Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

TOLERANSI ANTARA UMAT ISLAM DAN KRISTEN DI


PANTAI PAILUS DESA KARANGGONDANG KECAMATAN
MLONGGO KABUPATEN JEPARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester


Mata Kuliah Pendidikan Islam Multikultural
Dosen Pengampu Muh Muhaimin, S.Pd.I., M.Pd.
Kelas 5PGSDA2

Oleh
Avelia Ayu Diah Lestari
171330000091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2020
TOLERANSI ANTARA UMAT ISLAM DAN KRISTEN DI
PANTAI PAILUS DESA KARANGGONDANG KECAMATAN
MLONGGO KABUPATEN JEPARA

I. PENDAHULUAN
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran,
kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara umum istilah toleransi
mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela, dan kelembutan (Casram,
2016: 188). Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya (Hasan, 2012: 9). Pelaksanaan toleransi antar umat beragama akan
tercipta jika masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memperhatikan dan
mempertimbangkan sikapnya dengan baik dan bijak kepada orang lain.
Menurut pendapat Walzer (Misrawi, 2010: 10) toleransi mampu
membentuk kemungkinan-kemungkinan sikap, antara lain: (1) sikap untuk
menerima perbedaan, (2) mengubah penyeragaman menjadi keragaman, (3)
mengakui hak orang lain, (4) menghargai eksistensi orang lain, dan (5)
mendukung secara antusias terhadap perbedaan budaya dan keragaman ciptahan
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya sikap-sikap tersebut maka kemungkinan
besar toleransi antar umat beragama akan tercipta dalam masyarakat Indonesia
yang multikultural ini. Sikap-sikap tersebut penting untuk dikaji guna terciptanya
toleransi antar umat beragama.
Jepara adalah salah kota di Indonesia yang masyarakatnya berasal dari
berbagai umat beragama. Masyarakat Jepara identik dengan masyarakat
multikultural dengan berbagai keragaman kebudayaan dan kesopanan.
Multikulturalisme di kota Jepara ditandai dengan adanya beragam keyakinan
yang dianut oleh masyarakatnya. Keberagaman agama tersebut tersebar
diberbagai wilayah di kota Jepara, salah satunya adalah di Pantai Pailus yang
berada Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Di Desa
Karanggondang, masyarakatnya hidup dalam suasana yang harmonis, saling
bertoleransi, dan kerukunan yang ditujukkan oleh umat Islam dan Kristen yang
hidup berdampingan secara damai. Perbedaan keyakinan antara umat Islam dan
Kristen tidak menghalangi terjadinya keharmonisan dan gotong-royong.
Walaupun berbeda keyakinan, antara umat Islam dan Kristen jarang terjadi
konflik, justru saling bertoleransi dan tidak saling memandang status perbedaan
agama yang dianut.
Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah
keyakinan dalam diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan
yang diyakininya (Cassanova, 2008: 87). Toleransi masyarakat terwujud dalam
urusan agama dan juga toleransi sosial. Dalam melakukan berbagai kegiatan
ibadah, antar umat beragama tidak mendapat gangguan ataupun halangan dari
pemeluk agama lain, mereka dapat melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya
dengan khusyu. Perbedaan agama yang ada di Desa Karanggondang ini tidak
menjadi halangan bagi pemeluk agama untuk dapat beribadah atau melaksanakan
ritual keagamaan dengan tenang dan khusyu. Dalam melaksanakan ibadahnya,
masyarakat tidak pernah melakukan perusakan tempat ibadah agama lain, juga
tidak pernah menghalang-halangi pembuatan atau renovasi rumah ibadah.
Faktor pendorong toleransi dalam masyarakat dapat dilihat dari prinsip
kerukunan, saling menghormati, dan solidaritas. Sedangkan faktor
penghambatnya antara lain karena adanya sedikit konflik yang timbul akibat
suara mengaji yang terlalu keras dan sampai larut malam. Toleransi antar umat
beragama di Desa Karanggondang telah mendorong interaksi sosial yang baik
dalam bentuk toleransi perkataan dan perbuatan, sehingga dapat terjalin
hubungan sosial di lingkungan masyarakat yang mendorong keakraban dan rasa
persaudaraan antar umat beragama.
Toleransi yang terbentuk pada masyarakat di Desa Karanggondang berupa
amalan-amalan dan perbuatan yang bersifat positif yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
Adapun sarana untuk menciptakan kerukunan atau toleransi keagamaan yaitu
tradisi atau adat budaya, tokoh agama, dan organisasi kelembagaan masyarakat
atau pemerintah yang dapat diandalkan. Artikel ini akan membahas lebih jauh
mengenai toleransi antara umat Islam dan Kristen di Pantai Pailus Desa
Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Tujuan dari penulisan
artikel ini adalah agar mengetahui bagaimana kehidupan antar umat beragama
dalam masyarakat multikultural akan terjalin harmonis bila semua umat berbeda
agama memiliki sikap toleransi terhadap satu sama lain.

II. PEMBAHASAN
Pantai Pailus merupakan salah satu tempat wisata yang ada di kota Jepara.
Pantai Pailus berada di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara. Masrayakat di Desa Karanggondang berlatar belakang Islam dan Kristen.
Menurut Ibu Painah seorang warga Desa Karanggondang penganut agama
Kristen menyatakan bahwa “Agama kristen menjadi agama asli dan pertama yang
ada di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Agama
Kristen sudah ada sejak dahulu dan menjadi agama mayoritas yang dianut oleh
masyarakat di Desa Karanggondang. Sedangkan untuk agama Islam adalah
agama pendatang, yang dibawa oleh salah satu warga desa asli Desa
Karanggondang yang bernama Bapak Karnoto yang kemudian menyebarkannya
kepada masyarakat di Desa Karanggondang”. (Hasil Wawancara pada tanggal 25
Desember 2019)

Gambar 1. Foto Ibu Painah, penganut agama Kristen di Desa Karanggondang


Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.
Penyebaran agama Islam di Desa Karanggondang dibawa oleh salah satu
warga desa asli Desa Karanggondang bernama Bapak Karnoto yang beragama
Islam yang kemudian meyebarkannya kepada masyarakat sekitar dan tidak ada
penolakan dari umat Kristen disana. Semenjak adanya warga penganut agama
Islam di Desa Karanggondang, maka mulailah dibangun tempat ibadah umat
Islam yaitu Masjid At-Taufiq pada tahun 2017 dengan dibantu oleh umat Kristen
yang kemudian berdirilah pondok pesantren Darul Falah disampingnya. Letak
masjid Darul Falah berseberangan dengan letak gereja tempat ibadah umat
Kristen.

Gambar 2. Foto masjid At-Taufiq di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo


Kabupaten Jepara.
Menurut pengurus pondok pesantren Darul Falah yang bernama Jazim Ali
Murtadho mengatakan bahwa “Di Desa Karanggondang terdapat pondok
pesantren Darul Falah yang berdiri bersamaan dengan di bangunnya masjid At-
Taufiq. Pondok pesantren tersebut dihuni oleh 25 santri yang saling bergantian
selama 3 bulan sekali untuk mengisi libur sekolah”. (Hasil Wawancara pada
tanggal 25 Desember 2019)

Gambar 3. Foto Jazim Ali Murtadho (Pengurus Pondok Pesantren Darul Falah)
beserta para santri di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara.
Pondok pesantren Darul Falah merupakan cabang dari pondok pesantren
di daerah Bangsri Jepara. Santri di pondok pesantren Darul Falah akan mengaji
disana selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, santri yang menetap disana akan kembali
ke pondok pesantren yang ada di Bangsri untuk melanjutkan sekolahnya, dan
bergantian dengan santri yang lain untuk mengisi liburan di pondok pesantren
Darul Falah. Santri yang terdapat di pondok pesantren Darul Falah berasal dari
berbagai daerah, terutama dari pulau Jawa misalnya Pekalongan, Malang, dan
daerah-daerah di sekitar Jepara. Walaupun berada dalam daerah dengan
multikultural dan keseragaman agama, tetapi umat Islam terutama masyarakat
pendatang mudah berbaur dengan umat Kristen. Umat kristen pun juga menerima
kedatangan umat Islam tanpa membeda-bedakan mereka dan tetap saling
bertoleransi, sehingga tidak timbul konflik antar umat beragama Islam dan
Kristen.
Penganut agama Islam dan Kristen tersebut saling berinteraksi dengan
dilandasi sikap saling menghormati perbedaan agama dan budaya. Ini terbukti
dengan adanya sikap toleransi antar umat beragama yang begitu tinggi.
Masyarakat Desa Karanggondang memandang toleransi sebagai sebuah sikap dan
perbuatan untuk dapat menjalankan kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat
secara bersama-sama tanpa membedakan perbedaan agama yang dianut oleh
setiap masyarakatnya. Toleransi tidak hanya berupa sikap masyarakat yang saling
meghormati terhadap segala perbedaan yang ada diantara penganut agama Islam
dan penganut agama Kristen, tetapi juga diwujudkan dalam kegiatan
kemasyarakatan yang dilakukan secara bersama-sama dengan saling bergotong-
royong.
Semenjak agama Islam datang ke Desa Karanggondang, tidak ada konflik
yang timbul di lingkungan masyarakat. Semua warga hidup secara aman,
tenteram, dan damai. Walaupun berbeda keyakinan dan kepercayaan, namun
perbedaan tersebut sangat mudah diterima. Umat Islam dan Kristen saling
menerapkan sikap toleransi di lingkungan masyarakat. Bentuk toleransi yang
terdapat di Desa Karanggondang antara penganut agama Islam dan Kristen
terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari yang termasuk
toleransi sesuai dengan konsep toleransi yang dikemukakan oleh Yusuf (2002),
menurutnya bentuk toleransi terbagi menjadi dua macam yaitu toleransi agama
dan toleransi sosial.
Bentuk toleransi agama yang terdapat di Desa Karanggondang antara lain
adalah pada bulan ramadhan, ketika umat Islam sedang melaksanakan puasa,
umat Kristen ikut menghormati dengan tidak makan di depan orang yang
berpuasa. Biasanya saat waktu berbuka puasa, umat Kristen ikut membagi-
bagikan takjil kepada umat Islam untuk berbuka. Pada saat perayaan hari besar
keagamaan, semua masyarakat saling melakukan kerja bakti untuk memperindah
tempat ibadahnya, mereka saling mengucapkan walaupun tidak merayakannya,
misalnya ketika masyarakat penganut agama Kristen merayakan hari natal,
masyarakat penganut agama Islam mengucapkan hari natal kepada umat Kristen.
Begitu sebaliknya ketika umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul
Adha, umat Kristen juga ikut mengucapkan dan membaur dengan baik dalam
kegiatan halal bihalal, bahkan juga ikut berkunjung kerumah-rumah umat Islam.
Hubungan toleransi antara umat Islam dan Kristen di Desa
Karanggondang adalah ketika suara adzan berkumandang, umat Kristen akan
mematikan sound (musik) untuk menghormati penganut agama Islam yang akan
melaksanakan ibadahnya. Toleransi beragama juga dapat terlihat di masyarakat
Desa Karanggondang ketika ada kegiatan yang diadakan oleh masing-masing
penganut agama. Semua masyarakat datang ketika diundang dan tidak terjadi
konflik apalagi merasa dibedakan. Penganut Islam datang ketika diundang oleh
umat Kristen dalam acaranya, begitu juga sebaliknya ketika umat Islam
merayakan walimah, tahlilan, dan lain-lain, umat Kristen juga datang untuk
menghormati. Hal tersebut merupakan salah satu wujud adanya sikap toleransi
antar umat beragama di Desa Karanggondang.
Toleransi sosial disebut juga dengan toleransi kemasyarakatan karena
toleransi tersebut menegakkan kedamaian hidup bersama dan melakukan
kerjasama dalam batas-batas tertentu dalam masyarakat yang serba
beranekaragam, baik ras, tradisi, keyakinan maupun agama. Toleransi tersebut
dilakukan tanpa harus mengorbankan akidah dan ibadah yang telah diatur dan
ditentukan secara rinci dan jelas (Irfani, dkk, 2013: 7). Bentuk toleransi sosial
yang terdapat di Desa Karanggondang antara lain seperti dalam kegiatan warga
seperti kumpulan (organisasi), kegiatan membersihkan tempat ibadah, gotong-
royong membersihkan bibir pantai, kerja sama membangun desa, dan lain-lain,
semuanya berjalan dengan lancar dan semuanya penganut agama dapat membaur
dan diterima dengan baik. Dengan adanya kegiatan gotong royong di desa,
semua masyarakatnya hidup dengan rukun, saling tolong-menolong, serta tanpa
membeda-bedakan. Seperti pada pembangunan masjid At-Taufiq di Desa
Karanggondang, umat Kristen juga ikut bergotong-royong membantu umat Islam
dalam mendirikan tempat ibadahnya.
Toleransi sosial di masyarakat Desa Karanggondang juga terwujud pada
saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus. Umat Islam dan
Kristen saling berkolaborasi dengan mengadakan pertunjukan bersama-sama di
Pantai Pailus untuk hiburan bagi para wisatawan yang datang. Kolaborasi
tersebut berbentuk rebana yang dimainkan oleh santri pondok pesantren Darul
Falah dengan orgen tunggal yang dimainkan oleh remaja penganut agama
Kristen. Kegiatan tersebut menjadi salah satu contoh adanya sikap toleransi antar
umat beragama.
Dengan adanya masjid di Desa Karanggondang sebagai tempat ibadah
umat Islam, ternyata menjadi sarana penyebaran agama Islam. Banyak
masyarakat Kristen yang menjadi muallaf dengan cara amar ma’ruf dan
membagikan sembako kepada warga sekitar. Ini merupakan salah satu wujud
penyebaran agama yang dilakukan oleh umat Islam di desa tersebut. Setiap hari
Jum'at, umat Islam membagikan sembako kepada masyarakat Kristen, sehingga
banyak umat Kristen yang tergiur untuk menjadi muallaf. Apalagi dengan
seringnya mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan oleh
para santri pondok pesantren Darul Falah setiap harinya, hal ini menyebabkan
banyak warga Kristen yang beralih menjadi muallaf dengan kesadaran diri untuk
masuk Islam. Setiap hari Jum’at terdapat kegiatan muallafan bagi para muallaf
se-Karanggondang dengan mengaji di masjid secara bergantian.
Toleransi dalam kegiatan agama biasanya dilakukan ketika beribadah.
Untuk umat Kristen yang melakukan ibadahnya setiap hari Minggu di gereja
Desa Karanggondang. Sedangkan bagi penganut agama Islam yaitu dengan
melaksanakan shalat lima waktu di masjid At-Taufiq. Toleransi yang terjalin di
masyarakat Desa Karanggondang juga tetap memunculkan sedikit konflik.
Konflik yang timbul biasanya adalah ketika malam hari saat santri mengaji
menggunanakan microfon sampai larut malam, maka ketua RT Desa
Karanggondang yang rumahnya dekat dengan masjid akan menegur. Hal ini
terjadi karena suara microfon yang digunakan oleh santri saat mengaji terlalu
keras dan sampai larut malam. Apalagi letak masjid Darul Falah yang
berseberangan dengan letak gereja tempat ibadah umat Kristen. Tetapi hal
tersebut dapat diatasi dengan mengecilkan suara microfon agar tidak terjadi
konflik dan tidak mengganggu waktu istirahat umat Kristen.

Gambar 4. Foto tempat ibadah umat Islam dan Kristen di Desa Karanggondang
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.
Toleransi dalam masyarakat sebagai sikap pencegah konflik merupakan
prinsip kerukunan menurut Suseno (2001). Prinsip rukun adalah tidak
mengganggu keselarasan sosial dan keselarasan pergaulan, sementara sikap
hormat merupakan pada sikap dan perbuatan untuk dapat berbicara dan mampu
membawa diri sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Prinsip kerukunan dan
hormat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karanggondang sangat
menekankan pada sikap dan perbuatan untuk menghindari konflik agar kehidupan
masyarakatnya tetap rukun dan harmonis. Sikap rukun yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Karanggondang berupa sikap menghormati perbedaan yang
dimiliki akibat pluralisme. Sesuai dengan konsep Lubis (2007) yang menjelaskan
bahwa pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama antar penganut agama
yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri
spesifik ajaran masing-masing agama.

III. KESIMPULAN
Masyarakat di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara berlatar belakang agama Islam dan Kristen, dimana masyarakatnya hidup
dengan aman, tentram, dan damai. Masyarakatnya saling bertoleransi dengan
sikap saling menghormati perbedaan dengan diwujudkan dalam bentuk kegiatan
kemasyarakat yang dilakukan secara bersama-sama dan bergotong-royong.
Bentuk toleransi antara umat Islam dan Kristen di Desa Karanggondang terbagi
menjadi dua macam yaitu toleransi agama dan toleransi sosial. Bentuk toleransi
agama antara lain dimana penganut Kristen menghormati umat Islam saat
menjalankan puasa di bulan ramadhan. Pada saat perayaan hari besar keagamaan,
semua masyarakat saling mengucapkan walaupun tidak merayakan.
Bentuk toleransi sosial antara lain dalam kegiatan warga seperti
kumpulan (organisasi), kegiatan membersihkan pantai, dan lain-lain, semuanya
berjalan dengan lancar dan semua penganut antar agama dapat membaur dan
diterima dengan baik. Umat Islam dan Kristen juga saling berkolaborasi,
kolaborasi tersebut berbentuk rebana yang dimainkan oleh santri pondok
pesantren Darul Falah dengan orgen tunggal yang dimainkan oleh remaja
penganut agama Kristen. Hubungan antara umat Islam dan Kristen di Desa
Karanggondang memiliki hubungan toleransi yang tinggi dalam bentuk sikap
kerukunan yang dilakukan oleh masyarakatnya.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Casram. 2016. Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural.
Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1 (2).
Cassanova, J. 2008. Public Religions In The Modern World. Chicago: University
Press.
Hasan, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Irfani, Adistya Iqbal. 2013. Toleransi Antar Penganut Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, dan Kristen Jawa di Batang. Jurnal Sosiologi dan
Antrologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
5 (1).
Misrawi, Zuhairi. 2010. Pandangan Muslim Moderat, Toleransi, Terorisme dan
Oase Perdamaian. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Suseno, M. F. 2001. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia.
Yusuf, A. A. 2002. Wawasan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai