Anda di halaman 1dari 10

TRADISI NGEJOT SEBAGAI BENTUK IMPLEMENTASI RASA

TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI KECAMATAN KERAMBITAN


Ni Putu Siska Meiyanti (1813081046)

Program Studi Industri Perjalanan, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar
Email: siskameiyanti55@gmail.com

ABSTRAK
PENDAHULUAN

Pulau Bali, merupakan pulau yang dengan tingkat kerukunan beragama, yang
berada di kawasan Negara Kesatuan dirilis berdasarkan studi Puslitbang Bimas
Republik Indonesia dan paling terkenal di Agama dan Layanan Keagamaan Badan
hampir penjuru Dunia. Pulau ini Litbang dan Diklat Kementerian Agama
menyimpan keindahan alam dan keunikan pada Desember 2019. Maka tak heran bila
budaya yang masih melekat hingga saat orang-orang yang berkunjung ke Bali
ini. Selain itu keramah tamahan dari dibuat terkagum-kagum, bukan hanya dari
penduduknya juga menjadi ciri khas dari sisi pariwisatanya, melainkan juga
Pulau Bali, dan bisa membuat siapapun kerukunan antar umat beragama yang
yang mengunjungi betah berlama-lama begitu erat terjalin. Hal tersebut dapat
berwisata disana. Budaya di Bali memang dibuktikan melalui Pusat Peribadatan Puja
bisa dikatakan terlestarikan dari generasi Mandala. Puja Mandala terletak di
ke generasi, bukan karena banyaknya kawasan Nusa Dua, Bali. Berdiri sejak
wisatawan yang mengunjunginya, 1994 dan mulai digunakan pada tahun
melainkan memang komitmen dari warga 1997, komplek peribadatan ini memiliki
Bali yang akan terus mempertahankan lima tempat ibadah. Diantaranya, Masjid
kebudayaannya sehingga menjadi ciri khas Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria
dari Bali sendiri. Mayoritas penduduk Bali Bunda Segala Bangsa, Wihara Budhida
adalah pemeluk agama Hindu. Di Guna, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa,
dunia,Bali terkenal sebagai tujuan dan Pura Jagatnatha. Inilah lima simbol
pariwisata dengan keunikan berbagai hasil yang menunjukkan betapa kuatnya rasa
seni-budayanya, khususnya bagi para toleransi beragama di Pulau Dewata.
wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga Kelima rumah ibadah tersebut seringkali
dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan dikunjungi para pelancong dari luar Bali
Pulau Seribu Pura. Namun, bukan berarti untuk beribadah dan berwisata religi.
bahwa Bali steril dari penduduk beragama
lain, sebab pada kenyataannya lebih dari 5 Bali yang terkenal dengan sebutan
abad lalu, selain kaum Hindu yang “Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura” ini
dominan, umat Islam telah menjadi bagian selain umat Hindu yang menjadi
integral dari denyut kehidupan wilayah ini. mayoritas, di Bali juga terdapat penganut
Data Kementerian Agama mencatat bahwa agama selain Hindu yakni Islam, Kristen,
86,91% warga provinsi Bali menganut Budha dan Kong Hu Cu. Jumlah penganut
agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam agama Islam adalah terbesar kedua setelah
(10,05%), Kristen Protestan (1,56%), Hindu di Bali. Sebagai mayoritas
Katolik (0,79%), Budha (0,68%), masyarakat yang memeluk agama Hindu,
Konghucu (0,01%), dan Kepercayaan sangat menghargai masyarakat yang
(kurang dari 0,01%). memeluk agama lainnya. Masyarakat Bali
juga dalam relasi sosialnya memahami
Bali memang amat kental dengan yang disebut “Tradisi Ngejot” yakni
agama Hindu. Namun, di sisi lain, sebagai kekayaan yang utama dalam
keragaman agama di sana terasa amat hidup, jalan untuk menggapai kebahagiaan
damai. Buktinya adalah traveler akan dan keharmonisan hidup (dharma santhi)
banyak menjumpai peribadatan berbagai dan kearifan lokal (local wisdom) yang
agama di satu tempat. Salah satunya Bali dipahami dan diyakini secara luas sebagai
menempati urutan ketiga sebagai daerah sebuah kearifan yang cukup efektif dalam
menjaga integrasi sosial, karena di Kerambitan memiliki penduduk yang
dalamnya semua manusia tanpa kecuali, beragama Hindu sebanyak 4.017, Islam
sedarah tidak sedarah, segolongan tidak sebanyak 223, Budha sebanyak 31, dan
segolongan, seagama tidak seagama, orang Kristen sebanyak 57 orang yang tersebar di
Bali asli ataupun pendatang, se-etnis atau 15 desa yang ada di Kecamatan
tidak se-etnis, se-kultur atau tidak sekultur Kerambitan. Karena melihat dari data
sesungguhnya semua adalah bersaudara. diatas penulis ingin meneliti apa itu Tradisi
Dan melalui nilai-nilai kemanusiaannya Ngejot yang digunakan oleh masyarakat
yang universal asah, asih, dan asuh (saling Kecamatan Kerambitan khususnya Desa
belajar, saling mengasihi, dan saling Timpag dan Desa Kesiut untuk menjaga
menjaga) makin mengkukuhkan betapa rasa toleransi mereka terhadap agama
pentingnya menyama braya dalam Islam dan Kristen. Dalam tradisi
dinamika dan interaksi masyarakat Bali masyarakat yang beragama Hindu, ngejot
guna terciptanya integrasi sosial di tengah atau jotan adalah sebuah tradisi dalam
pluralitas agama, etnis, dan budaya. bentuk persembahan setelah memasak dan
(Damawayana, 2011: 219-220). juga dalam rangkaian upacara yadnya atau
Pemahaman masyarakat Bali ini, tentu sembahyang kepada saudaraatau sanak
tidak terlepas dari filosofi dasar yang keluarga, tetangga maupun pada
menjiwai kehidupan sosial masyarakat masyarakat sekitar dalam rangka
Bali, yakni “Tri Hita Karana”, berarti tiga meningkatkan kebersamaan atas
penyebab kesejahteraan, dimana Tri berarti terwujudnya upacara tersebut. Setelah
tiga, Hita berarti sejahtera, dan Karana datangnya umat Islam sejak abad ke-14,
berarti penyebab. Pada hakikatnya Tri Hita tradisi ngejot ini tetap dilakukan secara
Karana mengandung pengertian tiga kontinu. Dalam ajaran agama Islam,
penyebab kesejahteraan itu bersumber memberi makanan adalah salah satu
pada keharmonisan hubungan antara bentuk shadaqah, sedangkan saling
manusia dengan alam, manusia dengan mendatangi atau mengunjungi adalah
sesamanya, serta manusia dengan Tuhan. silaturrahim. Jadi dapat dinilai bahwa
Di antara masyarakat Bali yang plural tradisi ini tidak bertantangan dengan ajaran
agama, budaya dan etnis bila saling Islam. Oleh karena itu, tradisi ini tetap
menghargai, saling memahami, dan saling dilestarikan sebagai salah satu hasil
mengasihi, dan saling menolong oleh akulturasi dan pertukaran budaya antara
karena pada hakekatnya masyarakat bali umat Hindu dan umat Islam. Rumusan
adalah satu (keluarga/saudara) yang akan masalah untuk penelitian ini adalah untuk
menumbuhkan dan membuahkan integrasi, mengetahui : a).Apa aitu Tradisi Ngejot?,
sehingga apa pun perbedaan yang ada b). Kenapa Tradisi Ngejot dijadikan
tidak dapat menjadi alasan untuk Implementasi rasa toleransi umat
meniadakan rasa kekeluargaan, beragama oleh penduduk Kecamatan
persudaraan, dan integrasi. Dari kedua Kerambitan?, c) Apa nilai-nilai karaktar
konsep tersebut menciptakan kerukunan yang terkandung pada Tradisi Ngejot ?.
dan keharmonisan antar umat beragama Berdasarkan rumusan masalah diatas
tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Berdasarkan data dari Kementrian menganalisa bagaimana masyarakat
Agama Kabupaten Tabanan pada tahun Kecamatan Kerambitan bisa hidup rukun
2016 menunjukkan bahwa Kecamatan dengan umat beragama lain serta saling
menghormati.

METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai Tradisi Ngejot melalui bukubuku, kepustakaan,
Sebagai Bentuk Implementasi Rasa majalah/jurnal, dokumen, arsip serta
Toleransi Umat Beragama Di Kecamatan sumber-sumber dari internet yang
Kerambitan ini merupakan jenis penelitian menyediakan banyak data sekunder.
kualitatif dengan menggunakan Pengambilan sampel yang digunakan yaitu
pendekatan etnografi. Spradley (1997) purposive sampling. Patton (1984)
mengemukakan bahwa etnografi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
merupakan pekerja mendeskripsikan purposive sampling adalah peneliti
kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini cenderung memilih informan yang
adalah memahami suatu pandangan hidup dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk
dari sudut pandang penduduk asli. Tidak menjadi sumber data yang mantap dan
hanya mempelajari masyarakat, lebih dari mengetahui masalahnya secara dalam
itu etnografi berarti belajar dari (Sutopo, 1988:21-22). Teknik
masyarakat. Lokasi penelitian adalah di pengumpulan data yang digunakan dalam
Desa Kesiut dan Desa Timpag Kecamatan penelitian ini adalah teknik wawancara dan
Kerambitan Kabupaten Tabanan . Alasan observasi. Teknik wawancara adalah cara
penulis memilih lokasi tersebut karena yang dipakai untuk memperoleh informasi
melihat fakta bahwa masyarakat di kedua melalui kegiatan interaksi sosial antara
desa tersebut mampu hidup rukun peneliti dengan yang diteliti. Di dalam
walaupun keyakinan meraka berbeda dan interaksi tersebut peneliti berusaha
ada satu tradisi yang yang unik. Ada dua mengungkap gejala yang sedang diteliti
sumber data penting yang akan dijadikan melalui kegiatan tanya jawab (Slamet,
sasaran dalam pencarian informasi dan 2006: 101). Sementara Teknik observasi
yang akan dimanfaatkan dalam penelitian adalah Teknik pengumpulan data yang
ini untuk men dapatkan data. Kedua bersifat non verbal. Teknik observasi
sumber data tersebut ialah: (a) data primer, digunakan untuk menggali data dari
yaitu data yang didapat dari sumber sumber data yang berupa peristiwa, tempat
pertama, baik dari individu atau atau lokasi, serta rekaman gambar. Untuk
perseorang seperti wawancara atau hasil validitas data, peneliti menggunakan dua
pengisian kuisioner yang biasa dilakukan macam triangulasi untuk mendapatkan
oleh peneliti (Sugiarto dkk, 2003:16-17). data yang valid, yakni triangulasi data dan
Dalam penelitian ini data primer didapat triangulasi metode. Dalam triangulasi data,
dari wawancara terhadap informan yang data yang sejenis atau sama akan lebih
dianggap mengetahui informasi dan mantap kebenarannya bila digali dari
masalah yang diteliti secara mendalam dan beberapa sumber data yang berbeda. Data
dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang telah diperoleh dari sumber yang
data yang valid. Selain itu, data primer satu, bisa teruji kebenarannya bila
dalam penelitian ini juga digali melalui dibandingkan dengan data sejenis yang
observasi atau pengamatan langsung diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
terhadap peristiwa atau objek yang terkait Sementara, triangulasi metode dilakukan
dengan tujuan penelitian yaitu tentang dengan menggunakan metode atau teknik
Tradisi Ngejot (b) data sekunder, yaitu pengumpulan data yang berbeda, untuk
data yang diperoleh secara tidak langsung mendapatkan data yang sama atau sejenis.
dan sering disebut metode penggunaan Adapaun metode atau teknik pengumpulan
dokumen, karena dalam hal ini peneliti data yang digunakan dalam penelitian ini
tidak secara langsung mendapatkan data yaitu teknik wawancara mendalam (in-
dari informan atau individu tetapi depth interviewing) semi-terstruktur dan
memanfaatkan data yang telah dihasilkan teknik observasi secara langsung. Teknik
atau diolah oleh pihak lain. Dalam analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini, data sekunder diperoleh penelitian ini yaitu analisis data model
interaktif, dengan teknik ini setelah data data, dan penarikan kesimpulan dengan
terkumpul dilakukan analisa melalui tiga verifikasinya.
komponen yaitu reduksi data, penyajian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Tradisi memiliki arti "memberi." Jenis
pemberiannya bisa berupa makanan,
Tradisi adalah segala sesuatu yang jajanan, atau buah-buahan. Di keluarga
disalurkan maupundiwariskan dari masa umat muslim yang sering dijadikan
lalu ke masa kini. Kriteria tradisi dapat hantaran adalah makanan khas lebaran
lebih dibatasi dengan mempersempit yang tersedia di rumahnya: opor, ketupat,
cakupannya (Shils 1981:12). Tradisi yang dan sambal goreng krecek. Tatkala
dimiliki masyarakat bertujuan agar tetangganya merayakan Galungan dan
membuat hidup manusia kaya akan budaya Kuningan, mereka berbagi makanan juga
dan nalai-nilai bersejarah. Selain itu, untuk keluarga umat beragama lain.
tradisi juga akan menciptakan kehidupan Makanan yang biasanya mereka hantarkan
yang harmonis. Namun hal tersebut akan adalah makanan sesajen di upacara
terwujud hanya apabila manusia tersebut, yaitu buah dan jajanan tradisional
menghargai, menghormati dan seperti jaje uli dan begina. Ngejot kepada
menjalankan suatu tradisi secara baik dan masyarakat itu sendiri juga disebutkan
benar serta sesuai aturan. Tradisi berfungsi memiliki fungsi :
sebagai penyedia fragmen warisan historis
yang kita pandang bermanfaat. Tradisi a. Sebagai rasa permakluman kepada
yang seperti onggokan gagasan dan yang diberi jotan bahwa yang
material yang dapat digunakan orang ngejot tersebut memiliki acara
dalam tindakan kini dan untuk tertentu.
membangun masa depan berdasarkan b. Sebagai rasa permakluman kepada
pengalaman masa lalu. yang diberi jotan bahwa yang
Pengertian Tradisi Ngejot ngejot tersebut memiliki acara
tertentu.
Ngejot atau Jotan adalah sebuah tradisi c. Sebagai rasa permakluman kepada
di Bali dalam bentuk persembahan setelah yang diberi jotan bahwa yang
memasak dan juga dalam rangkaian ngejot tersebut memiliki acara
upacara yadnya kepada sanak saudara tertentu.
sanak keluarga/saudara, tetangga maupun
pada masyarakat sekitar dalam rangka Pengertian Implementasi
meningkatkan kebersamaan atas Terdapat berbagai pendapat para ahli
terwujudnya upacara tersebut. Ngejot dan akademisi yang mengemukakan
kepada masyarakat atau kepada sanak tentang pengertian dari implementasi. Hal
saudaranya sebagai rasa permakluman dan ini perlu dijelaskan agar pemahaman
sekaligus sebagai undangan kepada yang tentang implementasi dapat
diberi jotan bahwa yang ngejot tersebut disinkronisasikan dari konsep penelitian
memiliki upacara tertentu.Tradisi ngejot terhadap suatu kebijakan atau peraturan
dilakukan oleh umat Hindu dan Umat perundangan-undangan yang menjadi
beragama lain. Umat Islam melakukan fokus utama dalam penelitian ini. Karena
tradisi tersebut menjelang Idul Fitri, implementasi merupakan kegiatan yang
sedangkan umat Hindu menerapkannya penting dari keseluruhan proses
kala perayaan Galungan, Nyepi, dan perencanaan kebijakan. Adapun pengertian
Kuningan. Kata "ngejot" sendiri implementasi tersebut dapat dilihat dalam
merupakan istilah dalam bahasa Bali yang beberapa pendapat di bawah ini. Menurut
Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu kepada sesama warga masyarakat untuk
pada tindakan untuk mencapai tujuan- menjalankan keyakinannya atau mengatur
tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu hidupnya dan menentukan nasibnya
keputusan. Tindakan ini berusaha untuk masing-masing, selama dalam
mengubah keputusan-keputusan menjalankan dan menentukan sikapnya itu
tersebutmenjadi pola-pola operasional tidak melanggar dan tidak bertentangan
serta berusaha mencapai dengan syarat-syarat atas terciptanya
perubahanperubahan besar atau kecil ketertiban dan perdamaian dalam
sebagaimana yang telah diputuskan masyarakat.
sebelumnya. Implementasi pada
hakikatnya juga merupakan upaya Tradisi Ngejot Sebegai Bentuk
pemahaman apa yang seharusnya terjadi Implementasi Rasa Toleransi Umat
setelah program dilaksanakan. Dalam Hindu dan Umat Islam di Desa Timpag
tataran praktis, implementasi adalah proses Kecamatan Kerambitan
pelaksanaan keputusan dasar. Proses Toleransi merupakan hal yang
tersebut terdiri atas beberapa tahapan seharusnya lumrah disaksikan di
yakni: Indonesia. Keberagaman budaya, suku,
1. Tahapan pengesahan peraturan agama, ras dan juga golongan lah yang
perundangan. memunculkan tradisi itu. Oleh karena itu,
2. Pelaksanaan keputusan oleh bertoleransi sudah menjadi bagian penting
instansi pelaksanan. dalam kehidupan masyarakat Indonesia
3. Kesediaan kelompok sasaran untuk ketika hari raya. Ngejot ketika seseorang
menjalankan keputusan. memiliki hajatan atau suatu acara adat atau
4. Dampak nyata keputusan baik yang agama tertentu. Salah satu saat
dikehendaki maupun tidak. pelaksanaannya adalah menjelang Hari
5. Dampak keputusan sebagaimana Raya Idul Fitri. Adapun makna dari Ngejot
yang diharapkan instansi adalah suatu tradisi berbagi makanan dan
pelaksana. minuman masyarakat (dalam konteks ini
6. Upaya perbaikan atas kebijakan adalah masyarakat di beberapa daerah di
atau peraturan perundangan. Bali) kepada tetangga dan kerabatnya.
Makanan atau minuman yang dibagikan
Pengertian Toleransi saat Ngejot dinamakan jotan. Tradisi
Ngejot berawal dari pemeluk agama Hindu
Menurut Kamus Umum Bahasa di Bali. Mereka membagikan makanan dan
Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata minuman ke tetangga dan kerabat ketika
“toleran” itu sendiri berarti bersifat atau menjelang perayaan Nyepi, Galungan, dan
bersikap menenggang Kuningan. Seiring berjalannya waktu,
(menghargai,membiarkan, membolehkan), tradisi ini berkembang ke pemeluk agama
pendirian (pendapat, pandangan, Islam. Masyarakat muslim Bali, Ngejot
kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) menjelang Idul Fitri kepada kerabat dan
yang berbeda dan atau yang bertentangan tetangga di sekitarnya. Biasanya dimulai
dengan pendiriannya.Toleransi juga berarti seminggu sebelum Idul Fitri. Kemudian
batas ukur untuk penambahan atau pemeluk agama lain, misalnya Hindu, akan
pengurangan yang masih diperbolehkan. membalas Ngejot saat perayaan Nyepi,
Secara bahasa atau etimologi toleransi Galungan, dan Kuningan.Begitulah
berasal dari bahasa Arab tasamuh yang keindahan bertoleransi dalam budaya
artinya ampun, maaf dan lapang dada. tradisi Ngejot di Bali. Berbicara mengenai
Secara terminologi, menurut Umar menyama braya di Desa Pegayaman paling
Hasyim, toleransi yaitu pemberian tidak ada dua alasan yang menjadi dasar
kebebasan kepada sesama manusia atau tetap dilaksanakannya Tradisi Ngejot di
Desa Timpag yang diungkapkan oleh Tradisi Ngejot Sebegai Bentuk
Abdul Manaf adalah : “Tradisi Ngejot Implementasi Rasa Toleransi Umat
tetap ada dan terlaksana hingga saat ini Hindu dan Umat Kristen di Desa Kesiut
dikarenakan oleh beberapa alasan yaitu Kecamatan Kerambitan
faktor sejarah, faktor ideologi dan tradisi
kebersamaan. Perlu digaris bawahi bahwa Kerukunan dalam kehidupan
Tradisi Ngejot walaupun sudah terjalin dan beragama dapat tercipta apabila tiap – tiap
ada sejak zaman dahulu tetapi hingga saat orang saling tenggang rasa dan
ini masih tetap ada”. Berdasarkan bertoleransi. Untuk mewujudkan adanya
wawancara tersebut, maka dapat kerukunan antar umat beragama dapat pula
dipaparkan alasan mengapa menyama dengan menerima perbedaan, artinya
braya tetap ada di Desa Timpag yakni setiap umat percaya bahwa agama yang
sebagai berikut : dipeluknya itulah agama yang paling baik,
dan diantara agama satu dengan yang
1. Faktor Ideologi lainnya selain terdapat perbedaan juga
terdapat persamaan. Salah satu dampak
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dari interaksi masyarakat Bali dengan para
didasarkan pada ideologi yang sangat kuat pendatang adalah terjadinya konversi
yakni Pancasila yang salah satu turunan agama. Aryadharma (2011; 8) berpendapat
nilainya adalah Bhineka Tunggal Ika yang bahwa Konversi agama Hindu ke Kristen
berarti berbeda-beda tetapi satu jua. ini sebenarnya sudah terjadi dalam
Landasan inilah yang menjadi dasar beberapa fase, dilakukan oleh para missi
pelaksanaan Tradisi Ngejot di Desa zending yang datang ke Bali sebagai
Timpag yang mana masyarakat setempat wisatawan ataupun peneliti yang mengkaji
menyadari bahwa setiap perbedaan yang kebudayaan Bali. Masyarakat Hindu di
ada tetap dihormati seperti perbedaan Bali pada umumnya dan khususnya di
agama yang menyatakan agamamu Desa Kesiut memiliki sifat yang terbuka
agamaku yang berarti adanya sikap dan toleran terhadap pendatang. Hal ini
menghargai agama orang lain baik itu juga membuka peluang semakin
tidak mengganggu agama lain untuk berkembangnya jumlah penduduk
beribadah dan lain sebagainya. pendatang yang non Hindu ke desa Kesiut.
2. Tradisi Kebersamaan Umat Nasrani baik yang menganut paham
Katolik maupun Protestan yang bertempat
Salah satu tradisi yang memunculkan tinggal dimasing – masing desa Adat yang
kebersamaan adalah tradisi ngejot, tradisi ada di Desa Kesiut, di samping merupakan
ini biasa dilakukan oleh umat Hindu dan penduduk pendatang sebagian besar
Islam pada hari raya besar keagamaan merekaadalah penduduk lokal desa Dalung
seperti Galungan dan Kuningan, Idul yang mengalami konversi agama dari
Fitri.Ngejot ini memiliki beberapa fungsi Hindu ke Katolik dan ke Protestan, yang
yakni ngejot sebagai bentuk permakluman berawal dari Tahun 1963. Namun pada
kepada yang diberi jotan bahwa yang tahun belakangan ini banyak juga
ngejot tersebut memiliki acara tertentu, masyarakat Dalung yang mengalami
fungsi selanjutnya sebagai undangan untuk Rekonversi Agama. Mengingat sebagian
datang ketempat orang yang ngejot besar dari mereka adalah masyarakat lokal
tersebut.Fungsi yang lainnya adalah untuk yang mengalami konversi agama, maka
ucapan terimaksih karena yang diberi jotan dalam kesehariannya mereka menjalankan
tersebut telah membantu dalam kehidupan bermasyarakat selayaknya
penyelesaian sebuah upacara tertentu yang tradisi Hindu di Bali, seperti saling ngejot
dilakukan orang yang memberi jotan apabila ada perayaan hari raya , saling
tersebut. nguopin atau metetulung (saling
membantu) apabila ada upacara sebagai ungkapan terima kasih atau rasa
keagamaan, saling mejenukan apabila ada syukur masyarakat Hindu Bali kepada
salah satu umat yang meningga dunia, Tuhan. Ngejot kepada masyarakat atau
begitu juga ada yang saling kejuang atau kepada sanak saudaranya sebagai rasa
menikah antara umat Hindu dengan umat permakluman dan sekaligus sebagai
Nasrani di desa Kesiut. Warga Desa undangan kepada yang diberi jotan bahwa
Kesiut, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, yang ngejot tersebut memiliki upacara
contohnya mereka disibukkan dengan tertentu. Dalam tradisi ngejot di Bali
persiapan mengolah bahan makanan yang disebutkan bahwa ngejot kepada
terutama adalah babi. Para peremuan masyarakat, biasanya yang diberikan jotan
disibukka melakukan metanding tersebut berupa makanan (seperti nasi
(menyiapkan) dan meperispakan jajanan. berisi bermacam olahan seperti misalnya
Mereka menyiapkan panganan dan sarana lawar, sate, jukut-jukut, be nyuh atau yang
upacara untuk menyambut Hari Raya lain sesuai dengan keinginan yang ngejot
Galungan. Olahan daging tersebut tersebut) dimana tradisi tersebut terkait
dinikmati bersama keluarga, setelah diolah dengan adanya suatu acara adat atau
menjadi lawar, gorengan, sate, dan upacara yadnya tertentu yang dilaksanakan
lainnya. Bendesa Adat I Wayan Agus dimiliki oleh seseorang atau keluarga.
Setiawan mengungkapkan tradisi ngejot Ngejot kepada masyarakat itu sendiri juga
masih tetap dilestarikan. Selain berbagi disebutkan memiliki fungsi:
olahan daging, warga juga berbagi
jajananan Bali yaitu Jaje Uli. Ngejot a. Sebagai rasa permakluman kepada
sendiri merupakan budaya setempat yang yang diberi jotan bahwa yang
sudah berlangsung secara turun temurun. ngejot tersebut memiliki acara
Tradisi ini memang selalu dilakukan setiap tertentu.
Hari Raya Galungan tetapi umat Kristiani b. Sebagai undangan untuk datang ke
juga menjadikan tradisi ini jadi dua arah tempat orang yang ngejot tersebut.
dan tmbal balik dengan berbagi juga c. Sebagai tanda ucapan terima kasih
terhadap umat Hindu setiap perayaan Hari karena yang diberi jotan tersebut
Natal.Wayan menyatakan meskipun telah membantu dalam
berbeda keyakinan umat Kristen dan penyelesaian sebuah upacara
Hindu di Bali selalu memiliki keterikatan tertentu yang dilakukan oleh orang
yang erat, bahkan banyak yang menikah yang memberi jotan tersebut.
meskipun beda agama. Setiap Galungan Nilai Nilai Karakter Tradisi Ngejot
mereka ngejot untuk nyama kristen disana.
Begitu juga sebaliknya kami mendapat Pendidikan karakter adalah
jotan ketika Hari Natal, mereka juga sudah pendidikan yang menanamkan dan
membentuk sebuah wadah bernama suka mengembangkan karakter-karakter luhur
duka, jadi tidak ada yang membedakan kepada kita, dalam pelaksanaan tradisi
semua warga juga ikut dalam berkegiatan ngejot juga mengandung nilai-nilai dan
baik itu sosial, budaya, dan lainnya juga. fungsi pendidikan karakter bagi generasi
Ngejot atau Jotan sendiri adalah sebuah muda yang nantinya menjadi pedoman
tradisi di Bali dalam bentuk persembahan bagi generasi muda. Berdasarakan
setelah memasak dan juga dalam pengetahuan inti yang dibahas yaitu
rangkaian upacara yadnya kepada sanak memahami, menerapkan, dan menganalisis
keluarga/saudara, tetangga maupun pada pengetahuan faktual, konseptual,
masyarakat sekitar dalam rangka prosedural dalam ilmu pengetahuan,
meningkatkan kebersamaan atas teknologi, seni, budaya, dan humaniora
terwujudnya upacara tersebut. Jotan dalam dengan wawasan kemanusiaan,
bentuk segehan utawi banten saiban kebangsaan kenegaraan, peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan Galungan, Kuningan atau hari raya
pengetahuan prosedural pada bidang kajian lainnya, mereka juga Ngejot yaitu
yang memberikan makanan, buah-buahan atau
jajanan kepada masyarakat muslim
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya tetangganya. Begitu pula untuk umat
untuk memecahkan masalah. Sedangkan Kristen akan berbagi makanan pada hari
kompetensi dasarnya, yaitu menganalisis Raya Natal kepada umat Hindu dan Islam
perkembangan kehidupan masyarakat, yang berda disekitar rumahnya.
pemerintahan dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta Pendidikan karakter adalah
menunjukkan contoh bukti-bukti yang pendidikan yang menanamkan dan
masih berlaku pada kehidupan masyarakat mengembangkan karakter-karakter luhur
Indonesia masa kini. Adapun nilai-nilai kepada kita, dalam pelaksanaan tradisi
karakter tradisi ngejot yang dapat ngejot juga mengandung nilai-nilai dan
diintegrasikan, seperti nilai religius, fungsi pendidikan karakter bagi generasi
tanggung jawab, disiplin, cinta damai dan muda yang nantinya menjadi pedoman
peduli lingkungan bagi generasi muda. Berdasarakan
pengetahuan inti yang dibahas yaitu
SIMPULAN memahami, menerapkan, dan menganalisis
Realitas fenomena pertukaran pengetahuan faktual, konseptual,
sosial juga nampak pada tradisi ngejot, prosedural dalam ilmu pengetahuan,
tradisi tersebut untuk menumbuhkan teknologi, seni, budaya, dan humaniora
integrasi sosial antara kaum Muslim dan dengan wawasan kemanusiaan,
masyarakat Hindu. Tradisi “Ngejot” kebangsaan kenegaraan, peradaban terkait
merupakan istilah dalam bahasa Bali yang fenomena dan kejadian, serta menerapkan
memiliki arti memberi. Dimaksudkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
dengan memberi disini adalah memberi yangspesifik sesuai dengan bakat dan
makanan, jajanan atau buah-buahan. minatnya untuk memecahkan masalah.
Tradisi Ngejot ini dilakukan saat Sedangkan kompetensi dasarnya, yaitu
Ramadhan selain juga pada hari raya menganalisis perkembangan kehidupan
lainnya. Dalam tradisi Hindu Bali, Ngejot masyarakat, pemerintahan dan budaya
dilakukan saat mereka melaksanakan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
upacara atau hari raya terutama saat Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-
Galungan dan Kuningan. Makanan yang bukti yang masih berlaku pada kehidupan
diberikan saat Ngejot tidak jauh beda masyarakat Indonesia masa kini. Adapun
dengan umat Hindunya. Antara lain jaje nilai-nilai karakter tradisi ngejot yang
uli, buah, rengginang, dodol, dan dapat diintegrasikan, seperti nilai religius,
semacamnya. Makanan berupa ejotan, tanggung jawab, disiplin, cinta damai dan
walaupun nilai ekonominya kecil, namun peduli lingkungan
makna simboliknya sangat besar, yakni
memupuk modal sosioal antarkerabat,
antartetangga dan antarteman yang
berbeda agama. Saat hari raya manis
lebaran, orang-orang Islam di desa
Pulukan melakukan tradisi Ngejot yaitu
memberikan makanan, jajanan atau buah-
buahan kepada tetangga Hindu. Begitupula DAFTAR PUSTAKA
masyarakat Hindu di Kecamatan Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian
Kerambitan khususnya Desa Kesiut dan Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Desa Timpag, saat hari raya manis Jakarta: Salemba Humanika.
Rumidan, dkk.2010. Wacana Perdamaian %20Reusen%20(1992%3A115),
dan Toleransi Agama- Agama di %2Dkaidah%2C%20harta
Indonesia. Jakarta: Kementerian %2Dharta.&text=Tradisi
Pendidikan Nasional. %20justru%20perpaduan
%20dengan%20berbagai
Suparman, I Nyoman. 2019. Bentuk %20perbuatan%20manusia
Fungsi Dan Makna Tradisi Ngejot %20dan%20diangkat%20dalam
Tumpeng (Form Of Function And %20keseluruhannya. Diakses 28-4-
Meaning Of Tradition Ngejot 2021.
Tumpeng). Widya Genitri, 10
(2):11-22.
Kementrian Agama Kabupaten Tabanan.
2016. Jumlah Penduduk Menurut
Kecamatan dan Agama yang
Dianut di Kab. Tabanan. Tabanan:
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tabanan.
Pendidikan, Dosen. 2021. Pengertian
Tradisi,
https://www.dosenpendidikan.co.id
/pengertian tradisi/#:~:text=saat
%20itu%20juga.-,Menurut%20Van

Anda mungkin juga menyukai