sebagai manusia bahasa Sunda leuleus jeujeur liat tali
yang beragama, hampir setiap waktu sholat dalam mengelola rakyatnya. Dia juga
kita berdo’a untuk kedua orang tua dan tidak takut ketika harus harus menghadapi
juga mertua. Tingkah laku Si Kabayan ini para perampok yang menjajah dan akan
merupakan gambaran manusia Sunda jaman menguasai kapuunan nya. Baginya, Cidadap
sekarang yang sudah serba praktis. Termasuk adalah generasi Pajajaran yang nantinya
cara berpikirnya yang praktis. Karakter Si akan merebut kembali pusat kota dari tangan
Kabayan ini digambarkan oleh pengarang musuh. Dia juga mempunyai keyakinan
melalui deskripsi pengarang, pembicaraan bahwa Pajajaran akan berdiri kembali seiring
tokoh, tingkah lakunya serta reaksi tokoh berjalannya waktu dan akan berganti nama.
lain terhadapnya. Ditinjau secara psikologi kepribadian
Ditinjau dari segi psikologis, tokoh aliran psikoanalisis Carl Gustav Jung,
utama dalam cerpen ini secara hati termasuk Nyi Puun mempunyai kepribadian yang
ke dalam orang yang berkepribadian extrovert, yaitu orang yang perhatiannya
introvert, tapi secara pikiran bisa disebut lebih tertuju ke luar dirinya, terbukti dengan
extrovert. Karena, walau apapun yang tindakannya ketika menghadapi para
dilakukannya harus selalu menguntungkan perampok yang menyerang desanya. Dia
dirinya, tapi tetap jadi pemikiran kita. Dalam lebih mementingkan keselamatan rakyatnya
arti, pikirannya tertuju keluar dirinya. dibanding dengan keselamatan diri dan
Menurut teori Carl Gustav Jung, kepribadian anaknya.
yang seperti ini sering juga disebut dengan
kepribadian ambivert. Yaitu tipe campuran 3. Cerpen Pa Naib
antara extrovert dan introvert. Dalam cerpen Pa Naib, sudah tentu
yang menjadi tokoh utamanya adalah Pa
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 73

Naib sendiri. Seorang penghulu yang selalu laku dan reaksi tokoh lain, terlihat jelas dari
memberikan nasehat dan pencerahan pada sikapnya yang gigih mencari nafkah untuk
umatnya. Namun mempunyai watak yang keluarga sambil memegang teguh prinsip
bertolak belakang antara omongan dan dan ketentuan agama.
tingkah lakunya. Dari omongan dan rekasi Sikapnya yang penyayang, terhadap
pelaku lain, tergambar bahwa Pa Naib itu keluarga dan lingkungan sekitarnya,
seseorang yang bisa disebut “ngelmu ajug”, membuat Mardi disenangi dan dihormati
menerangi orang lain, tapi dirinya sendiri oleh tetangganya yang tidak seagama,
tetap dalam kegelapan. Satu sikap yang amat sehingga timbul sikap saling menghargai
dilarang oleh orang Sunda. diantara mereka. Setiap sikap dan tingkah
Ditinjau dari psikologi kepribadian, lakunya tidak pernah lepas dari aturan
sudah tentu orang seperti ini disebut agama, karena Mardi pernah bersekolah di
introvert. Karena ia selalu memandang sebuah pesantren.
subjektif terhadap orang lain dan lingkungan Sikap “nyunda” yang Islami dan Islam
diluar dirinya. yang “nyunda”, ia terapkan dalam mendidik
anak dan istrinya. Hingga anak-anaknya
4. Cerpen Hampura merasa bangga menjadi orang Islam yang
Tokoh utama cerpen Hampuran adalah “nyunda” dan orang Sunda yang Islami,
Mang Alo. Mang Alo seorang tukang cukur serta hidup diantara orang-orang yang bukan
yang mempunyai watak muna¿k, suka Islam dan bukan suku Sunda.
bersikap seenaknya sendiri terhadap orang Kepribadian Mardi seperti itu, secara
lain, tak pernah menghargai perasaan orang psikologi termasuk ke dalam orang yang
lain, tak bisa dipercaya, bahkan hidupnya berkepribadian extrovert. Yaitu orang yang
pun tak berpedoman pada agama. Walaupun perhatiannya tidak hanya pada diri dan
pada akhir cerita ada keterangan yang keluarganya, tapi lebih kepada lingkungan
menyebutkan dengan jelas mengapa Mang hidup sekitarnya.
Alo mempunyai sikap seperti itu.
Jika melihat sifat Mang Alo yang jelek 6. Cerpen Nini Asmi
ini, tidak bisa dikatakan bahwa sifat inilah Sesuai dengan judul cerpen, tokoh
yang ada pada manusia Sunda. Karena sifat utamanya adalah Nini Asmi. Hal ini
seperti ini hampir di setiap suku di Indonesia tergambar jelas dari keseluruhan isi cerita.
akan kita temui. Dari deskripsi pengarang dan respon
Sifat mang Alo yang seperti ini termasuk tokoh lainnya, Nini Asmi adalah seorang
ke dalam orang yang berkepribadian introvert, perempuan tua yang berperawakan sehat dan
karena semua sikap yang dilakukannya kuat. Terlihat dari kegiatannya sehari-hari
semata-mata hanya untuk keuntungan seperti ke kebun, ke pasar, memasak, bahkan
dirinya sendiri. Tanpa memikirkan orang mencari kayu bakar.
lain dan lingkungan sekelilingnya. Nini Asmi seorang yang mempunyai
sifat tegar, mandiri dan mempunyai
5. Cerpen Mulang sifat penyayang. Disebut tegar karena ia
Tokoh utama dalam cerpen Mulang mempunyai sikap hati yang tetep kuat, tidak
bernama Mardi. Mardi adalah seorang pernah takut menghadapi situasi dalam
bersuku Sunda asli, yang hidup dan mencari hidup yang tak pernah menguntungkan
nafkah di daerah transmigran di sebuah daerah untuk dirinya. Sejak suaminya meninggal
di Maluku, yang mempunyai watak ulet dan dunia, ia harus hidup sendiri, tanpa anak dan
memegang teguh perintah agama. selain dari keluarga lainnya. Sedangkan sikap mandiri
deskripsi pengarang, tuturan pelaku, tingkah Nini Asmi, merupakan sikap bebas, dan
74 LOKABASA Vol. 5, No. 1 April 2014

hidup dengan tenaga sendiri tanpa bantuan 2000-an mempunyai sifat yang dominan
orang lain. muncul adalah sifat sabar, tawakal, ramah,
Sikap Nini Asmi yang penyayang, ikhlas, bijaksana, tanggung jawab, sopan,
merupakan sikap yang terwujud dalam mengerti terhadap nilai-nilai atau norma
sikapnya yang selalu ingin membuat yang ada di masyarakat, memegang teguh
orang senang, ingin memberi pada yang agama dan tradisi.
membutuhkan, dan sikap merasa kasihan Dalam penelitian ini juga tergambar
terhadap orang lain dan juga pada binatang. jelas bahwa kepribadian manusia Sunda
Sikap penyayang Nini Asmi dalam cerpen ini dari masa ke masa mengalami perubahan,
terlihat dari tindakannya yang mengangkat terutama perubahan ke arah kebaikan, yang
seorang anak perempuan yang tidak normal. menjadi pedoman hidup dalam menjalankan
Sikap ini didasari oleh hatinya yang terusik kehidupan sehari-hari.
melihat seorang anak perempuan di pasar Jika dilihat secara psikologis, kepribadian
yang sering diolok-olok orang gila. manusia Sunda yang tergambar dalam
Sikap seperti ini, oleh Carl Gustav Jung cerpen tahun 1950-an sampai dengan tahun
disebut extrovert, karena sikap Nini Asmi 2000-an, 60 % menunjukkan kepribadian
selalu tertuju pada orang lain dan lingkungan yang extrovert, sedangkan yang 40 % nya
sekitarnya. Terutama yang membutuhkan menunjukkan kepribadian yang introvert.
bantuan. Walaupun sebenarnya dirinyapun
sangat membutuhkan bantuan. PUSTAKA RUJUKAN
Hasan, S.H., dkk. (2010). Pengembangan
SIMPULAN Pendidikan Budaya dan Karakter
Sebagai salah satu suku yang hidup Bangsa. Bahan Pelatihan: Penguatan
berdampingan dengan budaya lain, sudah Metodologi Pembelajaran Berdasarkan
selayaknya orang Sunda mempunyai Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk
pandangan hidup yang berbeda dengan Daya Saing dan Karakter Bangsa.
masyarakat lainnya. Pandangan hidupnya Jakarta: Kementrian Pendidikan
itulah yang merupakan pola pikir yang utuh Nasional Badan Penelitian dan Pengem-
dan harus direÀeksikan dalam kehidupan bangan Pusat Kurikulum.
sehari-hari. Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu
Orang Sunda yang sebagian besar Antropogi. Jakarta : Rineka Cipta
menganut agama Islam, mempunyai Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Ke-
implengan terhadap petunjuk-petunjuk budayaan di Indonesia. Jakarta: Djam-
agama. Walaupun pada kenyataannya tidak batan
semua orang Sunda menjalankan kewajiban Koswara, D. (2010). Sastra Sunda Modern.
agamanya dengan sempurna. Bandung: JPBD FPBS UPI.
Pandangan hidup yang didasari oleh Minderop, A. (2005). Metode Karakterisasi
agama Islam, dan mewarnai kehidupan Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka
orang Sunda, serta nilai-nilai budaya Obor Indonesia.
yang tercermin dalam kehidupan sehari- Najati, M.U. (2010). Psikologi Qurani.
harinya, sangat diperlukan untuk mengatur Bandung: Marja.
dan memberi petunjuk terhadap sikap dan Nurgiyantoro, B. (2009). Teori Pengkajian
tingkah lakunya dalam menjalani kehidupan. Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Univer-
Setelah memperhatikan hasil analisis sity Press.
dalam penelitian, bisa disimpulkan bahwa Parengkuan, E. (2010). Click! Strategi
kepribadian manusia Sunda yang tergambar Taktis Berkomunikasi dengan Berbagai
pada kumpulan cerpen tahun 1950-an sampai Kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia.
Nuraliawati: Kepribadian Manusia Sunda 75

Rosidi, A. (2009). Manusia Sunda. Bandung: Suryabrata, S. (2010). Psikologi Kepribadian.


Kiblat. Jakarta: Rajagra¿ndo Persada.
Rusyana, Y, dkk. (1987). Pandangan Suryalaga, H. (2010). Filsafat Sunda.
Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin Bandung: Yayasan Nur Hidayah.
dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda.
Penelitian Tahap I. Bandung: Bagian UCAPAN TERIMA KASIH
Proyek Penelitian dan Pengkajian Ucapan terima kasih saya sampaikan
Kebudayaan Sunda (Sundanologi) kepada Ketua Prodi SPs UPI beserta
Direktorat jenderal Kebudayaan, jajarannya. Tidak lupa pula kepada
Departemen Pendidikan dan Penyunting Jurnal Lokabasa yang telah
Kebudayaan. memuat tulisan saya ini, saya sampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai