Disusun Untuk Tugas Dan Disampaikan Pada Mata Kuliah Studi Dan Agama
Lokal
Disusun Oleh :
Nanda jaka putra pratama ( 1931020123 )
Harnang setiayadi
Kelas B/Semester 5
Semoga puji hanya terucap kepada Allah SWT saja yang mana telah
memberi kemudahan serta kesehatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan
tugas kami selaku mahasiswa, solawat serta salam teriring kepada nabi besar
Muhammad SAW yang mana atas hadir-Nya lah kita selaku umatnya dapat keluar
dari jaman kegelapan menuju cahaya Allah. Tidak lupa kepada sahabat - sahabat
nabi, para tabiin – tabiin dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Dan Luput juga kita harus bersyukur atas nikmat yang telah di berikan
kepa da kita, karenanya kita dapat hidup dengan rukun dala dunia ini
Melihat kondisi Indonesia yang beragam suku, budaya dan adat istiadat
serta agama tidak mungkin bila tidak terjadi perbedaan. Dalam agama rawan
sekali adanya perselisihan, untuk itu pemerintah melindungi umat beragama dan
menganjurkan untuk rukun pada sesamanya. Di Indonesia tidak lepas munculnya
pluralisme agama dan keberagaman umat manusia yang tidak dapat terelakkan
lagi serta merupakan bagian dari sejarah. Sebagai agama penutup, Islam begitu
terperinci mengajarkan tentang kehidupan umat beragama. Islamlah satu-satunya
agama yang mempunyai sikap toleransi atau hubungan yang tinggi terhadap
pemeluk agama lain. Dengan demikian, jika bicara kerukunan umat beragama,
toleransi beragama atau interaksi sosial keagamaan antara umat beragama maka
Islamlah yang harus lebih dulu tampil kedepan. Pada lintas sejarah Islam, umat
Islam menjunjung tinggi toleransi atau interaksi sosial keagamaan antara umat
beragama terhadap orang-orang non-Muslim.
Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui Apasaja agama lokal di indonesia
2. mengetahui Bagaimana posisi agama lokal di indonesia
3. bagaimana Hubungan budaya dengan agama lokal di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Agama leluhur/lokal memiliki karakteristik khusus yang didasarkan pada
fakta empiris bahwa jauh sebelum agama-agama yang disebutkan di atas serta
agama dari luar Indonesia masuk lewat penyebaran para misionaris, leluhur atau
masyarakat kuno yang telah mewariskan ajaran tuntutan keselamatan hidup dan
spiritualitas yang dapat didefinisikan sebagai agama. Paling tidak berdasarkan
ketentuan normatif dalam konteks hak asasi manusia, masyarakat yang mewarisi
nilai-nilai adat leluhurnya itulah yang disebut sebagai masyarakat hukum adat,
karena dalam tata kehidupan sosialnya baik dalam tata upacara kelahiran,
perkawinan dan kematian masih menggunakan tuntunan adat dan kebijaksanaan
para leluhurnya.
Bangsa Indonesia yang diikat dengan empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia, falsafah negara Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, telah lama
dikenal sebagai bangsa yang religius. Aspek religiusitas masyarakat Indonesia
bersifat heterogen, tidak homogen, yang secara umum bisa disebut sebagai
religiusitas majemuk (plural religiousity). Indonesia bukan negara sekuler yang
memisahkan antara negara dan agama, namun demikian Indonesia juga bukan
merupakan negara agama yang berdasarkan pada suatu agama tertentu. Indonesia
adalah negara kesatuan yang memberikan kebebasan kepada warga negaranya
untuk memiliki suatu keyakinan dan menganut agama tertentu. Agama-agama
besar yang diakui dan memiliki banyak penganut di Indonesia adalah Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang plural dinilai dari keberagaman agama, kepercayaan, tradisi, seni dan kultur
yang sudah lama hidup subur dan berkembang di tengah-tengah kehidupan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepercayaan lokal merupakan etnik di Indonesia. Kepercayaan-
kepercayaan lokal tersebut tidak menuntut pengakuan dari pemerintah di
Indonesia sebagai sebuah agama. Permasalahan yang ada saat ini adalah
munculnya anggapan tentang hakhak kelompok kepercayaan lokal kurang
diperhatikan. Faktanya, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terkait
permasalahan mengenai keberadaan kepercayaan lokal, walaupun kurang
maksimal. Beberapa upayatelah dilakukan pemerintah Indonesia salah satunya
pembinaan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bagi penganut
kepercayaan lokal hendaklah mentaati dan menghargai aturanaturan yang telah
ditetapkan oleh negara.. Dari kedua contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
mereka tidak menuntut untuk diakui sebagai agama. Akan tetapi, mereka
menuntut haknya sebagai WNI untuk memperoleh identitas yang disahkan oleh
negara Indonesia. Kepercayaan lokal adalah aset negara Indonesia yang juga ikut
andil dalam pembentukan negara Indonesia saat ini. Karena,
kepercayaankepercayaan lokal tersebut telah lebih dahulu ada sebelum kata
‘Indonesia’ dan ‘keenam agama yang diakui saat ini’ ada. Reposisi kepercayaan
lokal sebagai warisan budaya di Indonesia perlu diperhatikan. Kepercayaan lokal
dianggap sebagai etnik, karena para penganutnya membentuk jaringan komunikasi
dan interaksi sendiri dan memiliki nilai-nilai budaya yang sama dalam suatu
bentuk budaya. Penganut kepercayaan lokal tidak disebut penganut agama
tertentu, karena tidak adanya tendensi untuk menyebarkan kepercayaannya di luar
komunitas yang telah terbentuk secara genealogi. Hal ini berfungsi Kuriositas,
Edisi VIII, Vol. 1, Juni 2015 [ 36 ] untuk menghilangkan ambiguitas antara status
kepercayaan lokal sebagai agama atau etnik.
DAFTAR PUSTAKA