Anda di halaman 1dari 28

1.

Kondisi Sosial Agama Di Desa Jlumbang


Sosial sendiri adalah sikap suka memperhatikan kepentingan
umum,seperti suka menolong, bergotong royong, menderma dan
sebagainya.manusia dikenal sebagai makhluk sosial karena kehidupannya
selalu berkaitan dengan masyarakat lainnya. Sifat sosial tersebut
merupakan implikasi dari hubungan interaksi dengan lingkungan sekitar
serta dengan beragam latar belakang. Ilmu sosial harus di terapkan karena
sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk hidup.
Manusia harus melakukan interaksi sosial kehidupan. Hubungan sosial
antar masyarakat mencangkup antara anggota keluarga, teman, tetangga,
rekan kerja, dan orang yang disekitarnya.
Agama Islam adalah ajaran yang mencangkup akidah atau
keyakinan dan syariat atau hukum. Ajaran Islam adalah ajaran yang baik
dan sempurna, ditinjau dari sisi akidah maupun syariat. Islam
memerintahkan untuk menjalin silaturahim dengan sanak keluarga dan
melarang untuk berbuat memutuskan silaturahim, dan islam juga
memerintahkan juga untuk berhubungan baik dengan tetangga dan
melarang untuk bersikap buruk kepada tetangganya.
Sosial dan Agama memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak
dapat dipisahkan, karena Sosial agama akan menguatkan satu sama lain.
Apabila Agama tidak memiliki sikap Sosial yang baik maka setiap
manusia tidak akan memiliki etika atau tingkah laku yang baik kepada
sesama dan apabila Sosial sendiri tidak memiliki kayakinan atau pendirian
(Agama) akan merusak silaturahim baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat.
Fungsi Agama dalam masyarakat desa Jlumbang, antara lain :
1) Berfungsi sebagai Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi
dan diikuti, karena beberapa orang ada yang tidak mau
mengikuti ajaran tokoh masyarakatnya karena berbeda aliran.
2) Berfungsi sebagai penyelamat
Setiap manusia pasti menginginkan keselamatan baik
didunia maupun diakhirat, dengan adanya agama sebagai
pembimbing untuk mengajarkan hal-hal yang baik agar tidak
menjerumuskan kepada jalan kesesatan.
3) Berfungsi sebagai perdamaian
Melalui agama perdamaian dimasyarakat akan terkendali
atau teratasi dengan cara bermusyawarah dalam menyelesaikan
segala permasalahan dan urusan yang mungkin sulit untuk
diselesaikan sendiri.
4) Berfungsi sebagai pemupuk solidaritas
Setiap orang yang mempunyai keyakinan atau penganut
agama yang sama pasti memiliki kesamaan dalam satu
kesatuan baik dalam iman dan kepercayaan. Karena rasa satu
kesatuan itu akan memberikan rasa solidaritas baik dalam
indivudu mapun kelompok masyarakat.
5) Berfungsi sebagai transformatif
Ajaran agama dapat merubah kepribadian dan tingkah laku
seseorang dalam kehidupan baru yang sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya dari
ajaran agama yang dianut terkadang mampu mengubah sifat,
perilaku dan kepribadian pemeluknya.
Kondisi Sosial Agama yang ada didesa Jlumbang Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri ada beberapa aliran agama yang berbeda-
beda antara lain : Nahdlotul Ulama’ (NU), LDII dan Wahidiyah. Namun
mayoritas masyarakat Desa Jlumbang memeluk agama Islam atau aliran
Nahdlotul Ulama’ (NU), walaupun dalam pemeluk alirannya berbeda-beda
akan tetapi semua masyarakatnya tetap Baik, Rukun, Aman dan Damai.
Tanpa dengan membedakan aliran semua masyarakat Jlumbang masih
sangat antusias saling membantu dan bergotong royong dalam kegiatan
baik dalam Sosial dan Agama.
Masyarakat jlumbang sangat antusias dalam kegiatan keagamaan
baik kegiatan yang di adakan desa maupun acara individu dari masyarakat
desa . Kegiatan-kegiatan keagamaan di desa jlumbang dilakukan dengan
khitmat dan berjalan dengan lancar tanpa membedakan satu sama lain.
Dan dari masyarakat desa juga membekali pemuda-pemuda desa dengan
kegiatan keagamaan yang ada di desa Jlumbang, dengan tanpa melihat
latar belakang,kondisi sosial dan sebagainya. Banyak kegiatan keagamaan
yang membuat masyarakat desa Jlumbang memiliki jiwa sosial dan saling
membantu.
Salah satu dari kegiatan sosial keagamaan yang di lakukan di desa
Jlumbang yaitu Kenduren. Kenduren adalah adat masyarakat desa
Jlumbang dengan menyiapkan makanan dari masing masing rumah warga.
Dengan menyiapkan makanan yang tidak dipatok jenis dan makanan apa
yang di sajikan di masing masing rumah warga. Artinya masyarakat desa
Jlumbang bebas menyiapkan makanan yang mereka kehendaki. Setelah itu
masyarakat berbondong-bondong ke masjid dan membawa makanan yang
mereka siapkan. Dan makanan itu di tutupi sehelai daun pisang dan tidak
di ketahui masing masing makanan apa yang ada didalamnya. Setelah itu
mengadakan tahlil dan doa bersama yang di pimpin tokoh agama di desa
Jlumbang. Selesai berdoa bersama, makanan yang telah disiapkan dari
masing-masing warga di acak dan di bagikan ke masyarakat desa
Jlumbang.
Dalam Kenduren tiap orang menjadi “kita”. Kepala Desa, siapapun
dia, dan apapun alirannya, dia itu menjadi “kita” dan karena itu maka dia
wajib didukung, kelemahan serta kekurangan yang ditutupi, dan aibnya
tidak dibeberkan karena semuanya telah menjadi “kita”.
Pada dasarnya pesan yang tersirat dalam Kenduren ini adalah
Mengukuhkan makna “kekitaan”. Kesatuan sikap dan cita-cita bersama
yang diteguhkan kembali dan apabila ada keretakan kecil antara hati
dengan hati, maka melalui Kenduren Persatuan diperketat. Dengan suapan
nasi, bunyi dan isi do’a, dan dengan salaman tangan yang tulus yang retak
itu ditambal (ditutupi) dan menjadi utuh kembali.
Kenduren merupakan mekanisme Sosial untuk merawat keutuhan
dan meneguhkan kembali cita-cita bersama, sekaligus menjadi kontrol
Sosial atas penyimpangan-penyimpangan dari cita-cita bersama yang telah
dijunjung tinggi. Kenduren sebagai institusi Sosial Menampung dan
mempresentasikan banyak kepentingan.
Tidak hanya Kenduren, masih banyak lagi seperti Jam’iyyah
Tahlil, Muslimat dan lain-lainnya. Jam’iyyah Tahlil yang diperuntukkan
kapada bapak-bapak, karena kebanyakan bapak-bapak yang kurang dalam
kegiatan Sosial dengan Masyarakat yang lain karena sibuk dengan
urusannya. Dengan adanya kegiatan seperti ini akan lebih kuat dalam
menjalin hubungan Sosial dengan masyarakat lainnya yang mungkin
jarang untuk bisa bertemu langsung.
Desa Jlumbang memiliki Sosial Agama yang baik dalam kondisi
bagaimanapun tetap memprioritaskan kebersamaan seperti yang telah
disebutkan diatas, dengan tanpa membeda-bedakan aliran, ras, suku dan
warna kulit tetap kebersamaanlah yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
sekitar.

2. Sejarah Warga Desa Jlumbang Dalam Beragam

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang artinya


pohon. Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut “tarikh”. Adapun kata
tarikh dalam bahasa Indonesia artinya waktu. Dalam bahasa Inggris
berasal dari history, yakni masa lalu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) sejarah adalah asal-usul (keturunan) silsilah, kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat;
tambo: cerita, pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian
yang benar-benar terjadi dalam masa lampau; ilmu sejarah. Menurut G.J
Renier yang mengatakan bahwa sejarah adalah cerita mengenai
pengalaman orang yang berada di dalam masyarakat yang beradab.
Menurut Leopald Von Ranke bahwa pengertian sejarah adalah apa yang
sungguh-sungguh terjadi. Sementara menurut R. G. Collingwood adalah
sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh
manusia pada masa lampau1.

Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Jadi, yang dimaksud dengan sejarah warga dalam beragama yaitu kejadian
atau peristiwa yang benar-benar terjadi yang dilakukan oleh manusia pada
masa lampau dalam sistem mengatur tata keimanan atau kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adanya sejarah membuat kita tau
penyebab kondisi keagamaan yang terjadi dalam suatu masyarakat
tersebut. Karena ajaran agama yang dianut oleh masyarakat tersebut tidak
terlepas dari peran nenek moyang masyarakat tersebut.

Setelah mengetahui apa itu sejarah agama dan desa, disini akan
dibahas tentang sejarah bagaimana masyarakat desa Jlumbang dalam
beribadah atau beragama. Dalam salah satu wawancara kepada salah satu
tokoh agama di desa Jlumbang yaitu pak Sujono, S.Ag yang umumnya
oleh masyarakat sekitar di panggil pak Yono, beliau mengungkapkan
bahwa masyarakat Jlumbang pada umumnya sejak nenek moyang mereka
sudah menganut ajaran agama Islam. Beliau juga mengungkapkan bahwa
tidak pernah terjadi suatu konflik antar masyarakat desa Jlumbang atas
nama agama. Masyarakat desa Jlumbang sekalipun hanya beberapa yang
melakukan sholat berjamaah sehari-hari, namun dalam hal beribadah yang
menganjurkan untuk berjamaah mereka semua tetap datang untuk
melakukannya bersama-sama seperti halnya perayaan-perayaan hari besar
agama Islam.

Beliau juga menceritakan bahwa dulu ada salah satu dari


masyarakat di desa Jlumbang yang menikah dengan orang kristen atau non
muslim, namun setelah pernikahan berlangsung orang tersebut
memutuskan untuk mengikuti pasangannya pindah dari desa Jlumbang dan
1
Amboro, dkk, “SEJARAH PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH DI KOTA METRO TAHUN 1939-
1945”, Jurnal Swarnadwipa Vol 1, No 3 Hal 74
tinggal di daerah pasangannya tersebut. Pak Yono mengungkapkan bahwa
respon dari masyarakat desa Jlumbang tidak ada yang negatif, karena
masyarakat desa Jlumbang paham bahwa menikah adalah hak milik
mereka masing-masing, jika memang orang tersebut keluar dari agama
Islam yang sebelumnya dianutnya maka hal tersebut adalah hak dia
sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu masyarakat desa
Jlumbang tidak memberikan respon yang berlebihan atas kejadian tersebut.

Di Indonesia ajaran agama Islam mempunyai perkumpulan


tersediri yang biasanya disebut organisasi Islam. Organisasi islam tersebut
antara lain Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Front Pembela Islam
(FPI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI). Beberapa organisasi tersebut menyebar di Indonesia dan
desa Jlumbang tidak luput menjadi tempat penyebaran organisasi islam
tersebut. Namun hanya beberapa organisasi yang ada di desa Jlumbang
tersebut yaitu Nahdlatul Ulama yang umumnya disebut NU dan Lembaga
Dakwah Islam Indonesia yang umumya disebut LDII. Namun ada satu lagi
suatu lembaga islam, tidak bisa disebut suatu organisasi tetapi hanya
mereka mempunyai perbedaan dalam bacaan dzikir, perkumpulan tersebut
dinamakan wahidiyah.

Wahidiyah merupakan sebuah aliran yang mememiliki ajaran


untuk selalu berupaya mendekatkan diri pada tuhan, dengan cara
mengamalkan shalawat wahidiyah yan di susun oleh KH Abdoel Madjid
Ma`ruf pengasuh pondok pesantren kedunglo kediri. Masyarakat memiliki
pandangan bahwa pemahaman dan pengalaman ditemukan beberapa
penyimpangan ajaran wahidiyah. Menurut para kiai dan masyarakat
dianggap telah menyimpang dari ajaran ajaran islam, namun dengan
adanya perbedaan sholawat tidak akan menjadi penghalang untuk saling
bertoleransi antar aliran.2

Seperti halnya di Desa Jlumbang sendiri, ada satu keluarga yang


menganut ajaran wahidiyah, namun masyarakat di Desa Jlumbang sendiri
2
Moh Zahid, “Islam Wahidiyah (Ajaran dan Pengamalan Sholawat Wahidiyah Dalam Mainstream
Isam Masyarakat Madura)”, Al-Hikam Vol 7 No 2, 2012 hal 391
sudah terbiasa dengan adanya perbedaan aliran yang terdapat di desa ini.
Seluruh masyarakat saling bertoleransi dan hidup dengan aman, nyaman,
dan tentram. Di Desa Jlumbang sendiri juga memiliki warga yang
memiliki penganut LDII.

LDII merupakan sebuah organisasi islam yang dimana organisasi


ini bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. LDII sendiri
merupakan organisasi islam yang memiliki faham yang berkesan ekstrim
dan eksklusif, seperti halnya ketika orang LDII bersentuhan antar kulit
dengan orang luar LDII, maka orang yang menganut LDII akan
beranggapan bahwa bersentuhan tersebut najis, dan najis tersebut harus di
basuh agar hilang. Dengan faham tersebut masyarakat diluar penganut
LDII akan merasa terganggu dengan faham tersebut. Namun sangat
berbeda dengan orang orang Desa Jlumbang meskipun berbeda faham atau
aliran, maka tidak membuat masyarakat saling menjauh, atau saling
berkonflik, masyarakat justru akan saling membantu dan saling
menghargai perbedaan aliran tersebut, misalnya ketika terdapat tahlilan
masyarakat akan mengikuti tahlilan tersebut tanpa harus memandang yang
namanya aliran.3

Di desa jlumbang sendiri mayoritas masyarakatnya penganut NU


(Nahdatul Ulama), dimana NU sendiri merupakan organisasi terbesar yang
berada di indonesia, dan organisasi ini lebih mengedepankan sifat
keulamaan, dengan artian bahwa pengurusan organisasi tersebut ialah para
ulama atau pun kiai. NU sendiri merupakan organisasi yang dirintis oleh
para kiai yang memiliki faham ahlus sunnah wal jamaah. Yang menjadi
wadah dalam usaha untuk mempersatukan diri, dan memelihara serta
mengamalkan ajaran islam dengan satu rujukan mazhab, dan selalu
berkhidmat kepada bangsa dan negara. 4 Seperti halnya di Desa Jlumbang
sendiri banyak sekali yang menganut NU. Terdapat beberapa masyarakat

3
Faizin, “Pemikiran Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Analisis Praktik Keagamaan dan
Pengaruhnya Di Kabupaten Kerinci”, Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam Vol 3 No 2, 2018 hal
144
4
Anma Muniri, “Tradisi Slametan: Yasinan Manifesti Nilai Sosial-Keagamaan Di Trenggalek”,
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 6 No 2, 2020 hal 78
yang sudah berpegang teguh pada NU, namun ada sebagian penduduk
yang masih belum berpegang teguh pada NU. Namun, dulu terdapat
organisasi yang tidak dikenal masuk ke desa jlumbang maka tokoh agama
(pak suyono), menolak dengan baik untuk organisai tersebut meninggalkan
desa jlumbang.

3. Masjid At-Taqwa Desa Jlumbang

Kata masjid disebut dua puluh delapan kali di dalam al-Quran.


Kata ini berasal dari bahasa Arab “sajada, yasjudu, sujudan”, yang berarti
“sujud.” Sedangkan “masjid” berarti tempat sujud. Secara bahasa, masjid
dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk bersujud. Sementara
dalam makna yang lebih luas, masjid merupakan bangunan yang
dikhususkan sebagai tempat berkumpul untuk menunaikan salat
berjamaah. Adapun istilah masjid menurut syara‘ ialah tempat yang
disediakan untuk salat dan bersifat tetap, atau bukan untuk
sementara.Masjid memiliki peran penting dalam berkembangnya
pembentukan peradaban umat Islam. Bukan hanya berfungsi sebagai
rumah ibadah, tetapi juga menjadi sebuah pusat kegiatan komunitas
muslim, tanpa memandang perbedaan yang ada. Masjid menjadi salah satu
simbol penting bagi agama Islam, baik sejak masa awal perjalanan dakwah
Nabi Muhammad SAW maupun masa kini.

Selain dapat menegakkan agama Allah SWT, masjid juga berfungsi


untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban sosial melalui kajian-
kajian keagamaan. Di dalam masyarakat yang majemuk, seperti Indonesia,
maka masjid dapat difungsikan untuk memberikan dakwah yang bersifat
menyejukkan dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Selain fungsi utamanya tersebut, masjid memiliki fungsi lainnya


yang berperan penting dalam perkembangan umat muslim. Adapun
beberapa fungsi masjid di antaranya sebagai berikut:

1) Sebagai tempat ibadah.


2) Sebagai pusat pendidikan.
3) Sebagai tempat musyawarah.
4) Sebagai tempat akad nikah.
5) Sebagai tempat perlindungan.

Masjid At-Taqwa pertama kali dibangun pada tahun 1970


dibelakang pemukiman atau diarea persawahan. Karena pada zaman
dahulu belum ada penerangan sehingga membuat segenap warga yang
ingin berjamaah ataupun mengaji di masjid harus membawa obor. Pada
tahun 1979 Bapak Samiri bin Matsahri (alm) mewakafkan tanah halaman
rumah untuk dijadikan Masjid dengan tujuan agar warga lebih mudah
dalam beribadah dan juga belajar mengaji, namun bangunan masjid
tersebut terbilang sederhana. Di tahun 1982 bangunan masjid mulai
direnovasi dengan menggunakan dana bantuan dari pemerintah setempat.
Renovasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan dana yang diperoleh.

Masjid At-Taqwa memiliki beberapa faslitas diantaranya kamar


mandi, tempat wudhu, mukenah, alat kebersihan, papan tulis, karpet, dan
mimbar. Masjid At-Taqwa juga memiliki beberapa progam yakni progam
harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Kegiatan-kegiatan tersebut
bertujuan untuk mensyiarkan agama islam dan memakmurkan masjid.

Kegiatan-kegiatan ini meliputi :

1) Sholat berjamaah 5 waktu.


2) TPQ senin-sabtu.
3) Sholat jum’at.
4) Peringatan hari besar islam.
5) Sholat hari raya.
6) Kegiatan hadroh di masjid.
7) Khataman Al-Qur’an.

Masjid At-Taqwa memiliki struktur kepengurusan yakni :

1) Pelindung ( Kepala Desa )


2) Ketua ( P. Sujono )
3) Sekretaris ( P. Wonaji )
4) Bendara 1 ( P. Masri )
Bendara 2 ( P. Junedi )
5) Seksi Pemb ( P. Warimin )
6) Seksi Perlemh ( P. Subandi )
7) Seksi Pend ( P. Abdul Kholik )
8) Humas ( P. Sujarwo )
9) Anggota ( P. Misdi, P. Kemi, P. Sujadi )

Jadwal Bilal Sholat Jum’at Masjid At-Taqwa desa Jlumbang

No HARI KHOTIB BILAL


1 Jum’at Pon P. Sujono P. Bakri
2 Jum’at P. Kholiq Andrianto
Kliwon
3 Jum’at P. Sabid Imam
Pahing Junaedi
4 Jum’at P. P. Ida
Wage Solikan Samsudi
5 Jum’at Legi P. Arif P. Budi

4. Kegiatan Rutin Keagamaan Di Desa Jlumbang


Di desa Jlumbang ada beberapa macam kegiatan keagamaan yang
sudah dilakukan sejak lama atau turu temurun ataupun masih baru muncul
diantaranya antara lain:
1) TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) At-Taqwa

Pendidikan merupakan salah satu alat yang mempunyai efisiensi


yang sangat tinggi dalam mencipatakan generasi muda yang
menghasilkan pemikiran yang beragam dan perlu diapresiasikan.
Pendidikan juga sangat menentukan pembentukan akhlak dan moral
bagi setiap peserat didik. Salah satu pendidikan tersebut adalah
pendidikan dalam bidang keagamaan. Pendidikan agama sangat
penting diberikan bahkan sejak masih dini, karena dengan
pengetahuan agama ini dapat memberikan peserta didik bekal berupa
ilmu-ilmu dalam berakhlak dan dapat membentuk karakter diri yang
baik bagi masa depan setiap peserta didik. Pendidikan agama yang
biasa terdapat di masyarakat selain sekolah formal (TK/SD/MI) dan
lain sebagainya adalaha Taman Pendidikan al-Qur’an atau biasa
disebut dengan TPQ.5

Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) merupakan suatu lembaga


atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan
nonformal dibidang keagamaan islam dimana tujuannya untuk
memberikan pengajaran membaca al-Qur’an dimulai sejak usia dini,
serta dapat memberikan pemahaman atas dasar-dasar agama islam dari
anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar atau bahkan usia sekolah
lebih tinggi. Demikian juga dengan TPQ at-Taqwa yang terdapat di
Desa Jlumbang Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri ialah suatu
lembaga yang pas dalam memberikan pengajaran membaca al-Qur’an
yang baik dan benar serta aktivitas keagamaan lainnya seperti
pembelajaran gerakan sholat dan juga pembelajaran dalam menulis
huruf pegon.6

TPQ at-Taqwa ini berdiri bersamaan dengan masjid at-Taqwa


berdiri. Kegiatan TPQ at-Taqwa ini berlangsung di serambi masjid at-
Taqwa. Di tahun 1980-an TPQ pengajar TPQ ini adalah Bapak
Sudjono dan juga Ibu Nur, kemudian dari tahun ke tahun ustadz-
ustadzah di TPQ at-Taqwa terus berganti-ganti. Menurut Ibu Lutfiana
Dwi Ambari yang masuk TPQ di tahun 2009. Beliau pertama kali
masuk dan mengajar di TPQ setelah lulus bangku sekolah menengah
atas. Beliau pertama kali mengajar di TPQ bersama dengan Ibu Siti
Munawaroh, selang beberapa waktu Ibu Azizatul masuk TPQ sebagai
pengganti dari Ibu Siti Munawaroh yang cuti melahirkan. Kemudian
5
Abdurrahman, dkk, “Peran TPQ dalam meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-Quran pada
anak TPQ Bahrul Ulum”, Jurnal Al-Ibtidaiyah Vol III No 1, 2022 hal 3
6
Aliwas, “Penguatan model pembelajaran baca tulis Quran dan manajemen pengolahan
organisasi (TPA)”, Jurnal Al-Ta’dib Vol 9 No 1, 2016 hal 24
di tahun 2014, Ibu Erin Nira Sari ikut mengajar di TPQ dan di tahun
2018 Ibu Rofi’ Mas’ulah masuk untuk menjadi pengajar di TPQ. Di
TPQ at-Taqwa juga ada dua ustadz pembantu yaitu Bapak Zainal
Arifin dan Bapak Abdul Kholiq. Bapak Zainal Arifin mengajar di
TPQ setiap hari senin dan selasa ba’da maghrib dengan pembelajaran
kitab kuning, sedangkan Bapak Abdul Kholiq mengajar di TPQ
sebagai guru pengganti apabila salah satu guru ada yang berhalangan
hadir.

TPQ at-Taqwa memiliki susunan kepengurusan yang diketuai


oleh Bapak Sujono.
Sekretaris Ibu
Lufiana Dwi
Ambari. Dan
Bendahara Bapak
Abdul Kholiq. TPQ
at-Taqwa memiliki
dana dari SPP yang
di bayar perbulan
dan juga dana yang
didapat dari desa
setiap tahunnya.
SPP atau Syahriyah
ini wajib dibayar
oleh setiap santri yang belajar di TPQ dengan nominal 8.000,-
perbulan. Kemudian dana yang didapat dari desa setiap tahunnya
berbeda-beda. Awalnya yang dana untuk TPQ mendapat 5 juta setiap
tahunnya turun menjadi 3,8 juta rupiah.. Untuk gaji para ustadz-
ustadzahnya didapat dari anggaran desa yang setiap bulannya dapat
seratus ribu rupiah, lalu ditahun pergantian bupati baru ini gaji/honor
dapat intensif dari pemerintah.

TPQ at-Taqwa memiliki serangkaian kegiatan dimulai dari jam 16.00


WIB yang diawali dengan sholat ashar berjamaah kemudian
dilanjutkan dengan pembelajaran atau pengajian al-Qur’an. Awalnya
semua santri di TPQat-Taqwa ini berkumpul dalam satu tingkatan
kelas dengan program mengaji satu persatu, karena dirasa kelas
kurang efektif dan waktu yang terbatas maka kelas dibagi menjadi tiga
tingkatan. Kelas-kelas ini meliputi kelas rendah, sedang, dan tinggi.
Untuk kelas rendah diampu oleh Ibu Rofi’ Mas’ulah dengan beberapa
kegiatan yang terprogram, diantaranya ada IQRA, menulis,
menggambar, dan hafalan. Kelas sedang diampu oleh Ibu Erin Nira
Sari yang juga memiliki program , yaitu IQRA, menulis pegon,
hafalan surat -surat pendek dan juga hafalan do’a-do’a sholat. Begitu
juga dengan kelas tinggi yang di ampu oleh Ibu Lufiana Dwi Ambari
yang memilik program IQRA, Hafalan surat-surat pendek, do’a-do’a
sholat dan menulis pegon.

Dengan berbagai kegiatan tersebut diharapkan agar santri-santri


TPQ at-Taqwa menjadi generasi yang lebih maju tidak hanya dalam
bidang intelektual saja tapi juga dalam bidang keagamaan yang
artinya dapat belajar dan juga mengajarkan al-Qur’an untuk generasi
seterusnya.

2) Yassinan

Tradisi merupakan sebuah kebiasaan turun temurun yang


dijalankan setiap warga disebuah daerah dari jaman sesepuh hingga
saat ini. Dalam hal ini bayak sekali tradisi yang di jalankan di suatu
daerah, khususnya dalam masyarakat jawa. Misalnya yasinan yang
dilakukan setiap malam jum`at ataupun pada hai jum`at.

Yasinan merupakan suatu rutinitas yang dilakukan oleh warga


secara bersama sama . yasinan sendiri juga bisa diartikan sebagai
bentuk dari kebudayaan masyarakat setempat. Atau bisa juga diartikan
sebagai bentuk para ulama untuk mensyiarkan islam dengan cara
mengajak masyarakat untuk mendekatkan diri pada ajaran islam
melalui cinta membaca a-Qur`an , misalnya dalm hal ini yaitu surah
yasin.
Yasinan di Desa Jlumbang kecamatan kandangan kabupaten
Kediri ini di dirikan tahun 1985, oleh Ibu Nur Fadilah, dan hingga saat
ini masih tetp dilaksanakan setiap hari jum`at siang. Yasinan ini
dlaksanakan disetiap rumh warga yang memperoleh arisan dalam
yasinan tersebut. Di dalam kegiatan yasinan sendiri di dalamnya
terdapat nilai niai kebaikan yang diperoleh warga desa jlumbang
kecamatan kandangan kabupaten Kediri, maka dari itu nilai nilai
kebaikan itu dijalanakan hingga saat ini .

Yasinan juga bertjuan untuk mempererat silaturahmi, mensyiarkan


agama, dan mendo`akan para sesepuh yang sudah meninggal, dan bisa
juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat di suatu waktu tertentu.
Yasinan di desa jlumbang sendiri juga bisa dikatakan tradisi turun
temurun sejak 1985, dan menjadi kebiasaan para ibu ibu untuk
selalu mengikuti tradisi yang sudah ada di desa jlumbang. Yasinan
memiliki tata cara sebagai berikut:

1. Salam
2. Syahadat 3 kali
3. Tawasul
4. Membaca surah yasin
5. Al – fatihah
6. Tahlil ( terdiri dari al – ikhas 3 kali, al – falaq 3 kali, dan an- nass
3 kali)
7. Do`a
8. Salam
9. Sholawat 3 kali

Bukan hanya niai nilai kebaikan, dalam yasinan pun juga terdapat
nilai nilai social, dilihat dari segi nilai social masyarakat yasinan ini
memiliki kaitan erat dengan kesejahteraan social dimana, dalam
kesejahtera. an social, nilai sosial akan membentuk kerukunan, dan
kekeluargaan antar anggota masyarakat di desa jlumbang. Yasinan ini
juga bisa dijadikan wadah untuk para ibu ibu untuk bisa belajar
mengenal lebih dalam lagi menganai ajaran agama islam.7

Yasinan harus tetap dilestrikan dan bisa dikembngkan demi


kebaikan dan kemanfaatan bersama antar warga desa. Jika dilihat dari
nilai keagamaan yasinan memiliki nilai yang religius yang dapat
meningkatkan kegiatan kegiatan yang bersifatkan keagamaan. Dalam
yasinan di desa jlumbang ini ibu ibu memiliki antusias dan semangat
yang sangat besar dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Yasinan
di Desa Jlumbang diadakan seminggu sekali di hari jum`at siang,
dengan tempat yang digilir di setiap minggu nya.

3) Tahlilan
Tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Al-
Qur’an dan kalimat Thayyibah (Tasbih, Tahmid, Tahlil dan Takbir)
yang dimana pahala bacaan tersebut dihadiahkan untuk para Arwah
(mayit) yang disebutkan oleh pembaca atau oleh pemilik hajat.
Tahlilan biasanya dilaksanakan di hari-hari tertentu, seperti tujuh
hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-40, ke-100 atau
ke-1000 nya. Tahlilan juga sering dilaksanakan secara rutin dihari
kamis malam jum’at atau di malam hari lainnya sesuai dengan adat
yang telah berkembang disekitar. Setelah tahlilan, biasanya pemilik
hajat akan memberikan hidangan makanan untuk dimakan ditempat
atau dibawa pulang.
Di Desa Jlumbang Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri ini
memiliki adat istiadat tersendiri yang telah turun-temurun dari nenek
moyangnya, dapat diketahui bahwasannya Desa Jlumbang ini juga
memiliki beberapa perkumpulan atau jam’iyyah tersendiri seperti
Jam’iyyah Muslimat, Fatayat, Jam’iyyah Tahlilan dan lain-lainnya.
Didesa Jlumbang Kecamatan Kandangan yang Jam’iyyah
Tahlilnya terdapat struktur kepengurusannya yang diketuai oleh
Bapak Sujono atau panggilan akrabnya biasa di panggil dengan Pak

7
Anma muniri, "Tradisi Slametan: Yasinan Manifestasi Nilai Sosial Keagamaan di Trenggalek",
Jurnal pendidikan ilmu pengetahuan sosial, Vol. 6, No.2 Juni 2020, Hal. 78
Yono, serta beliau ini sebagai sesepuh, tokoh masyarakat dan kyai di
Desa Jlumbang yang sangat dihormati oleh masyarakat lainnya, dan
yang sebagai sekertaris dan bendahara dalam Jam’iyyah Tahlil yaitu
Bapak Arip, beliau ini juga seorang tokoh masyarakat di Desa
Jlumbang sekaligus yang mendampingi dan sebagai pelatih Group
Rebana Desa Jlumbang yang pesertanya sendiri adalah anak-anak
muda Jlumbang.
Kegiatan Jam’iyah Tahlil di Desa Jlumbang ini diselenggarakan
disetiap hari Kamis malam Jum’at, disetiap kegiatan tersebut selalu
ramai atau banyak yang antusias mengikuti kegiatan rutin yang sudah
dilakukan sejak dulu. Seluruh masyarakat di Desa Jlumbang baik dari
bapak-bapak maupun adik-adik dengan semangat dalam mengikuti
kegiatan rutin tersebut, didalam kegiatan rutin tersebut juga memiliki
uang kas atau uang arisan yang akan diberikan kepada masyarakat
yang akan ditempati Jam’iyah Tahlil atau sebagai shohibulbet.
Didalam kegiatan Jam’iyyah Tahlil sudah ditentukan susunan acara
yang akan dilaksanakan saat kegiatan berlangsung antara lain :
a. Pembukaan.
b. Membaca doa pembuka.
c. Membacakan susunan acara.
d. Membaca surat Yasin dan Tahlil.
e. Membaca Do’a Penutup.

Dalam kegiatan Jam’iyyah Tahlil sudah dibentuk siapa yang akan


memjadi imam untuk memimpin berjalannya Tahlilan tersebut, ada
beberapa tokoh masyarakat yang telah dipilih sebagai imam dalam
memimpin jalannya Jam’iyyah Tahlilan yakni : Bapak Sujono (Pak
Yono), Bapak Arip, Bapak Sholikan, Bapak Kholik. Serta yang
membawakan acara atau yang menjadi MC adalah dari anak
pemudannya, karena dengan seperti ini agar bisa berlatih,
mengembangkan sosial, dan menumbuhkan serta menguatkan mental
pemuda agar siap untuk masa depan.
Kegiatan Jam’iyyah Tahlil yang miliki Desa Jlumbang ini
mempunyai ciri-ciri yang khas tersendiri dari pada Jam’iyyah Tahlil
yang lain, yakni dalam setiap pertemuan atau kegiatan Jam’iyyah
Tahlil memberikan uang kepada sekertaris dan berdahara untuk
dimasukkan kedalam kas dan untuk arisan anggota Jam’iyyah Tahlil
desa Jlumbang. Dalam membaca surat Yasin dan Tahlil juga
digabungkan, karena biasanya didalam Jam’iyyah Tahlil lainnya
dipisah seperti hari kamis diminggi pertama membaca Tahlil dan
untuk hari kamis diminggu kedua Membaca surat Yasin dan
seterusnya atau surat Yasin hanya dibaca pada saat hari Kamis malam
Jum’at Kliwon atau yang lainnya.
Jam’iyyah Tahlilan yang ada di Desa Jlumbang sangat berpengaruh
banyak kepada kegiatan-kegiatan yang lainnya yakni untuk
menyebarluasakan Syariat Islam tidak hanya kepada ibu-ibu tetapi
kepada bapak-bapak juga, karena jarang juga disetiap desa memiliki
kegiatan rutin Jam’iyyah Tahlil yang didalamnya hanya seorang
bapak-bapak. Karena di beberapa Desa tidak semua yang memiliki
kumpulan atau Jam’iyyah seperti ini.
4) Dibaan

Kehidupan di zaman yang serba modern, itu di tandai oleh


berbagai macam kegiatan dan kesibukan yang banyak menyita waktu,
menguras tenaga dan fikiran. Kehidupan yang sudah tampak jelas
kenyataannya adalah munculnya berbagai permasalahan yang tidak
mengenal batas umur, kelompok sosial, dan segala rentang usia yang
mengganggu kebahagiaan dalam hidupnya.

Manusia akan merasakan kejemukan disaat waktu tertentu,


baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah (remaja), maupun
lingkungan kerja. Maka dari itu perlu adanya solusi yang tepat untuk
menghindari dari semua permasalahan yang di deritanya ini, tiada lain
yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada beberapa cara untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT, diantaranya dengan beribadah dan berdzikir kepada-Nya. Salah
satu pembiasaan (terapi) yang sering di lakukan adalah kegiatan
dibaan.

Diba’an adalah tradisi membaca atau melantunkan shalawat


kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh masyarakat Nahdhatul
Ulama. Pembacaan shalawat dilakukan bersama secara bergantian.
Diba’an itu sendiri adalah kesenian tradisional yang telah lama
tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan yang positif karena
menganjurkan kita untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak hanya bershalawat saja, melainkan memberikan wawasan pula
bagi kita dan pendidikan kepada masyarakat mengenai riwayat Nabi
Muhammad SAW, lalu mampu membawa hiburan tersendiri kepada
masyarakat sekitar.

Hasil dari wawancara yang telah dilakukan dengan pimpinan


kegiatan Diba’iyah, beliau mengatakan bahwa kegiatan Diba'iyah di
Desa Jlumbang sudah ada sejak dahulu. Rangkaian kegiatan Diba'iyah
ini di barengi dengan kegiatan lainnya. Pada Minggu pertama di isi
dengan Pembacaan Diba'iyah . Minggu kedua di isi dengan
Pembacaan Diba'iyah dan Juz 'Amma . Pada Minggu ketiga di isi
dengan Pembacaan Diba'iyah dan Istighosah. Sedangkan Minggu
keempat di isi dengan Pembacaan Diba'iyah dan Pembacaan Tahlil .
Diba’iyah ini merupakan salah satu kegiatan yang diampu oleh
Jami’iyah Fatayat Desa Jlumbang.

Namun pada tahun 2019 rangkaian kegiatan diba'an ini hanya


terpaku pada satu kegiatan saja, dikarenakan salah satu tokoh
menganjurkan untuk fokus pada pembacaan Diba'iyah saja. Berikut
rangkaian acaranya :

1. Pembukaan

2. Pembacaan Ayat Suci Al Qur'an


3. Membaca Syahadat 3 kali lalu di lanjutkan dengan membaca Al
Fatihah bersama.

4. Pembacaan diba'iyah.

5. Do'a

6. Penutup.

Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu Malam Minggu Ba'da


Maghrib, yang di ikuti oleh anak-anak, remaja, maupun ibu-ibu, dari
rumah ke-rumah secara bergilir setiap minggunya.

Dalam kegiatan Diba'iyah ini terdapat salah satu konsep


mengenai dana/biaya yang digunakan sebagai dana konsumsi. Pada
setiap pertemuannya, jamaah Diba'iyah memberikan uang khas kepada
petugas sebesar Rp. 5000,-, yang nantinya akan diberikan kepada
masyarakat yang rumahnya akan ditempati untuk kegiatan Diba'iyah
atau sebagai tuan rumah .

Menurut Narasumber sekaligus ketua Fatayat Ranting


Jlumbang, yaitu Ibu Lufiana Dwi Ambari . Tujuan dari diadakannya
kegiatan Diba'an adalah Bersholawat kepada Nabi Muhammad serta
mengharapkan Syafaat dari Nabi Agung Muhammad SAW.

Beliau juga menyampaikan bahwa disetiap kegiatan pasti ada


kendala dan solusi. Menurut beliau kendala dari kegiatan Diba'an di
Desa Jlumbang ini salah satunya adalah Belum siapnya tuan rumah
saat diputuskan untuk menjadi tempat dalam kegiatan Diba'an, karena
terkendal biaya ataupun masalah lainnya. Sedangkan solusinya adalah
Mencari tempat pengganti rumah warga yang bersedia dan siap
ditempati untuk kegiatan Diba'an tersebut.

5) Khataman

Pengertian Khataman Al-Quran

a. Menurut Bahasa
Khatam menurut bahasa adalah tamat, selesai, atau habis8.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
khataman adalah upacara selesai menamatkan Al-Quran.

b. Menurut Istilah
Khatam menurut istilah tuntas dalam membaca Al-Qur’an
dari awal sampai akhir, entah berapa lamanya, dengan disimak
oleh guru, agar dapat keberkahan selain agar bacaannya teruji
baik dan benar9.
Jadi, khataman adalah suatu kegiatan membaca Al-Quran yang
dilakukan dari awal sampai akhir yang kemudian disimak oleh
seorang guru agar teruji baik dan benarnya bacaan serta agar
mendapatkan keberkahan.

Khataman di desa Jlumbang terbentuk pada tahun 1982. Bermula


dari niat tulus ibu Siti Jumayah yang ingin mensiarkan agama dan
menebarkan kebaikan. Beliau mengatakan salah satunya juga adalah
karena untuk bersilahturahim dengan para tetangga sesama kaum
hawa. Berawal dari mengajak para ibu-ibu rumah tangga yang sehari-
harinya mereka hanya menjadi ibu rumah tangga biasa yang
kesehariannya adalah bekerja di sawah dan ladang masing-masing,
beliau mengajak mereka untuk membentuk suatu kelompok
muslimatan ibu-ibu, dan kemudian berhasil dikembangkan oleh para
anggota kelompok muslimatan tersebut, belum cukup sampai disitu,
dikemudian hari beliau terinspirasi kembali untuk membuat komunitas
baru yaitu membentuk suatu komunitas khataman Al-Quran. Di
dalam desa Jlumbang sendiri sudah terbentuk satu kelompok
khataman ibu-ibu yang mana dilakukan satu bulan satu kali yaitu
tepatnya pada jumat legi. Beliau telah membentuk jadwal petugas
pemimpin setiap jumat legi agar semua bisa bergiliran secara merata,

8
Syafei Abdullah, Pengaruh Khatam Al-Quran dan Bimmbingan Guru Terhadap Kmampuan
Membaca Al-Quran di MTs. Nurul Ihsan Cibinong Bogor, Jurnal Dirosah Islamiyah,, Vol. 2, 2020,
Hal. 134.
9
Ibid, Hal.135.
lalu beliau akan menunjuk satu orang yang bertugas pada hari tersebut
untuk memimpin khataman dengan menggunakan pengeras suara
sedangkan ibu-ibu atau peserta lainnya akan membagi setiap juznya
sampai akhir (juz 30) untuk dibaca masing-masing.

Diawal berdirinya khataman tersebut biasanya kegiatan khataman


akan dilaksanakan setelah sholat subuh sambil menunggu fajar tiba,
namun karena kegiatan para anggota khataman yang cukup padat
karena mayoritas semua adalah para ibu rumah tangga sehingga
dirubahlah jam kegiatan khataman ini yaitu pada jam sebelas siang.
Kegiatan khataman ini akan berlangsung dalam dua sampai tiga jam,
setelah itu akan dilanjutkan dengan bacaan tahlil bersama. Khataman
Al-Quran dilakukan disalah satu rumah anggota khataman tersebut
yang mana gilirannya dipilih secara acak yaitu dengan cara kocokan
kertas, yang dimana ada toples berisikan kertas yang bertuliskan nama
para anggota khataman, lalu toples dikocok dan digoyang-goyangkan
kemudian akan ada kertas nama yang keluar dan jatuh, itulah nama
yang akan menjadi giliran selanjutnya.
Beliau juga mengatakan bahwa kegiatan khataman ini menjadi
jembatan kita untuk menambah ilmu bersama, untuk mengisi waktu
luang, untuk bersilaturahim dengan sesama tetangga dan sebagai
makhluk Allah, khataman juga dijadikan salah satu jalan perantara
antara kita dengan para arwah leluhur, orang tua, anak, saudara, istri,
suami, dan orang terkasih kita lainnya yang telah wafat dan kemudian
kita akan mengirim doa bersama-sama, majlis ini juga diharapkan
dapat membawa berkah baik bagi desa maupun bagi pembaca itu
sendiri. Sehingga dapat menimbulkan suasana yang aman, damai,
tentram, sejahtera serta selamat dunia dan akhirat. Aamiin.
6) Hadrah

Hadrah sudah sangat populer dikalangan majlis taklim yang


dipimpin oleh beberapa kyai, dan habib yang kemudian menyebar ke
kalanganmasyarakat. Hadrah dari segi bahasa diambil dari kata
“hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan” yang berarti kehadiran. Tapi
dari pengertian istilahnya adalah sebuah alat musik sejenis rebana
yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid
NabiSAW. Hadrah juga tidak hanya sebatas untuk acara Maulid Nabi
saja, tetapi digunakan juga untuk ngarak(mengiringi) orang sunatan
ataupun orang kawinan.

Hadrah adalah kesenian lokal yang keberadaannya penting untuk


dipertahankan sampai saat ini. Kesenian adalah penjelmaan dari rasa
keindahan untuk kesejahteraan hidup, rasa disusun dan dinyatakan
oleh fikiran sehingga ia menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan
dimiliki. Kesenian juga berfungsi untuk menciptakan bentuk-bentuk
kesenangan. Perpaduan antara kesenian dan nilai-nilai Islam
mewujudkan sebuah kombinasi, sehingga berpengaruh terhadap
fungsu dan peran kesenian.

Hadrah juga merupakan kesenian Islam yang didalamnya berisi


sholawat Nabi Muhammad SAW untuk mensyiarkan ajaran agama
Islam, dalam kesenian ini tidak ada alat musik lain kecuali rebana.

Kesenian hadrah tidak lepas dengan sholawat. Umumnya sholawat


itu ialah do‟a kepada Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, dan sahabatnya. Jenis musik tradisional ini biasanya
diekspresikan dalam bentuk dan gaya bermacam-macam. kesenian
hadrah bukan sekedar dimainkan untuk didengar dan dinikmati
sendiri, tapi kesenian ini juga sering kali dipagelarkan dihadapan
masyarakat setempat.

Kesenian hadrah berfungsi untuk mententramkan pikiran dan


beban kemanusiaan serta dapat memperbaiki tabiat manusia. Selain
itu, sebagai alat manifestasi atau penyemangat dalam meningkatkan
moralitas dan spiritualitas terhadap masyarakat khususnya para
remaja. Di samping itu , hadrah juga dapat berfungsi sebagai srana
atau alat untuk berzikir, sebagai manifestasi dan wujud syukur kepada
Allah SWT atas nikmat yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-
Nya.
Hadroh di desa Jlumbang Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri di cetus pertama kali pada tahun 2000-an oleh ibu Nur
Fadhila.Alasan di peloporinya hadroh karena ingin mengumpulkan
para pemuda-pemuda desa agar bisa hobi dan senang ketika
bershalawat maka di bentuklah tim rebana oleh ibu Nur Fadhila atau
nama asli dari ibu nur adalah Siti Jumayah.

Pada awal berdirinya tim hadroh di desa Jlumbang, pemuda desa


Jlumbang masih kebingungan mengeai pelatih hadroh. Karena
keterbatasan pemain, dari ibu Nur berinisiatif untuk mendatangkan
pelatih hadroh dari luar desa.Pada awalnya Latihan hadroh di Desa
Jlumbang tidak bisa rutin diadakan dikarenakan keterbatasan pelatih
yang berasal dari desa lain.

Pemuda desa Jlumbang sangat berpartisifasi dalam pembentukan


tim Hadroh di desa Jlumbang.semangat dan hobi dalam bershalawat
membuat mereka sangat senang mengikuti pelatihan hadroh
tersebut.akhirnya dengan semua usaha yang mereka lakukan dan
semangat latihan mereka bisa membentuk tim hadroh sendiri di desa
Jlumbang.

Pada tahun 2022 desa jlumbang memiliki pengajar hadroh yang


berasal dari desa jlumbang sendiri yang sering di panggil pak
Arif .Pak arif lah yang mengajar pemuda desa jlumbang dalam
bermain hadroh. Dan Pada tahun 2022 juga diresmikan tim hadroh
dengan nama AS-SALAM. Harapan dengan dibentuknya tim hadroh
AS-SALAM bisa menjadi media dakwah untuk mensyarkan agama
islam melalui rebana dan pemuda pemuda desa Jlumbang bisa cinta
kepada kanjeng nabi Muhammad SAW melalui shalawatan
bersama.Dan juga diharapkan dengan adanya tim hadroh di desa
Jlumbang bisa menentramkan pikiran dan menjadi pengobat hati dan
pencerah rohani bagi yang mendengarkan dan membaca shalawat.

7) Ngaji Kitab
Islam menyebar di Indonesia melalui para guru agama atau
yang umumnya disebut Kiai. Dalam penyebarannya Kiai membentuk
suatu lembaga pembelajaran yang biasanya disebut dengan pondok
pesantren. Proses penyebaran agama Islam di Indonesia oleh para Kiai
di pesantren menggunakan media berupa kitab kuning atau kitab
pegon. Secara etimologi, menurut Ulum, pegon dari kata pego karena
huruf pegon telah menyimpang dari literatur Arab dan Jawa. Bahasa
Jawa Pegon sebagai wujud akulturasi tulisan Islam dengan Jawa
(memakai tulisan Arab, tapi ejaannya berbahasa Jawa yang
menggunakan abjad Arab).10 Cara ini tidak luput juga digunakan oleh
salah satu masyarakat di desa Jlumbang.

Seperti yang kita tau bahwa ada beberapa kegiatan keagamaan


yang dilakukan di desa Jlumbang salah satunya yaitu pengajian kitab
kuning. Pengajian kitab kuning dalam wawancara kepada salah satu
tokoh agama yang berperan penting dalam jalannya pengajian kitab
kuning ini yaitu bapak Ali Fahruddin mengungkapkan bahwa
pengajian kitab kuning di desa Jlumbang baru saja di dirikan yaitu
pada tahun 2018 bertempat di Mushola Al-Hasbiyah. Hanya saja
adanya pandemi covid-19 yang melanda Indonesia yang pastinya juga
mempunyai dampak pada pengajian kitab kuning ini yaitu adanya
pemberhentian sementara rutinan pengajian kitab kuning pada tahun
2019 sampai dengan 2020, dan di mulai kembali pada tahun 2021
hingga sekarang. Pengajian kitab kuning ini pertama kali di
sosialisasikan oleh pengurus pengajian di desa Jlumbang melalui acara
santunan anak yatim. Pendiri ataupun pengurus pengajian kitab
kuning ini berasal dari luar desa Jlumbang, yaitu dari pihak pondok Al
Hasbiyah Sembungrejo, Jeruk Gulung. Dalam sosialiasi pengajian
kitab kuning ini tentu saja ada beberapa masyrakat yang kurang
menerima apalagi pengurus pengajian ini bukan asli masyarakat desa
Jlumbang. Namun dari pihak pengurus pengajian tidak pernah
10
MOH ROSYID, KITAB PEGON DAN PENANAMAN PRINSIP DASAR KEISLAMAN:
STUDI KASUS KAMPUNG SANTRI TARJUMAH DI TAMBANGSARI, PATI, JAWA TENGAH,
Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol. 17 No. 1, 2020 hal 104
sekalipun memaksa masyarakat desa Jlumbang dalam mengikuti
pengajian ini. Pengajian ini bersifat umum atau tidak memaksakan.
Seiring berjalannya waktu pembahasan yang dijelaskan di pengajian
kitab kuning ini sepaham dengan pemahaman agama masyarakat di
desa Jlumbang, yang akhirnya mengakibatkan berkembangnya minat
masyarakat dalam mengikutinya. Pengajian kitab kuning ini
dilaksanakan setiap hari Jumat. Namun, jika bertepatan dengan acara
desa maka pengajian ini diliburkan terlebih dahulu. Pengajian ini
membahas tentang tata cara beribadah dalam agama Islam. Mulai dari
pembahasan fiqih, tasawuf, dan tauhid. Seperti yang kita tau bahwa
pengajian kitab kuning ini bukan hanya membahas satu persolaan saja,
oleh karena itu tema yang dibahas dalam pengajian ini berbeda pada
setiap pertemuan. Tema tersebut ditentukan oleh Kiai yang
menyampaikan materi tersebut. Adakalanya membahas tentang
tatacara berwudhu, sholat, keutamaan shodaqah, ataupun tata cara
berdzikir kepada Allah swt, dan masih banyak lagi. Kiai yang
menyampaikan materi ini bernama Kiai Mukhlis. Pengajian kitab
kuning ini di mulai ba’da isya di awali dengan membaca sholawat
nabi atau amalan basyairul khairat, kemudian pengajian kitab
berlangsung dan di akhiri pada jam 20.30, setelah selesai pengajian
dilanjutkan dengan makan bersama di samping itu ada pembagian
uang saku kepada anak-anak desa Jlumbang yang mengikuti pengajian
kitab kuning tersebut. Model pengajian ini adalah menyimak atau
tidak adanya kegiatan memaknai yang biasanya dilakukan di pondok
pesantren. Hal ini dikarenakan pengurus pengajian ini melihat kondisi
masyarakat yang menghadiri pengajian kitab kuning tersebut. Adanya
pengajian kitab kuning ini diharapakan dapat bermanfaat bagi
masyarakat desa Jlumbang. Hal ini sesuai dengan tujuan di dirikannya
pengajian kitab kuning ini yaitu agar dapat mensyiarkan ajaran agama
Islam dengan benar.

Adanya niat baik dari masyarakat desa Jlumbang sekalipun


datang dari seorang pendatang mempunyai dampak yang sangat
penting dalam meningkatkan intelektual atau pengetahuan masyarakat
desa Jlumbang terutama tentang masalah keagamaan. Perbedaan
dalam memahami ajaran agama Islam yang ada tidak menyebabkan
masyarakar Jlumbang terpecah belah. Malah sebaliknya, perbedaan ini
menjadikan suatu jembatan untuk bertukar pikiran dalam memahami
agama Islam.

8) IPNU IPPNU

Organisasi IPNU dan IPPNU adalah salah satu badan otonom


dari organisasi masyarakat Nahdatul Ulama yang bergerak dalam
ranah pelajar dan kepemudaan yang bertujuan mencetak kader-kader
NU. Anggotanya pun tidak harus duduk di bangku sekolah
(pendidikan formal), namun yang tidak sekolah pun juga dapat
menjadi anggotanya. Sebagai organisasi pelajar, peran IPNU dan
IPPNU akan sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan,
khususnya pendidikan agama Islam.

Sebagai sebuah organisasi pelajar pada badan otonom


Nahdlatul Ulama, IPNU dan IPPNU mengemban dua tugas utama.
Pertama , menjadi wadah pengembangan potensi generasi muda
Nahdlatul Ulama pada segment pelajar, santri, dan mahasiswa agar
bisa berkembang secara optimal. Kedua, sebagai pelaksana kebijakan
Nahdlatul Ulama dan penjaga nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
Nahdlatul Ulama.

IPNU dan IPPNU ketika lahir bernama Ikatan Pelajar


Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
Namun kelahiran IPNU dan IPPNU tidak secara bersamaan. Lebih
dahulu IPNU satu tahun daripada IPPNU . IPNU lahir pada tanggal 24
Februari 1954 M di Semarang yang mewadahi khusus pelajar putra,
sedangkan IPPNU lahir pada tanggal 2 Maret 1955 M di Malang yang
juga khusus mewadahi bagi pelajar putri. Dengan nama tersebut IPNU
IPPNU semakin menemukan bentuknya pada dekade 60-an ketika
turut serta mensponsori pembentukan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia).

IPNU dan IPPNU di desa Jlumbang di bentuk pada tanggal 22


April 2022 dan resmi dilantik pada tanggal 30 Juli 2022 yang
dipimpin oleh Dwi Fani Ardiansyah sebagai ketua IPNU, Sri Niken
Ambarwati sebagai ketua IPPNU. Dengan pembina IPNU Bapak
Sujono dan Bapak Zainal Arifin , dan pembina IPPNU Ibu Nur
Fadhila, Ibu Mustri, Ibu Lutfiana Dwi Ambari, dan Ibu Munawaroh.

Sekitar tahun 2019 PAC Kandangan mencoba mendirikan


IPNU dan IPPNU di desa Jlumbang tetapi gagal, dikarenakan
minimnya pemahaman pelajar-pelajar di desa Jlumbang akan apa
makna IPNU dan IPPNU itu sendiri. Pada saat ini jumlah anggota
IPNU dan IPPNU desa Jlumbang berjumlah 38 orang.

Berikut Visi dan Misi IPNU dan IPPNU di desa Jlumbang :

Visi :

1. Mencetak generasi kader Aswaja yang militan, intelek dan


berbudi/berkarakter.
2. Membawa nama baik desa Jlumbang agar semakin dikenal dan
bertambah maju.

Misi:

1. Selalu siap apabila di tunjuk menjadi apapun.


2. Melakukan yang terbaik baik didalam organisasi atau diluar
organisasi.
3. Balance antara ilmu agama dan ilmu umum.

Saat ini IPNU dan IPPNU di desa Jlumbang sedang menjalankan


proker (progam kerja) yaitu SHOBARI (Sholawat Diba’ Al-banjari )
yang dilakukan 2 minggu sekali. Terdapat pula proker yang akan
dilaksanakan pada bulan September mendatang yakni NGABRES
AJA (Ngaji Bareng Bersama Aswaja).
Menurut ketua IPPNU Sri Niken Ambarwati, IPNU dan IPPNU di
desa Jlumbang memiliki beberapa kendala :

1. Meyakinkan remaja untuk bergabung dalam organisasi IPNU dan


IPPNU.
2. Kesalahpahman orang tua.
3. Terdapat beberapa anak pemalu.

Anda mungkin juga menyukai