4. Dikarenakan Desa Karangturi terdiri dari beberapa etnis agama, maka bagaimana cara untuk
menjaga solidaritas antar warga dan menjaga agar kekeluargaan disana tetap harmoni?
Dalam menjaga solidaritas, warga Desa Karangturi mempunyai rasa toleransi yang sangat
tinggi dalam menghadapi adanya perbedaan etnis dan agama. Kehidupan antar warga pun
sangat rukun dan saling menghargai. Mereka memiliki anggapan bahwa “agamamu adalah
urusanmu, dan agamaku adalah urusanku”, sehingga meskipun terdapat perbedaan, hal
tersebut tidak menjadikan antar warga saling mengganggu. Hal-hal tersebutlah yang
mengakibatkan terciptanya hubungan antar warga yang solid hingga saat ini. Selain itu, antar
warga di Desa Karangturi juga memiliki rasa saling mengerti dan tidak pernah ikut campur
akan urusan masing-masing selagi tidak melanggar aturan yang berlaku. Antar warga satu
dengan yang lain juga tidak pernah saling mengadu, sehingga keharmonian tetap utuh terjga.
5. Apabila terdapat perayaan hari besar umat agama tertentu, bagaimana respon masyarakat
sekitar akan hal tersebut?
Masyarakat Desa Karangturi menganggap perayaan hari besar suatu agama adalah hal yang
biasa. Dalam artian, mereka tidak memiliki rasa benci akan hal tersebut dan justru saling
menghargai. Wujud rasa saling menghargai adalah dengan tidak mengganggu umat agama
lain dalam perayaan hari besarnya. Selain itu, untuk umat agama yang sedang merayakan
hari besar, mereka akan bersilaturahmi dari rumah ke rumah kepada orang yang lebih tua di
kawasan Desa tersebut.
6. Terkait pemilihan ketua RT atau RW di Desa Karangturi apakah dipengaruhi oleh faktor
agama?
Pemilihan ketua RT atau RW di Desa Karangturi tidak dipengaruhi oleh faktor agama. Bagi
masyarakat sekitar, faktor terpenting untuk memilih seseorang menjadi ketua adalah apabila
orang tersebut dianggap mampu untuk memimpin, sehingga tidak didasarkan atas latar
belakang agama dari calon ketua tersebut. Seperti pada Desa Karangturi ini, ketua RT sejak
tahun 1979 hingga saat ini tidak pernah berganti. Bapak Semar, selaku ketua RT dan
narasumber kami mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan masyarakat setempat tidak ada
yang menghendaki untuk dipilih menjadi ketua RT, serta masyarakat juga telah
mempercayakan sepenuhnya kepada Pak Semar.
9. Kesimpulan wawancara bersama pak semar adalah praktik toleransi bersosialisasi di Desa
Karangturi berjalan dengan harmonis dikarenakan masyarakatnya mampu bersikap, (a)
menenggangrasa dibuktikan dengan masyarakat mampu menempatkan diri dari sudut
pandang pemeluk agama lain, (b) sikap menerima terlihat pada adanya rasa aman dan
nyaman dalam beribadah, (c) sikap mengizinkan terlihat pada kegiatan-kegiatan keagamaan
dilakukan dengan bebas, (d) sikap menghargai dapat dilihat pada masyarakat yang saling
mengenal, menyapa, dan membaur, (e) sikap menghormati dilakukan dengan cara saling
mengundang dan menghadiri ketika ada hajatan atau berita kematian. Kemudian dukungan
tokoh masyarakat Desa Karangturi dilakukan secara menyeluruh. Pada tataran pemerintahan
desa upaya dilakukan dengan cara membekali masyarakat dengan sosialisasi tentang SARA
untuk menjaga persatuan dan sekaligus mencegah perpecahan. Pada tataran tokoh agama,
upaya dilakukan dengan cara saling menjaga hubungan baik satu sama lain dengan tujuan
memberikan contoh bagi para umat atau pengikutnya. Sedangkan pada tataran tokoh
pemuda, upaya dilakukan dengan cara terlibat dan melibatkan diri disetiap kegiatan
bersama.