Disusun oleh :
MAN 1 LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS ANTROPOLOGI
NIS : 13904
Kabupaten Lamongan
Oleh,
Pembimbing
NIP. 197704122009012003
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan karya tulis Etnografi “Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Desa
Miru Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan” oleh Vita Amalia pada tanggal 05 Agustus
2022.
NIP: 197704122009012003
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................................
Kata Pengantar
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti berhasil menyelesaikan
laporan penelitian etnografi ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Ds. Miru, Kec. Sekaran, Kab. Lamongan”
Laporan ini berisikan tentang latar belakang tradi tasyakuran malam 17 Agustus
di Ds. Miru, Kec. Sekaran, Kab. Lamongan. Harapan peneliti semoga laporan ini dapat
membantu dan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. peneliti
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu peneliti harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Sehingga peneliti dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Akhir kata, peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
4
https://sweetrip.id/
BAB II
METODE PENELITIAN
6
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007) h. 115
7
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007) h. 115
8
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 52
Ciri pokok observasi sistematik adalah adanya kerangka yang memuat
faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, karenanya sering disebut observasi
berkerangka/observasi berstuktur.
b. Wawancara
Selain observasi, wawancara juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud
tertentu, yaitu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban pertanyaan itu.9
Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara10.
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Dengan melakukan
interview, peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti
dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresipi hak yang diinterview; dan
dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak diketahui.
Menurut Lexy, secara garis besar metode wawancara dibagi menjadi dua
macam, yaitu wawancara terstruktur dan metode wawancara tidak terstruktur.
1) Wawancara Semi-Terstruktur
Menurut Arikunto (2010:270) mengemukakan bahwa wawancara semi
terstruktur merupakan bentuk wawancara yang mula-mula peneliti
menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan yang lengkap dan
mendalam.
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah, wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.11
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi
terstruktur, namun menggunakan panduan pertanyaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak
kehilangan arah. Penggunaan metode ini karena peneliti berkeinginan
mengungkap lebih dalam terkait pandangan, sejarah, dan respon informan
9
https://repository.uinjkt.ac.id/
10
file:///C:/Users/Acer/Downloads/
11
http://eprints.peradaban.ac.id/
terhadap persoalanyang diteliti. Dengan cara ini peneliti berharap bahwa
informan memberikan data yang valid dan objektif sesuai dengan yang peneliti
butuhkan dalam penelitian ini.
1)Wawancara Tertutup
Wawancara tertutup merupakan wawancara yang terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang sangat terbatas. Biasanya pewawancara telah
mempersiapkan pertanyaan sehingga membatasi narasumber.12
2)Wawancara Terbuka
Wawancara terbuka adalah wawacara yang arah pertanyaannya
memberikan peluang kepada informan untuk berargumen dan tidak membatasi
hanya menjawab iya atau tidak saja. Wawancara terbuka bersifat bebas
dimana tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam proses wawancara yang peneliti
lakukan termasuk menggunakan teknik wawancara terbuka. Hal ini berfungsi
sebagai penggali data yang lebih objektif dari seorang informan atas
pandangan, ide dan juga argumentasi yang diberikan oleh seorang informan.
1. Di desa Miru terdapat kebiasaan atau tradisi memperingati hari ulang tahun RI dengan
mengadakan malam tasyakuran di setiap RT yang diikuti oleh seluruh warga secara
rutin dan meriah sehingga menarik untuk diteliti.
2. Desa tersebut tidak jauh dari domisili peneliti atau desa peneliti sendiri sehingga
memudahkan dalam mengadakan penelitian baik dari segi lokasi yang tidak jauh dan
tidak menghabiskan banyak biaya, menentukan dan komunikasi dengan narasumber.
12
https://www.masdayat.net/
2.4 TEKNIK ANALISA DATA
Awal mula diadakannya tradisi tasyakuran malam 17 Agustus diawali oleh para tokoh
agama yang memberikan wawasan kepada masyarakat tentang bagaimana mengekspresikan
rasa syukur terhadap kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia. para tokoh
pemerintahan dan tokoh agama memberikan arahan tentang bagaimana memperingati 17
Agustus yaitu dengan cara mengadakan malam tasyakuran di setiap RT. Acara tersebut
dihadiri oleh seluruh warga Desa Miru. Baik laki-laki maupun perempuan, dan bapak-bapak
maupun anak-anak. Kondisi tersebut diadakan setelah salat isya setiap malam 17 Agustus.
BAB III
DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN
Jarak Desa Miru dari pusat pemerintahan kecamatan ±500 m, sedangkan jarak
dari ibu kota Kabupaten berjarak 16 km. Secara administrasi, Desa Miru terbagi dalam 13
(tiga belas) RT dan 4 (empat) RW yang masing-masing RW terdapat 4 RT.
Kondisi Demografi
Jumlah penduduk di Desa Miru pada tahun 2018 adalah 3.042 jiwa, terdiri dari
1509 laki-laki dan 1533 perempuan. Secara umum penduduk Desa Miru bermata
pencaharian sebagai petani, wirausahawan, pegawai negeri, dan karyawan perusahaan
swasta.
Peneliti telah menelusuri sejarah asal-usul tempat sejarah tersebut dan terdapat 2
(dua) sudut pandang antara lain yakni:13
a. Sudut Pandang dari Cerita Rakyat
Pada sekitar abad ke 15 M hiduplah seorang yang bernama Rana atau
Wirajaya. Beliau adalah bekas pamongan dari Kerajaan Majapahit yang
bekerja sebagai empu.
Pada suatu hari Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran sebagai
akibat terjadinya perebutan kekuasaan dari keluarga kerajaan yang masing-
masing ingin menduduki tahta kerajaan. Maka Rana atau Wirajaya
menyingkir ke arah utara dari Kerajaan Majapahit. Merekapun sampai di kota
Surabaya. Dikota inilah pada waktu itu telah berkembang pesat didalam ajaran
agama Islam yang dipimpin oleh Sunan Ampel.
Rana atau Wirajaya telah mengabdi sekaligus menjadi murid dari
Sunan Ampel untuk mempelajari serta memperdalam ajaran agama Islam.
Setelah dipandang cukup mampu, maka Rana atau Wirajaya ditunjuk oleh
Sunan Ampel sebagai pemimpin rombongan dan diperintah untuk
mengembangkan ilmu agama Islam ke arah barat dan sampailah di suatu
tempat yang dinamakan “Made”.
Rana atau Wirajaya didalam perjalanan hidupnya untuk menjalankan
tugas tatkala bertempat di Made, hidupnya selalu mengalami gangguan.
Terdapat dua macam gangguan yang dialami Antara lain:
1) Ganguan Fisik
Gangguan ini berupa serangan dari penjahat antara lain:
13
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Sejarah%20DESA%20MIRU%20(4).pdf
Serangan pencuri
Serangan rampok
2) Gangguan Mental
Gangguan ini berupa serangan dari makhluk halus antara lain:
Serangan setan
Serangan Memedi, Genderuwo, dan lain sebagainya
Bahwa kata Miru berasal dari kata miret (didalam Bahasa Jawa) yang
berarti bergeser, hijrah, mengalih, atau pindah tempat dari satu tempat ke
tempat lain.
B. Prosesi Acara
Gambar 5. Prosesi pembacaan istighosah, yasin dan tahlil. (Sumber: Dokumentasi resmi BPD)
Gambar 6. Prosesi pembacaan istighosah, yasin dan tahlil. (Sumber: Dokumentasi resmi BPD)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil dari penelitian yang peneliti teliti
tentang “Tradisi Tasyakuran Malam 17 Agustus di Desa Miru, Kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan” dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sesepuh Desa Miru adalah Mbah Wirojoyo atau Abu Huroiroh. Beliau adalah murid dari Sunan
Giri. Suatu ketika Mbah Wirojoyo mengadakan suatu perjalanan dan sampailah pada suatu
tempat yang sekarang disebut Made Gondo. Beliau kemudian menetap bersama pengikutnya.
Lama-kelamaan tempat tersebut menjadi sebuah perkampungan.
Namun, tempat tersebut selalu mendapatkan gangguan. Baik gangguan dari makhluk
halus--karena tempat tersebut sangat angker, juga sering mendapatkan gangguan dari
para perampok. Maka untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut, maka Abu
Hurairah dan para pengikutnya berpindah (miret) sedikit ke arah Barat Laut yang terdapat
pohon Kemiri. Yang sekarang menjadi bagian dari desa Miru dengan sebutan Pojok
Kemiri.
GAMBARAN UMUM
Peneliti memilih tempat Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan dengan
alasan:
3. Di desa Miru terdapat kebiasaan atau tradisi memperingati hari ulang tahun RI dengan
mengadakan malam tasyakuran di setiap RT yang diikuti oleh seluruh warga secara
rutin dan meriah sehingga menarik untuk diteliti.
4. Desa tersebut tidak jauh dari domisili peneliti atau desa peneliti sendiri sehingga
memudahkan dalam mengadakan penelitian baik dari segi lokasi yang tidak jauh dan
tidak menghabiskan banyak biaya, menentukan dan komunikasi dengan narasumber.
1. Jl. P. Diponegoro
2. Yos sudharso
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data adalah
sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu
pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa,
simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita
gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.