Anda di halaman 1dari 4

Sabtu, 17 September 2022

Memahami Realitas Keberagaman di Yogyakarta


Yogyakarta adalah kota
yang dilengkapi dengan
keberagaman yang bervariasi.
Kota yang terkenal sebagai kota
pelajar ini memiliki kurang lebih
17 Perguruan Tinggi baik swasta
maupun negeri. Mahasiswanya
berasal dari berbagai daerah di
Indonesia mulai dari Sabang
sampai Merauke. Bukan hanya
berbeda dari tempat asal,
melainkan beda juga dari segi
suku, budaya, agama dan
bahasa. Namun perbedaan ini
bukanlah suatu penghalang,
melainkan menjadi keistimewaan tersendiri dalam berinteraksi antarmahasiswa. Keberagaman ini
harus tetap lestari dan hidup beriringan, bukan untuk saling mempengaruhi tetapi untuk saling
berbagi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti relasi yang terjalin di Jaringan Gus Durian
Yogyakarta dan juga di komunitas Srikandi Lintas Iman (Srili), dua komunitas yang menjadi
sasaran kegiatan Modul Nusantara kami Sabtu lalu (17/09/22). Dari mereka kami belajar bahwa
berbeda bukan berarti tidak bisa berdampingan. Kunjungan kami kala itu bertempat di Pendopo
Jaringan Sekretariat Nasional Griya Gus Durian Yogyakarta.

Jaringan Gus Durian Yogyakarta


Diskusi kami diawali dengan perkenalan tentang apa itu Jaringan Gus Durian. Pengenalan
dibawakan dengan sangat baik oleh Mas Sholikin selaku Koord. Pengembangan dan Gerak dari
Jaringan Gus Durian Yogyakarta.
Gusdurian adalah sebutan untuk para murid, pengagum, dan penerus pemikiran dan
perjuangan Gus Dur. Para Gusdurian mendalami pemikiran Gus Dur, meneladani karakter dan
prinsip nilainya, dan berupaya untuk meneruskan perjuangan yang telah dirintis dan
dikembangkan oleh Gus Dur sesuai dengan konteks tantangan zaman.
Jaringan gusdurian adalah arena sinergi bagi para gusdurian di ruang kultural dan non
politik praktis. Di dalam jaringan gusdurian tergabung individu, komunitas/forum lokal, dan
organisasi yang merasa terinspirasi oleh teladan nilai, pemikiran, dan perjuangan Gus Dur.
Jaringan gusdurian tidak terikat tempat, karena para gusdurian alias anak-anak ideologis Gus Dur
tersebar di berbagai penjuru Indonesia, bahkan di manca negara. Di beberapa tempat, terbentuk
komunitas-komunitas lokal, namun sebagian besar
terhubung melalui forum dan dialog karya. Selama ini
ada banyak kegiatan yang telah dilakukan Jaringan
Gusdurian ini, beberapa di antaranya :

 Kelas Pemikiran Gus Dur


 Forum kajian dan diskusi
 Kampanye Anti Korupsi
 Pelatihan entrepreneurship
 Forum budaya
 Workshop Social Media
 Koperasi Jaringan Gusdurian
Terdapat 9 nilai Utama Gus Dur yang menjadi
dasar relasi dari jaringan Gusdurian ini, yaitu :

1. Ketauhidan
Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada
Allah sebagai yang Maha Ada, satu-satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang
disebut dengan berbagai nama. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang
diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang
bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan
kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan
2. Kemanusiaan
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan
paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi
3. Keadilan
Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa dipenuhi
dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat.
Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan
berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat
4. Kesetaraan
Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama
di hadapan Tuhan. Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika
melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk
di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal
5. Pembebasan
Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab
untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk
belenggu
6. Kesederhanaan
Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang
wajar dan patut
7. Persaudaraan
Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan,
kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan
8. Keksatriaan
Keksatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-
nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih
9. Kearifan Lokal
Kearifan lokal bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan
praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat

Komunitas Srikandi Lintas Iman (Srili)

Seperti Jaringan Gus Durian di pembahasan


sebelumnya, kami juga berkenalan dengan para wanita
tangguh yang tergabung dalam Komunitas Srikandi
Lintas Iman. Ada mbak Resti, Mbak Fitri, Mbak Nana
dan Mbak Erin yang siap sedia menjawab segala
pertanyaan kami, apalagi yang berhubungan tentang
wanita. Kami diperkenalkan tentang apa itu Srikandi
Lintas Iman, dan bagaimana keberagaman di
dalamnya.
Srikandi Lintas Iman merupakan komunitas
perempuan yang aktif berdialog dan bekerja sama
merespons isu perempuan dan anak dalam kerangka
menjaga perdamaian dan toleransi.
Secara formal, Srili mempunyai struktur organisasi
penanggungjwab komunitas. Namun dalam pelaksanaannya, setiap anggota mempunyai
kebebasan untuk merencanakan, mengelola dan melaksanakan kegiatan secara kolektif.
Di era teknologi yang semakin berkembang ini berdampak positif bagi komunitas Srili. Mereka-
anggota Srili—mendapat kemudahan untuk menyebarluaskan informasi tentang perdamaian
dengan jangkauan yang lebih luas. Kira-kira apa saja aktivitas yang dilakukan oleh komunitas Srili
ini? Berikut adalah jawabannya :
1. Aktivitas lain yang secara rutin dilakukan oleh Srili yaitu mengadakan pertemuan sebagai
proses interaksi, saling kenal mengenal dan menciptakan kesalingan di antara mereka.
Adanya dialog antar pemeluk agama merupakan salah satu cara mewujudkan perdamaian.
2. Diskusi lintas agama yang dilakukan oleh Srili baik secara internal dan eksternal. Diskusi
internal dilakukan secara mingguan dengan mengangkat topik perdamaian melalui serial
tokoh-tokoh perdamaian. Hasil dari diskusi internal ini kemudian disebarluaskan melalui
media sosial. Selanjutnya yaitu diskusi eksternal. Diskusi ini dilakukan dengan perjumpaan
dan interaksi antar tokoh agama. Diskusi eksternal seringkali dilaksanakan di rumah-rumah
ibadah seperti Gereja, Vihara, Klenteng dan rumah ibadah lainnya.
3. Ziarah lintas Iman. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan konsep ziarah dari setiap agama.
Kegiatan ini merupakan upaya Srili untuk menjaga toleransi antar umat beragama. Ziarah
lintas iman ini diadakan dalam rangka membina pengetahuan tentang kesadaran
pentingnya menerima perbedaan dan keberagaman. Kegiatan ini dilakukan setiap satu
tahun sekali dan khusus untuk anggota komunitas Srili. Tidak hanya untuk menyadarkan
perbedaan saja, ziarah lintas iman juga mengedukasi para perempuan anggota Srili untuk
membuka wawasan keagaman melalui pengetahuan tentang tempat, simbol, tata cara
peribadatan dari agama lain beserta dengan nilai filosofi yang terkandung di dalamnya.
4. Webinar-Webinar
5. Mengikuti kegiatan pemberdayaan perempuan
Untuk sekarang ini, komunitas Srili hanya berada di daerah Yogyakarta saja. Tapi ada
beberapa anggota Srili yang sudah kembali ke kota asalnya, dan telah menjadi pelopor srikandi-
srikandi baru di daerah mereka masing-masing.
Diskusi berharga bersama kedua komunitas ini terjalin dengan sangat baik, selama kurang
lebih 2 setengah jam. Kami diceritakan pengalaman pribadi tentang usaha mereka menjadi pelopor
persatuan di tengah keberagaman yang ada. Tentunya sharing pengalaman-pengalaman ini sangat
memotivasi dan bermanfaat bagi kami. Di akhir diskusi kami diberikan pesan-pesan yang menarik,
yaitu kita harus lebih berani lagi membuka pikiran, harus bergaul dan berperan lebih luas, harus
percaya diri tetapi tetap dilandasi dengan dasar yang rasional, serta berdiskusi secara sehat. Akhir
kata, saya mengutip kata-kata Gus Dur yang terkenal yaitu, “Yang sama jangan dibeda-bedakan,
yang beda jangan disama-samakan”.
Salam PMM2 : Bertukar Sementara Bermakna Selamanya !!

Anda mungkin juga menyukai