PAPERS
Oleh :
Selfi Widiyanti
1915100169
DOSEN:
Mata Kuliah :
AKUNTANSI SYARIAH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari paper ini adalah “Akad Ijarah”.
Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuh memenuhi tugas dari ibu Fitri
Yani Panggabean, SE.,M.Si. pada mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, paper ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai Akad Ijarah yang bermanfaat
kedepannya.
Demikian lah paper ini saya buat. Semoga paper ini bisa bermanfaat bagi para pembaca
dan juga bagi para penulis.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al
‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah
tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan bukan
hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu aset atau dari jasa/pekerjaan.
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu yang
dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian barang yang dapat
habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya berarti
memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu jasa yang berasal dari hasil
karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh : nona sanas menggunakan jasa penjahit isma, atau
isma mempekerjakan elin, hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam
akad ijarah, dan pengguna jasa harus membayar upah.
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang digunakan atau dapat
diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk
menerima sewa upah (ujrah). Misalnya menyewakan LCD, maka LCD tersebut harus dapat
digunakan, bukan LCD yang rusak tidak dapat diambil manfaat darinya. Apabila setelah akad
terdapat kerusakan sebelum digunakan dan sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat
dikatakan batal atau pemberi sewa harus mengganti dengan aset sejenis lainya.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaanya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis.
Pada hakikatnya pemberi sewa seharusnya berkewajiban untuk menyiapkan aset yang disewakan
dalam kondisi yang dapat diambil manfaat darinya.
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga
penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan (jika
ada), tidak bertentangan dengan syari’ah dan merawat atau menjaga keutuhan aset tersebut.
Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban menggantinya
atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat
meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari resiko kerugian
(ED PSAK 107).
1
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa
karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan
tidak material yang dapat ditanggung penyewa, seperti ganti busi pada mobil yang disewa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyewa dan pengguna jasa atau pemberi kerja
berkewajiban membayarkan sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai dengan akad. Begitu
harga itu disepakati maka sepanjang masa akad tidak boleh berubah, misalnya: A menyewakan
rumahnya pada B dengan harga sewa Rp. 20 juta untuk waktu 2 tahun. Dalam akad ijarah, rumah
tetap milik A, B mempunyai hak untuk menggunakan rumah tersebut selama 2 tahun, dan B
berkewajiban membayar Rp. 20 juta. Sepanjang masa akad yaitu 2 thn, harga sewa tidak boleh
berubah yaitu tetap Rp. 20 juta. Namun apabila kontrak diperpanjang, maka atas kontrak yang
baru ini boleh saja harga berubah bisa sama, lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain,
boleh dilakukan baik dengan harga sama lebih tinggi atau rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkanya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah
kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa pertama kepenyewa
berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri) harus tunai. Hal ini untuk menghindari
transaksi sejenis bai al innah yang dilarang secara syariah (lihat bab 5).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah pembayaran
tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan karena tidak mapu
secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan sebagai dana kebajikan.
Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka uang
muka tersebut menjadi hak pemberi sewa. Lebih disarankan agar hak pemberi sewa adalah
sebesar opportunity cost yang ditimbulkanya, yaitu uang yang bisa didapatkanya dengan
menyewakan pada pihak lain dapat sehingga selisih antara uang dimuka dan opportunity
costnya dikembalikan pada penyewa.
Akad ijarah memiliki resiko beruba gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak, atau
penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau
upah, cara pembayaran sewa atau upah (dimuka, angsuran atau diakhir), peruntukan aset yang
disewakan dan hal lainya yang dianggap penting. Begitu kontrak disetujui maka ia bersifat
mengikat kedua belah pihak dan apabila ada perubahan pada isi kontrak harus disepakati
keduanya. Setelah akad ditandatangani, pemberi sewa tidak dapat menyewakan aset yang telah
disewakanya pada pihak lain untuk periode akad yang sama.
Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya
bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima
pembayaran sewa atau upah.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu akad ijarah ?
2. Untuk melihat lebih jelas dasar dan sumber hukum akad ijarah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AKAD IJARAH
Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al
‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah
tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan bukan
hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu aset atau dari jasa/pekerjaan.
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu yang
dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian barang yang dapat
habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya berarti
memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu jasa yang berasal dari hasil
karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh : nona sanas menggunakan jasa penjahit isma, atau
isma mempekerjakan elin, hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam
akad ijarah, dan pengguna jasa harus membayar upah.
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang digunakan atau dapat
diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk
menerima sewa upah (ujrah). Misalnya menyewakan LCD, maka LCD tersebut harus dapat
digunakan, bukan LCD yang rusak tidak dapat diambil manfaat darinya. Apabila setelah akad
terdapat kerusakan sebelum digunakan dan sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat
dikatakan batal atau pemberi sewa harus mengganti dengan aset sejenis lainya.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaanya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis.
Pada hakikatnya pemberi sewa seharusnya berkewajiban untuk menyiapkan aset yang disewakan
dalam kondisi yang dapat diambil manfaat darinya.
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga
penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan (jika
ada), tidak bertentangan dengan syari’ah dan merawat atau menjaga keutuhan aset tersebut.
Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban menggantinya
atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat
meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari resiko kerugian
(ED PSAK 107).
4
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa
karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan
tidak material yang dapat ditanggung penyewa, seperti ganti busi pada mobil yang disewa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyewa dan pengguna jasa atau pemberi kerja
berkewajiban membayarkan sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai dengan akad. Begitu
harga itu disepakati maka sepanjang masa akad tidak boleh berubah, misalnya: A menyewakan
rumahnya pada B dengan harga sewa Rp. 20 juta untuk waktu 2 tahun. Dalam akad ijarah, rumah
tetap milik A, B mempunyai hak untuk menggunakan rumah tersebut selama 2 tahun, dan B
berkewajiban membayar Rp. 20 juta. Sepanjang masa akad yaitu 2 thn, harga sewa tidak boleh
berubah yaitu tetap Rp. 20 juta. Namun apabila kontrak diperpanjang, maka atas kontrak yang
baru ini boleh saja harga berubah bisa sama, lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain,
boleh dilakukan baik dengan harga sama lebih tinggi atau rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkanya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah
kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa pertama kepenyewa
berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri) harus tunai. Hal ini untuk menghindari
transaksi sejenis bai al innah yang dilarang secara syariah (lihat bab 5).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah pembayaran
tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan karena tidak mapu
secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan sebagai dana kebajikan.
Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka uang
muka tersebut menjadi hak pemberi sewa. Lebih disarankan agar hak pemberi sewa adalah
sebesar opportunity cost yang ditimbulkanya, yaitu uang yang bisa didapatkanya dengan
menyewakan pada pihak lain dapat sehingga selisih antara uang dimuka dan opportunity
costnya dikembalikan pada penyewa.
Akad ijarah memiliki resiko beruba gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak, atau
penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau
upah, cara pembayaran sewa atau upah (dimuka, angsuran atau diakhir), peruntukan aset yang
disewakan dan hal lainya yang dianggap penting. Begitu kontrak disetujui maka ia bersifat
mengikat kedua belah pihak dan apabila ada perubahan pada isi kontrak harus disepakati
keduanya. Setelah akad ditandatangani, pemberi sewa tidak dapat menyewakan aset yang telah
disewakanya pada pihak lain untuk periode akad yang sama.
Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya
bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima
pembayaran sewa atau upah.
5
2.2. JENIS AKAD IJARAH
- Berdasarkan objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;
1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil, motor,
pakaian dan sebagainya.
2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
- Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara
luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu ;
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat yang
terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari
pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan aset yang
dijarahkan pada saat tertentu.
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa, dalam
ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang
dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa.
Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah
sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
a. Hibah
b. Penjualan dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan, namun
pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
- Sebelum akad berakhir
- Setelah akad berakhir
- Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Untuk perpindahan secara
bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia melakukan pembayaran dari harga total
sampai ia memiliki aset tersebut secara penuh diakhir kontrak. Sistem ini mengharuskan
pembuatan kontrak untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual kepada
penyewa. Jika kontrak ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum perpindahan
kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya menjadi milik bersama
penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
c. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan dilakukanya transaksi
tersebut bisa saja sipemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan manfaat
dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak
saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual
akan mengakui keuntungan atau kerugian atau pada periode terjadinya penjualan dalam laporan
6
laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai
pengurang atau penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
d. Ijarah-lanjut menyewakan labih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa
dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan, maka entitas
mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan
sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.
7
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari
ibnu mas’ud)
Rukun dan ketentuan syari’ah ijarah
Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu:
Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan penyewa/pengguna
jasa/lessee/musta’jjir.
Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/ma’jur dan pembayaran sewa: atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syari’ah:
1. Pelaku harus cakap hokum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:
Harus bias dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa computer, maka
computer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak rusak.
Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas objek
sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk
membunuh, menyewakan rumah untuk tempan main judi atau menjual khamar dan lain
sebagainya.
Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah
sehingga tidak sah akadnya:
Kewajiban sholat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap
individu (fardhu’ain-lihat Bab 2)
Mempekerjakan seorang untuk membaca Al-qur’an dan pahalanya (manfaatnya)
ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan akan kembali pada yang
membacanya, sehingga tidak ada manfaat yang dialihkan.
Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena
mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya. Misalnya
makanan/minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya berarti
menggunakanya.
Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk
mengetahui kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik.
Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas misalnya 2 tahun.
b. Sewa dan Upah yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa kepada
pemberi sewa atas pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset atau jasa yang
digunakanya:
8
Harus jelas besaranya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya berkah
toserba merekrut karyawanya yang ditugaskan sebagai pramuniaga (hubunganya adalah
pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati sebesar Rp. 2 juta perbulan. Tidak
boleh menyatakan gajinya tergantung dari penjualan perusahaan karena besaranya
menjadi tidak pasti.
Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek
akad.
Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta
lainya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya innova
2006, di Jakarta sewa perhari Rp. 500.000 sedangkan di Yogyakarta Rp. 400.000, atau
menyewakan toko kalau digunakan untuk pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun
tapi kalau digunakan untuk bengkel Rp. 25 juta per tahun atau sewa took untuk 1 tahun
Rp. 25 juta tapi kalau 2 tahun Rp. 45 juta begitu disepakati maka harga sewa akan
mengikat dan tidak boleh berubah selama masa akad.
c. Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik
Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melaksanakan akad ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian,
hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
3. Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Berakhirnya akad ijarah
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku walaupun
dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alas an, misalnya keterlambatan masa panen jika
menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen selesai
(sayyid sabbiq, 2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
ijarah
3. Terjadi kerusakan asset
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad karena
memberatkanya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung. Kecuali
akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal maka
akadnya menjadi batal.
9
Perbedaan ijarah dengan leasing
Ada orang berpendapat ijarah sama dengan leasing, padahal pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan leasing sebagai
berikut :
No Keterangan Ijarah Leasing
.
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2. Metode pembaaran Tergantung atau tidak Tidak tergantung pada kondisi
tergantung pada kondisi barang yang disewa
barang/jasa yang disewa
Table diatas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan leasing.
Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni :objek, metode pembayaran,
perpindahan kepemilikanya dan jenis leasing.
1. Objek
Dalam ijrah, objek yang disewakan dapat berupa asset maupun jasa. Ijrah bila diterapkan
untuk mendapatkan manfaat dari asset disebut sewa menyewa, sedangkan bila diterapkan untuk
mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah mengupah. Dalam leasing hanya berlaku untuk
10
sewa menyewa asset saja. Dengan kata lain terbatas pada pemanfaatan asset. Dengan demikian
ijarah memiliki cakupan yang lebih luas daripada leasing.
2. Metode pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayaranya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to performance).
3. Perpindahan kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan adalah
manfaat dari asset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT),
kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa diawal akad berjanji (wa’ad) kepada pihak penyewa.
Pengalihan hak milik pada asset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan menjual atau dengan
menghibahkanya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan dibuatkan akad secara terpisah.
Sementara dalam leaseing, jenis leasing tergantung pada sisi pemberi sewa dan penyewa.
Dari sisi pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis leasing; yaitu financial lease, sales type
lease, operating lease, dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa, dikenal 2 jenis
yaitu operating lease dan capital lease.
4. Jenis leasing lainya
- Purchase lease
- Sale and lease back (al bai’ isumma ‘iadatul ijarah atau jual dan ijarah)
11
3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diserahkan kepada penyewa pada
akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang,
maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.
Jurnal :
Dr. kas/piutang sewa xxx
Kr. Pendapatan sewa xxx
4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluaranya dapat dilakukan
oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui sebagai
beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Utang xxx
b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Kas/utang/perbaika xxx
c. Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan objek
ijarah yang dimaksut dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan xxx
5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan
dengan cara:
a. Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban
Jurnal:
Dr. beban ijarah xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Asset ijarah xxx
b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati,
maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
12
Jurnal :
Dr. kas/piutang xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Dr. kerugian* xxx
Kr. Keuntungan** xxx
Kr. Asset ijarah xxx
- jika nilai buku lebih besar dari harga jual
- jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek
ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Dr. kas xxx
Dr. kerugian xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Keuntunagan xxx
Kr. Asset ijarah xxx
jika nilai buku lebih besar dari harga jual
jika harga buku lebih kecil dari harga jual
d. Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
· Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnl:
Dr. kas xxx
Dr. kerugian xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Keuntungan xxx
Kr. Asset ijarah xxx
jika nilai buku lebih besar dari harga jual
jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
· Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar atau asset
lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.
Jurnal:
Dr. asset lancar/tidak lancar xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Asset ijarah xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah tersebut diakui
sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul
tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah dari beban ijarah.
13
6. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,
misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
7. Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
· Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad
pengalihan kepemilikan)
· Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
· Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok asset ijarah; dan
c. Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
3. Perpindahan kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah yang
diterima.
Jurnal :
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Keuntungan xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks. Ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
yang disepakati:
14
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
objek ijarah yang diterima.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
Kr. Utang xxx
4. Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain atas aset
yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk pemilik dan
akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
5. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasn umum isi kaad yang signifikan yang meliputi tetapi tetapi tidak terbatas tpada:
- Total pembayaran
- Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika
ada wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan)
- Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut
- Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jual dan ijarah)
Kasus Ijarah
Transaksi Pemberi sewa Penyewa
(dalam ribuan
rupiah)
Tgl. 2 jan 2007 Saat pembelian aset dari PT B :
pemberi sewa Aset ijarah 150.000
dan penyewa Kas 150.0
menandatanga 00
ni akad ijarah
atas mobil
selama 3
tahun.
Disepakati Saat menerima pendapat dari Beban sewa 12.500
bahwa penyewa: Kas 12.5
pembayaran Kas 12.500 00
dilakukan Pendapatan
setiap bulan sewa 12.500
sebesar Rp.
12.500
Pemberi sewa
15
membeli mobil
yang
disewakan
sebesar Rp.
150.000 dari
PT B
Setiap Kas 12.500 Beban sewa 12.500
penerimaan Pendapatan Kas 12.5
pendapatan sewa 12.500 00
sewa pada
awal bulan.
Pada akhir Beban penyusutan 30.000
periode Akumulasi
dilakukan penyusutan 30.000
alokasi untuk
beban
depresiasi
selama 5 tahun
sesuai masa
manfaat mobil
dengan metode
garis lurus
Penyajian pada Aset
akhir tahun ijarah 150.000
pertama untuk Akumulasi
aset ijarah. penyusutan 30.000
120.00
0
Pada saat akhir Aset nonkas (eks ijarah) 150.000
kontrak aset Aset
ijarah ijarah 150.000
dikembalikan
kepada
pemberi sewa,
sehingga
dibuatkan ayat
jurnal
reklasifikasi.
16
menandatangan 0
i akad ijarah
atas mobil
selama 3 tahun.
Disepakati Saat menerima pendapat dari Beban sewa 12.500
bahwa penyewa: Kas 12.500
pembayaran Kas 12.500
dilakukan Pendapatan
setiap bulan sewa 12.500
sebesar Rp.
12.500
Pemberi sewa
membeli mobil
yang
disewakan
sebesar Rp.
150.000 dari
PT B. Dan
disepakati
bahwa pada
akhir masa
sewa akan
dibeli oleh
penyewa.
Setiap Kas 12.500 Beban sewa 12.500
penerimaan Pendapatan sewa 12.500 Kas 12.500
pendapatan
sewa pada awal
bulan.
Pada akhir Beban penyusutan 30.000
periode Akumulasi
dilakukan penyusutan 30.000
alokasi untuk
beban
depresiasi
selama 5 tahun
sesuai masa
manfaat mobil
dengan metode
garis lurus
Penyajian pada Aset
akhir tahun ijarah 150.000
untuk aset Akumulasi penyusutan 30.000
ijarah, jurnal 120.00
untuk tahun ke- 0
17
2 dan ke-3
sama dengan
pencatatan
diatas.
Pada saat akhir Kas 65.000 Aset nonkas 65.000
kontrak aset Akumulasi penyusutan 90.000 Kas 65.00
ijarah dijual Aset 0
kepada pemberi ijarah 150.000
sewa secara Keuntungan
tunai Rp. penjualan 5.000
65.000.
dilakukan
dengan akad
jual beli.
Apabila pada Beban ijarah 60.000 Aset nonkas 40.000
saat akhir Akumulasi penyusutan 90.000 Keuntungan 40.00
kontrak aset Aset 0
ijarah ijarah 150.000
dihibahkan dari
pemberi sewa
kepada
penyewa dan
nilai wajar
Rp. 40.000
18
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al
‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah
tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan bukan
hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu aset atau dari jasa/pekerjaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’anul karim dan terjemahnya. Tafsir.
Sri Nurhayati-wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
www.ekonomisyariah.net.
www.islamicfinance.com
20