1. Rumah Adat
8. Makanan Khas
Soto lamongan, rawon, lontong balap, gado-gado, pecel,
nasi tumpang, sate madura, brem, dll.
Pembagian Wilayah
1. Wilayah Kebudayaan Jawa Matraman
Wilayah ini mencangkup daerah-daerah di bagian barat Jawa
Timur, yakni Kabupaten Ngawi, Kabupaten dan Kota Madiun,
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten dan Kota
Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten
dan Kota Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban,
Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.
Diberinama Matraman lantaran wilayah ini masih mendapat
pengaruh yang kuat dari budaya Kerajaan Mataram. Bila melihat
dari adat istiadatnya, masyarakat di wilayah Matraman mirip
dengan masyarakat di daerah Jawa Tengah terutama Yogyakarta
dan Surakarta. Hal yang paling mencolok adalah penggunaan
bahasa Jawa yang masih terkesan halus meski tidak sehalus
masyarakat di Yogyakarta dan Surakarta.
2. Wilayah Kebudayaan Arek
Di sebelah timur Matraman adalah tlatah arek yang
menjadi wilayah kebudayaan yang cukup dikenal
dengan ciri khas Jawa Timurnya. Masyarakat Arek
dikenal punya semangat juang yang tinggi, terbuka,
dan mudah beradaptasi.
Surabaya dan Malang menjadi pusat kebudayaan
Arek. Kedua kota besar ini menjadi pusat
kebudayaan Arek karena kondisi sosial
masyarakatnya yang begitu komplek dan heterogen,
bisa dikatakan menjadi pusat bidang pendidikan,
ekonomi, dan parawisata di Jawa Timur. Menjadi
salah satu melting pot atau kuali peleburan
kebudayaan di Jatim.
3. Wilayah Kebudayaan Madura Pulau
Komunitas Madura Pulau menjadi komunitas
pleburan tlatah terbesar ke tiga yang wilayahnya
mencangkup Pulau Madura. Karakteristik kultur
masyarakat Madura pun berbeda dengan
masyarakat di tlatah Matraman. Keunikan Madura
adalah bentukan ekologis tegal yang khas, yang
berbeda dari ekologis sawah di Jawa. Pola
permukiman terpencar, tidak memiliki solidaritas
desa, sehingga membentuk ciri hubungan sosial
yang berpusat pada individual, dengan keluarga
inti sebagai unit dasarnya.
Meski begitu, masyarakat Madura Pulau punya
jiwa penjelajahan yang kuat seperti masyarakat
Bugis dan Minangkabau. Lantaran tanah mereka
tidak cukup subur untuk bercocok tanam,
akhirnya masyarakat Madura Pulau bermigrasi
ke Pulau Jawa, Jawa Timur di bagian timur untuk
mengejar rejeki. Wilayah ini merupakan tanah
tumpah darah - kedua orang Madura Pulau.
Lalu, di Pulau Jawa-lah masyarakat Madura
bermukim dan hidup bersandingan dengan
masyarakat Jawa.
4. Wilayah Kebudayaan Pandalungan
Warga Madura dan Jawa yang hidup saling
bersandingan membuat wilayah ini disebut
dengan wilayah Pandalungan. Kebudayaan
Pandalungan menjadi wadah bertemunya
budaya sawah dengan budaya tegal. Hasilnya,
masyarakat berciri agraris-egaliter, bekerja keras,
agresif, ekspansif, dan memiliki solidaritas yang
tinggi, tetapi masih menempatkan pemimpin
agama Islam sebagai tokoh sentral. Daerahnya
meliputi Pasuruan, Probolinggo, Situbondo,
Bondowoso, Lumajang dan Jember.
• Ada hal yang unik dari kebahasaan masyarakat
Pandalungan. Bila kita berbincang dengan seseorang
dari Pandalungan kita mungkin akan mengira ia adalah
orang Madura, mendengar dari bahasa tuturnya.
Namun, sebenarnya mereka bukan orang Madura dan
bahasa mereka lebih condong ke bahasa Jawa. Namun
akulturasi budaya Madura dan Jawa yang begitu kental
membuat dialek masyarakat Pandalungan menjadi
terdengar seperti dialek Madura.
• Pembagian wilayah kebudayaan ini menunjukkan
bahwa Jawa Timur memang dinamis dengan
perbedaan-perbedaan karakter wilayah dan
masyarakatnya. Keunikan ini menjadi kearifan lokal
khas Jawa Timur yang menunjukkan kekayaan budaya
Indonesia.