1
rainbow that depicts the differences that are God's will as stated in one of the Bible verses to
love one another. Nevertheless, Islam has not experienced massive broadcasting.
Keywords: Sultanate, Harmony, Pastor.
PENDAHULUAN
Transmigran pertama memasuki kampung Maribu pada tahun 1922, kampung
disana mayoritas memeluk agama kristen protestan sebanyak 250 KK sementara
agama muslim begitu minoritas kisaran 20 KK. Disana dapat kita jumpai beberapa
tempat peribadatan ssetiap agama yakni misalnya seperti Masjid Al-Muhajirin di
Dukuh Panjangrejo, Gereja Bethel di Panjangrejo, GKI Bethesda di Maribu
Kampung, dan GKI Masa Mariba di Maribu Tua. Jarak tempuh menuju kampung
Maribu harus melalui akses jalan yang rusak dan cukup jauh dari Kota Sentani.
Kampung Maribu sendiri terbagi menjadi 5 RW 3 Dukuh (Panjangrejo, Maribu
Kampung, dan Maribu Tua). Hampir sebagian besar dari penduduk disana berprofesi
sebagai petani di hutan, dan kuli bangunan.
Berangkat dari kondisi kehidupan yang tergambar disana, penulis menaruh
perhatian terhadap isu tidak terpotret nya kerukunan di Kampung ini, sehingga
menjadi masyarakat Kampung lain mengira bahwa di sini umat Muslim di musuhi
atau di usik kehidupannya. Penelitian terkait moderasi beragama tentu telah banyak
dilakukan oleh para peneliti terdahulu di berbafai daerah dengan cakupan isu yang
beragam. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Muhajir Al Fairusy 1, Haidlor Ali
Ahmad2, Hanna Dewi Aritonang 3, Arskal Salim4, Muhammad Nur5, serta masih
banyak lagi.
Fokus penelitian ini adalah pada pembangunan non-fisik (peneguhan nilai-
nilai moderasi beragama dan fisik (tugu moderasi beragama). Peneliti berupaya
memberikan pemahaman kepada 6 kepala adat (ondoafi) tentang pentingnya hidup
damai berdampingan dan rukun sesama manusia dan umat beragama. Disamping itu,
dilakukan pula pembangunan Tugu Moderasi Beragama sebagai simbol dan
kebanggaan warga Kampung Maribu yang sangat menghormati dan melindungi
ibadah umat muslim yang notabennya adalah kaum minoritas, serta sebagai bukti
nyata bahwa masyarakat Kampung Maribu lebih dahulu mengamalkan moderasi
1
Muhajir Al Fairusy, “Menjadi Singkel Menjadi Aceh, Menjadi Aceh Menjadi Islam’
(Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konfilk Agama Di Wlayah Perbatasan-Aceh
Singkel),” Jurnal Sosiologi USK 9, No. 1, 2016, hlm. 17–33.
2
Haidlor Ali Ahmad, “Resolusi Konflik Keagamaan Di Aceh Singkil Dalam Perspektif
Budaya Dominan” Harmoni 15, No. 3, 2016.
3
Hanna Dewi Aritonang “Kehadiran Allah Di Tengah Penderitaan Aceh Singkil” GEMA
TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian, Vol. 6, No. 1, 2021, hlm. 35–50.
4
Arskal Salim, “Shara and the Politics of the Dominat Culture in Aceh-North Sumatera
Boreder”, ICRS UGM, 2018.
5
Muhammad Nur, “Kearifan Lokal Sintuwu Maroso Sebagai Simbol Moderasi Beragama”,
Pusaka, Vol. 8, No. 2, 2020, hlm. 241–252.
2
beragama. Sehingga, tercapailah tujuan penelitian ini untuk memberikan semangat
religiusitas masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini meggumakan metode ABCD (Asset Based Community
Development). Tahapan kegiatan riset ini diawali dengan observasi yakni wawancara,
diskusi serta berdialog selama kurang lebih 1 Minggu bersama masyarakat
lingkungan setempat. Mengumpulkan masyarakat dan mengajak berdiskusi untuk
perumusan program kerja KKN. Selanjutnya, melakukan kerja sama dengan Ondoafi
di Maribu, Pemerintah Kampung, Organisasi Pemuda Gereja dan Karangtaruna.
Memohon restu dan melibatkan Ondoafi untuk mensosialisasikan maupun
mendukung program kerja kepada masyarakat untuk mewujudkan perubahan yang
bermanfaat.
Adapun tempat kegiatan yang peneliti pilih untuk melakukan pengamatan
diantaranya seperti balai kampung, rumah baca masyarakat, GKI Bethesda Maribu.
Masjid Al-Muhajirin, hakaman rumah Ondoafi bapak Welem. Kegiatan KKN
berlangsung selama 35 hari dengan berbagai aktivitas yang mampu menunjang
percepatan kemajuan Kampung Maribu dan Meneguhkan Moderasi Beragama.
HASIL PENELITIAN
Dalam menjalankan penelitian, penulis tentu mengamalami berbagai
dinamika ketika proses pengambilan data. Beberapa dinamika proses yang penulis
alami ialah seperti pertama, sulitnya membangun komunikasi dengan pengurus
Masjid, sebab keseharian mereka menjalankan pekerjaan di kebun berangkat pagi
pulang petang. Kedua, terdapat 2 siswa Muslim yang bersekolah di SD YPK
Bethesda Maribu dimana mereka mengikuti pelajaran agama Kristen. Ketiga, masih
dijumpai masyarakat bersikap acuh ataupun kurang peka terhadap program kerja
yang peneliti ajukan. Keempat, tidak terfokusksnnya pembangunan, sebab pemasukan
dana désa dihabiskan untuk pembagian rata. Kelima, semangat gotong royong yang
semakin meluntur.
Berdasarkan dinamika proses yang terjadi, melalui berbagai kegiatan peneliti
bersama mahasiswa KKN-Nusantara lainnya berusaha memberikan pemahaman
pentingnya moderasi beragama, semangat gotong royong, serta menjaga keutuhan
potensi desa. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa, pendampingan UMKM,
menghidupkan kembali taman baca, sosialisasi moderasi beragama, kerjabakti di
Gereja setiap hari sabtu dan di Masjid setiap hari Jumat, pembuatan Tugu Moderasi
Beragama yang melibatkan masyarakat sekitar.
Upaya yang dilakukan oleh peneliti telah menghasilkan suatu perubahan baru
yang bersifat positif, yakni ditandai oleh lahirnya kembali semangat gotong royong
serta sokap saling membantu dalam ranah kepentingan umum. Masyarakat menjadi
lebih saling akrab dan menghormati perbedaan. Tidak kalah pentingnya, Ondoafi
3
mampu mempengaruhi masyarakat menjadi lebih displin, cerdas, kritis terhadap
pemembangunan desa.
PEMBAHASAN
A. Profil Kampung Maribu
Desa Maribu terletak di bagian barat Kabupaten Jayapura, dengan ketinggian
120 MDPL. Desa ini dibagi menjadi tiga kampung yaitu Panjang Rejo, Maribu
Kampung dan Maribu Tua. Jumlah penduduk di Kampung Maribu Tua lebih sedikit
dibandingkan kedua kampung yang lainnya.6 Kampung Maribu terdiri dari 5 RW, 10
RT. Yang terbentuk dari serangkaian dan peristiwa-peristiwa masa lalu seperti
tercatat dalam dokumen kampung maupun berdasarkan informasi atau catatan dari
sejumlah tokoh masyarakat setempat.7
Tabel. Data Tokoh dan Pejabat Maribu
1. Kepala Kampung Maribu Bapak Simon Nyaro, S.H.
2. Kepala Suku (Ondoafi) Daud Nasendi
3. Kepala Suku (Ondoafi) Yotam Yarusabra
4. Kepala Suku (Ondoafi) Welen Yabransabra
5. Kepala Suku (Ondoafi) Yotam Yarusalora
6. Kepala Suku (Ondoafi) Zakarias Bonyadone
7. Kepala Suku (Ondoafi) Elyakim Andatu
8. Bapak Yosias Nasendi
9. Ketua Bamuskam
10. Ibu Oktovina Yabansabra (Tokoh Perempuan)
11. Tokoh Karang Taruna
12. Saudara Evander Tonggroi Tou (Tokoh Pemuda Gereja)
6
Euniche Ramandey, “Survei Awal Keragaman Kumbang di Desa Maribu, Kabupaten
Jayapura”, 2019, http://www.sugapa.org/wp-content/uploads/2019/03/Start-Survey-about-diversity-
of-beetles-at-Desa-Maribu-Kabupaten-Jayapura-Euniche-Ika-Ramanday-SUGAPA-12-II-2006.pdf
diakses pada 8 Agustus 2022.
7
Maribu, “Sejarah singkat Kampung Maribu”, dikutip pada
https://maribu.kampungjayapurakab.id/2020/03/10/sejarah-singkat-kampung-maribu/, pada 10 Agustus
2022.
4
Tabel. Data Ketua RW Maribu
Ketua RT 1 RW 1
1. Ketua RW 1
Ketua RT 2 RW 1
Ketua RT 1 RW 2
2. Ketua RW 2
Ketua RT 2 RW 2
Ketua RT 1 RW 3
3. Ketua RW 3
Ketua RT 2 RW 3
Ketua RT 1 RW 4
4. Ketua RW 4
Ketua RT 2 RW 4
Ketua RT 1 RW 5
5. Ketua RW 5
Ketua RT 2 RW 5
14
Wawancara Akawila Bemey (Pimpinan Jemaat GKI Bethesda Kampung Maribu), 14 Agustus 2022.
8
Kesimpulan
Perdamaian dalam relasi antara kelompok Islam dan Kristen terbentuk karena
kesadaran diri dan masyarakat kedua agama untuk saling hidup berdampingan dan
bekerjasama. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh faktor inklusivitas dalam beragama
dan nilai budaya yang dapat menghidupi toleransi antar kelompok agama yang
berbeda. Hakikat relasi damai diwujudkan dengan semangat keagamaan serta prinsip
bahwa setiap orang berhak memeluk agama dan menjalankan ibadahnya.
Budaya tenggang rasa, tindak tanduk, tolong menolong, saling berkunjung
menjadi media interaksi antar agama dalam membangun komunikasi dan memperkuat
solidaritas sosial dengan prinsip mengindahkan eksistensi setiap agama melalui sikap
dan perilaku masyarakat. Relasi damai antara umat Islam dan Kristiani Maribu turut
terbangun karena adanya pola hubungan berbasis adat dan budaya. Penghormatan dan
aktualisasi nilai kearifan lokal menyebabkan interaksi kedua umat bagama tidak
saling mendominasi aktivitas politik, sosial hingga ekonomi.
Kunci relasi harmonis lainya dapat diciptakan antara Islam dan Kristen di
dengan membangun pola hubungan keagamaan, misalnya penyiaran dakwah agama
dengan pengajian (Islam) dan KKR (Kristen). Kendati demikian, merasa waspada
haruslah tetap terpupuk agar tidak terpicu ketegangan antara kelompok Islam dan
Kristen yang diakibatkan oleh perbedaan konsepsi, saling curiga dan lemahnya
mekanisme lokal dalam mengelola konflik antar kelompok agama.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. A. (2016). “Resolusi Konflik Keagamaan Di Aceh Singkil Dalam
Perspektif Budaya Dominan”. Harmoni 15, No. 3.
Aritonang, H. D. (2021). “Kehadiran Allah Di Tengah Penderitaan Aceh Singkil”.
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian,
Vol. 6, No. 1, 35–50.
Bemey, A. (2022, Agustus 14). Pimpinan Jemaat GKI Bethesda Kampung Maribu.
(Sofyan, Interviewer)
Fairusy, M. A. (2016). “Menjadi Singkel Menjadi Aceh, Menjadi Aceh Menjadi
Islam’ (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konfilk
Agama Di Wlayah Perbatasan-Aceh Singkel)”. Jurnal Sosiologi USK, Vol.
9, No. 1, 17–33.
Handoko, W., & Mansyur, S. (2018). “Kesultanan Tidore : Bukti Arkeologi
Sebagai Pusat Kekuasan Islam Dan Pengaruhnya Di WilayahPeriferi”.
Berkala Arkeologi, Vol.38, No.1, 18-19.
Ikhwan, M. (2020). “Tokoh Lintas Agama Merawat Kerukunan Umat (Belajar
Multikultural Dari Kota Malang)”. Palita: Journal of Social Religion
Research, Vol. 5, No. 2, 128-130.
Junaedi, E. (2019). “Moderasi Beragama: Inilah Moderasi Beragana Perspektif
Kementrian Agama”. Jakarta Pusat: Kementerian Agama RI.
M Quraish Shihab, “. W. (2019). “Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi
Beragama”. Tangerang: Lentera Hati.
Maribu. (2020, Maret 10). “Sejarah singkat Kampung Maribu”. Retrieved Agustus
10, 2022, from
https://maribu.kampungjayapurakab.id/2020/03/10/sejarah-singkat-
kampung-maribu/
Mashad, D. (2020). “Muslim Papua: Membangung Harmoni Berdasar Sejarah
Agama di Bumi Cendrawasih". Pustaka Al-Kautsar.
Nur, M. (2020). “Kearifan Lokal Sintuwu Maroso Sebagai Simbol Moderasi
Beragama”. Pusaka, Vol. 8, No. 2, 2020, hlm. 241–252, 241–252.
Ramandey, E. (2019). Survei Awal Keragaman Kumbang di Desa Maribu,
Kabupaten Jayapura. Retrieved Augustus 8, 2022, from www.sugapa.org:
http://www.sugapa.org/wp-content/uploads/2019/03/Start-Survey-
about-diversity-of-beetles-at-Desa-Maribu-Kabupaten-Jayapura-Euniche-
Ika-Ramanday-SUGAPA-12-II-2006.pdf
Salim, A. (2018). “Shara and the Politics of the Dominat Culture in Aceh-North
Sumatera Boreder”. ICRS UGM.
Shihab, M. Q. (2000). “Tafsir Al-Misbah”, Vol. I. Tangerang: Lentera Hati.
10