Oleh :
Kelompok 7 PDB 69
Khadeeja Yasmine (113231207)
Arika Yafi Fawwaz Zain (123231250)
Aisha Kailla (141231119)
Rhevita Maulana Alea Pramesty(151231216)
Angela Paris Benami Paza (173231111)
Maghfiroh Wahyu Aprilia (182231075)
Siti Fatimah Azzahra (411231019)
Muhammad Nadhif Rosidi (414231076)
Chelsea Putri Arifiana (431231072)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, atas segala rahmat serta karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Project Kebangsaan dengan baik.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembelajaran dasar bersama mata kuliah
agama serta sebagai hasil reportase kegiatan kami dalam field study di RW.07, Kel. Genteng,
Kec. Genteng, Kota Surabaya.
Penyusunan laporan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa keterlibatan
warga RW.07, Kel. Genteng, Kec. Genteng, Kota Surabaya yang senantiasa memberikan ijin
serta dukungan penuh kepada kami. Maka dari itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Siti Inayatul Faizah, S.Ag., M.Si., M.E.I., selaku Dosen PDB Mata Kuliah
Agama
2. Ibu Desi, selaku Ketua RW VII Kelurahan Genteng Surabaya
3. Ibu Yosi, selaku Ketua RT II Kelurahan Genteng Surabaya
4. Bapak Ridho, selaku Petugas Keamanan Kelurahan Genteng Surabaya
5. Bapak Hendro, selaku Pustakawan TK Kartini Kelurahan Genteng Surabaya
6. Ibu_, selaku Kepala Sekolah TK Kartini Kelurahan Genteng Surabaya
7. Ibu Heni, selaku Pengurus Gereja Kelurahan Genteng Surabaya
Kami berharap laporan ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi
para pembaca. Kami menyadari akan adanya kekurangan dalam laporan ini. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan guna penyempurnaan laporan ini.
Anggota Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
RW. 7, Kel. Genteng, Kec. Genteng, Kota Surabaya memiliki warga yang
beragam agamanya, Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, dan Konghucu.
Sampai saat ini kami belum pernah mendengar adanya konflik yang ditimbulkan dari
perbedaan tersebut. Maka dari itu, kami ingin mencari tahu bagaimana warga
setempat menjalin hubungan mereka satu sama lain dan bagaimana mencegah adanya
konflik yang timbul dari selisih paham antar umat beragama.
Dalam konteks pendidikan, kegiatan field trip study juga dapat menjadi sarana
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Peserta dapat belajar di luar ruangan
dan mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dari pembelajaran di kelas. Hal
ini dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta terhadap materi
kebhinekaan.
Melalui kegiatan field trip study dengan tema kebhinekaan, diharapkan kami
sebagai penulis dapat memahami dan menghargai keanekaragaman Indonesia. Selain
itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme, kecintaan terhadap tanah
air, serta dapat memupuk persatuan dan kesatuan yang ada pada sila ketiga Pancasila
yakni Persatuan Indonesia. Dengan demikian, kegiatan field trip study dengan tema
kebhinekaan memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda yang
cinta tanah air dan menghargai kebhinekaan Indonesia.
B. Tujuan Umum
Untuk mengetahui makna toleransi Untuk memahami makna toleransi dalam Islam
Agar mengetahui manfaat dari toleransi dan akibat bila tidak ada toleransi Sebagai
tugas mata kuliah pembelajaran dasar bersama.
C. Tujuan khusus
Tujuan khusus di bawah ini mendiskripsikan tentang:
a. Sikap toleransi antar umat beragama dikalangan remaja pada kegiatan rohis.
D. MANFAAT
a. Memberikan pengalaman secara langsung tentang ragam kepercayaan dan
keyakinan agama yang ada di Indonesia.
b. Memperluas wawasan dan pemahaman tentang ragam agama, sehingga
diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami dan menghargai perbedaan
tersebut.
c. Mengetahui tingkat toleransi yang ada di lingkungan RW.07, Kel. Genteng,
Kec. Genteng, Kota Surabaya.
d. Menginspirasi dan memotivasi penulis dan pembaca untuk menumbuhkan rasa
toleransi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu “tolerantia” dan berarti kelonggaran,
kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Dengan kata lain, toleransi merupakan
satu sikap untuk memberikan sepenuhnya kepada orang lain agar bebas
menyampaikan pendapat kendatipun pendapatnya belum tentu benar atau berbeda.
- Pada hubungan ini berlaku toleransi agama yang hanya sebatas dalam
lingkungan atau intern suatu agama saja. Hubungan yang kedua adalah
hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini tidak terbatas
pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada semua orang
yang tidak seagama, dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah
kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam hal seperti inilah berlaku
toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama.
- Ada dua tipe toleransi beragama: pertama, toleransi beragama pasif, yakni
sikap mene-rima perbedaaan sebagai sesuatu yang bersifat faktual. Kedua,
toleransi beragama aktif, yakni toleransi yang melibatkan diri dengan yang
lain di tengah perbedaan dan keragaman. Toleransi aktif merupakan ajaran
semua agama.
- Hakekat toleransi adalah hidup ber-dampingan secara damai dan saling meng-
hargai di antara keragaman.
- Dalam agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu: hubungan secara vertikal dan hubungan
secara horizontal. Yang pertama adalah hubungan pribadi dengan Khaliknya
yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang tepah digariskan
oleh setiap agama. Hubungan yang
- Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah/2: 256)
- Pada ayat ini dijelaskan bahwa kita tidak boleh memaksa orang lain untuk
masuk agama Islam. Allah menghendaki agar orang yag masuk Islam secara
sukarela, ikhlas, tanpa paksaan. Inilah yang menyebabkan keislaman
seseorang diakatan efektif. Pendapat yang mengatakan bahwa Islam disiarkan
dengan pedang atau kekerasan adalah tidak benar, dan bertentangan dengan
kenyataan sejarah. Orang yang memilih agama Islam sebagai agamanya
adalah bagaikan orang yang telah mendapatkan pegangan yang kuat dan
kokoh, yang tidak dikuatirkan akan putus.
- Berkaitan dengan misi dakwah, tugas kita hanyalah menyampaikan saja dan
tidak diperkenankan memaksa objek dakwah untuk mengikuti apa yang kita
sampaiklan, karena hal itu menjadi urusan Allah.
- Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang
laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya
berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk
saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah
tidak menyukai orang-orang yang meemperihatkan kesombongan dan
keturunan, kepangkatan, atau kekayaan karena yang paling mulia di antara
manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya
َ ٢ ﴿ َُ﴿ هَََ أ َ ْعبُد ُ ٍَا تَ ْعبُد ُو١﴾ َُقُ ْو ٌَا أَي ََُّٓ ا ْاىنَافِ ُرو
﴾وهَََ أ َ ُْ ت ُ ٌْ َعابِد ُوَُ ٍَا
- (1) Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. (2) Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. (3) Dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku
sembah. (4) Dan aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. (5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. (6) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”(QS. Al-
Kafirun/109: 1-6).
- Dalam ayat 4 dan 5, sesudah Allah menyatakan tentang tidak mungkin ada
persamaan sifat antara “Tuhan” yang dusembah oleh orang-orang kafir, maka
dengan sendirinya tidak ada pula persamaan dalam hal ibadah. Tuhan yang
disembah Nabi Muhammad adalah Tuhan Yang Maha Suci dari sekutu dan
tandingan, tidak menjelma pada seseorang atau memihak kepada suatu bangsa
atau orang tertentu. Sedangkan “Tuhan” yang mereka sembah itu berbeda dari
Tuhan yang tersebut diatas. Lagi pula ibadah Nabi hanya untuk Allah saja,
sedang ibadah mereka bercampur dengan kelalaian dari Allah, maka yang
demikian itu tidak dinamakan ibadah.
- Kemudian dalam ayat 6 dijelaskan bahwa “Untukmu agamamu yang batil dan
kamu pertahankan dengan kesombongan dan perusuhan. Dan untukkulah
agamaku yang benar, yaitu agama yang ditunjukkan oleh Tuhanku. Aku tidak
akan mencari dan menginginkan selain-Nya. Dan sesungguhnya kalian akan
terus-menerus di jalan yang salah, sedangkan aku akan tetap diatas petunjuk
yanb benar.
- Beberapa ayat Al-Qur‟an diatas menerangkan ungkapan yang sangat tegas dan
gamblang mengenai pandangan Islam terhadap kebebasan beragama dan
berkeyakinan, yang merupakan ciri kebebasan manusia yang paling utama.
Kebebasan merupakan hak asasi manusia yang nomor satu yang tanpanya
manusia bukan lagi manusia.
- Dalam kekristenan, umat kristiani menjalankan kehidupan sehari-hari dengan
berlandaskan Hukum Kasih.
- Selain Hukum Kasih, ayat Alkitab yang menjadi dasar pelaksanaan sikap
toleransi antar umat beragama dalam kekristenan antara lain:
1) Yohanes 13:34, di mana Yesus menyuruh kita untuk saling mengasihi,
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu
saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian
pula hendaklah kamu mengasihi satu sama lain".
2) Roma 14:19, yang menekankan pentingnya mengejar apa yang
mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling
membangun.
Pluralisme agama tidak hanya sekedar toleransi, tetapi juga saling memahami antar umat
beragama. Eksistensi pluralisme agama di Indonesia tercermin dari respon pemerintah
terhadap pelaksanaan kegiatan keagamaan di Indonesia. Meskipun dalam Islam sikap
toleransi sangat dijunjung tinggi, akan tetapi penyalahgunaan makna pluralisme sering
menuai konflik yang dapat mengancam ukhuwah Islamiyah.
Di dalam satu pulau maupun dalam suatu wilayah dalam bangsa indonesia selalu memiliki
bermacam latar belakang agama yang berbeda. Berdasarkan observasi didapat suatu
keberagaman agama dan juga etnis di RW.07, Kel. Genteng, Kec. Genteng, Kota Surabaya.
Sehingga di dalamnya terdapat 3 sekaligus tempat ibadah yaitu musholla, gereja, dan vihara
(rumah suci) yang letaknya berdekatan.
Menyikapi permasalahan tersebut tentunya diperlukan rasa toleransi dan rasa memahami
antar umat beragama yang sangat kuat antar masyarakat untuk tercapainya keamanan dan
harmoni lingkungan yang nyaman tanpa adanya perdebatan antar pemeluk agama yang ada
dalam lingkungan RW.07, Kel. Genteng, Kec. Genteng, Kota Surabaya.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan studi kasus yang menunjukkan keanekaragaman agama yang ada dalam
masyarakat Indonesia, dikhawatirkan hal tersebut akan memicu kericuhan yang berlatar
belakang perbedaan agama. Oleh karena itu, kami telah menelusuri lebih jauh terkait
bagaimana warga di RW.07, Kel. Genteng, Kota Surabaya dapat hidup berdampingan dan
menghargai satu sama lain dengan metode wawancara terhadap beberapa narasumber terkait
sikap toleransi yang menjadi modal awal dalam mewujudkan kebhinekaan.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa tumbuhnya sikap toleransi tidak lain karena
adanya pembelajaran mengenai sila yang ada dalam Pancasila sedini mungkin. Hal tersebut
dikarenakan di usia tersebut adalah usia emas dimana seorang anak lebih mudah menerima
stimulus yang diberikan dari luar dan pada usia tersebut seorang anak jika dilakukan
pembiasaan lebih mudah dilakukan dengan harapan karakter toleran tersebut sudah tertanam
dalam diri. (Ekaningtyas, 2020). Sehingga pancasila mulai mereka kenalkan pada anak
didiknya disaat berada pada bangku taman kanak kanak. Dengan tujuan saat sudah
menempuh pendidikan sekolah dasar dapat dengan mudah menelaah dan memahami makna
tersirat yang terkandung pada kelima sila Pancasila.
Selain itu selalu ditekankan bahwa sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa kita harus saling
menghormati, menghargai, dan menjaga satu sama lain. Saling menjaga dan tidak
mengganggu bersikap saling menjaga dan tidak saling mengganggu kegiatan keagamaan
yang lain. Tetap bersikap saling menghormati keyakinan satu sama lain, tidak pernah ada
saling menjatuhkan satu sama lain, dan selalu menghadiri undangan dari warga sekolah yang
berbeda agama dengan dirinya sebagai salah satu bentuk menghormati keyakinan orang
lain(Larasati Dewi, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari:2021)
Perbedaan bukanlah hal yang mempermalukan, perbedaan hadir untuk memberi ajaran
kepada manusia arti kehidupan yang berdampingan. Tidak hanya diajarkan mengenai sila
pada Pancasila saja, guru di TK Kartini yang berada di RW. 7, Kel. Genteng, Kota Surabaya
juga mengajarkan tentang rumah ibadah agama yang diakui di Indonesia. Hal tersebut
bertujuan agar anak - anak dapat mengetahui apa saja rumah ibadah agama lain, serta anak -
anak menjadi tahu bagaimana cara menyikapi teman yang ibadahnya tidak sama seperti
mereka. Dengan tidak mengolok, ataupun menghina.
Sementara itu pada kalangan dewasa terciptanya kedamaian dan kerukunan antar umat
beragama karena dasar yang ia miliki yakni semboyan Negara Indonesia yakni Bhineka
Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kesadaran akan perbedaan harus disikapi
seperti tubuh manusia yang ketika salah satu bagiannya sakit yang lainnya akan ikut
merasakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Richard Falk (dalam Kymlicka, 2002) yang
memandang bahwa “keragaman masyarakat meningkatkan mutu hidup, dengan memperkaya
pengalaman kita, memperluas sumber daya budaya”. Sujanto (2009) berpandangan bahwa
Sasanti Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna persaudaraan atau perseduluran harus
disosialisasikan kepada seluruh rakyat, melalui lembaga- lembaga yang sudah ada seperti
lembaga pemerintah, swasta, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga keagamaan, lembaga
kepemudaan, agar terbangun hidup yang rukun, damai, aman, toleran, saling menghormati,
bekerjasama dan bergotong- royong dalam rangka persatuan dan kesatuanbangsa. Itulah hal
yang mendasari toleransi sehingga dapat mempererat kerukunan warga RW. 7, Kel. Genteng,
Kota Surabaya.
Moderasi beragama saat ini sangatlah diperlukan demi menjaga kerukunan antar umat
sehingga tercapainya persatuan yang utuh dan tanpa terpecah belah. Hal tersebut menjadi
faktor terciptanya kerukunan masyarakat Indonesia sehingga dapat memenuhi salah satu
tujuan negara Indonesia pada Pembukaan Undang - Undang Dasar Tahun 1945 yakni
memajukan kesejahteraan umum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Toleransi merupakan sikap yang sangat penting bagi setiap orang dan wajib ada dalam
diri setiap individu begitu juga dengan seorang mahasiswa yang harus memiliki kesadaran
akan pentingya toleransi sejak dini . upaya tersebut yang di tanamkan oleh warga Genteng
Dalam Rt.02 Rw. 07 dengan harapan tiap warga dapat lebih menghargai antar sesama
meskipun dengan latar belakang perbedaan suku, budaya dan agama.
Berdasarkan hasil penelitian sikap toleransi warga di kelurahan Genteng relatif bagus ,
dikarenakan generasi muda di kampung itu sudah di bekali pemahaman mengenai sikap
toleransi yang di implementasikan dalam lingkup pendidikan. mulai dengan saling
menghargai pendapat , berteman tanpa memandang keyakinan dan juga tidak menganggu
agama lain saat beribadah. Dengan keberagaman yang ada di kelurahan Genteng tidak
pernah mengalami permasalahan terkait keberagaman yang mereka punya . Dan dengan hal
tersebut pula, masyarakat setempat dapat bersatu padu dengan keberagam perbedaan yang
mereka punya sehingga toleransi dapat terjalin secara kuat. kami harap hal seperti itu dapat
ditanamkan di semua tempat.
5.2 Saran
Saran kepada peneliti dan pembaca ialah selalu mengamalkan nilai - nilai Pancasila
yang mana Pancasila merupakan pandangan hidup masyarakat Indonesia, dalam kehidupan
sehari - hari maupun kehidupan bernegara. Serta tak lupa akan semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang mana dengan semboyan ini Indonesia memiliki kekayaan berupa perbedaan yang
terjaga dan tercipta kedamaian serta kerukunan. Selanjutnya berpartisipasi dalam kegiatan
sosial yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga melekatnya rasa
cinta tanah air di hati masing - masing.
DAFTAR PUSTAKA