Anda di halaman 1dari 5

Analisis film documenter sexy killer.

Oleh : ndika ariya susanto Nim : 33030210116

Pada tanggal 5 April 2019, Watchdoc Image merilis film dokumenter yang berjudul
"Sexy Killers". Film ini mengungkapkan bahwa industri batubara untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) menyebabkan masalah lingkungan, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Hingga
tanggal 22 Mei 2019, film pendek ini telah ditonton sekitar 22 juta kali oleh pengguna YouTube,
menarik perhatian terhadap hubungan antara perusahaan tambang dengan pejabat, pengusaha,
dan calon presiden dan wakil presiden pada tahun 2019 (Syahni, 2019).

Masalah-masalah yang diungkap dalam film ini mencerminkan kurangnya kepedulian


perusahaan terhadap dampak negatif yang dihasilkan oleh kegiatan industri batubara yang
mereka jalankan. Masalah-masalah tersebut mencakup kekurangan pasokan air bersih,
pencemaran lingkungan, penyakit pernapasan, dan bahkan kematian. Film ini menggambarkan
bagaimana kegiatan industri batubara dapat memiliki dampak yang merugikan secara sosial dan
lingkungan, serta mengungkapkan keterkaitan antara perusahaan tambang dengan pihak
berwenang dan politisi dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019.

Dalam menganalisis kasus tersebut, digunakan beberapa konsep dan teori yang terkait
dengan masalah lingkungan di Indonesia dan tanggung jawab perusahaan. Konsep-konsep
tersebut telah lama ada di Indonesia sebagai upaya untuk melindungi kepentingan bersama.
Masalah mengenai tanggung jawab perusahaan terkait masalah lingkungan dapat dilihat dari
perspektif the four faces of corporate citizenship yang dikemukakan oleh Caroll. Pendekatan ini
melibatkan aspek-etika, hukum, ekonomi, dan filantropi.

Pertama, dari sudut pandang etika, konsep ini menekankan pentingnya perusahaan
bertindak secara etis dalam menjalankan operasional mereka, termasuk mempertimbangkan
dampak lingkungan dari kegiatan mereka. Perusahaan diharapkan untuk bertanggung jawab
terhadap konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh operasional mereka.

Konsep yang diambil dari jurnal Archie B. Carroll yang berjudul "The Four Faces of
Corporate Citizenship" membahas tanggung jawab perusahaan sebagai bagian dari masyarakat.
Konsep ini mengidentifikasi empat elemen penting dalam corporate citizenship, yaitu ekonomi,
hukum, etika, dan filantropi. Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa corporate citizenship yang
baik diharapkan untuk:

a. Menguntungkan (memenuhi tanggung jawab ekonomi perusahaan):

Perusahaan diharapkan menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar


kewajiban finansial mereka dan memberikan keuntungan kepada para investor. Sebagai warga
korporat yang baik, mereka menghasilkan pendapatan yang memadai sehingga para investor
menerima pengembalian investasi yang baik dan para pemangku kepentingan lainnya percaya
pada kelangsungan bisnis perusahaan. Namun, ada tanggung jawab lain yang harus dipenuhi
selain hanya mencari keuntungan semata. Perusahaan juga diharapkan untuk memperhatikan
aspek lain dalam corporate citizenship.

b. Mematuhi hukum (memenuhi tanggung jawab hukum perusahaan):

Perusahaan harus mematuhi peraturan dan regulasi yang berlaku dalam menjalankan
operasional mereka. Mereka memiliki kewajiban hukum untuk melaksanakan kegiatan bisnis
mereka dengan cara yang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Ini termasuk
pemenuhan persyaratan lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah dan lembaga pengatur.

c. Bertindak secara etis (memenuhi tanggung jawab etika perusahaan):

Perusahaan diharapkan untuk bertindak secara etis dalam semua aspek operasional
mereka. Mereka harus mempertimbangkan konsekuensi sosial, lingkungan, dan moral dari
tindakan mereka. Bertindak secara etis berarti mengambil keputusan yang mempertimbangkan
kepentingan seluruh masyarakat dan lingkungan, serta menghindari tindakan yang merugikan
atau tidak adil.

d. Melakukan filantropi (memenuhi tanggung jawab filantropi perusahaan):

Corporate citizenship yang baik juga melibatkan kontribusi perusahaan dalam kegiatan
filantropi atau memberikan dukungan kepada masyarakat dan lingkungan. Ini mencakup
kegiatan seperti menyumbangkan dana untuk amal, mendukung program-program sosial, dan
berkontribusi pada kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dalam konteks ini, konsep "The Four Faces of Corporate Citizenship" menekankan
pentingnya perusahaan memenuhi tanggung jawabnya secara holistik, bukan hanya dalam hal
ekonomi, tetapi juga dalam hal hukum, etika, dan filantropi.
Kedua, dari perspektif hukum, perusahaan harus mematuhi peraturan dan regulasi yang
berlaku terkait lingkungan. Mereka memiliki kewajiban hukum untuk melindungi lingkungan
dan meminimalkan dampak negatif yang disebabkan oleh kegiatan operasional mereka.

Ketiga, dari segi ekonomi, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk


mempertimbangkan implikasi ekonomi dari kegiatan mereka terhadap lingkungan. Mereka harus
memperhitungkan biaya dan manfaat jangka panjang, termasuk biaya pemulihan lingkungan atau
kerugian ekonomi akibat dampak negatif yang dihasilkan.

Terakhir, dari perspektif filantropi, perusahaan juga diharapkan untuk berkontribusi


dalam upaya pemulihan dan perlindungan lingkungan melalui inisiatif sosial dan program
tanggung jawab sosial perusahaan.

Dengan menggunakan kerangka the four faces of corporate citizenship, kita dapat
menganalisis tanggung jawab perusahaan terhadap masalah lingkungan dalam berbagai aspek,
yaitu etika, hukum, ekonomi, dan filantropi. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi dan
memahami dimensi tanggung jawab yang harus ditangani oleh perusahaan terkait dengan
masalah lingkungan di Indonesia.

Dalam film dokumenter "Sexy Killers", digambarkan bahwa perusahaan PT Toba Bara
Sejahtra, sebagai perusahaan terbuka yang sahamnya dapat dibeli oleh masyarakat di bursa efek
Indonesia, sebenarnya mengetahui peraturan hukum yang berlaku. Mereka mematuhi beberapa
aspek, seperti dalam hal pembayaran pajak. Namun, ada beberapa isu penting terkait batas
wilayah penambangan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk serta tanggung jawab
perusahaan terhadap pemulihan lingkungan akibat kerusakan yang mereka sebabkan.

Perusahaan harus memenuhi kepentingan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah


sebagai agen publik yang bertugas menegakkan standar perilaku dalam bisnis. Namun, aturan
pemerintah ini dianggap sebagai beban yang tidak adil dan menghambat keuntungan serta kinerja
perusahaan. Perusahaan merasa terbebani dengan banyak hal terkait lingkungan dan peraturan
lain yang dianggap memberatkan, seperti aspek keadilan, pengaturan kerja yang adil, dan lain
sebagainya. Hal ini dianggap sebagai kesulitan bagi perusahaan. Sebagai akibatnya, PT Toba
Bara Sejahtra tidak melaksanakan tanggung jawab hukumnya terkait dengan kerusakan yang
mereka sebabkan.
Dalam film ini, pemerintah perlu mempertanyakan tanggung jawab perusahaan dan
memberikan teguran terkait hal ini. Film tersebut menyoroti bahwa perusahaan tidak
bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka sebabkan, dan pemerintah harus mengajukan
pertanyaan dan menegur perusahaan terkait dengan hal tersebut (Watchdoc Image, 2019).

Dalam dokumenter "The Sexy Killers," diungkapkan bagaimana lahan di Kalimantan


digunakan sebagai lokasi penambangan batu bara. Proses penambangan batu bara melibatkan
penggalian tanah untuk mengambil sumber daya batu bara. Masalah timbul ketika sumber daya
batu bara di suatu lokasi penambangan habis. Dalam situasi tersebut, tanah bekas tambang
kehilangan nilai atau tidak lagi bermanfaat.

Film ini menyoroti tindakan perusahaan setelah penambangan selesai dilakukan. Dalam
film, ditampilkan gambaran kolam bekas tambang yang dibiarkan terbuka dan tergenang air
tanpa tindakan pengelolaan yang memadai. Pada debat calon presiden dan wakil presiden dalam
pemilihan umum tahun 2019, Joko Widodo mengusulkan penggunaan kolam tambang sebagai
objek pariwisata. Namun, dalam sudut pandang film ini, kolam tambang justru menjadi sumber
masalah dan menimbulkan dampak negatif pada masyarakat sekitar. Banyak warga yang menjadi
korban, terutama anak-anak. Bahkan, beberapa kolam tambang terletak di dekat sekolah dengan
jarak yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tambang enggan bertanggung jawab atas
konsekuensi pasca-penambangan dan tidak melakukan revitalisasi lahan bekas tambang. Perilaku
ini tidak etis karena perusahaan mengabaikan prinsip bahwa kepentingan umum harus
diutamakan daripada kepentingan pribadi. Perusahaan hanya memprioritaskan kepentingan
pribadi mereka sendiri, seperti keuntungan operasional, dan mengabaikan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan, yaitu kesejahteraan bersama.

Dengan demikian, film ini menggambarkan ketidakpedulian perusahaan terhadap dampak


sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan batu bara, serta kekurangan
tanggung jawab perusahaan dalam merawat dan memulihkan lahan bekas tambang.
Kesimpulan

Film Sexy Killers merupakan pengingat bagi kita akan keberadaan alam yang kita
manusia eksploitasi sedemikian.Meskipun dalam film ini lebih banyak sudut pandang korban
daripada pelaku,setidaknya melalui film ini kita disadarkan akan penggunaan listrik
kita.Keberadaan aktivitas penambangan batubaru tidak terlepas dari pengaruh kebutuhan
pasokan listrik masyarakat di Indonesia yang meningkat tiap tahunnya.Kebutuhan listrik di
Indonesia 50% lebih dipenuhi dari PLTU.

PLTU menggunakan batu bara sebagai sumber tenaga pembangkit.Batu bara dibakar dan
uapnya dipakai untuk menghasilkan energi listrik.Polemiknya penambangan batu bara yang
terjadi sering mengabaikan kelestarian lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat sekitar
tambang.Masyarakat seringkali menjadi korban dari berdirinya tambang dan PLTU.Keberadaan
tambang dan PLTU justru melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat utamanya di bidang
pertanian dan perikanan.Keberadaan PLTU juga membahayakan bagi kesehatan masyarakat
sekitar terutamanya kesehatan pernapasan diantaranya penyakit asma,dan penyakit paru
lainnya.Melihat realitas tersebut kita sebagai masyarakat penikmat listrik harus memiliki
kesadaran untuk mengkaji ulang tindakan kita yang menyebabkan hal-hal tersebut bisa
terjadi.Kita bisa mulai dari diri sendiri untuk memperhatikan penggunaan energi listrik.Kita
dapat mulai melakukan penghematan listrik dengan cara memakai listrik untuk hal-hal
seperlunya saja.Selain itu,kita dapat berkontribusi dalam penyediaan energi listrik yang lebih
baik dengan cara menggunakan renewable energi seperti panel surya.

Sebagai intelektual atau mahasiswa kita masyarakat berpendidikan bisa turut serta
memberikan sumbangsih pemikiran bagi penyediaan energi listrik di Indonesia.Kita bisa
memunculkan ide tentang keberadaan renewable energy yang lain.Melalui kontribusi yang kita
lakukan sebagai masyarakat dan intelektual kita turut melakukan suatu tindakan yang etis untuk
mewujudkan bonum communae bagi seluruh masyarakat.Oleh karena kita bertanggung jawab
untuk melakukan keutamaan,kita harus melakukan hal-hal yang baik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai