Anda di halaman 1dari 12

TRADISI PENETAPAN PENANGGALAN DALAM KOMUNITAS ABOGE

DI DESA KROPAK KECAMATAN BANTARAN KABUPATEN PROBOLINGGO


Di susun oleh :
Febriatin Nazlah Nurdina ( 211101090010 )
Kelas : Ips 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu paham Islam yang ada di Indonesia adalah Islam kultural. Islam kultural
merupakan pemahaman keislaman yang didasarkan atau dipengaruhi oleh pandangan
kebudayaan. Salah satu kategori paham Islam kultural di Indonesia adalah Islam Jawa.
Islam Jawa merupakan kategori Islam yang menunjuk pada penganut Islam di Jawa dan
masih dipengaruhi kebudayaan atau tradisi Jawa. Menurut Koentjaraningrat bentuk Islam
orang Jawa ini sebagai agama kejawen.
Salah satu bentuk agama Islam kejawen adalah Islam Aboge. Islam Aboge ini tersebar
di beberapa wilayah di Jawa, salah satunya di Desa Kropak Kecamatan Bantaran
Kabupaten Probolinggo. Wong Aboge (orang Aboge) adalah sebutan populer masyarakat
terutama di Desa Kropak terhadap komunitas Islam yang masih mempertahankan
kalender Jawa Hijriyah “Aboge” sebagai dasar perhitungan tanggal, bulan, dan tahun
hijryah. Perhitungan ini mengakibatkan perbedaan dalam menentukan hari dan tanggal
jawa hijriyah, termasuk penentuan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Komunitas penganut Islam Aboge masih sangat kental dengan mistik kejawen, karena
kebanyakan dari mereka masih menjalankan dan mempertahankan tradisi dan simbolisme
Jawa seperti kepungan, slametan upacara sedekah bumi, Suran, dan persembahan sesaji.
Adanya faktor eksternal, seperti pendidikan, sedikit banyak berpengaruh terhadap
komunitas Islam Aboge, karena dengan pendidikan akan menambah pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas terhadap anakanak atau remaja yang orang tuanya Aboge.
Anak-anak atau remaja yang mengenyam pendidikan akan berfikir lebih rasional dan
terbuka, sehingga akan mempengaruhi pola pikir mereka tentang keyakinan yang dijalani.
Oleh sebab itu, belum tentu mereka yang terlahir dari komunitas Aboge, akan mengikuti
jejak orang tuanya, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi eksistensi keberadaan
komunitas Islam Aboge di Desa Kropak.
B. Focus penelitian
a. Apa yang membuat tradisi aboge ini tetap kental di desa kropak?
b. Bagaimana pandangan masyarakat lain terhadap masyarakat penganut tradisi aboge?

 Rujukan
1. Refrensi pertama. Penganut aliran islam aboge di desa karanganyar kecamatan
bantaran kabupaten probolingo ( 2022 )
2. Refrensi ketiga. Nilai-nilai tasawuf dalam tradisi keagamaan komunitas aboge ( 2021)
3. Refrensi keempat. Historisitas penanggalan jawa islam ( 2021 )
4. Refrensi kelima. Dakwah kultural melalui tradisi pemikiran keluarga muslim aboge di
desa Wringinanom kecamatan kuripan kabupaten probolinggo ( 2022 )
5. Refrensi keenam. Interaksi social komunitas islam aboge dengan masyarakat desa
cikakak kecamatan wangon kabupaten banyumas. ( 2019 )

 Kerangka teoritik
1. Rujukan pertama : yaitu yang berjudul “ penganut aliran islam aboge di desa
karanganyar kecamatan bantaran kabupaten probolinggo “ yang di tulis oleh Sufri
dan Husni Mubarrak pada tahun 2022 ini menggunakan teori fenomenologis.
Menurut Edmurdt Husserl ( 1959-1938 ) teori fenomenologis adalah metode atau cara
berfikir baru dalam ranah social-humaniora. Dalam rujukan ini menjelaskan bahwa
Fenomena pesantren aboge erat kaitannya dengan pemaknaan madzhab islam aboge
ajarannya. Arti dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Di kabupaten
probolinggo terdapat ratusan muslim aboge yang tersebar di seluruh Indonesia.
2. Rujukan kedua : yaitu yang berjudul “ nilai-nilai tasawuf dalam tradisi keagamaan
komunitas aboge “ yang di tulis oleh M. Yusuf Amin Nugraha dan Muhtar S Hidayat
ini menggunakan teori structural fungsional. Menurut Talcott Parsons teori structural
fungsional adalah bagian dari keseimbangan dalam adanya institusi social, yang di
akuinya akan eksis atau di kenal masyarakat apabila berhasil menjalankan tugas serta
fungsinya dengan baik. Dalam rujukan ini memberikan ciri khusus tentang adanya
kemajemukan dalam hidup bermasyarakat. Sehigga muncul lah jiwa sosial
kekerabatan dalam suatu kebudayaan.
3. Rujukan ketiga : yaitu yang berjudul “ historisitas penanggalan jawa islam “ yang di
tulis oleh Izza Nur Fitrotun Nisa’ pada tahun 2021 ini menggunakan teori kualitatif.
Menurut Moleong (2017 : 6) penelitian kualitatif ini adalah bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian. Rujukan ini
berisi tentang hal-hal yang Menyangkut masalah proses sosial, betapa pentingnya
proses sosial itu mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja
belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan manusia.
4. Rujukan keempat : yaitu yang berjudul “ dakwah kultural melalui tradisi pemikiran
keluarga muslim aboge di desa wringinanom kecamatan kuripan kabupaten
probolinggo “ yang di tulis oleh Dewi Eka Anggraeni dan Aries Musnandar pada
tahun 2022 ini menggunakan teori kualitatif.
5. Rujukan kelima : yaitu yang berjudul “ interaksi social komunitas islam aboge dengan
masyarakat desa cikakak kecamatan wangon kabupaten banyumas ” yang di tulis oleh
Ihsan Sa’dudin dkk ini menggunakan teori wawancara.
Bukti dokumentasi :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi agama adalah system yang
mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta
lingkungannya. Agama dapat diartikan secara khusus, “Sistem keyakinan yang
dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi tanggapan
terhadap apa yang dirasakan sebagai yang ghaib maupun suci”,sehingga agama
dapat menjadi pengontrol bagi tindakan-tindakan kepada anggota masyarakat
untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran
agamanya. Di Indonesia ada 6 agama yang diakui secara resmi yaitu Islam,
Kristen, Katholik, Hindhu, Buddha serta Khonghucu.1
Agama, dalam pengertian nya memiliki peran yang fungsional dalam
kehidupan masyarakat, yakni terbentuknya komunitas yang diikat oleh keyakinan
akan kebenaran hakiki yang sama. Atas dasar itu, terbentuklah kelompok-
kelompok keagamaan atau komunitas-komunitas agama yang berbeda-beda,
sesuai dengan landasan keyakinannya, seperti : Islam, Kristen, Katholik, Hindu,
Budha, dan Khonghucu. Agama-agama ini dalam konteks Indonesia diakui
sebagai agama yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Agama-agama tersebut
seringkali difahami hanya sekedar simbol yang tidak mampu bertindak sebagai
basis orientasi hidup manusia, sumber etika dan moral, serta spirit dalam
mengkontruksi budaya, karena pemahaman agama tanpa disertai dengan
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang memadai dalam kehidupan
masyarakat. Karena itu, fungsi agama tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan oleh seluruh pemeluk agama, termasuk pemeluk agama local yang
hidup dan berkembang di masyarakat.
B. Tradisi aboge.
Kepercayaan keagamaan yang berbasis pada kekuatan spiritualitas lokal yang
berkembang di masyarakat cukup banyak, diantaranya adalah Di Jawa Timur,

1
Herman Taufik. 2020. Konsep Keyakinan Dan Ajaran Islam Komunitas Aboge. Sumenep.
salah satu agama local yang masih berkembang hingga sekarang adalah agama
lokal “Islam Aboge” Dalam hal ini, Islam Aboge yang dimaksud adalah sebuah
aliran dalam Islam yang mendasarkan segala aktivitasnya dengan perhitungan
kalender " alif rebo wage" yang disingkat Aboge. Kalender Aboge ini merupakan
penggabungan kalender perhitungan dalam satu windu dengan jumlah hari dan
jumlah pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni : pon, wage, liwon,legi dan
pahing. Oleh penganutnya diyakini bahwa kalender perhitungan ini telah
dipergunakan oleh para wali sejak abad ke14. Sampai sekarang, Islam Aboge
masih berkembang luas di daerah Kabupaten Probolinggo, seperti di desa kropak,
kramat agung, dan juga besuk.
Masyarakat Islam Aboge merupakan aliran keagamaan yang menggabungkan
antara ajaran Islam dan budaya jawa dalam perhitungan tanggal (kalender) dan
untuk menentukan hari-hari penting lainnya. Sebagai warisan dari para leluhur
dan sesepuh maka diyakini bahwa perhitungan Aboge ini harus terus
dipertahankan agar tidak punah. Masyarakat Islam Aboge di Desa Tegal meyakini
bahwa perhitungan Aboge yang selama ini mereka pakai adalah perhitungan asli
Jawa yang diwariskan kepada mereka sebagai pedoman dalam aktivitas
keseharian. Sejarah kemunculan Islam Aboge tak lepas dari sejarah
perkembangan Islam di wilayah tanah Jawa. Hingga kini, penulis belum secara
khusus menemukan referensi khusus terkait sejarah dan perkembangan
Komunitas Islam Aboge di Desa Tegal. Namun demikian, penulis menemukan
bahwa perkembangan masyarakat Islam Aboge yang masih mempertahankan
kalender Jawa ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan dari penetapan
Kalender Jawa.2
Masyarakat yang memakai atau menggunakan perhitungan Jawa Aboge dalam
hal menentukan tanggal, bulan, dan tahun Hijriah. Perhitungan Aboge mempunyai
cara yang berbeda dengan perhitungan yang digunakan oleh mayoritas
masyarakat di Desa kropak. Jika masyarakat muslim lain mengacu kepada teks

2
Islam aboge pelestarian nilai-nilai lama di tengah perubahan social.
“analisa journal of social and religions”. Banyumas.
agama baik hisab maupun rukyat, maka masyarakat Aboge mengacu kepada
perhitungan dan penanggalan Jawa yang diwariskan turuntemurun dari nenek
moyangnya. Hingga sekarang, masyarakat Islam Aboge masih tetap
menggunakan penanggalan Jawa sebagai acuan dasar untuk menghitung dan
menentukan hari-hari besar Islam. Sebagai bagian dari umat Islam, sebagian besar
masyarakat Aboge juga mengakui dirinya adalah orang NU (Nahdlatul Ulama).
Masyarakat Aboge mengakui dirinya sebagai orang NU karena masyarakatnya
masih menjalankan budaya dan amaliyah orang NU pada umumnya seperti tahlil,
ziarah, muludan, tirakat, suwuk, dan tasawuf. Meskipun begitu, masyarakatnya
juga mengakui dirinya sebagai orang Jawa dengan tetap memegang prinsip-
prinsip, ajaran, dan amalan Jawa sebagai peninggalan leluhur yang harus
dilestarikan dan dijalankan.
Perhitungan Aboge ini sebenarnya merupakan cara menghitung kalender Jawa
yang aslinya biasa saja, tetapi hal tersebut akan menjadi istimewa dan terlihat
jelas kegunaannya ketika sudah memasuki bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah. Hal tersebut disebabkan pada bulan tersebut akan terlihat banyaknya
tradisi umat Islam yang menggunakan perhitungan Aboge untuk
melaksanakannya, mulai dari puasa, salat tarawih, tadarus Al-Quran, zakat fitrah,
sholat Idul Fitri dan juga sholat Idul Adha. Pada bulan Ramadhan, perhitungan
Aboge berperan untuk menentukan awal Ramadhan. Begitu juga pada bulan
Syawal dan Dzulhijjah hitungan Aboge digunakan untuk menetapkan Hari Raya
Idul Fitri dan Idhul Adha. Adapun ciri khas dari masyarakat Aboge adalah
penggunaan kalender Jawa dalam nenentukan hari besar umat Islam. Hal tersebut
menyebabkan perbedaan hari dalam melaksanakan hari besar Islam terutama
dalam mengawali bulan Ramadhan, Sholat Idul Fitri, dan Idul Adha. Perbedaan
dalam menetukan tanggal, bulan, dan tahun sering kali menjadikan berbada
pendapat diantara umat Islam pada umumnya. Masyarakat biasanya saling
menganggap dirinya yang paling benar dalam hal dasar dan metode penentuan
tanggal, bulan, dan tahun yang diyakini.3

3
Yusuf Mundzirin, dkk. 2020. Islam Dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja UIN Sunan Kalijaga
C. Pengertian Interaksi Sosial
Menyangkut masalah proses sosial, betapa pentingnya proses sosial itu
mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup
untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan manusia. Tamotsu
Shibutani menyatakan bahwa sosiologi mempelajari transaksi-transaksi sosial
yang mencakup usaha-usaha bekerja sama antara para pihak, karena pada
dasarnya semua kegiatankegiatan manusia didasarkan pada gotong royong.35
Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk
strukturalnya, seperti kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial,
stratifikasi dan kekuasaan, akan tetapi kesemuanya itu mempunyai suatu drajat
dinamika tertentu yang menyebabkan pola-pola pelaku yang berbeda, tergantung
pada masing-masing situasi yang dihadapi. Perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya disebabkan karena para
warganya mengadakan hubungan antara satu dengan yang lainya, baik dalam
bentuk orang perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan
tersebut mempunyai bentuk yang kongkrit, terlebih dahulu akan dialami suatu
proses ke arah bentuk kongkrit yang sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya
dalam masyarakat.4 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial adalah
cara-cara berhubungan yang dilihat apabia orang perorangan dan kelompok-
kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada dengan
perkataan lain proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh atau mempengaruhi antara
sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, dan ekonomi dengan hukum.
Dengan demikian diharapkan akan diperoleh baik aspek dinamis maupun statis
dari masyarakat itu sendiri.
Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan
dan mempelajari berbagai masalah yang terjadi mengenai kehidupan
bermasyarakat, umpamanya di Indonesia dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk

4
Sulaiman. 2022. Islam aboge pelestarian nilai-nilai lama di tengah perubahan social.
interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa atau antara
golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami
perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi bentuk-
bentuk interaksi sosial tertentu, maka pengetahuan kita dapat pula disumbangkan
pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat. Interaksi
sosil merupakan salah satu kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu
tanpa ada interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Bertemunya orang perorangan secara badaniah saja tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup akan terjadi
apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling
berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan
persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa
interaksi sosial merupakan salah satu dasar proses sosial, yang mana pengertianya
menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (dapat dinamakan proses
sosial), oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktifitas-aktifitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-
bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya suatu proses interaksi
didasarkan pada berbagai faktor, antara lain yaitu faktor imitasi, sugesti, simpati,
identifikasi, empati, dan motivasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
bisa terlepas hubungan dengan manusia lain. Manusia sebagai makhluk sosial
dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam kehidupanya
sendiri maupun berkelompok. Hubungan sosial merupakan hubungan yang harus
dilakukan karena pada hakikatnya manusi memiliki sifat yang digolongkan
kedalam makhluk individual dan makhluk sosial. Hal ini disebabkan karena kata
sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu dengan
yang lain atau dengan kata lain mereka saling berbuat, saling mengakui dan saling
mengenal.
D. Interaksi sosial masyarakat aboge
Bentuk interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
bentuk yang terjadinya suatu interaksi melalui proses sosial yang merupakan awal
terjadinya sebuah interaksi dalam kehidupan antara satu orang atau lebih yang
berbeda keyakinan dan bisa saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Proses
interaksi yang terjadi di Desa Kropak biasanya dicontohkan dalam bentuk yang
beraneka ragam, seperti dalam keluarga, bertetangga, bermasyarakat, dan
menyelesaikan masalah serta melakukan kegiatan sehari-hari yang menyangkut
kehidupan pribadi ataupun hidup bermasyarakat.5
Salah satu unsur pokok dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat dalam
komunikasi, baik antar individu, individu dengan kelompok, antar kelompok, dan
bahkan antar masyarakat. Komunikasi yang terjadi di masyarakat tersebut bisa
berbentuk verbal maupun non verbal. Proses komunikasi yang terjadi di
masyarakat
khususnya komunitas islam aboge dengan masyarakat Desa kropak inilah yang
dimaksudkan dengan komunikasi sosial.
Interaksi sosial merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa ditinggalkan.
Sebagai makhluk sosial, setiap individu pasti akan melakukan hubungan sosial
dengan orang lain. Demikian halnya dengan pemeluk Islam Aboge dengan
masyarakat Desa kropak , ketika mereka melakukan hubungan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan keperluan yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari,
seperti makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya. Interaksi sosial yang
bermula dari pemenuhan kebutuhan atau tuntutan hidup tersebut, lama kelamaan
semakin berkembang yang mengarah pada pertukaran budaya dan nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Anggota komunitas Islam Aboge tidak hanya bertempat
tinggal di Desa kropak, akan tetapi anggota lainnya yang berasal dari luar Desa
kropak akan datang ketika ada kegiatan keagamaan. Anggota yang datang ke
daerah kropak memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda satu dengan
lainnya. Demikian juga, masyarakat yang ada juga memiliki budaya dan nilai-
nilai yang sudah tertenam lama di lingkungan. Dengan adanya interaksi antara

5
Dian Adi. 2020. Perilaku organisasi melalui dakwah terhadap perkembangan tradisi aboge. Gorontalo.
anggota komunitas islam Aboge dengan masyarakat kropak, maka secara
langsung maupun tidak langsung mereka saling bertukar budaya dan nilai-nilai.
Akibatnya terjadi perbauran budaya dan nilai-nilai yang pada akhirnya akan
membentuk budaya dan nilai baru di lingkungan masyarakat, yakni budaya dan
nilai-nilai hasil perpaduan antara komunitas Islam Aboge dengan masyarakat desa
kropak.
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi komunitas Islam Aboge dengan
masyarakat desa kropak bisa dikatakan sangat harmonis dan intens. Hal ini
dikarenakan keduanya saling ketergantungan. Komunitas Aboge membutuhkan
masyarakat sekitar terutama dalam memenuhi kebutuhan mereka seperti pusat
jajanan dan keamanan. Sebaliknya masyarakat juga membutuhkan komunitas
Aboge sebagai konsumen dari usaha-usaha mereka. Karena memang kehidupan
yang terjadi kerap kali mengalami sebuah sirkulasi yang mereka harus bisa
menyesuaikan dengan keadaan, antara satu orang dengan orang lain, kelompok
satu dengan kelompok lainnya dimana mereka tentu akan mengalami perubahan-
perubahan dan peran masingmasing individu maupun kelompok akan
mengakibatkan perubahan sosial.
Mayoritas penduduk kropak berkerja sebagai petani. Suasana alam kropak
masih sangat terasa. Bagi masyarakat setempat, salah satu penyebab desa ini
terasa sejuk dan nyaman tidak hanya karena keadaan alamnya. Melainkan juga
karena faktor lingkungan sosial yang masih kental suasana kekeluargaannya.
Selain itu juga suasana batin yang mampu diciptakannya. Hal ini karena bagi
mereka kehidupan adalah siklus dari yang awalnya kosong menuju kosong
kembali. Maka manusia harus tetap berada dalam kondisi kosong, yakni
mengosongkan hati dari keterikatan pada materi dan duniawi.
KESIMPULAN
Perkembangan Islam yang sangat pesat menjadikan Indonesia sebagai Negara
dengan penduduk muslim terbanyak dengan berbagai latar belakang sosial dan
budaya. Bentuk masyarakat Indonesia yang sangat heterogen menjadikan islam
sebagai agama yang tidak berwajah tunggal, namun mempunyai banyak aliran
sesuai dengan ideology yang ingin dicapai. Secara institusional memang aliran-
aliran tersebut berwajah islam, namun secara ritual dan ideology berkembaang
berbagai macam aliran baik yang bersifat fundamental maupun moderat, seperti
islam Ahmadiyah, Syiah, Sunni, Aboge dan lain-lain. Masing-masing aliran
tersebut mempunyai penganut dan karakteristik ideology yang ingin dibangun,
serta identitas yang ingin ditegaskan baik malalui symbol-simbol yang digunakan,
ritual yang dijalankan, maupun kepercayaan yang diyakini. Salah satu aliran islam
yang berkembang, terutama dipulau Jawa adalah komunitas Islam Aboge (Alip
Rebo Wage).
Komunitas Islam Aboge di Desa kropak merupakan suatu masyarakat Islam
yang masih menggunakan dan mengamalkan kalender Jawa. Masyarakat Aboge
di Desa kropak memang terbilang cukup banyak dan merupakan penduduk asli
Desa kropak. Untuk menjaga eksistensi masyarakat Aboge agar tetap eksis ada
beberapa strategi bertahan yang dilakukan masyarkat Aboge di Desa kropak yaitu:
a. Tetap menjaga solidaritas dan kekompakan sesama warga Aboge. Misalnya
setiap ada kegiatan atau tradisi mereka pasti selalu berperan aktif dan
berpartisipasi dalam mensukseskan acara.
b. Taat mengikuti petuah para orang tua dan yang dituakan dari dulu sampai
sekarang, dari kecil sampai tua.
c. Identitas sebagai orang Aboge sudah tertanam sangat kuat di dalam jiwa
masing-masing orang Aboge, sehingga biasanya mereka tidak akan berpindah
haluan sampai kapanpun.
Daftar Pustaka

Munasib , 2019. Jurnal Tarbiyatuna. Vol. 10 No. 1 Banyumas.


Yusuf Mundzirin, dkk. 2020. Islam Dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja UIN Sunan
Kalijaga.
Herman Taufik. 2020. Konsep Keyakinan Dan Ajaran Islam Komunitas Aboge.
Sumenep.
Aminuddin. 2019. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Probolinggo. Universitas
Panca Marga.
Perdana, Dian Adi. 2020. Perilaku organisasi melalui dakwah terhadap perkembangan
tradisi aboge. Gorontalo.
Sulaiman. 2022. Islam aboge pelestarian nilai-nilai lama di tengah perubahan social.
“analisa journal of social and religions”. Banyumas.
Fidiyani, Rini.2019. “ kerukunan umat beragama di Indonesia”. Jurnal dinamika hokum.
Abimanyu Soedibjo. 2014. Babat Tanah Jawi. Yogyakarta. Laksana.
Ancok Jamaluddin dkk. 1995. Psikologi islam, Solusi islam atas problematika psikologi.
Jakarta. Pustaka Pelajar.
Hasymy A. 2019. Kumpulam makalah. Sejarah masuk dan berkembangnya islam di
Indonesia. Aceh. MUI Daerah Istimewa Aceh.

Anda mungkin juga menyukai