Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN KEAGAMAAN

BACAAN YASINAN
DI DUSUN SENGRAKAN RT 03 – RW 09
BEDALI-LAWANG-MALANG

DI SUSUN OLEH :
NOVIA NUR ARISA (170401140256)

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG


2017
DAFTAR LAPORAN KEGIATAN KEAGAMAAN
BACAAN YASINAN
DI DUSUN SENGKRAKAN RT 03 RW 09
BEDALI – LAWANG

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Dalam kehidupan sehari-hari agama sudah menjadi kebutuhan bagi manusia. Agama berperan
penting dalam memberi arah menuju Tuhan sebagai keseimbangan dan kelangsungan hidup
manusia. Agama juga bisa dikatakan sebagai way of life karena menjadi pedoman hidup manusia.
Agama juga memiliki fungsi tersendiri bagi manusia baik sebagai fungsi sosial maupun individu.
Fungsi tersebut mempunyai kekuatan yang besar dalam menggerakan komunitas sosial. Sehingga
dalam keadaan seperti ini, sulit sekali untuk membedakan antara sesuatu yang murni agama dan
interpretasi atas agama. Sesuatu yang murni agama, memiliki nilai-nilai sakralitas yang tinggi dan
bersifat absolut. Sedangkan sesuatu yang bersifat dinamis merupakan hasil pemikiran manusia
terhadap wahyu-wahyu Tuhan.

Namun, dalam realitasnya, terkadang mengalami kesulitan untuk membedakan antara


keduanya karena secara sadar maupun tidak terjadi pencampuradukan makna antara agama yang
murni bersumber dari Tuhan dengan pemikiran agama yang bersumber dari manusia.
Perkembangan selanjutnya, hasil dari pemikiran agama tidak jarang telah berubah menjadi agama
itu sendiri, sehingga ia seakan-akan disakralkan dan berubah menjadi sebuah tradisi keagamaan
bagi masyarakat. Seperti pemahaman seseorang tehadap tradisi Yasinan.

Tidak mengherankan jika masyarakat cenderung menciptakan tradisi keagamaan sebagai


ekspresi atas spitualitasnya, seperti tradisi Yasinan yang masih diyakini oleh masyarakat. Sebagai
manusia yang beragama dan patuh pada ajaran agama, sebisa mungkin manusia mendekatkan
dirinya kepada Tuhan agar dianggap sebagai manusia yang taat dan patuh pada agama. Tuhan
dihadirkan dalam ritual-ritual keagamaan. Dari keadaan tersebut, manusia mendapatkan totalitas
kekentraman batin yang tak terdiskripsikan atas

Namun kami tidak mempermasalahkan dalam pelaksanaannya, melainkan memahami dari sudut
pandang peran dan fungsi atas pemaknaan masyarakat terhadap Tradisi Yasinan yang mereka anut.
GAMBARAN UMUM TRADISI YASINAN

Tradisi pembacaaan Yasinan merupakan tradisi lama yang masih dipegang oleh kalangan
masyarakat Indonesia. Tradisi Yasinan ini begitu unik karena hanya ada di Indonesia dan Malaysia.
Tradisi ini merupakan bentuk ijtihad para ulama untuk mensyiarkan Islam dengan jalan mengajak
masyarakat agraris yang penuh mistis dan animisme untuk mendekatkan diri pada ajaran Islam
melalui cinta membaca Al Qur’an, salah satunya Surat Yasin sehingga disebut sebagai Yasinan.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat baik kaum ibu maupun bapak dan juga di kalangan para
remaja baik putri maupun putra. Pelaksanaannya pun berbeda-beda seperti ada yang
melaksanakannya pada malam hari, siang hari atau sore hari atau hanya pada wktu-waktu tertentu
misalnya malam Jum’at, hari ketiga, ketujuh, hari seratus, hari keseribu bagi orang yang meninggal.
Semua itu memiliki ketentuan masing-masing daerah.

Yasinan merupakan sebuah tradisi yang telah mendarah daging bagi masyarakat Jawa
khususnya bagi kalangan orang-orang NU, meskipun ada beberapa kalangan Muhammadiyah
mengikuti tradisi ini. Terlepas dari pro dan kontra, karena kami tidak mempermasalahkan apakah
tradisi Yasinan itu dosa atau tidak. Namun kenyataannya tradisi Yasinan tidak bisa dipungkiri
keberadaannya. Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surat Yasin secara bersama-sama yang
dipimpin oleh seorang rais atau kaum, biasnya Yasinan juga dilengkapi dengan bacaan Al Fatihah,
dan bacaan tahlil serta ditutup dengan doa dan diamini oleh jamaah.

Yasinan dilakukan dalam waktu waktu tertentu misalnya malam Jumat yang dilaksanakan di
masjid atau dirumah rumah warga secara bergiliran setiap minggunya. Selain pada malam Jum’at
yasinan juga dilaksanakan untuk memperingati dan “mengirim” doa bagi keluarga yang telah
meninggal pada malam ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan keseribu. Masyarakat
mempercayai bahwa dengan membaca surat Yasin maka pahala atas pembacaan itu akan sampai
pada si mayat. Ada pula acara Yasinan ini dilakukan untuk meminta hajat kepada Tuhan agar
dipermudah dalam mencari rizki maupun meminta hajat agar orang yang sakit dan sudah tidak ada
harapan lagi untuk sembuh karena tanda-tanda akan diakhirinya ke hidupan ini sudah jelas, maka
surat Yasin menjadi pengantar kepulangannya ke hadirat Allah. Yasin sudah menjadi kebiasaan
masyarakat bila salah satu keluarga ada yang sakit kritis. Surat Yasin dibaca dengan harapan jika
bisa sembuh semoga cepat sembuh, dan jika Allah menghendaki yang bersangkutan kembali
kepada-Nya, semoga cepat diambil oleh-Nya dengan tenang.

Masyarakat melaksanakan tradisi ini karena turun temurun. Artinya tradisi ini merupakan
peninggalan dari nenek moyang mereka, dimana Islam mengadopsinya sebagai bagian dari ritual
keagamaan. Dari pelaksanaan tradisi ini maka ada makna yang lain selain dari arti ayat ayat yang
dibaca secara bersama sama. Misalkan di daerah Pendoporejo dan Jatinom, setelah pembacaan
Yasin selesai, salah seorang warga membentuk komunitas arisan, mengobrol mengenai masalah
ta’mir masjid, maupun hanya sekedar makan-makan saja. Mereka tidak mengenal dengan semua
tradisi ini apakah tradisi ini ada dalam ajaran Islam atau tidak, yang terpenting bagi mereka adalah
melaksanakan tradisi ini yang diajarkan oleh orang sebelum mereka. Tidak begitu berbeda dengan
di pondok pesantren Minhajut Tamyiz, hanya saja seusai Pembacaan Yasinan mereka
meneruskannya dengan pembacaan maulid nabi, baru setelah itu acara makan-makan dan
mengobrol.

MEMAKNAI TRADISI YASINAN

Sudah menjadi hal yang umum jika tradisi Yasinan digunakan sebagai Majelis taklim dan
dzikir mingguan masyarakat dan sebagai media dakwah agar masyarakat menjadi lebih dekat
dengan Tuhannya. Namun di sisi lain tradisi Yasinan bisa dimaknai sebagai forum silaturahmi
warga, yang tadinya tidak kenal menjadi kenal, yang tadinya tidak akrab menjadi lebih akrab.
Kegotong royongan, solidaritas sosial, tolong menolong, rasa simpati dan empati juga merupakan
sisi lain dari adanya tradisi Yasinan. Kegotong royongan ketika mengadakan acara. Tolong
menolong agar acaranya berjalan sesuai yang diharapkan. Rasa empati dan simpati ketika ada
seseorang kerabatnya yang kesusahan atau kerababnya yang meninggal. Semua itu merupakan
makna lain yang terkandung dalam tradisi Yasinan.

Tradisi Yasinan yang sudah menjadi tradisi masyarakat khususnya di Dusun Sengkrakan Rt 03
Rw 09 Bedali – lawang - Malang memiliki dua makna yaitu sosiologis dan ekonomis. Makna
sosiologis yaitu memandang tradisi Yasinan sebagai sebuah acara keagamaaan dimana warga
berkumpul dan membaur dalam bahasa Jawanya “ srawung” yaitu bersosialisasi dengan warga lain.
Jika salah seorang warga tidak pernah menghadiri yasinan maka dapat dikatan “ra srawung”.
Artinya warga tersebut mendapatkan sanksi sosial dimana masyarakat mengucilkan atau
menjauhinya, karena masyarakat masyarakat memiliki norma-norma bersama yang telah disepakati
secara tidak tertulis. Sehingga pada keadaan seperti itu

Tradisi Yasinan juga dapat dipandang sebagai perekat hubungan sosial warga., ketika
mengikuti acara Yasinan maka warga yang kemarin tidak kenal satu sama lain akan menjadi kenal.
Dengan acara seperti ini dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama warga. Disamping itu juga
dengan keikutsertaan warga mengikuti acara Yasinan dapat menumbuhkan rasa empati dan simpati
masyarakat untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang mengadakan acara Yasinan.
Dalam persiapannya menyajikan makanan, para kaum perempuan dan laki-laki saling gotong
royong untuk membuatkan masakan yang telah dibiyayai oleh tuan rumah yang memiliki hajat.
Oleh karena itu acara Yasinan sangat berpengaruh terhadap solidaritas warga masyarakat, karena
saling membantu satu sama lain.

Makna lain ialah nilai ekonomis, dimana dalam yasinan terkadang ada suguhan makanan baik
berupa snack, makan, dan berkat yang dibawa pulang.

Disamping itu, konsep theology dan filsafat yang terdapat pada Yasinan turut serta dalam
membentuk mental solidaritas. Misalnya engaruh dari konsep theology, masyarakat percaya bahwa
dosa mereka terhadap sesama manusia itu dapat tertutupu dengan amalan-amalan yang baik yang
dilakukan selama hidup dibumi dengan bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadits,
sehingga pada konsep filsafat, sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendirian yang membutuhkan
orang lain maka haruslah saling tolong menolong sesama manusia apalagi sesama umat muslim,
supaya dapat mempersatukan umat muslim seutuhnya dan menghindari pertikaian.

1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan

adapun Maksud dan Tujuan Kegiatan adalah :

1. Sebagai Majelis taklim dan dzikir mingguan

2. Pembacaan doa terhadap orang yang sakit atau yang telah meninggal

3. Sarana gotong royong, tolong menolong, menaruh rasa simpati dan empati

4. Sebagai Forum silahturahmi warga

5. Sebagai Media syukuran (syukur nikmah) sebuah keluarga yang telah mendapat nikmat dari
Allah SWT.

6. Terkadang di daerah tertentu juga dibarengkan dengan Arisan seperti di daerah saya yaitu
Dusun Sengkrakan Rt 03-Rw. 09 Bedali- Lawang-Malang

7. Sebagai media sedekah (berupa hidangan ala kadarnya)


II. ISI LAPORAN

2.1 Judul dan Tema Kegiatan

Adapun Judul dan Tema Kegiatan adalah :

Kegiatan Keagamaan Yasinan dengan Tema dengan Yasinan dapat menjalin Silahturrahmi antar
warga

2.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Adapun kegiatan yasinan ini tempatnya berpindah pindah karena di daerah dusun
sengkrakan Rt 03 Rw 09 di adakan dengan yasinan sebesar Rp. 5.000 sehungga dapat membantu
tuan rumah untuk memberikan sajian atau sekedar makan dan minum untuk anggota yasinan dan
kegiatan yasinan ini di adakan setiap malam kamis setelah shalat maghrib dengan

2.3 Peserta Kegiatan

Adapun peserta dalam kegiatan yasinan yang terletak di dusun Sengkrakan Rt 03 Rw 09 Bedali –
Lawang yang berangotaan ibu-ibu dan remaja putri.

2.4 Susunan Panitia

Adapun susunan panitia yasinan adalah (terdapat di lampiran)

2.5 Anggaran

Anggaran yang di butuhkan untuk kegiatan yasinan ini adalah iuran tiap orang Rp. 5.000 untuk
membantu tuan rumah menyediahkan makan dan minum sekedarnya

2.6 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan setiap satu minggu sekali di hari rabu malam kamis.
III. PENUTUP

Sejarah yasinan dalam masyarakat khususnya dusun Sengkrakan Rt 03 Rw 09 Bedali –


Lawang – Malang sebagai bagian dari ajaran agama islam dan untuk memelihara silahturrahmi.

Pelaksanaannya di awali dengan pembukaan oleh pemimpin, dengan mengirim surat al-
Fatihah kepada Nabi, Sahabat, para Ulama dan kepada orang-orang atau keluarga yang telah
meninggal. Kemudian melanjutkannya dengan mengawali bacaan surah Yasin dengan ta’awudz dan
membaca basmalah dan membaca surat Yasin tersebut dibaca bersama-sama sampai selesai, setelah
selsai membaca surah yasin dilanjutkan dengan berzikir (tahlilan) dan diakhiri dengan doa sesuai
permintaan sang tuan rumah yang memiliki hajat,
LAMPIRAN I

SUSUNAN PENGGURUS KEGIATAN KEAGAMAAN


BACAAN YASINAN
DI DUSUN SENGRAKAN RT 03 – RW 09
BEDALI-LAWANG-MALANG

Ketua Siti Fatonah

Wakil Ketua Ifatul Muti’ah

Bendahara Arofah

Sekretaris Novia Nur Arisa

Bagian Perlengkapan Isti’ada

Umi Salamah

Anggota Ibu-Ibu dan Remaja Putri

Dsn. Sengkrakan RT.03/RW.09 Bedali


LAMPIRAN II

BUKTI KEGIATAN
BUKTI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai