Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENELITIAN ANTROPOLOGI

TRADISI SYUKURAN MALAM 17 AGUSTUS


di DESA MIRU, KECAMATAN SEKARAN,
KABUPATEN LAMONGAN

Disusun oleh :

Nama : Noor Nailla Camalia

Kelas : XI IBB (25)

MAN 1 LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

TUGAS ANTROPOLOGI

Oleh : Noor Nailla Camalia

NIS : 13904

Kelas : XI IBB (25)

Judul : Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Desa Miru Kecamatan Sekaran

Kabupaten Lamongan

Telah disetujui dan ditandatangani pada tanggal 05 Agustus 2022

Oleh,

Pembimbing

Vita Amalia, S.Sos.

NIP. 197704122009012003
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan karya tulis Etnografi “Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Desa
Miru Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan” oleh Vita Amalia pada tanggal 05 Agustus
2022.

Lamongan, 05 Agustus 2022

Pembina Mapel Antropologi

Vita Amalia, S.Sos.

NIP: 197704122009012003

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................
1.4 Kerangka Teori..............................................................................................

BAB II METODE PENELITIAN....................................................................................

2.1. Teknik Penentuan Informan.........................................................................


......................................................................................................................
2.2. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................
2.3. Penentuan Lokasi Penelitian.........................................................................
2.4. Teknik Analisa Data.....................................................................................

BAB III DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN.................................................

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................


3.2. Sejarah Lokasi Penelitian.............................................................................
3.3. Temuan Data.................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................


................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................................
Kata Pengantar

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti berhasil menyelesaikan
laporan penelitian etnografi ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Ds. Miru, Kec. Sekaran, Kab. Lamongan”

Laporan ini berisikan tentang latar belakang tradi tasyakuran malam 17 Agustus
di Ds. Miru, Kec. Sekaran, Kab. Lamongan. Harapan peneliti semoga laporan ini dapat
membantu dan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. peneliti
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu peneliti harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Sehingga peneliti dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Akhir kata, peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Lamongan, 07 Oktober 2022

Noor Nailla Camalia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tradisi merupakan warisan atau norma adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-


harta. Tetapi tradisi bukan suatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justru diperpadukan
dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhnnya. Manusia
yang membuatkan ia yang menerima, ia pula yang menolaknya atau mengubahnya.
Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita perubahan-perubahan
manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah
ada. (Van Reusen, 1992: 115)
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-
kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang
meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturanaturan yang
saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah
mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk
mengatur tindakan sosial.
Bagian yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adaya
ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan
bersama dalam masyarakat yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi
dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Bahasa tasyakur memiliki arti besyukur atau berterima
kasih kepada Allah Swt. yang biasnya dilakukan dengan diisi pengajian, yasinan, do’a
bersama atau makan bersama-sama keluarga dan tetangga.
Tasyakuran menjadi tradisi yang sering sekali ditemukan, baik dilakukan
secara formal maupun informal. Pada masyarakat Desa Miru yang mayoritas Islam
juga melakukan tradisi ini dengan penambahan karakteristik Islam dalam ritus-ritus
tersebut.
Pada masyarakat Desa Miru, ritual tasyakuran memiliki berbagai makna
simbolik yang dipercaya oleh masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan,
sehingga biasanya acara ini tidak pernah terlepas dari tujuannya sebagai bentuk
ibadah yang berupa sedekah. Hal ini sangat terlihat dari berbagai sajian yang
disediakan dalam setiap ritus tasyakuran.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tradisi tasyakuran malam 17 Agustus di
Desa Miru, Kecamatan Sekaran adalah suatu kegiatan yang bersifat magsi-religius
yang dilakukan secara turun temurun dan berturut-turut dengan tujuan untuk
mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana latar belakang munculnya tradisi syukuran malam 17 Agustus


di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, kata 'Tujuan'
bermakna sebagai "arah atau haluan, sesuatu yang dituju, maksud, dan tuntutan".
Tujuan dengan makna 'arah/haluan' lebih menunjukkan jurusan, tempat, kota, sudut,
dan sebagainya.
Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan
dilaksanakan sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini pun perlu
adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan
diteliti sehingga peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada
langkah pemecahan masalahnya.
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka peneliti dapat
memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang adanya acara
tasyakuran malam 17 agustus di Desa Miru, Kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan.
2. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang sejarah adanya acara
tasyakuran malam 17 agustus di Desa Miru, Kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan.

1.4 KERANGKA TEORI


1. Hari kemerdekaan adalah suatu hari dimana suatu daerah, bangsa atau negara
yang menyatakan kemerdekaan atas daerah, bangsa maupun negaranya. 1
2. Tradisi adalah kebijakan turun temurun. Tempatnya di dalam kesadaran,
keyakinan, norma, dan nilai yang kita anut kini serta di dalam benda yang
diciptakan di masa lalu.2
3. Secara istilah tasyakur merupakan sebuah kegiatan bersyukur dan berterimakasih
kepada Allah swt yang biasanya dilakukan dengan diisi pengajian, yasinan, doa
bersama atau makan bersama-sama keluarga dan tetangga.3
1
https://pramuka.ulm.ac.id/
2
http://e-journal.uajy.ac.id/
3
https://sumsel.tribunnews.com/
4. Nasi tumpeng memiliki makna pengharapan untuk diberikan umur yang panjang.
Sementara itu, warna merah dan putih pada nasi tumpeng merepresentasikan
bendera Indonesia.4

5. Manfaat dari tradisi tasyakuran adalah untuk membiasakan memperingati


kemerdekaan dengan ekspresi umgkapan syukur kepada Allah tuhan yang Maha
Esa dengan doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah dan menghindari ekspresi-
ekspresi yang tidak baik yang melanggar aturan agama dan negara. Selain itu juga
sebagai media warga desa untuk berkumpul, bersilaturrahmi dan bergotong-
royong untuk mengadakan kegiatan malam tasyakuran. (M. Suhari, 2022)

4
https://sweetrip.id/
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 TEKNIK PENENTUAN INFORMAN


Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah
yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti.5
Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono,“teknik purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2010:300).
Di antara sekian banyak informan, ada yang disebut sebagai informan kunci yang
terdiri dari satu orang atau beberapa orang, informan kunci yaitu orang atau orang-orang
yang paling banyak menguasai informasi mengenai objek yang sedang diteliti. Dalam
penelitian ini terdapat dua macam informas sebagai berikut:
a. Informan Kunci
Informan kunci ialah informan yang memiliki info secara menyeluruh
ihwal perseteruan yang diangkat oleh peneliti. Informan kunci bukan hanya
mengetahui tentang syarat/fenomena di rakyat secara garis besar. Pla tahu info ihwal
informan pula tahu info ihwal informan utama. Dalam pemilihan informan kunci
tergantung asal unit analisis yang akan diteliti.
b. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah individu maupun grup yg dijadikan menjadi asal data
atau isu sekunder dalam menyampaikan gambaran pendukung asal data primer terkait 
dilema penelitian.
Informan pendukung artinya orang yang dapat memberikan gossip tambahan
menjadi pelengkap analisis dan pembahasan pada penelitian kualitatif. Informan
tambahanterkadang menyampaikan berita yang tidak diberikan oleh informan utama
atau informan kunci.
Adapun Narasumber/ Informan yang menjadi sumber informasi dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1) M. Suhari, M.Pd. selaku ketua BPD sebagai informan kunci.
2) Mbak Irma selaku warga Desa Miru sebagai informan tambahan.
3) Selaku warga Desa Miru sebagai informan tambahan.

2.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data adalah metode yang dipakai untuk mengumpulkan data-
data penelitian. Artinya, dalam menulis maupun membuat karya ilmiah, penulis harus
menentukan teknik pengumpulan data yang sesuai dan tepat. Untuk memperoleh data dan
5
https://elibrary.unikom.ac.id/
keterangan dalam penelitian maka Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi atau Pengamatan
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2011: 32) menjelaskan bahwa dengan
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam
buku (Kristanto, 2018) observasi adalah suatu proses yang didahului dengan
pengamatan kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan
rasional terhadap berbagai macam fenomena dalam situasi yang sebenarnya,
maupun situasi buatan.
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan,
yaitu pengumpulan data, melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan
langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas objek
pengamatan.6
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat
banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar,
mencium, atau mendengarkan suatu onjek penelitian dan kemudian ia
menyimpulkan dari apa yang ia amati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan
ketepatan hasil penelitian (yusuf, 2014).
Di dalam penelitian, jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat
pengumpulan data ialah:
1) Observasi Partisipan
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan, yaitu
pengumpulan data, melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan
langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas objek
pengamatan.7
Observasi partisipan, merupakan bagian dari kerja lapangan penelitian
budaya. Sepenuhnya kegiatan ini dilakukan di lapangan objek peneliti, disertai
dengan perangkat yang telah dipersiapkan. Observasi partisipan melibatkan
keikutsertaan peneliti dengan individu yang diobservasi atau komunitas.8
2) Observasi Sistematik
Observasi sistematis ini merupakan pengamatan yang dilakukan sesuai
prosedur atau ketentuan yang sudah dirancang sebelumnya tanpa melanggar
ketentuan tersebut. 

6
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007) h. 115
7
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007) h. 115
8
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 52
Ciri pokok observasi sistematik adalah adanya kerangka yang memuat
faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, karenanya sering disebut observasi
berkerangka/observasi berstuktur.
b. Wawancara
Selain observasi, wawancara juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud
tertentu, yaitu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban pertanyaan itu.9
Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara10.
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Dengan melakukan
interview, peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti
dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresipi hak yang diinterview; dan
dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak diketahui.
Menurut Lexy, secara garis besar metode wawancara dibagi menjadi dua
macam, yaitu wawancara terstruktur dan metode wawancara tidak terstruktur.
1) Wawancara Semi-Terstruktur
Menurut Arikunto (2010:270) mengemukakan bahwa wawancara semi
terstruktur merupakan bentuk wawancara yang mula-mula peneliti
menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan yang lengkap dan
mendalam.
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah, wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.11
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi
terstruktur, namun menggunakan panduan pertanyaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak
kehilangan arah. Penggunaan metode ini karena peneliti berkeinginan
mengungkap lebih dalam terkait pandangan, sejarah, dan respon informan
9
https://repository.uinjkt.ac.id/
10
file:///C:/Users/Acer/Downloads/
11
http://eprints.peradaban.ac.id/
terhadap persoalanyang diteliti. Dengan cara ini peneliti berharap bahwa
informan memberikan data yang valid dan objektif sesuai dengan yang peneliti
butuhkan dalam penelitian ini.

Selanjutnya, teknik wawancara terbagi menjadi dua macam, yaitu tertutup


dan terbuka yang akan peneliti jelaskan sebagai berikut:

1)Wawancara Tertutup
Wawancara tertutup merupakan wawancara yang terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang sangat terbatas. Biasanya pewawancara telah
mempersiapkan pertanyaan sehingga membatasi narasumber.12

2)Wawancara Terbuka
Wawancara terbuka adalah wawacara yang arah pertanyaannya
memberikan peluang kepada informan untuk berargumen dan tidak membatasi
hanya menjawab iya atau tidak saja. Wawancara terbuka bersifat bebas
dimana tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam proses wawancara yang peneliti
lakukan termasuk menggunakan teknik wawancara terbuka. Hal ini berfungsi
sebagai penggali data yang lebih objektif dari seorang informan atas
pandangan, ide dan juga argumentasi yang diberikan oleh seorang informan.

2.3 PENENTUAN LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilaksanakan, pada


penelitian ini lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten
Lamongan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive. Menurut
Antara (2009) purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja
berdasarkan atas pertimbangan - pertimbangan tertentu.

Peneliti memilih tempat di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan


dengan alasan:

1. Di desa Miru terdapat kebiasaan atau tradisi memperingati hari ulang tahun RI dengan
mengadakan malam tasyakuran di setiap RT yang diikuti oleh seluruh warga secara
rutin dan meriah sehingga menarik untuk diteliti.
2. Desa tersebut tidak jauh dari domisili peneliti atau desa peneliti sendiri sehingga
memudahkan dalam mengadakan penelitian baik dari segi lokasi yang tidak jauh dan
tidak menghabiskan banyak biaya, menentukan dan komunikasi dengan narasumber.

12
https://www.masdayat.net/
2.4 TEKNIK ANALISA DATA
Awal mula diadakannya tradisi tasyakuran malam 17 Agustus diawali oleh para tokoh
agama yang memberikan wawasan kepada masyarakat tentang bagaimana mengekspresikan
rasa syukur terhadap kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia. para tokoh
pemerintahan dan tokoh agama memberikan arahan tentang bagaimana memperingati 17
Agustus yaitu dengan cara mengadakan malam tasyakuran di setiap RT. Acara tersebut
dihadiri oleh seluruh warga Desa Miru. Baik laki-laki maupun perempuan, dan bapak-bapak
maupun anak-anak. Kondisi tersebut diadakan setelah salat isya setiap malam 17 Agustus.

BAB III
DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


Gambar1. Peta Desa Miru (Sumber: Google Maps)

1. Gambaran Umum Wilayah


Desa Miru adalah salah satu desa yang memasuki wilayah Kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan. Desa Miru memiliki batas bilayah sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan desa Latek.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pucuk.
c. Sebelah timur berbatasan dengan desa Bulutengger.
d. Sebelah utara berbatasan dengan desa Siman.

Jarak Desa Miru dari pusat pemerintahan kecamatan ±500 m, sedangkan jarak
dari ibu kota Kabupaten berjarak 16 km. Secara administrasi, Desa Miru terbagi dalam 13
(tiga belas) RT dan 4 (empat) RW yang masing-masing RW terdapat 4 RT.

Kondisi Demografi

Jumlah penduduk di Desa Miru pada tahun 2018 adalah 3.042 jiwa, terdiri dari
1509 laki-laki dan 1533 perempuan. Secara umum penduduk Desa Miru bermata
pencaharian sebagai petani, wirausahawan, pegawai negeri, dan karyawan perusahaan
swasta.

3.2 SEJARAH LOKASI TEMPAT PENELITIAN


Gambar 2. Gapura Desa Miru. (Sumber: dokumen pribadi)

Peneliti telah menelusuri sejarah asal-usul tempat sejarah tersebut dan terdapat 2
(dua) sudut pandang antara lain yakni:13
a. Sudut Pandang dari Cerita Rakyat
Pada sekitar abad ke 15 M hiduplah seorang yang bernama Rana atau
Wirajaya. Beliau adalah bekas pamongan dari Kerajaan Majapahit yang
bekerja sebagai empu.
Pada suatu hari Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran sebagai
akibat terjadinya perebutan kekuasaan dari keluarga kerajaan yang masing-
masing ingin menduduki tahta kerajaan. Maka Rana atau Wirajaya
menyingkir ke arah utara dari Kerajaan Majapahit. Merekapun sampai di kota
Surabaya. Dikota inilah pada waktu itu telah berkembang pesat didalam ajaran
agama Islam yang dipimpin oleh Sunan Ampel.
Rana atau Wirajaya telah mengabdi sekaligus menjadi murid dari
Sunan Ampel untuk mempelajari serta memperdalam ajaran agama Islam.
Setelah dipandang cukup mampu, maka Rana atau Wirajaya ditunjuk oleh
Sunan Ampel sebagai pemimpin rombongan dan diperintah untuk
mengembangkan ilmu agama Islam ke arah barat dan sampailah di suatu
tempat yang dinamakan “Made”.
Rana atau Wirajaya didalam perjalanan hidupnya untuk menjalankan
tugas tatkala bertempat di Made, hidupnya selalu mengalami gangguan.
Terdapat dua macam gangguan yang dialami Antara lain:
1) Ganguan Fisik
 Gangguan ini berupa serangan dari penjahat antara lain:

13
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Sejarah%20DESA%20MIRU%20(4).pdf
 Serangan pencuri
 Serangan rampok
2) Gangguan Mental
 Gangguan ini berupa serangan dari makhluk halus antara lain:
 Serangan setan
 Serangan Memedi, Genderuwo, dan lain sebagainya

Kedua gangguan tersebut datangnya terus-menerus dan bertubi-tubi.


Dari perkataan / perikata Memedi itulah maka timbulah istilah yang disebut
Made yang merupakan pendekatan (akronim) dari kata Memedi. Meski
demikian gangguan dari penjahat maupun makluk halus masih juga terjadi.
Maka untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut, Rana atau Wirajaya
beserta para rombongannya berpindah atau miret sedikit ke arah Barat Laut
yang terdapat pohon Kemiri. Yang sekarang menjadi bagian dari desa Miru
dengan sebutan Pojok Kemiri.

b. Sudut Pandang dari Pengetahuan Bahasa

Bahwa kata Miru berasal dari kata miret (didalam Bahasa Jawa) yang
berarti bergeser, hijrah, mengalih, atau pindah tempat dari satu tempat ke
tempat lain.

3.3 TEMUAN DATA


A. Persiapan Acara

Gambar 3. Bapak-bapak yang sedang mempersiapkan perlengkapan acara


Gambar 4. Para ibu yang sedang mempersiapkan konsumsi acara (Sumber: dokumen pribadi)

B. Prosesi Acara

Gambar 5. Prosesi pembacaan istighosah, yasin dan tahlil. (Sumber: Dokumentasi resmi BPD)
Gambar 6. Prosesi pembacaan istighosah, yasin dan tahlil. (Sumber: Dokumentasi resmi BPD)

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil dari penelitian yang peneliti teliti
tentang “Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Desa Miru, Kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus merupakan bagian dari salah satu


unsur

Sejarah Tempat Penelitian

Sesepuh Desa Miru adalah Mbah Wirojoyo atau Abu Huroiroh. Beliau adalah murid dari Sunan
Giri. Suatu ketika Mbah Wirojoyo mengadakan suatu perjalanan dan sampailah pada suatu
tempat yang sekarang disebut Made Gondo. Beliau kemudian menetap bersama pengikutnya.
Lama-kelamaan tempat tersebut menjadi sebuah perkampungan.

Namun, tempat tersebut selalu mendapatkan gangguan. Baik gangguan dari makhluk
halus--karena tempat tersebut sangat angker, juga sering mendapatkan gangguan dari
para perampok. Maka untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut, maka Abu
Hurairah dan para pengikutnya berpindah (miret) sedikit ke arah Barat Laut yang terdapat
pohon Kemiri. Yang sekarang menjadi bagian dari desa Miru dengan sebutan Pojok
Kemiri.

Setelah bergeser (miret) ke tempat tersebut, gangguan-gangguan tersebut sudah


berkurang. Akhirnya menjadi perkampungan yang diberi nama desa Miru. Asal kata desa
Miru diambil dari kata ‘miret’ yang berarti ‘bergeser’ atau ‘pindah’.

GAMBARAN UMUM

Letak desa Miru terletak di kecamatan Sekaran, kabupaten Lamongan, provinsi


Jawa Timur dengan batas-batas sebagai berikut:

2. Sebelah barat berbatasan dengan desa Latek.


3. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pucuk.
4. Sebelah timur berbatasan dengan desa Bulutengger.
5. Sebelah utara berbatasan dengan desa Siman

PENENTUAN LOKASI PENELITIAN

Peneliti memilih tempat Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan dengan
alasan:

3. Di desa Miru terdapat kebiasaan atau tradisi memperingati hari ulang tahun RI dengan
mengadakan malam tasyakuran di setiap RT yang diikuti oleh seluruh warga secara
rutin dan meriah sehingga menarik untuk diteliti.
4. Desa tersebut tidak jauh dari domisili peneliti atau desa peneliti sendiri sehingga
memudahkan dalam mengadakan penelitian baik dari segi lokasi yang tidak jauh dan
tidak menghabiskan banyak biaya, menentukan dan komunikasi dengan narasumber.
1. Jl. P. Diponegoro
2. Yos sudharso
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam


rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti biasanya
telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan, dugaan tersebut disebut dengan
hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan
pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.

Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data adalah
sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu
pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa,
simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita
gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.

Anda mungkin juga menyukai