Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK 2

ANALISA KEWAJIBAN MUSLIM TERHADAP AGAMA DAN NEGARA

Dosen Pembimbing
Murmayani, S.Pd., M.Pd

Anggota Kelompok
Ahmad Fadil
Andi Achmad Kamal
Asrul Setiawan
Ardiyansah
Baso Muh Ibrahim
Darwan
Andar Jaya

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
FAKULTAS PERTANAIAN
NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN TERNAK
2021/2022
Manusia dengan segenap aspek multikulturalis yang mendampinginya, merupakan suatu entitas yang
unik. Realita keragaman manusia, baik dari segi ras, suku, bangsa, agama dan ideologinya menjadi
keniscayaan, tidak dapat dihindari, dan harus diterima sebagai fakta empiris-realistis. Sikap dewasa dan
bijaksana menjadi sikap yang harus selalu menyertai dalam menghadapi realitas masyarakat yang
majemuk. Islam sebagai salah satu pranata sosial yang tidak memungkiri fakta keragaman masyarakat ini
bahkan menganjurkan kepada setiap pemeluknya untuk saling mengenal, berdialog, berinteraksi dan
bersama-sama membangun kehidupan sejahtera di muka bumi tanpa memandang kondisi sosio kultural,
gender, agama Tentunya dengan selalu memperhatikan dan membedakan ruang publik (muamalah) dan
ruang privat yang bersifat personal (akidah).
Sejarah mencatatkan peran Nabi Muhammad dalam membangun ikatan emosional dan persatuan di
antara kabilah-kabilah Arab yang majemuk. Perbedaan suku di kalangan masyarakat Arab sering
menimbulkan konflik berkepanjangan Piagam Madinah yang merupakan konsensus masyarakat arab yang
plural menjadi simbol persatuan yang berhasil memberikan kehidupan aman, Makmur, dan sejahtera bagi
masyarakat Madinah yang plural saat itu Nabi Muhammad telah meletakkan dasar-dasar kehidupan
bernegara untuk masyarakat majemuk dalam hal suku dan agama. Pada pokoknya, semua umat Islam,
meski berasal dari banyak suku, merupakan satu komunitas. Hubungan antar-anggota komunitas serta
antar-anggota komunitas Islam dan anggota komunitas lain didasari prinsip bertetangga baik, saling
membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasihati, dan
menghormati kebebasan beragama Lima prinsip tersebut mengisyaratkan: (1) persamaan hak dan
kewajiban semua warga negara tanpa diskriminasi suku atau agama; (2) pemupukan semangat
persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama
Pada taraf ini, kita perlu kembali membangun kesadaran bahwa setiap agama memiliki ajaran atau
prinsip yang berbeda yang tidak -akan pernah- bisa disatukan dan dipersamakan. Namun dalam hal
hubungan atau interaksi sosial, tentu setiap orang mengharapkan kehidupan sosial yang baik dan dalam
hubungan kebangsaan setiap orang menginginkan tercapainya tujuan hidup bersama sebagai bangsa yang
satu. Pemisahan area privat dengan area publik perlu dipertegas dan senantiasa disosialisasikan kepada
masyarakat agar muncul kesadaran bahwa masalah keyakinan yang berada di ranah privat tidak perlu
menjadi perdebatan inti sebab dalam hal keimanan dan keyakinan, tentu setiap orang memiliki persepsi
akan kebenaran akan keyakinannya masing-masing. Di sisi lain, dalam masalah kebangsaan -sebagai bagian
dari Bangsa Indonesia- tujuan dari pendirian negara ini adalah benang kusut yang harus diurai bersama-
sama. Dalam realisasi konsep ini, tentu negara harus melaksanakan amanat dari Pasal 28E ayat (1) , Pasal
28E ayat (2), Pasal 28I ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dengan menjamin hak-hak setiap warga
negara dalam memeluk agama dan kepercayaan serta memberikan perlindungan hukum terhadapnya.
Islam mengajarkan bahwa dalam kehidupan sosial, kebermanfaatan terhadap orang lain merupakan hal
yang menentukan kualitas pribadi seorang muslim Kualitas pribadi tersebut dapat dilihat dari sikap
bagaimana seorang muslim memperlakukan keluarganya, saudaranya, tetangganya dan orang-orang yang
ada di sekitarnya tanpa memandang ras, suku, bangsa dan agamanya. Bahkan dalam hadis lain, sikap
pribadi muslim merupakan cerminan dari keimanannya Oleh sebab itu, Penulis senantiasa berkeyakinan
bahwa orang baik adalah orang yang menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
Sebagai seorang Muslim, hidup harus optimis. Karena dengan optimisme, hidup jadi bersemangat. Tidak
mudah putus asa. Juga terarah. Bagi sebagian orang, tidak mudah memang. Tapi jangan takut. Ada
beberapa kiat yang bisa dicoba. Berikut adalah kiat-kiatnya

Berprinsip dan Merdeka


Untuk membangun sikap optimis, Kita harus berprinsip. Hidup itu harus berprinsip. Ini penting.
Kalau kita tidak punya prinsip, kita akan mudah terombang-ambing kesana kemari. Orang berkata anu,
Anda ikut anu. Ini tidak berprinsip namanya.
Kalau kita berprinsip, kita tidak akan mudah terikut arus. Apapun kata orang, kalau tidak sesuai dengan
prinsip kita, say no....! Sebaliknya, meskipun orang-orang berkata tidak, kalau sesuai dengan
prinsip kita, say yes....!
Berprinsip artinya, kita punya karakter. Seperti kotak segi empat sama sisi. Dibolak-balik pun akan tetap
sama. Tidak seperti bunglon. Lain tempat lain warna.
Punya Prioritas
Selanjutnya, Anda harus punya prioritas. Prioritas bisa dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Ingat, kita harus bisa menentukan prioritas. Kalau tidak punya prioritas, akan sulit menentukan mana yang
harus dikerjakan lebih dulu.
Kalau punya prioritas, kita bisa dengan mudah menentukan mana yang perlu dikerjakan dan mana yang
tidak perlu dikerjakan. Mana yang perlu didahulukan. Dan mana yang bisa dikerjakan nanti saja.
Termasuk dalam keseharian. Kadang semua pekerjaan terasa penting. Sementara kekuatan kita
terbatas. Tangan kita hanya dua. Karena itu, punya prioritas itu penting. Punya prioritas akan sangat
membantu.
Prioritas juga akan memandu langkah-langkah kita dalam jangka panjang. Karena masa
depan kita adalah milik kita. Misalnya, apakah akan melanjutkan studi atau bekerja. Jika studi, studi di
mana. Jika bekerja, sebagai apa. Harus terencana. Seorang Muslim harus begitu.
Logis dalam Menentukan Pilihan
Kadang, seseorang dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Dalam hal ini kita perlu logis. Logis artinya masuk
akal. Logis dalam menentukan pilihan sangat penting dalam membangun optimisme.
Kadang, orang menentukan pilihan tanpa pertimbangan yang masuk akal. Ingat, menentukan pilihan
bukan berdasarkan mampu dikerjakan atau tidak. Tapi pilihan itu logis atau tidak. Masuk akal atau tidak.
Artinya, tidak semua hal yang mampu dikerjakan perlu dikerjakan. Tapi, hanya yang masuk akal saja.
Berpikir Positif dan Berpandangan Ke depan
Berpikir positif artinya melihat sesuatu dengan perspektif yang baik. Melihat sesuatu dengan sudut
pandang kebaikan. Semua hal kalau dilihat dengan perspektif yang tidak baik, pasti jadinya tidak baik.
Sebaliknya, jika dilihat dengan mata pandang yang baik, akan tampak sisi baiknya. Ingat, selalu ada
kebaikan dalam sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA
Khuluq, M Khusnul. Membangun Optimisme Manusia Beragama. Jambi: Hakim Pengadilan Agama Sungai Penuh
Islami, Azim Izzul.2021. RELASI AGAMA DAN BANGSA DALAM MENCAPAI TUJUAN BERNEGARA. Jl. Katunen Kelurahan
Kasongan Baru, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah: Pengadilan Agama Kasongan

Sadjzali, Munawir.1999. Kembali Ke Piagam Madinah, dalam Abu Zahra (ed.).  Poloitik Demi Tuhan: Nasionalisme
Religius di Indonesia. Bandung Pustaka Hidayah.

Anda mungkin juga menyukai