Anda di halaman 1dari 12

Sulaiman

ISLAM ABOGE : PELESTARIAN NILAI-NILAI LAMA


DI TENGAH PERUBAHAN SOSIAL
Islam Aboge : Conserving The Old Values In The Mids of
Social Change

Sulaiman

Sulaiman
Peneliti Balai Litbang Agama
Abstrak
Semarang Komunitas Islam Aboge menghadapi tantangan global yang membawa perubahan
Jl. Untung Suropati Kav.70 pada pola hidup yang lebih dinamis. Komunitas Islam Aboge dapat dibedakan men-
Bambankerep Ngaliyan Semarang jadi dua golongan, yakni Islam “nyantri” dan Islam “nyandi”. Pada era globalisasi,
Telp. 024-7601327
komunitas tersebut telah mengalami perubahan / pegeseran dalam sistem keyaki-
Fax. 024-7611386
e-mail: sulaiman.litbang@yahoo.com nan dan sistem ritualnya karena faktor pembangunan, pendidikan, urbanisasi, dan
Naskah diterima: 6 Februari 2013 dakwah. Untuk menjaga kelangsungannya, komunitas Islam Aboge memiliki strate-
Naskah direvisi: 22 Pebruari - gi adaptasi tersendiri, yakni strategi adaptasi konservatif dan strategi adaptasi re-
3 Maret 2013 sistensi. Strategi adaptasi konservatif dilakukan melalui sistem kekerabatan, sistem
Naskah disetujui: 5 Maret 2013
pembaitan, dan pembinaan pemerintah. Sementara itu, strategi adaptasi resistensi
hanya bersifat toleran terhadap apa saja yang dilakukan pihak lawan. Dengan se-
mangat seperti inilah komunitas Islam Aboge dapat melestarikan nilai-nilai warisan
budaya leluhur sehingga mampu bertahan hingga sepanjang jaman.
Kata kunci: Islam Aboge, Perubahan Sosial, Strategi Adaptasi

Abstract
Islam Aboge community face the global challenge that impact on lifestyle changes were
more dynamic. Islam Aboge community can be classified in two categories, namely
“Islam Nyantri” and “Islam Nyandi”. In the age of globalization, the community
has experienced a change or shift in beliefs and ritual system because of several
factors: development, education, urbanization, and religious missionary. In keeping
its existence, Islam Aboge community has its own adaptation strategies, namely
conservative adaptation strategy and resistence adaptaion strategy. Conservative
adaptation strategy carried out through kinship system, religious-path system, and
goverment guidance. Meanwhile resistence adaptation strategy were only tolerant of
whatever is done by the opponents. With this spirit, Islam Aboge community preserve
the value of cultural heritage so it can survive along age.
Keywords: Islam Aboge, Social Change, Adaptation Strategy

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 1


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

Pendahuluan Kepercayaan keagamaan yang berbasis pada


kekuatan spiritualitas lokal yang berkembang
Latar Belakang
di masyarakat cukup banyak, antara lain agama
Dalam perspektif sosiologis, agama bukan lokal “Sunda Wiwitan” yang dipeluk oleh masya-
hanya sebagai sesuatu yang transenden, melain- rakat Sunda di Banten, agama lokal “Wetu Telu”
kan sebagai sesuatu yang profan berdasarkan yang dipeluk oleh masyarakat Lombok, NTB, aga-
realitas sosial dalam memahaminya. Durkheim ma lokal “Kaharingan” yang dipeluk oleh masya-
(1965: 62) mengatakan bahwa agama adalah rakat Dayak Kalimantan Tengah, dan agama lokal
suatu sistem kesatuan dari keyakinan dan prak- “Parmalim” yang dipeluk oleh masyarakat Batak
tek-praktek yang bersifat relatif terhadap hal-hal Sumatera Utara, agama lokal “Alok Todolo” yang
yang sacred. Hendropuspito (1984: 12) memberi- dipeluk oleh masyarakat Toraja Sulawesi Sela-
kan definisi agama sebagai suatu jenis sistem so- tan, dan agama lokal “Merapu” yang dipeluk oleh
sial yang dibuat oleh para penganutnya yang ber- masyarakat Sumba.
poros pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang
Di Jawa Tengah, salah satu agama lokal
dipercayainya dapat didayagunakan untuk men-
yang masih berkembang hingga sekarang adalah
capai keselamatan bagi diri mereka dan masya-
agama lokal “Islam Aboge” . Dalam hal ini, Is-
rakat luas pada umumnya.
lam Aboge yang dimaksud adalah sebuah aliran
Agama, dalam pengertian seperti ini memiliki dalam Islam yang mendasarkan segala aktivitas-
peran yang fungsional dalam kehidupan masya- nya dengan perhitungan kalender Alif Rebo Wage
rakat, yakni terbentuknya komunitas yang diikat disingkat Aboge. Kalender Aboge ini merupakan
oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama. penggabungan kalender perhitungan dalam satu
Atas dasar itu, terbentuklah kelompok-kelompok windu dengan jumlah hari dan jumlah pasaran
keagamaan atau komunitas-komunitas agama berdasarkan perhitungan Jawa, yakni : Pon,
yang berbeda-beda, sesuai dengan landasan Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Oleh penga-
keyakinannya, seperti : Islam, Kristen, Katholik, nutnya diyakini bahwa kalender perhitungan ini
Hindu, Budha, dan Khonghucu. Agama-agama telah dipergunakan oleh para wali sejak abad ke-
ini dalam konteks Indonesia diakui sebagai aga- 14. Sampai sekarang, Islam Aboge masih berkem-
ma yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia, se- bang luas di daerah Kabupaten Banyumas, se-
bagaimana yang terlihat dalam Penetapan Presi- perti : Jatilawang, Ajibarang, Rawalo, Pekuncen,
den No 1/PNPS /1965 yang diundang-undangkan Karanglewes, dan Wangon.
melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965,
Agama-agama lokal tersebut merupakan ke-
yang menetapkan agama Islam, Kristen, Katho-
percayaan tradisional yang lahir dan telah ada
lik, Hindu, Budha, dan Khonghucu sebagai aga-
sejak lama, bahkan telah ada sebelum agama-
ma resmi penduduk Indonesia.
agama besar masuk ke wilayah Nusantara, se-
Agama-agama tersebut seringkali difahami perti Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Islam,
hanya sekedar simbol yang tidak mampu bertin- dan Konghucu. Kepercayaan keagamaan ini ber-
dak sebagai basis orientasi hidup manusia, sum- sifat lokal, bukan aliran kepercayaan dan bukan
ber etika dan moral, serta spirit dalam mengkon- agama-agama besar, melainkan agama lokal yang
truksi budaya, karena pemahaman agama tanpa dulunya sudah pernah ada dan hingga sekarang
disertai dengan penghayatan dan pengama- tetap bertahan atau berkembang terus serta di-
lan nilai-nilai yang memadai dalam kehidupan anut oleh sekelompok masyarakat di lingkungan
masyarakat. Karena itu, fungsi agama tidak ber- setempat.
jalan sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh
Dengan berjalannya waktu, komunitas aga-
pemeluk agama, termasuk pemeluk agama lokal
ma lokal tersebut menghadapi tantangan global
yang hidup dan berkembang di masyarakat.
yang membawa perubahan pada pola hidup yang

2 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013


Sulaiman

lebih dinamis dan kompetitif. Perubahan dapat Penelitian ini berada di wilayah Kabupaten
terjadi pada setiap lapisan, baik dalam lingkup Banyumas, Jawa tengah. Di daerah ini, lokasi
yang luas ataupun perubahan dalam lingkungan penelitian berada di dua daerah, yakni a). Desa
yang sempit, seperti keluarga atau suku bangsa. Pekuncen, Kecamatan Jatilwang; dan b). Desa
Negara Indonesia memiliki banyak suku bangsa Cikakak, Kecamatan Wangon. Masing-masing
dan dalam perkembangannya perubahan tidak wilayah memiliki karakteristik keberagamaan
dapat dihindarkan, baik itu perubahan secara tersendiri. Di Desa pekuncen, sebagian besar
lambat (evolusi) ataupun perubahan secara cepat komunitas Islam Aboge tergolong Islam Nyandi
(revolusi). Mudzhar (2006 : 21) melihat bahwa yang memusatkan aktivitas keagamaannya pada
penetrasi globalisasi sebagai bentuk perkemba- “punden” (makam leluhurnya), yakni Eyang
ngan baru dari kapitalisme memberikan imbas Bonokeling. Sedangkan di Desa Cikakak, sebagi-
pada perubahan tata nilai di masyarakat seper- an besar komunitas Islam Aboge tergolong Islam
ti perubahan orientasi hidup berdasarkan nilai- Nyantri karena sebagian besar telah melaknakan
nilai tradisional. salat lima waktu, tetapi mereka masih kuat de-
ngan tradisi-tradisi lokalnya.
Rumusan Masalah
Sumber data utama adalah tokoh adat/
Sehubungan dengan pemikiran tersebut di
kasepuhan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
atas, maka fokus penelitian adalah “Dinamika
komunitas Islam Aboge. Adapun teknik pen-
Agama Lokal Islam Aboge : Pelestarian Nilai-
gumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial”. Ber-
ini meliputi metode wawancara, observasi, dan
dasarkan masalah penelitian (research problem)
kajian dokumen. Wawancara dilakukan terhadap
tersebut, maka pertanyaan penelitian dapat diru-
pihak-pihak yang berkaitan atau informan yang
muskan sebagai berikut :
dipilih secara purposif (Purposive or Judgmen-
1. Bagaimanakah pokok-pokok ajaran Islam tal Sampling) berdasarkan kriteria tertentu yang
Aboge yang dianut dan dikembangkan oleh diharapkan memiliki informasi yang akurat (En-
masyarakat saat ini? draswara, 2006:115). Observasi dilakukan guna
2. Bagaimanakah perubahan atau pergeseran ni- melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang
lai yang terjadi di masyarakat tersebut? berkaitan dengan aktivitas masyarakat agama
lokal, khususnya adat istiadat dalam kehidupan
3. Bagaimana strategi adaptasi dalam pelesta-
sehari-hari. Kajian dokumen dimaksudkan untuk
rian nilai-nilai ajaran di tengah-tengah peru-
mendapatkan data-data yang terdokumentasi,
bahan?
seperti naskah-naskah klasik.
Dengan penelitian ini diharapkan pemerintah
Dari hasil pengumpulan data tersebut akan
dapat mengambil kebijakan yang tepat, sehingga
dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif,
kebijakan yang diambil oleh pemerintah benar-
yang merupakan suatu alur kegiatan yang meli-
benar berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
puti : reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Moleong, 2000 : 190). Reduksi data
Metode Penelitian
merupakan proses pemilihan, pemusatan per-
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digu- hatian, pengabstraksian data kasar dari lapan-
nakan adalah pendekatan kualitatif, yakni suatu gan. Penyajian data dimaksudkan sekumpulan
pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk informasi tersusun yang memberi kemungkinan
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tin-
lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian dakan. Kemudian dilakukan penarikan kesimpu-
ini menghasilkan data deskriptif, gambaran sis- lan yang juga diverifikasikan selama penelitian
tematis, faktual dan akurat mengenai fenomena berlangsung (Miles and Hubberman, 1992 : 15).
yang diamati.

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 3


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

Dalam penelitian ini, kerangka pikir yang diban- Mataram termasuk ke wilayah Banyumas dan
gun adalah sebagai berikut : Cilacap pada waktu itu.
Di Banyumas ini ada tiga titik pusat perse-
Adaptasi baran komunitas Islam Aboge, yakni di Cika-
Perubahan
Sistem
Konservasi wong Kecamatan Pekuncen; di Cikakak Keca-
sosial
keyakinan matan Wangon; dan di Pekuncen Kecamatan
Jatilawang. Ketiga titik pusat ini tidak diketahui
Agama
Kelangsung titik temunya, akan tetapi jika dilihat dari jaba-
Islam Aboge Strategi
an/continui adaptasi tan juru kuncinya, maka masing-masing men-
ty gakui sebagai juru kunci yang ke-12. Jika dilihat
dari karakteristik keberagamaanya, komunitas
Sistem Islam Aboge di Cikawong (Pekuncen) dan di
Ritual Perubahan Adaptasi Cikakak (Wangon) lebih banyak diwarnai dengan
sosial Resistensi
Islam santri karena telah melakukan salat lima
waktu, meskipun sebagian penganutnya masih
Hasil dan Pembahasan mengenakan simbol-simbol kejawen, seperti me-
makai tudung “iket” dan “tembang” (lagu Jawa)
Mengenal Komunitas Islam Aboge
dalam berdzikir. Hal ini berbeda dengan komu-
a) Sejarah Islam Aboge nitas Islam Aboge di Pekuncen Jatilawang yang
Islam Aboge adalah aliran Islam yang men- lebih dominan abangannya. Sementara salat lima
dasarkan perhitungan bulan dan tanggalnya pada waktu, bahkan salat-salat sunat lainnya tidak di-
kalender Alif Rebo Wage disingkat Aboge. Dasar lakukan oleh para penganutnya.
penentuan kalender ini diyakini warga Aboge Penyebaran Islam di Banyumas ini erat kai-
dalam kurun waktu delapan tahun atau satu win- tannya dengan sejarah Islam di Demak dan Pa-
du, yang dimulai dari tahun Alif, ha, jim awal, jang. Kedua kerajaan ini telah banyak berjasa
za, dal, ba, wawu, dan jim akhir. Satu dalam mengislamkan tanah Jawa. Pada waktu
tahun terdiri atas 12 bulan, dan satu bulan ter- itu, kedua kerajaan tersebut mengutus beberapa
diri atas 29-30 hari. Perhitungan ini merupakan orang untuk mengembara di beberapa daerah,
penggabungan perhitungan dalam satu windu termasuk di Banyumas. Di daerah ini, ada beber-
dengan jumlah hari dan jumlah pasaran hari ber- apa kyai yang diutus adalah Kyai Makdum Wali
dasarkan perhitungan Jawa, yakni : Pon, Wage, di Pasir Luhur, Kyai Mustholih (Mbah Tholih) di
Kliwon, Legi (Manis) dan Pahing. Cikakak, dan Kyai Bonokeling (nama samaran).
Pada awalnya penyusunan sistem kalender ini Karena masih dirahasiakan eksistensinya (ter-
adalah atas perintah Sultan Agung Hanyakraku- masuk namanya) sampai sekarang. Ketiga kyai
suma sebagai pemegang tertinggi kerajaan Mata- tersebut memiliki pembagian tugas, yakni Kyai
ram waktu itu. Dengan berjalannya waktu terjadi Pasir Luhur bertugas di Banyumas bagian utara;
modifikasi dan beberapa penyesuaian, sehingga Kyai Cikakak bertugas di Banyumas bagian te-
model penanggalan ini sedikit berbeda dengan ngah, dan Kyai Bonokeling bertugas di Banyu-
apa yang telah ditetapkan pada awalnya oleh Sul- mas bagian selatan. Nampaknya, mereka menye-
tan Agung. Proses penetapan penanggalan ini di- barkan Islam tidak tuntas, sehingga ada beberapa
dasarkan pada kebutuhan umat Islam Jawa akan Rukun Islam yang ditinggalkannya.
adanya kepastian waktu dalam menentukan ber- b) Sistem Keyakinan
bagai perayaan, semisal Idhul Fitri, Idhul Adha
Di daerah penelitian, hampir semua masya-
dan awal Ramadhan. Selanjutnya model penang-
rakat beragama Islam, akan tetapi keberaga-
galan ini menyebar ke seluruh wilayah kekuasaan
maan mereka masih diwarnai oleh adat dan atau

4 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013


Sulaiman

tradisi-tradisi lokal, baik di Cikakak ataupun di mad SAW, mempercayai kitab suci al-Quran, dan
Pekuncen. Keberagamaan Islam di Cikakak lebih percaya adanya hari akhir. Hanya saja, mereka
dominan santri karena telah mengamalkan salat yang menganut Islam Nyandi tidak mau meng-
lima waktu, tetapi sebagian besar masyarakat amalkan salat lima waktu. Nampaknya, mereka
masih menggunakan adat-adat istiadat lokal. Se- memiliki pemahaman tentang salat tersendiri
dangkan di Desa Pekuncen mereka kebanyakan karena istilah “salat” dibedakan dengan istilah
tidak melaksanakan salat lima waktu, tetapi per- “sholat”. Baginya, sholat adalah penggautan
caya adanya Tuhan Yang Maha Esa, kitab suci- (pekerjaan) yang suatu saat bisa berhenti dan
nya, dan hari akhir/kiyamat. Karena itu, kebera- atau memulai lagi, seperti pekerjaan bertani,
gamaan masyarakat Islam daerah penelitian berdagang, dan sebagainya. Sedangkan salat
dapat digolongkan menjadi dua, yakni Islam merupakan “laku” yang harus dijalankan dalam
Nyantri dan Islam Nyandi. Bagi golongan Islam kehidupan sehari-hari, seperti menghormati
nyantri berpusat di masjid atau musala/langgar; orang, tidak menyakiti hati orang, suka mem-
sedang-kan golongan Islam nyandi berpusat di bantu orang yang lemah, dan suka merukunkan
candi atau makam. orang, dan sebagainya.
Dalam hal ini, makam yang sangat disakral- Dengan demikian, ajaran yang dipegangi oleh
kan adalah makam Eyang Kyai Bonokeling di Islam Nyandi adalah rukun iman, artinya percaya
Pekuncen dan makam Kyai Tholih di Cikakak. kepada Tuhan Allah, Nabi Muhamad, malaikat,
Kedua makam ini setiap saat dikunjungi oleh kitab al Qur’an, dan percaya pada hari akhirat,
banyak orang. Makam Kyai Bonokeling dikun- bahkan dia mengatakan bahwa kehidupan du-
jungi pada setiap hari nyadran atau unggahan, nia ini sebagai lahan untuk nandur (menanam)
dan makam Kyai Tholih dikunjungi pada setiap amal kebaikan dan kelak di akhirat akan menuai
hari Jaro Rojab (27 Rajab). Hal ini menunjukkan hasilnya (panen). Hanya saja, rukun Islam bagi
bahwa kedua makam tokoh tersebut sebagai mereka terasa tidak lengkap, yakni hanya syaha-
pusat kegiatan ritual dan sebagai figur perekat dat, puasa, dan zakat, sedangkan salat lima waktu
komunitas masyarakat adat dan bahkan masyara- dan haji tidak dilakukannya. Inilah yang mem-
kat umum di daerah ini. bedakan antara Islam nyandi dan Islam santri.
Islam nyandi lebih dominan kejawennya, sedang-
Fenomena semacam ini sebagaimana yang
kan Islam santri lebih dominan keislamannya.
dikemukakan oleh Sumitro (juru bicara Kasepu-
han) bahwa “wong urip iku angger ora nyantri c) Sistem Ritual
yo nyandi” (Orang hidup itu jika tidak nyantri ya
Di daerah ini, berbagai ritual keagamaan di-
nyandi). Menurut Ridwan (2008 : 32) kedua is-
lakukan oleh masyarakat, baik di Pekuncen atau-
tilah ini digunakan untuk memilah antara kelom-
pun di Cikakak. Ritual keagamaan tersebut pada
pok muslim dengan pengamalan Rukun Islam
umumnya berbentuk selamatan dengan doa-doa
yang lima waktu, sehingga sering disebut sebagai
bersama. Secara umum, ritual yang diselengga-
Islam Lima Waktu; dan kelompok muslim yang
rakan oleh masyarakat meliputi ritual yang ber-
rukun Islamnya hanya tiga, yakni syahadat, pu-
kenaan siklus kehidupan, ritual yang berkenaan
asa, dan zakat, tanpa melakukan salat lima waktu.
dengan siklus ekologi, dan ritual yang berkenaan
Karena itu, istilah “nyantri” sama dengan “Islam
degan siklus hari suci. Dalam hal ini, kegiatan
lima waktu”, sedangkan istilah “nyandi” lebih
yang dilakukan oleh masyarakat adalah muji atau
identik dengan “Islam tanpa salat lima waktu”.
puji-pujian. Adapun tempat kegiatan puji-pujian
Mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang berada di Bale Pasemuan yang dipimpin oleh kyai
ada ini berpusat pada Tuhan Yang Maha Kuasa. kunci. Khusus pada ritual Sura, biasanya dibu-
Mereka meyakini adanya Tuhan yang disebut nyikan suara “genjringan” dan “klontangan”,
“Gusti Allah”, mempercayai adanya Nabi Muha- sedangkan pada bulan Ruwah biasanya diseleng-

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 5


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

garakan “sadran” atau “perlon unggahan” yang nan terlihat dalam rukun iman yang enam, yakni
diikuti oleh ribuan orang dari berbagai daerah, percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat,
seperti : Adiraja, Adipala (Cilacap). Mereka da- percaya pada rasul-rasul Allah, percaya kepada
tang ke makam Eyang Bonokeling dengan jalan kitab-kitab Allah, percaya kepada takdir baik
kaki untuk melestarikan tradisi budaya warisan dan buruk, dan percaya kepada hari akhir. Ber-
para leluhurnya. beda dengan kelompok Islam nyandi yang pusat
keyakinannya kepada Gusti Allah dan penghor-
Di Cikakak, tradisi ritual hari suci yang sa-
matan kepada roh leluhur, khususnya “Eyang
ngat menonjol adalah “Jaro Rajab”, yakni suatu
Panembahan Bonokeling”. Baginya, beragama Is-
tradisi diselenggarakan pada setiap bulan Rajab,
lam yang paling penting adalah membaca “sadat”
tepatnya tanggal 27. Pada hari dan bulan ini,
(maksudnya kalimat syahadat), yakni kesaksian
ribuan orang datang ke Cikakak tanpa koordi-
terhadap Gusti Allah. Meski demikian, sebagian
nasi, tanpa undangan, dan atau pemberitahuan.
masyarakat sudah mengalami perubahan karena
Mereka membawa bahan-bahan makanan, se-
sudah berfaham sebagaimana Islam santri.
perti: beras, sayuran, lauk pauk, dan hewan sem-
belihan (kambing, bahkan sapi). Mereka makan Di Pekuncen, Islam yang tergolong taat (san-
bersama dengan masakan yang telah disediakan. tri) nampaknya sudah mengalami perkembangan.
Bahkan, di saat ini pula terdapat sebuah prosesi Keberagamaan mereka dapat dibedakan menjadi
arak-arakan untuk mengusung nasi tumpeng be- dua macam, yakni Islam yang berfaham Salafiyah
sar ke makam Kyai Tholih. Makanan ini menjadi dan Islam yang berfaham Nahdhiyah (NU). Is-
rebutan para peziarah setelah diberi doa oleh juru lam salafiyah ditengarai oleh simbol-simbol yang
kunci karena dipandang memiliki berkah bagi ke- dikenakannya dan keyakinan yang dikembang-
hidupan manusia. kannya. Simbol yang dikenakan terlihat pada pa-
kaian celana cingkrang dan berjenggot panjang.
Perubahan/Pergeseran Ajaran
Sedangkan ciri keyakinan adalah mereka sangat
Di era globalisasi sekarang ini, komunitas ekstrim terhadap bid’ah dan khurafat. Kelompok
tersebut telah mengalami perubahan/perge- yang berfaham seperti ini, dikembangkan oleh
seran, meskipun tidak signifikan. Dalam masalah Muhamadiyah, Jamaah Tabligh, dan Jamaah
keyakinan, kepercayaan masyarakat masih terasa Salafi. Oleh masyarakat, kelompok ini dipandang
sulit terjadinya perubahan, akan tetapi dalam sebagai kelompok yang fanatik dan atau ekstrim
masalah ritual telah banyak perubahan karena garis keras.
beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang men-
Berbeda dengan itu, komunitas Islam Aboge
dorong terjadinya perubahan/pergeseran itu
desa Cikakak mayoritas berfaham NU, namun
adalah globalisasi pembangunan, pendidikan,
sebagian ada yang berfaham Muhamadiyah. Hal
urbanisasi, dan dakwah. Keempat aspek ini tid-
ini ditandai dengan salat teraweh sebanyak 23
ak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya
rekaat bagi NU dan 11 rekaat bagi Muhamadiyah.
karena semuanya saling berkaitan.
Demikian juga dalam salat Jumat yang hanya
Bentuk-bentuk perubahan ajaran Islam memakai azan satu bagi Muhamadiyah, dan adz-
Aboge di daerah penelitian dapat dibedakan an dua bagi NU. Di kalangan NU ini juga terli-
menjadi tiga aspek, yakni perubahan dalam as- hat ada dua faham, yakni faham NU Asapon dan
pek keyakinan, perubahan dalam aspek ritual, faham NU Aboge, tetapi sebagian besar adalah
dan perubahan dalam aspek peribadatan. Untuk faham NU Aboge, terutama yang berada di dae-
lebih jelasnya, perubahan-perubahan tersebut di- rah dukuh Cikakak. Biasanya Asapon mengikuti
uraikan sebagai berikut: Islam secara nasional, terutama dalam mengikuti
a) Perubahan dalam Aspek Keyakinan lebaran, sedangkan Aboge mengikuti fahamnya
sendiri yang sudah diwariskan oleh leluhurnya
Bagi kelompok Islam nyantri, sistem keyaki-

6 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013


Sulaiman

secara turun temurun. tradisi yang kuat, maka mereka tentu tidak akan
lepas dari itu. Demikian juga ketika akan nikah,
b) Perubahan dalam Aspek Ritual
kedua calon penganten yang masih bujang dan
Substansi ritual tidak mengalami peruba- atau perawan harus diajak ke makam Eyang Kyai
han melainkan hanya pada aspek peserta dan Bonokeling oleh Bedogol. Jika salah satu diantara
materialnya. Hal ini terlihat pada upacara ritual mereka sudah pernah menikah (baik duda atau
unggahan, udunan, khitanan, ijaban, sedekah atau janda), maka keduanya tidak diperkenankan
bumi, dan mlebon. Tradisi unggahan yang di- untuk sowan ke makam Eyang Bonokeling. Akan
maksudkan adalah suatu tradisi yang dilakukan tetapi, sebagian di antara mereka tidak mesti dia-
oleh masyarakat untuk menyongsong datangnya jak ke makam lagi karena pergeseran keyakinan
bulan Puasa atau Ramadan, sedangkan tradisi atau faktor lain.
udunan atau turunan merupakan suatu tradisi
Acara sedekah bumi, biasanya diselenga-
yang dilakukan oleh masyarakat untuk meng-
rakan pada setiap bulan Apit, tepatnya pada hari
hormati usainya bulan Ramadan. Ada sebagian
Selasa Kliwon di bulan itu. Upacara ini dimasud-
pendapat mengatakan bahwa kegiatan unggahan
kan untuk mengungkapkan rasa syukur atas lim-
sebagai persiapan bagi para petani dalam meng-
pahan rizki dan keselamatan atas warga masya-
hadapi musim tanam padi, sedangkan kegiatan
rakat desa. Selain itu, sedekah bumi dimaksudkan
turunan sebagai tanda syukur dalam mengahapi
sebagai bentuk pelestarian adat budaya daerah
musim panen. Hal ini menggambarkan dialog
sehingga bermakna pula sebagai wujud menjaga
budaya petani dengan budaya Islam sebagaimana
keselamatan warga dari berbagai malapetaka
sejarah asal tokoh leluhur yang bertujuan untuk
atau musibah. Karena itu, masyarakat memberi-
membuka lahan pertanian dan sekaligus dalam
kan sedekah kepada bumi yang telah menghasil-
penyebaran agama Islam.
kan beberapa hasil bumi tersebut untuk kebutu-
Kedua macam tradisi ini merupakan tradisi han manusia dan sebagai tempat hidup di muka
ritual paling besar yang diselenggarakan oleh bumi ini.
komunitas Islam Aboge di daerah Pekuncen, Ja-
Dalam masalah “mlebon” juga terdapat pe-
tilawang. Meskipun kedua tradisi tersebut masih
rubahan karena dahulu tradisi ini merupakan
sangat kuat, akan tetapi secara berangsur-angsur
sesuatu yang “wajib” bagi masyarakat Pekuncen.
telah mengalami penurunan, terutama bagi pe-
Biasanya, sebelum nikah/kawin atau masih bu-
serta yang mengikutinya. Meskipun demikian,
jang/perawan, mereka sudah mengikuti upacara
kegiatan tradisi unggahan dan turunan masih
“mlebon”. Namun, sekarang ini mereka terka-
tergolong semarak dilakukan oleh masyarakat.
dang sudah berusia lebih dari 17 tahun, bahkan
Tradisi ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang
sudah menikah, sehingga usianya bisa menca-
sangat tinggi, seperti kebersamaan, kerukunan,
pai lebih dari 25 tahun, bahkan sudah usia tua.
dan kedamaian. Nilai-nilai adat semacam ini ber-
Lebih dari itu, tradisi mlebon seolah-olah bukan
jalan dengan baik, karena pada hakikatnya ham-
merupakan kewajiban sehingga orang tua tidak
pir sama dengan nilai “ziarah” ke makam para
bisa memaksa anak-anaknya, dan memberikan
wali.
kebebasan kepada anak-anaknya. Dengan kata
Dalam masalah khitanan, anak-anak pada ja- lain, orang tua tidak bisa memaksanya kecuali
man dahulu selalu di-sowan-kan ke atas (makam kesadaran anak itu sendiri.
Bonokeling) untuk minta doa keselamatan dan
c) Perubahan dalam Aspek Peribadatan
kesembuhan, kemudian dilakukan selamatan
di rumah bedogol. Namun sekarang tidak se- Dalam hal ini, sistem peribadatan yang di-
muanya diajak ke makam itu terutama bagi sese- maksudkan adalah ibadah salat, ibadah zakat,
orang yang memiliki keyakinan kegamaan yang dan ibadah puasa. Dalam masalah salat, sekarang
kuat. Akan tetapi, bagi yang memiliki keyakinan sudah banyak yang melaksanakannya, terutama

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 7


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

pada anak-anak sekolah. Hal ini terbukti bahwa dalam berbagai aspek kehidupan keagamaan,
ketika Jumatan banyak anak-anak dan sebagian termasuk kehidupan kepercayaan keagamaan
orang dewasa yang salat di masjid. Demikian juga komunitas Islam Aboge di Banyumas, akan tetapi
pada saat salat harian, ada beberapa orang yang masih ada bagian-bagian yang masih tetap berta-
salat, meskipun jumlahnya tidak banyak tetapi han hingga sekarang. Karena itu, strategi adapta-
tetap ada jamaahnya. si yang dilakukan oleh komunitas Islam Aboge di
daerah tersebut, sebagai berikut:
Dalam masalah zakat, khususnya zakat fit-
rah sudah banyak yang melaksanakan zakat 2,5 Strategi Adaptasi Konservatif
kg sesuai dengan ajaran fiqh. Biasanya, hal ini
Ada beberapa strategi adaptasi yang beperan
dilakukan oleh anak-anak atau penganut Islam
untuk menjaga nilai-nilai Komunitas Islam Aboge
aktif atau Islam santri. Karena itu, zakat fitrah se-
di daerah ini, antara lain :
bagian diserahkan kepada pengurus takmir mas-
jid dan sebagian diserahkan kepada kazim atau 1) Sistem Kekerabatan
modin. Kemudian hasil perolehan dari kedua Di daerah ini, sistem kekerabatan dibangun
macam zakat tersebut diserahkan lagi kepada melalui hubungan antara kerabat kyai kunci
Balai Desa untuk dibagikan kepada masyarakat dan kerabat wakil kyai kunci (bedogol). Masing-
miskin di desa ini. Dalam masalah puasa, seka- masing memiliki jaringan yang disebut “anak
rang tidak ada lagi yang puasa sirrih sehingga di- putu”, dan anak putu itu tersebar ke berbagai
laksanakan jam tiga pagi dan berakhir pada ter- daerah, seperti Adiraja, Kroya, Daun Lumbung,
benamnya matahari (sekitar jam enam sore). Hal dan sebagainya. Setiap tahun, semua anak putu
ini dikarenakan telah terpengaruh oleh masya- tersebut berkumpul menjadi satu dalam upacara
rakat sekitar pada umumnya yang melaksanakan ritual, seperti: tradisi unggahan atau sadran, tu-
puasa sejak terbit fajar (pagi) hingga terbenam- runan, suronan, muludan, dan sebagainya. Ber-
nya matahari. kumpulnya anak putu tersebut karena diikat oleh
d) Strategi Adaptasi di tengah Perubahan So- leluhurnya, dan leluhur yang bersifat kharismatik
sial dan sangat disakralkan sehingga menjadi sentral
dalam berbagai aktivitas sosial keagamaan / ke-
Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk
masyarakatan adalah “Eyang Kyai Bonokeling” di
memelihara kondisi kehidupan dalam mengha-
Pekuncen, Jatilawang.
dapi perubahan-perubahan di masyarakat. Hal
ini dimaksudkan agar masyarakat bisa bertahan Konon, ia berasal dari Pasir Luhur di Purwo-
sehingga mampu menyesuaikan dirinya dengan kerto, sebuah daerah yang merupakan daerah be-
lingkungan dan atau menyesuaikan lingkungan kas kerajaan di Pejajaran. Kedatangan Bonokeling
dengan dirinya. Jika mereka tidak mampu ber- ke Pekuncen adalah dalam rangka babad alas un-
adaptasi dengan kondisi-kondisi yang berubah, tuk membuka lahan pertanian. Namun, dalam
maka dapat dipastikan eksistensinya akan punah perkembangannya ia juga mengembangkan aga-
(Winich, 1977: 5). Menurut Mustafa Fahmi (dalam ma Islam versi kejawen. Ia mempunyai seorang
Sobur, 2003: 526) mengatakan bahwa adaptasi isteri bernama Mbah Kuripan dan dikarunia
merupakan suatu proses dinamik terus menerus empat orang anak, yakni: Dewi Pertimah ting-
yang bertujuan untuk mengubah kelakukan guna gal di desa Tinggarwangi; Gandabumi tinggal di
mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara Kepungla; Danapada tinggal di Pekuncen, dan
diri dan lingkungan. Karena itu, dalam strategi satu lagi tinggal di Adiraja, Cilacap. Keturunan
adaptasi memungkinkan adanya reproduksi atau Danapada menurunkan secara estafet sebagai
konservasi dan resistensi budaya bagi identitas juru kunci di makam Eyang Bonokeling ini, dan
minoritas pada umumnya (Jamil, 2012 : 84). juru kunci pertama adalah seorang perempuan,
yakni “Ni Cakrapada”.
Meskipun terjadi perubahan/pergeseran

8 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013


Sulaiman

Di Pekuncen, juru kunci yang pernah men- ke dalam komunitas Islam Aboge. Di Pekuncen,
jabat dari awal hingga sekarang adalah sebagai cara-cara yang dilakukan adalah pendaftaran
berikut : 1). Cakra Pada, 2). Soka Candra, 3). anak putu yang dikenal istilah “mlebon”. Biasan-
Candrasari, 4). Raksa Candra, 5). Praya Bangsa, ya, prosesi ini dilakukan ketika anak masih beru-
6). Pada Sari, 7). Singa Pada, 8). Jaya Pada, 9). sia muda atau remaja. Bagi anak perempuan,
Partareja, 10). Arsapada, 11). Karyasari, 12). Me- usianya setelah menginjak 17 tahun dan laki-laki
jasari, 13). Kartasari. Mereka adalah pemimpin telah berusia 12 tahun. Hal tersebut terkadang
spiritualitas tertinggi di kalangan komunitas Is- ditengarai dengan “sunatan” bagi laki-laki dan
lam Kejawen Bonokeling yang memiliki tanggung “tindikan” bagi perempuan.
jawab mengayomi dan melestarikan adat istiadat
Di Cikakak, setiap tahun juga ada pertemuan
dan atau nilai-nilai agama lokal. Karena itu, kyai
umum regenerasi baru, yang dikenal dengan
kunci harus dipilih secara ketat melalui musya-
“pembaiatan”. Oleh Suyitno, pertemuan ini di-
warah seluruh anggota komunitas (anak cucu
namakan “Dawuh Pangandiko” sesepuh Saka-
atau kerabat-kerabatnya). Sedangkan calon kyai
tunggal, yakni mbah “Nawirja”, yang telah beru-
kunci diambil dari keluarga kyai kunci yang ber-
sia sekitar 90 tahun. Kegiatan ini diikuti oleh
asal dari turunan wali (garis laki-laki), baik jalur
masyarakat yang tidak hanya dari Desa Cikakak
menyamping atau jalur ke bawah.
melainkan dari daerah-daerah lain yang sefa-
Berbeda dengan struktur kyai kunci di ham dengan Islam Aboge, seperti Cilacap, Purba-
Cikakak, yang terdiri atas tiga juru kunci, yakni lingga, dan Tegal. Pada kesempatan ini, sesepuh
kunci dalam, kunci tengah, dan kunci bawah Sakatunggal memberikan wejangan atau pitutur
(lebak). Masing-masing juru kunci mempunyai (nasehat) kepada umatnya, khususnya berkenaan
fungsi yang sama, yakni sowan (mengantarkan) dengan pembinaan mental, seperti keikhlasan,
bagi saudara-saudara yang bermaksud ziarah ke kejujuran, dan sebagainya.
makam Mbah Tholih. Akan tetapi, ada perbedaan
Dengan demikian, sistem ketarekatan yang
dalam sistim pengangkatannya. Juru kunci dalam
dikenal dengan baiat atau mlebon dapat mengga-
dipilih berdasarkan trah laki-laki, sedangkan
lang kesatuan dan membentuk jaringan yang kuat
juru kunci tengah dan juru kunci bawah dipilih
antara sesama penganut/jamaah sehingga komu-
berdasarkan trah perempuan. Juru kunci dalam
nitas Aboge dapat berkembang dan eksis hingga
bisa menghantarkan langsung ke makam Mbah
sekarang. Hal ini terlihat pada saat upacara
Tholih, akan tetapi juru kunci lainnya harus min-
ritual “unggahan” atau “sadranan” di Pekun-
ta ijin terlebih dahulu kepada juru kunci utama,
cen, dan upacara ritual “Jaro Rojab” di Cikakak,
yakni Bambang Jauhari. Dengan demikian, fung-
yang keduanya diikuti oleh ribuan orang. Mereka
si juru kunci adalah sama, yakni mengantarkan
berkumpul tidak hanya di sekitar makam leluhur
para penziarah yang akan sowan (munggah) ke
(Eyang Bonokeling dan Mbah Tholih), melainkan
makam Mbah Tholih.
dari berbagai daerah, utamanya di Kabupaten
2) Sistem Ketarekatan Banyumas dan Cilacap. Hal ini dimungkinkan
terkait dengan tradisi ziarah atau sowan ke
Di dalam organisasi tarekat terdapat sis-
makam leluhurnya.
tem yang dapat mengikat hubungan antara guru
murid, yang dinamakan “baiat”. Dalam hal ini, 3) Sistem Kepatuhan
Nazarudin Umar (2012) menjelaskan bahwa
Komunitas Islam Aboge memiliki kepatu-
baiat adalah janji setia dari calon murid atau sa-
han yang sangat tinggi terhadap pimpinannya.
lik kepada guru mursyid. Komunitas Islam Aboge
Kepatuhan tersebut terlihat pada aktivitas ritual
memiliki sistem yang mengikat antara pengikut
yang hampir tak pernah surut pada setiap ta-
/ jamaah dan guru spiritualnya. Dalam keadaan
hunnya, seperti ritual “unggahan atau sadran”.
seperti ini, mereka dapat merekrut suatu anggota
Tradisi ini sebagai ritual adat yang paling be-

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 9


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

sar, khususnya di daerah Pekuncen, Jatilawang. dan anak-anak yang sudah berinteraksi dengan
Acara ini dihadiri oleh ribuan orang penganut dunia luar dan telah mengenyam pendidikan
Islam Aboge yang masih kuat dengan tradisi, se- sekolah, terutama sekolah lanjutan. Sekarang
perti jalan kaki hingga puluhan kilometer. Mereka ini, banyak anak-anak yang telah dimasukkan
sangat patuh terhadap aturan-aturan adat, mes- ke lembaga pendidikan oleh orang tuanya sejak
kipun di era modern sekarang ini. Sementara itu, kecil, seperti : TK, SD. Dalam pendidikan terse-
banyak kendaraan bermotor dua roda dua atau but, mereka sudah diajarkan tentang pendidikan
roda empat (transportasi umum), tapi mereka agama Islam, sehingga berpengaruh terhadap se-
tetap melaksanakan tradisi leluhurnya. bagian orang tuanya untuk menjalankan agama
dengan baik, seperti salat dan puasa.
Karena itu, mereka juga seringkali berkomu-
nikasi dan berkonsultasi kepada pihak kasepuhan Menghadapi kenyataan yang demikian ini,
dan meminta pertolongan dalam masalah apapun, Kyai Wiryatpada sudah memahaminya dan mem-
termasuk berkenaan nasib atau hajat pribadi dan prediksinya, sebagaimana yang dikatakan oleh
atau keluarganya, seperti : akan membuka usaha para sesepuh terdahulu, sebagai berikut :
dagang, akan bepergian jauh, bahkan akan men- “besok yen bumi tuwo, utawi sengoro, bumi sete-
cari jodoh. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada ngah meh lan anak putu setengah emoh” (besok
jika bumi tua atau sengsara, maka bumi itu hampir
ketakutan bagi komunitas ini jika tidak mema-
hancur, dan anak cucu setengah menolak).
tuhi apa yang diajarkan atau diperintahkan oleh
kasepuhannya. Dalam kehidupan masyarakat, Kata-kata seperti itu sudah terbukti di dalam
hal semacam ini dikenal dengan istilah “ora elok” kehidupan jaman sekarang ini. Meskipun para
atau “pamali” , yakni tata aturan adat yang tidak sesepuh merasakan keresahan dan kekhawati-
boleh dilanggar oleh penganutnya. Jika dilanggar rannya terhadap keadaan itu, sehingga generasi
maka kemungkinan akan terjadi sesuatu, seperti sekarang ini sudah banyak yang tak peduli de-
: sakit, hidupnya menderita. Istilah ini dikenal ngan nilai-nilai tradisi, tetapi para sesepuh tak
juga dengan istilah “kualat” yang dipandang se- berani mengingatkan dan nampaknya hanya
bagai sangsi spiritual yang berakibat buruk bagi membiarkan saja. Pandangan semacam ini ber-
seseorang. beda dengan komunitas Aboge yang ada di Adira-
ja, Adipala, Cilacap, di mana para sesepuh be-
Dengan demikian, ada beberapa nilai yang
rani mengajak dan setengah memaksa harus ikut
tidak boleh dilanggar oleh masyarakat pemeluk-
tradisi leluhurnya, jika tidak mau maka ia akan
nya karena bisa menimbulkan malapetaka bagi
dikeluarkan dengan adat tradisi itu. Karena itu,
kehidupan manusia. Nilai-nilai tersebut terwujud
para sesepuh tidak fanatik dan lebih bersifat to-
dalam tata kehidupan manusia sehari-hari, baik
leran terhadap perubahan-perubahan di masya-
yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan,
rakat.
hubungan dengan sesama manusia, dan hubu-
ngan dengan lingkungannya. Hal semacam inilah Sebagai langkah antisipatif terhadap gang-
yang dapat memperkuat keyakinan masyarakat guan atau tekanan pihak luar, maka kelompok
sehingga mempertahankan kearifan lokal yang kasepuhan mengadakan aktivitas internalisasi
terdapat dalam adat istiadat dan tradisi-tradisi nilai yang dipegangi oleh para sesepuhnya. Ka-
hingga sekarang. mus Bahasa Indonesia (2005 : 187) mengartikan
internalisasi sebagai penghayatan terhadap suatu
b) Strategi Adaptasi Resistensi.
ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan
Kenyataannya, kedua masyarakat Pekuncen keyakinan dan kesadaraan akan kebenaran dok-
dan Cikakak banyak mengalami perubahan - pe- trin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
rubahan, terutama dalam melaksanakan adat dan perilaku. Internalisasi nilai yang dimaksudkan
tradisi, seperti unggahan atau sadran dan jaro adalah sebagai suatu proses atau cara menanam-
Rojab. Mereka kebanyakan adalah para pemuda kan nilai-nilai normatif yang menentukan ting-

10 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013


Sulaiman

kah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang Lebih dari itu, ada sistem pembinaan oleh pemer-
mendidik sesuai dengan tuntunannya. intah yang menjadikan “Desa Adat” sebagai pe-
lestarian nilai-nilai leluhur agar terjaga dengan
Komunitas Islam Aboge di daerah ini tidak
baik. Sementara itu, strategi adaptasi resistensi
memiliki cara-cara khusus mengajarkan nilai-ni-
dilakukan melalui internalisasi nilai dan sarese-
lai tradisi kepada penganut atau anak putu-nya,
han-saresehan serta bersifat tolerance terhadap
tetapi hanya dilakukan melalui tradisi tutur atau
apa saja yang dilakukan oleh pihak lawan.
lesan. Tradisi ini dikenal dengan istilah “Turki”,
artinya pituturing para kaki (nasehatnya orang-
orang tua). Tradisi tutur ini tidak hanya dilaku-
kan dalam kehidupan keluarga, melainkan juga
Daftar Pustaka
dalam kelompok atau komunitas anak putu. Bi-
asanya, cara pengajarannya dilakukan melalui Durkheim, Emile. 1965. The Elementary Forms
oral dari mulut ke mulut sesuai dengan keyakin- of Religious Life. New York : The Free Press.
annya, yakni ajaran tidak boleh ditulis di atas ker- Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Te-
tas, melainkan ditangkap dengan hati dan pikiran knik Penelitian Kebudayaan, Idiologi, Epis-
yang jernih. Karena itu, setiap ada aktivitas ritual temologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka
adat, para sesepuh senantiasa memberikan ara- Widiatama.
han kepada anak cucu dan masyarakat umum.
Hendropuspito. 1984. Sosiologi Agama. Yo-
Penutup gyakarta : Penerbit Kanisius

Komunitas Islam Aboge di Banyumas dapat Jamil, Muhsin. 2012. Dinamika Identitas dan
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni komu- Strategi Adaptasi Minoritas Syiah di Jepara.
nitas Islam Aboge Santri (Islam Nyantri) dan Semarang: Program Doktor Pascasarjana
komunitas Islam Aboge Candi (Islam Nyandi). IAIN Walisongo Semarang
Komunitas Islam yang pertama memiliki ciri-ciri Miles and Hubberman. 1992. Expanded Sources,
telah mengamalkan ibadah salat (wajib dan su- Books, Qualitative Data Analysis. Sage: Pub-
nah). Komunitas Islam yang kedua memiliki ciri- lications
ciri tidak mengamalkannya. Namun, keduanya
Moleong, Lexy. J. 2000. Metode Penelitian Kual-
tetap mengakui Islam sebagai agamanya dan
itatif. Bandung: Penerbit Rosda Karya.
meyakini adanya Tuhan Allah, Nabi Muham-
mad, dan hari akhirat. Selain itu, mereka juga Mudzhar, M. Atho’. 2006. Evaluasi Kebijakan
melaksanakan amal ibadah puasa Ramadan dan Teknis Kelitbangan dan Kediklatan. Jakar-
zakat fitrah. Di era globalisasi, kedua komunitas ta : Badan Litbang dan Diklat, Kementerian
tersebut telah mengalami perubahan, baik dalam Agama RI
aspek keyakinan ataupun dalam aspek ritual. Ridwan, dkk. 2008. Islam Kejawen, Sis-
Untuk menjaga sistem keyakinan dan sistem tem Keyakinan dan Ritual Anak Cucu Ki
ritual tersebut, komunitas Islam Aboge memiliki Bonokeling. Purwokerto: STAIN Purwokerto
strategi adaptasi konservasi dan strategi adaptasi Press
resistensi sehingga dapat bertahan hingga seka- Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung :
rang. Strategi adaptasi konservatif dilakukan CV. Pustaka Setia
melalui sistem kekerabatan sehingga terbentuk
Suharsa dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Be-
jaringan anak putu di berbagai daerah. Sistem
sar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang:
jaringan ini dikembangkan juga melalui sistem
CV. Widyakarya.
baiat antara guru-murid, dan atau sistem “mle-
bon” antara tokoh kasepuhan dan anak putu. Wininch, Charles.1977. Dictionary of Anthropol-

Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013 11


Islam Aboge : Pelestarian Nilai-Nilai Lama Di Tengah Perubahan Sosial

ogy. New Jersey: Littlefield, Adam & Co Kabupaten Banyumas, tahun 2011
Dokumentasi: Monografi Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang,
Monografi Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, tahun 2011

12 Jurnal “Analisa” Volume 20 Nomor 01 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai