Diusulkan Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga kami bisa menyelesaikan Karya Tulis Penelitian dengan
judul “Geliat Penggerak Mengupas Tradisi Mewujudkan Pesona Wisata
Berbasis Kebhinekaan” (Studi Kasus Pengembangan Wisata Berbasis
Kebhinekaan Melalui Upacara Adat Karo dan Unan Unan di desa Ngadas,
Poncokusumo Kabupaten Malang tahun 2019) dengan tepat waktu oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Edy Parlindungan, S.Pd., M.Pd selaku kepala SMA Negeri 1
Tumpang yang telah memberikan dukungan serta partisipasinya sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah dengan baik.
2. Ibu Fitrotun Nafsiyah, S.Pd, selaku pembimbing dalam menyelesaikan
masalah kami karena dengan motivasi serta bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan KTI dengan lancar.
3. Ibu Dwijayati Ari Novia Santi, S.Pd yang telah membimbing
menyelesaikan KTI kami dan telah memotivasi kami selama penulisan
makalah ini.
4. Serta kepada beberapa narasumber yang juga telah membantu kami dalam
mengumpulkan data dengan objektif.
Kami menyadari bahwa makalah penelitian ini jauh dari sempurna oleh
karena itu, kami akan dengan senang hati menerima kritik dan saran agar di masa
mendatang kami dapat menulis lebih baik lagi, dan kami meminta maaf kepada
semua pembaca akan segala kekurangan kami.
Demikian semoga tulisan kami ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan
menjadikan motivasi bagi kami untuk lebih banyak menulis. Terima kasih.
Tumpang, 9 Agustus 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan....................................................................................i
Lembar Pernyataan.....................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................iv
Daftar Tabel.................................................................................................v
Daftar Lampiran..........................................................................................vi
Bab I Pendahuluan....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................4
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................... 6
Bab III Metode Penelitian...........................................................................8
Bab IV Pembahasan....................................................................................12
4.1 Alternatif Kebijakan..................................................................12
4.2 Usulan Kebijakan......................................................................16
4.3 Rencana Kerja............................................................................20
Bab V Penutup.............................................................................................25
5.1 Kesimpulan.................................................................................25
5.2 Saran...........................................................................................25
Daftar Pustaka.............................................................................................26
Lampiran......................................................................................................27
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1................................………………………………………………..14
Tabel 4.3.1.............................………………………………………………...20
Tabel 4.3.3.............................…………………………………………………22
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Daftar Informan.....................................................................27
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kerukunan antar umat beragama menjadi salah satu hal yang termuat dalam
pupuh tersebut yang mengisyaratkan bahwa keragaman agama di Indonesia
menjadi prasyarat adanya kebhinekaan yang paling penting untuk menjaga
keutuhan NKRI. Model kerukunan beragama dapat ditemui pada kearifan lokal
masyarakatnya dalam berbagai bentuk tradisi dan norma sosial.1 Agama dalam
realitas sosial masyarakat Indonesia yang memiliki Multikultural memiliki wajah
paradoks. Pada satu waktu agama memproklamirkan perdamaian, jalan menuju
keselamatan, persatuan dan persaudaraan, namun pada waktu yang lain agama
juga menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang dan menyebar
konflik.2
Pada era reformasi saat ini banyak dilema berbagai agama yang menjadikan
agamanya adalah agama yang paling benar, maka munculah faham faham yang
1
Joko Tri Haryanto, Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama Pada komunitas Tengger Malang Jatim (Semarang
2014: 201)
2
Kahmad, Dandang. Sosiologi Agama, (Bandung: Rosdakarya 2006: 165).
1
bersifat Pluralisme berlebihan terhadap semua agama, yang semakin lama akan
menjadikan faham Sinkretisme yang menganggap semua agama sama. Tapi disisi
lain ada faham yang menyebabkan fanatisme yang berlebihan yang menginginkan
keberagaman atau kebhinekaan ini menjadi sebuah keseragaman. Pencarian model
kerukunan beragama perlu dilakukan untuk dijadikan sebagai pedoman penguatan
nilai nilai kebhinekaan khususnya adalah kerukunan komunitas lintas agama di
berbagai wilayah, komunitas tersebut mampu memelihara kerukunan dalam
keragaman agama oleh karena kearifaan lokal yang dianut oleh komunitasnya.
Kearifan lokal dapat ditemui melalui ritual adat, semboyan atau tradisi lainnya
yang bersifat turun temurun dan dapat dilestarikan karena bersifat positif untuk
orang banyak. Salah satu daerah yang dapat menjadikan kearifan lokal tersebut
menjadi suatu kekuatan untuk menjaga rasa persaudaraan dan kerukunan antar
umat beragama adalah desa Adat Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Yang terletak di pegunungan Bromo Tengger Semeru, merupakan desa yang
Multiagama dan dapat disatukan melalui ritual adat Tengger. Penduduk desa ini
menganut tiga agama yakni Islam, Hindu, Buddha yang menjaga kerukunannya
dan dapat menyatu tanpa ada konflik sepanjang sejarah. Unan unan dan karo
adalah sebuah tradisi yang dapat menyatukan tiga umat beragama disana. Selain
upacara kasada yang telah mendunia karo dan unan unan juga merupakan
rangkaian kegiatan sebelum dan sesudah upacara kasada dilakukan. Maka dari itu
kami memperkenalkan karo dan unan unan sebagai tradisi yang membentuk
karakter adat istiadat di desa tersebut.
3
Ranking Devisa Pariwisata Terhadap Komoditas Ekspor Lainnya tahun 2004-2009. Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata RI. Diakses pada 2 Agustus 2019
2
kewirausahaan. pada saat ini pemerintah telah menekankan pentingnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia di era revolusi industri 4.0. Tentunya hal tersebut
akan mempengaruhi stabilitas masyarakat dalam hal perekonomian.
Sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mendukung menjadi salah
satu faktor yang mendorong adanya wisata berbasis kebhinekaan. Hal ini
berdasarkan wilayah desa Ngadas yang menjadi jalur perlintasan untuk menuju
Bromo dan Semeru. Serta penduduk khususnya pemuda desa yang ingin
mengenalkan desa Ngadas menjadi desa wisata yang menjunjung nilai nilai
adhiluhung tradisi bangsa. Desa ini merupakan tempat dari penganut tiga agama
yang dapat menyatu tanpa ada konflik apapun sepanjang sejarah, untuk itu karena
banyaknya konflik yang menjadikan melemahnya nilai nilai kebhinekaan bangsa
Indonesia. Maka kami berkeinginan untuk menjadikan desa Ngadas sebagai salah
satu wilayah yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat luas untuk
menjaga kebhinekaannya, salah satunya adalah kerukunan antar umat beragama.
Dengan begitu desa Ngadas tidak hanya terkenal dengan wisata alamnya, tetapi
juga akan terkenal sebagai desa wisata berbasis kebhinekaan melalui kearifan
lokalnya yang memperkuat hubungan kerukunan tiga agama tersebut.
Inilah yang menjadi dasar penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi
kepariwisataan dengan inovasi pengembangan desa wisata melalui sumber daya
manusia yang sekarang ini menjadi penggerak dan pelopor untuk mengenalkan
daerahnya dengan berbagai keberagaman yang ada. Setiap daerah memiliki ciri
khas dan keunikan masing-masing, termasuk tradisi. Penulis memilih desa Ngadas
sebagai sumber penelitian, karena mempunyai tradisi yang sangat kental dan
masyarakat yang tetap menjaga kearifan lokal daerahnya. Kualitas individu di
desa Ngadas sangat bervariatif, dengan berbagai perbedaan, mereka mampu
menyatukan serta melestarikan budaya khasnya. Melihat perbedaan yang ada di
desa tersebut penulis bertujuan mengembangkan wilayah berpotensi ini menjadi
wisata berbasis kebhinekaan yang akan disorot dunia luas. Dengan ini penulis
memberi judul Geliat Penggerak Mengupas Tradisi Mewujudkan Pesona Wisata
Berbasis Kebhinekaan, studi kasus kepariwisataan dan sumber daya manusia di
desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kehidupan beragama masyarakat desa Ngadas yang dapat
menciptakan kerukunan dalam satu kesatuan budaya dengan menjunjung
tinggi adat istiadat?
2. Bagaimana pengaruh dan peran sumberdaya manusia dan strategi dalam
proses pengembangan desa Ngadas menjadi desa wisata berbasis
kebhinekaan?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi desa
Ngadas yang memiliki rasa persatuan dan kesatuan dalam menjaga toleransi antar
umat beragama, selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan desa
Ngadas menjadi wisata berbasis kebhinekaan melalui upacara adat karo dan unan
unan yang merupakan salah satu upacara adat selain kasada di desa Ngadas
tersebut.
1.3.2 Tujuan khusus:
Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk hal –hal berikut ini.
a. Mendeskripsikan hubungan upacara adat karo dan unan unan yang
membentuk sikap bertoleransi antar umat beragama, dan peluang,
hambatan, ancaman, ataupun manfaat untuk mengembangkan wisata desa
Ngadas berbasis kebhinekaan.
b. Menjelaskan pengaruh dan peran sumber daya manusia ataupun sumber
daya alam untuk mengembangkan potensi tersebut melalui rencana kerja,
alternatif kebijakan, ataupun usulan kebijakan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul Geliat Penggerak Mengupas Tradisi
Mewujudkan Pesona Wisata Berbasis Kebhinekaan ini diharapkan bermanfaat
tidak hanya secara teoretis, melainkan juga manfaat secara praktis. Manfaat yang
dapat diambil sebagai berikut.
4
Manfaat Penelitian ini adalah sebagai pengetahuan tentang toleransi yang
terjadi di desa Ngadas di tengah arus globalisasi saat ini yang mudah untuk
memecah belah bangsa dengan dalil agama melalui upacara adat karo dan unan
unan sebagai salah satu alat penyatuannya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sementara itu, secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat oleh pihak – pihak berikut ini:
a. Bagi Pelajar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang upaya untuk menjaga kebhinekaan bangsa di tengah globalisasi saat
ini dan perlunya sikap toleransi sebagai bentuk upaya bela negara. Serta
pelajar dapat aktif ikut serta dalam upaya disintegrasi bangsa.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa toleransi
antar umat beragama, dengan melihat desa Ngadas yang merupakan desa
multiagama tetapi dapat menjaga persatuan dan kesatuannya. Dengan begitu
masyarakat dapat berpedoman dengan melihat sikap menjaga kebhinekaan di
desa tersebut.
c. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ikon atau
maskot daerah tersebut khususnya daerah Poncokusumo untuk dapat menarik
wisatawan sebagai pengahasilan daerah dan dapat juga sebagai media
peningkatan partisipasi generasi muda sebagai upaya bela negara melalui
pengembangan wisata desa Ngadas selain sebagai desa wisata alam tetapi
juga sebagai desa berbasis kebhinekaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Geliat Penggerak
Karyawan
Mahasiswa yang mempunyai skill dan kemampuan tertentu
Pemimpin perusahaan
Tenaga ahli dan teknisi dan sebagainya.
6
tidak akan menjadi sebuah tradisi. Tentu saja suatu tradisi akan pas dan cocok
sesuai situasi dan kondisi masyarakat yang mewarisinya.5
Untuk mengetahui secara lebih lanjut suatu tradisi daerah, seseorang perlu
mengupas atau mencari tahu informasi mengenai daerah tersebut. Sesuai dengan
pengertiannya mengupas tradisi berarti mencari sisi lain dari suatu tradisi selain
sebagai ritual keagamaan. Maka dari itu, peneliti mengupas tradisi yang ada di
desa Ngadas yakni tradisi karo dan unan-unan yang masih berhubungan dengan
upacara kasada.
BAB III
METODE PENELITIAN
5
Bastomi. 1984.
7
Penelitian ini dilaksanakan di desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten
Malang dengan melibatkan sesepuh desa, pegawai kelurahan, dan Ketua
kelompok sadar wisata DEWI ADAS yang dimulai pada tanggal 21-27 Juli 2019.
Pengolahan data dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tumpang.
6
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 28
7
Koentjaraningrat, “Metode Wawancara” dalam Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat
(Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 130
8
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, hlm. 108
9
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah., hlm. 81-83
10
F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah
(Jakarta: PT Gramedia, 1987), hlm.62.
8
9. Metode Deskriptif, dan Inferensik metode ini memiliki sebuah tujuan
untuk bisa mengumpulkan data secara detail, mendalam dan juga aktual.
Di dalam sebuah penelitian biasanya akan di jelaskan mengenai gejala-
gejala yang sudah ada misalnya tentang masalah serta meneliti kondisi
yang tetap berlaku. observasi lapangan dalam kondisi yang alami serta
menarik kesimpulan yang ada.11
11
Sudjana dan Ibrahim, (Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung 1989), hlm 65
9
1. Upacara adat unan unan dan karo sebagai pemersatu tiga agama di desa
Ngadas
2. Sumber daya manusia dan sumber daya alam penguat dan pendukung
pengembangan wisata berbasis kebhinekaan
3. Menuju pesona wisata adat desa Ngadas berbasis kebhinekaan
3.3.3 Penentuan Batasan Rumusan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus dan tidak
membahas data yang tidak berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang tradisi karo dan unan
unan
2. Analisis pada proses upacara adat tersebut yang mempengaruhi seluruh
masyarakat desa Ngadas untuk menjaga persatuan dan kesatuan karena
terdapat Multiagama
3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat upacara adat tersebut,
tetapi dapat digunakan sebagai bahan memecahkan masalah agar melalui
upacara adat tersebut dapat dijadikan sebagai desa wisata berbasis
kebhinekaan
4. Penelitian ini juga membahas peluang dan kinerja sumber daya manusia
dalam mengembangkan dan melestarikan desa adat Ngadas
10
BAB IV
PEMBAHASAN
11
Dengan pemeluk kepercayaan Buddha kejawen sebesar 50%, Islam 40%,
dan Hindu 10%. Secara demografis desa Ngadas memiliki 497 kepala
keluarga.
Meskipun masyarakat suku Tengger masih kental akan tradisi
budayanya yang telah mengakar sejak turun temurun, dan dukun telah
menjadi panutan di desa ini, tetapi masyarakat suku Tengger telah
mempunyai organisasi sosial modern seperti Karang Taruna, Organisasi
Kesenian dan PKK. Ada juga organisasi keagamaan seperti Majelis
Parisda Hindu Dharma (PHDI) dan Perhimpunan Hindu Indonesia (Prada).
Pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk
menunjang pembangunan desa adat Ngadas diantaranya adalah pendirian
tower sebagai akses media sosial, perbaikan jalan dan pembentukan
kelompok sadar wisata DEWI ADAS dengan penerapan Sapta Pesona.
Tetapi, dengan adanya kelompok tersebut tidak banyak perkembangan
desa, karena tidak adanya struktur yang jelas dan program kerja yang jelas.
Meskipun belum ada kegiatan pengembangan wisata berbasis
kebhinekaan, karena saat ini perngembangan terbesar difokuskan untuk
pengembangan wisata alam tetapi ada beberapa organisasi untuk
mengembangkan desa wisata Ngadas yakni:
1. Kelompok Sadar Wisata Dewi Adas
Lembaga desa wisata ini merupakan sebuah lembaga atau
organisasi dari para penduduk desa Ngadas. Lembaga ini sejatinya
dibentuk pemerintah guna meningkatkan potensi wisata desa
Ngadas baik potensi alam maupun potensi adat. Beberapa
bimbingan telah dilakukan oleh pemerintah setempat untuk
meningkatkan kinerja kelompok ini, meskipun telah ada
perkembangan tetapi kelompok ini masih belum bekerja terlalu
banyak dikarenakan beberapa kendala seperti, belum adanya
program kerja, struktur kinerja yang jelas ataupun kendala dari adat
setempat. Kelompok ini telah berdiri sejak tahun 2014, yang
diketuai oleh bapak Timbul.
2. Karang Taruna desa Ngadas
12
Organisasi pemuda ini dibentuk dengan tujuan
meningkatkan potensi sumber daya manusia untuk
mengembangkan desa Ngadas dan seluruh rangkaian acara adat
yang terdapat di desa ini seperti karo dan unan unan karena sumber
daya alam, sumber daya manusia dan juga kegiatan adat setempat
tidak dapat dipisahkan. Di desa Ngadas para pemuda menyebutnya
HIPEKARTA yaitu Himpunan Pemuda Karang Taruna Ngadas.
Dengan kegiatannya yakni, sharing dan publikasi serta menjadi
bagian dari panitia dalam rangka acara-acara adat disana. Namun,
kesadaran berorganisasi pemuda disana masih sangat minim,
karena norma dan nilai kehidupan masih melekat kuat pada
masing-masing pemuda.
3. Pembangunan Tower Signal, Akses Jalan, dan Home Stay
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pariwisata
desa Ngadas melalui pembangunan jalan, karena merupakan akses
jalan utama menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di
Kabupaten Malang. Selain itu, untuk mengenalkan dan menambah
wawasan masyarakat sekitar, pemerintah telah membangun 3
Tower di desa ini serta home stay yang diperlukan untuk
menunjang perekonomian masyarakat. Desa ini merupakan
kawasan ramai pengunjung menuju Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
Pembangunan 3 tower di desa Ngadas sangat bermanfaat
bagi masyarakat setempat. Dapat diketahui dengan adanya
beberapa warga terutama pemuda yang memiliki channel Youtube,
hal itu dimanfaatkan oleh para pemuda untuk sarana publikasi dan
pengenalan wisata desa Ngadas.
4. Penamaan desa Adat Ngadas
Penetapan Ngadas sebagai desa adat mengacu pada Undang
Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang desa, serta keputusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012. Hal ini didasarkan
pada pernyataan bahwa desa ini masih menjalankan adat warisan
13
leluhur dengan setia serta desa ini juga dapat menjaga kerukunan
antar umat beragamanya. Desa ini ditetapkan sebagai desa adat
sejak tahun 2017 oleh Bupati Malang Rendra Kresna.
5. Alokasi Dana APBD
Dana APBD didesa ini telah direalisasikan oleh pemerintah
desa setempat melalui perbaikan jalan, pengembangan wisata air
terjun, pendidikan, kesehatan masyarakat, organisasi sosial, dan
pengembangan mata pencaharian penduduk setempat, serta sarana
informasi dan komunikasi.
Sarana pendidikan di desa Ngadas telah diwujudkan dalam
bentuk perbaikan sekolah yakni, tingkat SD dan SMP. Hal ini
dikarenakan kualitas sumber daya manusia masih rendah. Berikut
adalah Tabel Riwayat Pendidikan penduduk desa Ngadas:
Tabel 4.1
14
pertanian maupun mengikuti berbagai kursus yang diadakan oleh
ibu-ibu PKK dengan mengolah hasil-hasil pertanian mereka
menjadi komoditas yang menghasilkan pendapatan. Misalnya
dengan membuat kripik kentang, olahan kue-kue yang berbahan
dasar kentang, dan selanjutnya dijual pada saat upacara-upacara
adat di desa Ngadas maupun ketika ada kunjungankunjungan
wisata ke desa Ngadas.
6. Penyuluhan dan Pelatihan
15
4.2 Usulan Kebijakan
Desa Ngadas merupakan desa yang berbasis kebhinekaan karena
tiga agama dapat menjaga persatuan dan kesatuannya. Di sisi lain desa ini
merupakan desa yang konservatif dan tetap menjaga kelestarian budaya
serta tetap menjaga sikap sikap adhiluhung tradisi bangsa. Ritual karo dan
unan unan merupakan sebuah perayaan besar didesa ini, karo dan unan
unan juga merupakan perekat persatuan dari agama Buddha, Hindu dan
Islam. Melalui serangkaian acara acara atau ritual daerah setempat
diharapkan dapat mengembangkan desa wisata Ngadas karena merupakan
tempat penyatuan tiga agama dan merupakan desa adat yang tetap menjaga
nilai dan normanya secara turun temurun. Kami memperkenalkan karo dan
unan unan sebagai tradisi yang memperkuat persatuan desa Ngadas
disamping tradisi kasada yang telah terdengar namanya di mancanegara.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia diperlukan untuk
mengembangkan desa wisata adat Ngadas berbasis kebhinekaan hal ini
dikarenakan kurang aktifnya dan kurang sadarnya organisasi bentukan
pemerintah seperti kelompok sadar wisata dan karang taruna, apabila
organisasi ini dapat berjalan baik dan program kerjanya dapat
direalisasikan, maka nantinya desa wisata adat berbasis kebhinekaan dapat
terwujud, adanya desa ini dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat luas
untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan sesuai yang diatur dalam
UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 bahwa “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya bela negara”
Kami memberikan usulan kebijakan yang nantinya diharapkan
dapat berguna untuk meningkatkan potensi wisata desa adat Ngadas yang
berbasis kebhinekaan adapun usulan kebijakannya adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan duta desa seperti Joko dan Roro Ngadas
Pembentukan Joko Roro Ngadas diharapkan dapat
mempublikasikan dan mengenalkan potensi pariwisata desa Ngadas
baik wisata alam maupun wisata adat atau budaya, dengan pelatihan
dan bimbingan kepada duta Ngadas ini diharapkan dapat menjadikan
desa Ngadas yang berbasis kebhinekaan Selain itu juga untuk
16
membantu mengembangkan potensi pribadi maupun kelompok serta
membentuk karakter setiap Joko dan Roro yang berwawasan luas dan
sadar wisata. Duta desa Ngadas ini kami berikan nama untuk laki laki
yakni Reang dan untuk wanita kami beri nama Isun, keduanya diambil
dari bahasa suku Tengger yang memiliki makna saya laki laki (Reang)
dan saya perempuan (Isun). Penyelenggaraan pemilihan duta ini
dilaksanakan setiap tahun dengan tema yang berbeda.
2. Kompetisi atau Event Ngadas
Kompetisi atau event besar dapat dilakukan di desa ini pada saat
unan unan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cakupan peserta se-
Malang Raya seperti kompetisi sendratari antar desa ataupun antar
sekolah, dengan mendatangkan masyarakat luas ke desa ini diharapkan
dapat mengenalkan potensi wisata desa ini, selain itu disisi ekonominya
banyaknya peserta yang menghampiri home stay dan juga bazzar dari
masyarakat sekitar dapat menambah penghasilan pribadi ataupun
kelompok.
3. Lawatan Desa
17
selain kegiatannya adalah pawai budaya, atraksi budaya seperti kesenian
ojung, jaran kepang, ataupun tandak yang menjadi ikon karo dan unan
unan desa ini. Dengan adanya acara ini home stay di desa ini akan
banyak yang mendatangi sehingga dapat memberikan sumbangsih
ekonomi kepada masyarakat sekitar. Acara ini apabila dapat berjalan
dengan baik maka diharapkan dapat dilaksanakan setiap tahunnya.
Sesuai dengan padatnya kegiatan masyarakat Ngadas seperti
selamatan karo, kasada, unan unan, pujan, barikan, mayu dusun dan
masih banyak lagi hal inilah yang menjadikan adat istiadat pembentuk
karakter persatuan dan kesatuan di desa Ngadas.
5. Pengembangan peluang, ancaman, kekuatan, hambatan
1. Keadaan
Hal yang menjadi daya tarik dari desa adat Ngadas adalah
pemandangan wisata alam dan budayanya serta kerukunan
yang menjadi hal yang terjalin indah didalamnya suasana
pedesaan yang aman dan tentram dapat dijadikan paket wisata
berupa, agrowisata pertanian, kegiatan outbond, wisata alam
terdekat, dengan paket wisata adat budayanya adalah mulai dari
pujan, unan unan, kasada dan karo yang setiap bulanya ada
kegiatan adat. Kegiatan kesenian berupa tandak, ojung, pencak
silat, reogan, bantengan, jaranan ataupun wayang.
2. Pengembangan aksesbilitas
Kondisi jalan menuju desa ini sudah beraspal dan cukup
bagus walaupun ada beberapa jalan yang berlobang,
transportasi menuju desa ini dapat berupa kendaraan roda
empat ataupun roda dua.
3. Perbaikan fasilitas
Perlu adanya tower yang dapat mencakup semua jenis
provider agar memudahkan masuknnya teknologi informasi
dan komunikasi, desa Ngadas telah mempunyai home stay
untuk dijadikan tempat penginapan wisatawan.
4. Perbaikan kinerja POKDARWIS DEWI ADAS
18
Dalam industri pariwisata diperlukan adanya suatu
organisasi atau lembaga yang mengelola daya tarik wisatawan
dengan program kerja yang jelas dan bimbingan yang tepat
maka diharapkan organisasi ini dapat memperbaiki kinerja
ditahun tahun berikutnya. Dan perlunya penerapan Sapta
Pesona secara maksimal untuk menunjang daya tarik
wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.
5. Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar guna
mengembangkan desa wisata ini adalah kerukunan antar umat
beragama, banyaknya adat istiadat yang masih dipertahankan,
semangat gotong royong dan toleransi yang tinggi, keindahan
atau panorama sekitar, objek wisata yang masih asri dan lestari,
tersedianya beberapa infrastruktur, daerah transit, dan
dukungan dari pemuka adat.
6. Kelemahan
Desa ini kurang tersedianya signal, objek wisata yang
belum banyak dikenal karena merupakan inovasi baru,
kesadaran sumber daya manusia masih sangat minim dan
kurangnya pengetahuan dan teknologi.
7. Peluang
Untuk menjadi desa wisata berbasis kebhinekaan adalah
wisata ini bagian dari kebutuhan masyarakat luas, disamping
wisata alam masyarakat juga tertarik dengan wisata budaya dan
adat, tawaran kerjasama dengan pihak luar, serta terbukanya
peluang untuk studi banding ke desa adat lainnya.
8. Ancaman
Untuk pengembangan pesona wisata berbasis kebhinekaan
adalah adanya budaya asing yang mempengaruhi mindset
orang banyak, loyalitas pengunjung dan kriminalitas yang akan
masuk karena adanya budaya dari luar.
4.3 Rencana Kerja
19
Adapun rencana kerja untuk mengembangkan wisata desa adat berbasis
kebhinekaan adalah:
1. Struktur Organisasi POKDARWIS yang jelas
2. Program Kerja yang jelas
3. Pemecahan masalah dan strategi untuk memperbaiki hambatan dan
kelemahan
4.3.1 Struktur Kelompok Sadar wisata desa Ngadas
Berikut struktur kepengurusan yang terdiri dari pengurus harian dan seksi
bidang.
KEPALA DESA
KETUA UMUM
KETUA 1 KETUA 2
SEKRETARIS 1 BENDAHARA 1
SEKRETARIS 2 BENDAHARA 2
1
Seksi Seksi Seksi Bidang Seksi Seksi Seksi Seksi Bidang Seksi Bidang Seksi Bidang Seksi Bidang
Bidang Bidang Aksesbilitas Bidang Bidang Bidang Industri Keamanan dan kebersihan dan Kenangan
Adat kesenian Fasilitator Humas TIK Wisata Ketertiban keindahan
dan atraksi
20
1. Bulan Desta, kegiatan upacara unan unan apabila jatuh pada bulan ini pada
tahun mendatang, akan diadakan pemilihan duta pariwisata desa Ngadas
yakni Isun dan Reang Ngadas
2. Kasada, warga desa Ngadas tetap menjalankan ritual kasada dan
mempublikasikan desa melalui media sosial secara terus menerus atau
selalu ada pembaharuan di setiap akun yang dimiliki desa
3. Kasa, warga tetap menjalankan ritual adat bila jatuh pada bulan ini dan
waktu yang tepat untuk lawatan desa
4. Karo, pelaksanaan ritual adat karo, Sosialisasi tentang pariwisata kepada
penduduk dan juga mengadakan Bromo Night Festival
5. Katiga, pelaksanaan ritual adat apabila jatuh pada bulan ini dan promosi
wisata di pusat wilayah atau kota. Misal: di Pendopo Agung Kabupaten
Malang
6. Kapat, pelaksanaan ritual adat pujan kapat, dan kompetisi akademik
maupun non akademik se-Malang Raya
7. Kalima, pelaksanaan ritual adat apabila jatuh pada bulan ini dan perbaikan
fasilitas untuk menunjang kepariwisataan di desa Ngadas
8. Kanem, pelaksanaan ritual adat apabila jatuh pada bulan ini dan
penyuluhan khusus pemuda tentang kesadaran pariwisata oleh duta desa
atau Isun dan Reang Ngadas
9. Kapitu, pelaksanaan ritual adat pujan kapitu
10. Kawolu, pelaksanaan pujan kawolu, dan pemberdayaan masyarakat
perempuan sebagai wujud emansipasi wanita
11. Kasangan, pelaksanaan pujan kasanga disertai dengan evaluasi atau rapat
pleno mengenai program kerja selama satu masa bhakti
12. Kasepoloh, pelaksanaan ritual adat apabila jatuh pada bulan ini dan
perencanaan program kerja baru untuk tahun selanjutnya
4.3.3 Tabel pemecahan masalah dan strategi untuk memperbaiki hambatan
dan kelemahan
21
mindset orang untuk seluruh signal sebagai akses
banyak masyarakat agar informasi dan
tetap menjaga komunikasi
nilai dan wisatawan
normanya
melalui tradisi
dan ritual adat
setempat
2. Kurangnya Memberikan Objek wisata Pembentukan
Loyalitas penyuluhan yang belum duta pariwisata
pengunjung kepada banyak dikenal dan publikasi
wisatawan agar karena pada media sosial
tetap menjaga merupakan apapun serta
lingkungan inovasi baru lawatan desa
sekitar dan turut ataupun
menjaga pengadaan event
kelestariannya event besar desa
bersama
masyarakat desa
Kriminalitas yang akan
3. masuk karena adanya Memberikan Kesadaran Pembuatan
penguatan sumber daya program kerja
kepada manusia masih yang jelas dengan
masyarakat sangat minim hasil yang harus
bahwa begitu dicapai setiap
berharganya bulanya sehingga
kebudayaan lokal masyarakat dapat
yang sangat merasakan
potensial hasilnya.
4. Kurangnya Penyuluhan dari
pengetahuan berbagai
dan Teknologi mahasiswa atau
lembaga
22
pemerintahan
ataupun Studi
banding dengan
organisasi
kepengurusan
pariwisata desa.
23
atau lembaga target menuju desa ini ini
terkait perkembanganya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Desa Ngadas memiliki sumber daya alam yang sangat luar biasa,
dan mampu dijadikan sebagai objek wisata. Menurut informasi yang
penulis peroleh, desa Ngadas sudah menjadi desa adat sejak tahun 2017
dan menjadi desa wisata yang menjadi lintasan atau akses jalan para
wisatawan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Masyarakat desa Ngadas sangat dipengaruhi oleh agama dalam
menjalani hidup, di desa ini masyarakat dapat menjaga kesatuan dan
persatuan walaupun terdapat tiga agama, yang menyatukan hal tersebut
adalah adat istiadat yang telah dilestarikan secara turun temurun.
Inovasi yang penulis usulkan yakni, objek wisata berbasis
kebhinekaan yang diambil dari upacara adat karo dan unan unan, karena
dalam filosofi yang terdapat pada tradisi tersebut adalah kekuatan
24
persatuan. Sesuai dengan semboyan kerajaan Majapahit, yaitu Bhineka
Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Banyaknya peluang dan kekuatan diimbangi dengan hambatan dan
ancaman yang dialami untuk membuat wisata desa Ngadas berbasis
kebhinekaan. Maka dari itu, perlunya strategi yang tepat dan kerjasama
dari berbagai pihak untuk mengembangkan wisata desa Ngadas serta
penerapan sapta pesona untuk menunjang kepariwisataan, baik wisata
alam maupun wisata adat keberagamaan. Nilai nilai Pancasila yang telah
melekat pada setiap kehidupan penduduk disana harus tetap di jaga dan
di wariskan turun temurun.
5.2 Saran
Pemerintah diharapkan mampu bekerja sama dengan masyarakat
setempat untuk pembangunan desa, seperti pelayanan sosial, pendidikan,
penyuluhan kepemudaan, sosialisasi sumber daya manusia, ataupun
pemberdayaan perempuan. Masyarakat harus sadar akan potensi yang
ada dan kelompok sadar wisata dapat memaksimalkan kinerjanya
sebagai jalan mencapai kesejahteraan desa.
DAFTAR PUSTAKA
25
Ranking Devisa Pariwisata Terhadap Komoditas Ekspor Lainnya tahun 2004-
2009. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Diakses pada 2 Agustus 2019
Umur: 70 Tahun
Pekerjaan: Petani
Umur: 46 Tahun
26
Status: Ketua Kelompok Sadar wisata
Umur: 20 Tahun
Agama: Islam
Umur: 38 Tahun
Agama: Islam
27
Upacara adat Barikan Tugu Selamat datang di desa Adat Ngadas
28
Upacara Adat Karo
29
Mas
jid As-Shofiyah
Pu
ra Sapto Argo
Vihara Paramitha
30
GURU PENDAMPING
PESERTA
31
1. Nama : Danang Hafifudin Tabrani
Alamat : Jalan Rangkit Trigu Poncokusumo
Agama : Islam
PESERTA
32