Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN PADA ACARA ERAU


DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

DISUSUN OLEH :

DEWI TRIYATNA

NIM : P07223119016

KELAS / SEMESTER : A / II

MATA KULIAH : SOSIO-ANTROPOLOGI

DOSEN PENGAMPU : SATRIANI, M. Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya serta nikmat sehat yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu yang berjudul “Masyarakat Dan
Kebudayaan Pada Acara Erau Di Kabupaten Kutai Kartanegara” guna memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah Sosio-Antropologi.

Atas dukungan dari berbagai pihak, penyusun menyampaikan terima kasih


sebelum dan sesudahnya kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang disusun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman,
serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul makalah kami ini sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna
sehingga perlu banyak perbaikan, baik dari segi bahasa, penulisan, maupun
penyusunan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk makalah ini agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga
dengan selesainya makalah ini banyak memberikan manfaat.

Samarinda, 17 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

A. Pengertian Erau ...........................................................................................3


B. Sejarah Tradisi Erau ....................................................................................3
C. Kegiatan Beseprah Pada Kegiatan Erau .......................................................4

BAB III PENUTUP ..........................................................................................5

A. Kesimpulan .................................................................................................5
B. Saran...........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk
hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak
layak dimakan, cara mengolah, menyajikan, fungsi dan perilaku makannya
adalah termasuk dalam lingkup kebudayaan. Setiap hari manusia melakukan
kegiatan makan dengan tujuan untuk menguatkan tubuh, menjaga kesehatan,
untuk kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan
perut.
Sedangkan, sebagai konsep budaya, adakalanya suatu makanan tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia karena latar belakang budaya masyarakat, seperti
pandangan tradisional suatu adat-istiadat, pandangan hidup maupun agama.
Tradisi menurut para ahli secara garis besar adalah suatu budaya dan adat
istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi dan diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita tentu menginginkan para
generasi penerus tetap menjaga kelestarian peninggalan mereka. Peninggalan
tersebut dapat berupa materil dan non materil. Peninggalan materil contohnya
adalah lukisan, patung, dan arca. Sementara itu, peninggalan non materil berupa
bahasa atau dialek, upacara adat, dan norma. Tradisi yang dimiliki masyarakat
bertujuan agar membuat hidup manusia kaya akan budaya dan nilai-nilai
bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan menciptakan kehidupan yang harmonis.
Namun, hal tersebut akan terwujud hanya apabila manusia menghargai,
menghormarti, dan menjalankan suatu tradisi secara baik dan benar serta sesuai
aturan.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Manusia satu yang
bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan membentuk
sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat
yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah
tertentu akan berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena
setiap kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan

1
kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan
kepercayan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui apa pengertian dan sejarah erau serta bagaimana
Masyarakat Dan Kebudayaan Pada Acara Erau Di Kabupaten Kutai Kartanegara
penyusun membuat rumusan masalah ialah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari Erau?
2. Bagaimana sejarah dari perayaan Erau?
3. Kapan perayaan Erau dilaksanakan?
4. Dimana perayaan Erau dilaksanakan?
5. Apa saja kegiatan dalam pelaksanaan Erau?
6. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaannya?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada tradisi pelaksanaan Erau
2. Untuk mengetahui kegiatan erau yang berhubungan dengan makan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Erau
Erau adalah sebuah tradisi budaya yang terdapat di Kalimantan Timur.
Tradisi ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali dengan kegiatan kegiatan
yang ada di pusat kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Erau berasal dari Kutai,
Eroh yang berarti lincah, riuh, berisik suasana yang riang. Suasananya hidup,
suara riuh yang dimengerti. Nomor kegiatan dari sebuah kelompok penduduk
yang mana mempunyai maksud yang baik dan bermakna suci dan menghibur.

B. Sejarah Tradisi Erau


Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian
ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan
diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), juga
diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi
penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.
Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan
Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka
masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan.
Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana dengan
mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada
kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan
membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman.
Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan
jamuan makan kepada rakyat dengan memberikan pelayanan dengan sebaik-
baiknya sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara pada
tahun 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai. Tradisi
Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya
yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka
memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kesultanan Kutai
Kartanegara sejak tahun 1782.

3
Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya
dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa
Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2
tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri
sejak 29 September 1782.

C. Kegiatan Beseprah Pada Pelaksanaan Erau


Beseprah dulunya merupakan tradisi makan bersama biasa dilakukan
masyarakat Kutai zaman dulu. Suatu acara makan bersama yang menyimpan
filosofi keakraban dan kebersamaan di antara sesama.
Sekarang ini, warga umum pun diperkenankan ikut acara ini secara gratis
menikmati jajanan khas Kutai. Kuliner disajikan beragam seperti nasi kuning,
nasi kebuli, hingga serabi, amparan tetak, lumpia, dadar gulung, dan lainnya.
Di sela-sela Festival Erau, ada salah satu tradisi menarik yang layak untuk
disimak. Tradisi tersebut adalah beseprah, tradisi sarapan massal yang diikuti
berbagai lapisan masyarakat, pejabat daerah, dan kerabat Kesultanan, termasuk
Sultan dan Putra Mahkota. Meski pesertanya berasal dari status sosial yang
beragam, saat berlangsungnya acara ini perbedaan itu sama sekali tidak terasa.
Mereka bersama-sama duduk bersila, menyantap hidangan dalam suasana akrab
yang amat kental.
Dalam beseprah, para hadirin duduk secara berkelompok mengelilingi
hidangan yang telah disediakan. Di masa lalu, beseprah diselenggarakan Sultan
yang berkuasa sebagai jamuan persembahan bagi rakyatnya. Jamuan tersebut
menjadi simbolisasi harapan dan doa yang dipanjatkan oleh Sultan agar dapat
menjadi pemimpin yang selalu mengayomi masyarakat yang dipimpinnya.
Acara ini pun menjadi perlambang keinginan Sultan untuk membaur dan
merasakan yang dirasakan oleh rakyatnya. Beseprah memang melambangkan
kesejajaran antarberbagai kalangan masyarakat. Secara pemaknaan, beseprah
berarti duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Penyelenggaraan ritual ini setiap
tahunnya dapat dimaknai sebagai ajang menjalin rasa persaudaraan warga Kutai
dan mempererat silaturahmi antarsesama.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam acara erau ada adat makan bersama yang bertujuan untuk menjalin
rasa persaudaraan warga Kutai dan mempererat silaturahmi antarsesama.
Berseprah dulunya hanya acara makan-makan biasa dari jamuan Sultan dan
kerabat kepada rakyat sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian
rakyatnya.
Sekarang ini, warga umum pun diperkenankan ikut acara ini secara gratis
menikmati jajanan khas Kutai. Kuliner disajikan beragam seperti nasi kuning,
nasi kebuli, hingga serabi, amparan tetak, lumpia, dadar gulung, dan lainnya.

B. Saran
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak tradisi zaman dulu yang
ditinggalkan sehingga generasi muda banyak yang acuh terhadap tradisi nenek
moyang mereka. Sebagai generasi penerus, hendaknya kita tetap melestarikan
tradisi kita. Apalagi zaman serba canggih ini, kita bisa mempromosikan tradisi
dulu dengan menyebar informasi di media sosial.

5
DAFTAR PUSTAKA
Diambil dari https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/beseprah-
nuansa-kebersamaan-dalam-tradisi-sarapan-massal-warga-kutai, pada tanggal 16
Januari 2020, pukul : 19.00 WITA.

Diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Erau, pada tanggal 16 Januari 2020,


pukul 19.00 WITA.

YP Tanjung. 2015. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makan


.. digilib.unimed.ac.id ›

Anda mungkin juga menyukai